Transcript for:
Konflik Antara Gereja dan Pemerintah

Jangan lupa like, share dan subscribe channel ini untuk dapat info terbaru Waktu itu gereja kami masih utuh, ini pintu gerejanya, terus yang podiumnya di sana tempat bagi pengurus gereja. Ada bawa bom melotot dilemparkan satu di dekat mobil itu. Baru kan hidup, baru dilemparkan terus ke salib itu. Hidup putus, listrik, sering listrik gitu. Masuklah orang itu keliling dari belakang, dari mana. Selesai kebatian jam 9, jam 10, para orang mas datang dari simpang sana, jalan kaki semua. Nah, baru dihalau sama polisi. Lalu polisinya nggak bisa menghadang mereka. Nah tanggal 8 Oktober 2015 ada rapat untuk mengkaji secara hukum ya gereja-gereja mana saja yang sudah bisa mencukupi syarat. Namun tanggal 8 kita rapat, tanggal 13 tak terbendung lagi luapan emosi masyarakat. Yang dipicu oleh apa tadi? Miss kepercayaan, krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Dianggap pemerintah tidak berdaya lagi, itu pada waktu itu. Ini adalah gereja GKP PD Sang Gebru yang akan dieksekusi. Hai itulah Bu semua takut sedih datanglah semua orang itu bahwa alat membongkar apa tuh gereja itu hai hai Kenapa nggak sedih, Bu? Nggak ada lagi. Bukas kami apa? Tempat kami beribadah. Asamat pembohongan, mendahului orang tua, ibadah, senang, dan baik. Kalau kita merayakan Natal, Mbak, kalau kami orang Kristen, ada satu puja nyanyian di waktu Natal itu. Sunyi senyap, malam kudus, bintangmu gemarlap. Itu nyanyikan pada malam hari, Mbak. Tapi kami tidak pernah menyanyikan selama 4, hampir ini yang tahun kelima. Jangan! Haleluya, haleluya, haleluya, haleluya, haleluya, haleluya, amin. Memang sebenarnya kalau ibadah di gereja ini kendalanya banyak seperti hujan, nyamuk. Apalagi kalau lagi musim panas kan ini kan semua berdebu. Nanti anak-anak bilang, Kak banyak debu. Ya gimana kita harus bisa lah mengapakan anak-anak. Ya kalau supaya nggak ada debu ya tenanglah jangan digoyang-goyang kakinya. Itu memang jadi permasalahan. Ya, ya. Itu kalau pendukung tidak cukup, itu akan difasilitasi oleh Pemda. Jadi kita serahkanlah ke Pemda. Jadi komendasinya, kita sajikan data, kemudian mengingat... pasal sekian pergub, bupati mengambil keputusan atau kebijakan memfasilitasi. Kita sudah serahkan semua, ya sudah selesai itu. Tidak diambil juga kebijakan. Akhirnya terus berjalan-berjalan orang tetap mengharapkan izin keluar. Kami bilang tidak bisa karena persyaratannya tidak terpenuhi. Tinggal bupati lagi nih mau tidak mengambil kebijakan. Umar Kristen katanya saya yang harusnya mengambil kebijakan, tegas. Umar Islam juga seperti itu. Nah saya mau pakai yang mana? Saya mau pakai yang Kristen apa yang Islam sekarang? Saya mau tegas ikuti aturan saja. Kalau kan semua cukup berkasnya, itu yang benar. Di luar itu saya tidak punya kontak dan tidak punya semacam solusi. Sepakatan boleh, kita gak harus diikat semua dengan, kalau memang mereka sepakat sudah lah gak usah pake aturan lah, kita gak usah ikuti anulah peseratan kita, kita sepakat aja lah kita semua umat Kristen dan umat Islam sepakat aja karena kita saudara. Mak Presiden sebenarnya minta apa sih? Minta kerja aku ditambahilah satu lagi misalnya kan. Mak Islam, yaudahlah kalau emang satu bolehlah, misalnya, sepertilah maunya. Baru kita tinggal ikat aja dengan regulasi, dengan aturan kesepakatan. Kan aman kan, kalau mereka mengakukan penambahan, ya minta lagi seperti itu, minta lagi. Ini adalah bagian dari politik dan ini sengaja dibungkus dan sengaja tidak diselesaikan baik dari pihak manapun yang bersangkutan dalam hal itu. Baik dari negara, pemerintah, ataupun dari elit. Mudah-mudahan aja pilihan saya salah. Kalau ini tidak terselesaikan dalam batas waktu tahun 2020. Ini akan jadi gorengan politik lagi. Oh enggak lah saya enggak. Makanya saya bilang enggak lah. Saya enggak pernah untuk komitmen politik, enggak lah. Mungkin kalau saya, mohon maaf, saya masih ingat lah. Saya enggak pernah janji itu untuk janji ini supaya merangkul Mark Lister, eh Mark Lister bisa memberi saya, enggak sih. Tapi saya yang bisa apa adanya, kalau Bapak nanti menang bisa nggak diselesaikan. Saya nggak janji ya, saya bilang. Tapi saya akan berusaha kalau memang diberikan percayaan, saya akan berusaha secepat mungkin. Berusaha di tangan saya itu kasus kejadian pasca COVID-19. tahun 2015 ini bisalah selesai di tangan saya. Dan saya menjadi kebanggaan, oh ya ternyata kampus ini selesainya kejarah mengukir di tangan Bupati Dulu Musid bisa selesai. Tapi ternyata sampai sekarang idaman itu belum bisa terselesaikan. Jemaahnya cukup, pendukungnya yang memberikan dukungan itu enggak ada, enggak cukup, banyak yang kurang. Tidak boleh umat Kristen protestan itu yang memberikan dukungan sendiri karena dia yang berjemaah di situ. Tapi harus dari umat yang lain. ada agama lain, Kristen, Katolik, ya mereka yang memberikan dukungan dan umat Islam itu sendiri. Setiap saat kita umbarkan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia, tapi khususnya bagi rakyat yang beragama Kristen, Yajak Singkir, itu nggak pernah ada.