Transcript for:
Pemahaman Hakikat dan Ibadah Sehari-hari

Pemaknaan orang hakikat Pemaknaan orang hakikat itu beda dengan pemaknaan orang syariat dalam banyak hal Terutama orang syariat itu biasanya dangkal sekali dalam memaknai hakikat Misalnya ingatkan ini, ini contoh yang kalau contohnya mudah-mudah dulu Kullusye'in halikun ilawajah Kita kalau maknanya itu yang standar ya, Kulu se'in tisgab jani perkore, Wuhalikun musti rusak. Ilawajahu kecuali zatih Allah. Tentu persepsi umum, Atau di kitab-kitab syari'at, Entah itu syarah, jalalan, atau syawi, Atau kitab apa saja, pokoknya kitab syarah. Mesti gambarannya itu kiamat, bumi, dan langit, Semuanya hancur. Dan tentu yang tidak hancur, Hanya Allah subhanahu wa ta'ala. Begitu juga mana-mana yang lain tentang Al-Jannah, tentang An-Nar, tentang Mizan, tentang Hisaf, tentang macam-macam. Itu pemaknaan syariat. Ya, Jannah itu nanti Nar juga, nanti Hisaf juga nanti apa. Kenapa pemaknaan gini ini menjadi jauh dari Tuhan dan menjadi, saya katakan tadi, dangkal. Mereka ingatkan, logikanya ingatkan. Ya, logikanya ingatkan. Sengkitab Hikam ini pula, itu ada istilah... lau ashraqolaka nurul yakin sebagian nurul basiroh laro'ayy tal akhirotah akroba ilaika min antartakila ilaika dan itu tak ulang-ulang, mudih-mudih tak ulang andai kan cara iman sambian itu punya nurul basiroh, punya mata hati jadi itu iman diwujudilah iman bahwa yang wujud itu Allah, yang wujud hadihi ini apa? laro'ayy tal akhirotah akroba ilaika kamu akan melihat akhirat itu dekat sekali gak usah kamu menuju akhirat Kalau akhirat misalnya saya nanti nunggu mati itu kan kesuan. Misalnya mata aku sudah lengkas. Tapi kok ngetahuin ini alam bersih, alam kuburan. Ngetahuin ini akhiratnya, ngetahuin ini bareng-bareng rohani dan sebagainya. Kan kenapa kesu? Dan saya kalau ingin mendapat nekmat surga itu nanti juga kesuan. Kalau saya takut neraka nanti juga kenapa? Ilmu yang dipakai orang sakyat itu begini misalnya. Surga itu kan bukti ridho. Soberga itu bukti ridha Allah Sehingga penuh kenyamanan Karena penuh ridhanya Allah Mesti penuh kenyamanan Neraka itu simbol atau bukti suktu Allah Tentu segalanya tidak nyaman Karena ada suktu Kalau masalah surga itu ridha Allah Dan neraka itu suktu Allah Sekarang itu masalahnya kan di Allah Bukan di surga dan neraka Sekarang Allah wujud dan Allah pun beraksi sekarang juga Allah juga punya ridhonya, juga punya sustunya Allah sekarang juga punya sifat senang juga punya sifat ben kalau kamu iman betul punya nurubat siroya sekarang juga Allah itu adepi dan menghindari sustu tidak usah menunggu surga, dan saat itu juga Anda sudah di surga Sehingga perasaan orang-orang kakek, ibadah kok nanti sobat kesobahan, Allah wujudnya sebegini, kita ini kan nyembah apa, Allah wujudnya sebegini, kok ditudah sobat ini bodoh, tak pinter. Jadi sampai yang di sini, bodoh semua, kalau cara ibadah demi kianat, saya ini tobat, makar om ni apa, tobat, paham dia, dia itu ngeri. Kalau surga, bukan berarti terus gini, terus berarti surga yang kayak gambaran di hadis di kitab-kitab berarti tidak ada. Yang bilang tidak ada itu siapa? Wongkoyek sampai ini terus menyerahkan. Menyerahkan itu sama-sama, jadi tetap menyerahkan. Itu apa masalah suarga dan apa? Lo coba, surga itu kan bukti rindu Allah, neraka suktu Allah. Allah kan sekarang sudah wujud, wujudnya Allah menunggu surga apa enggak? Enggak kan? Dan Ridhoa itu sekarang juga terjadi. Suktuwa juga sekarang juga. Bukan buru sekarang, bukan dicari sekarang. Ridhoa bukan dicari sekarang. Itu seperti dua-duanya Satul Qadir, ilahi ridhoka matlubi. Ilahi antamaksudi waridhoka matlubi. Ya karena ya ilahi. Ya sudah berarti benar-benar dimulai sekarang. Sehingga kayak saya sendiri, nak umat ilmu hakekot, kalau aku ada ibadah haji, kalau kesuan. Apa yang mulang sampai ini kesuan. Bagaimana dengan orang yang bergabung? Mereka paling santai, tidak ada yang bergabung. Misalnya, saya ada di rumah. Bismillahirrahmanirrahim. Saya bergabung dengan mereka. Saya bergabung dengan mereka. Saya bergabung dengan mereka. Saya bergabung dengan mereka. Padahal, saya mulai dengan niat, saya juga bergabung dengan mereka. Saya melangkahkan kaki, saya bergabung dengan mereka. kontrair sampai pengiran semuju terus setiap detik setiap saat setiap kotwa setiap langkah jadi ya misalnya Rasidah apa apa? Apakah itu dua orang rasidah apa apa? Kemudian, orang-orang kandung Nabi yang berani, Rasidah tetap ganjaran, saya mengontraknya sebagai pengiran, Allah yang sujud. Setelah itu, saya mengurangi diri saya, saya menggambarkan diri saya. Faham? Saya sampai mengerti, si Rineh hadis, kenapa niat saja dikandung ganjaran, karena niat itu artinya, orang sudah mengontrakkan diri, menyikat diri dengan Allah, yang setiap saat wujud juga. Dan saat itu juga wujud. Jadi, bagaimana katanya, kalau misalnya kamu ingin haji? Kesti berhubung haji perintah anjingan, kalau kamu ingin. Tapi saya sekarang juga mulai ibadah. Mulai apa? Ibadah karena saya tahu. Mulai haji ya ridhanya Allah, sekarang juga ya ridhanya Allah. Ridhanya Allah dalam konteks sekarang mungkin saya ngajak. Mungkin nabai ruhin, nyabari, melarat, dan sebagainya. Terus begitu itu ada terus. Ujung-ujungnya kebanyakan sudah kebanyakan sudah kebanyakan sudah kebanyakan diridani pengiran kan begitu Nah zaman kemarat yaudah caranya diridani pengiran sabar ngempet Mau itu juga jadi rasa kesusu paham kan Nah itu memang begitu orang kakek itu gak pernah kesusu Itu jadi wal asri demi waktu jadi semua waktu itu padat dengan amal Berikut zaman kiri untuk ridhanya Allah lewat jalur sabar Zaman suki untuk ridhanya Allah lewat jalur sudah kebanyakan Faham ya zaman bingung diusir buju ya misalnya lewat sabar Jangan berdiri di atas kebaikan, maka tidak ada apa-apa. Sehingga, asli ini padat. Innal insa'at al-lāfi khusyar. Manusia selalu rugi. Innal ladhīna amānu. Kecuali saat itu dia iman, saat itu dia solikat. Jadi kalau orang kakekat, maknanya, kecuali saat itu dia iman, kecuali saat itu dia solikat. Demi waktu. Demi waktu, orang yang tanya ini sopan kan terlampau. Itu yang awalnya maknanya orang apa? Kakekat. Dan itu rumah sakul yang cerdas. Karena dari awal orang kakekat dianggap katanya di atas apa? Jariah. Jadi, sampai malah enak. Jangan cipu kalau enak. Jadi, mulai ke rumah, harus ibadah. Dilihat-lihat, kau bujubin, jangan cipu, mulai ibadah. Tidak apa-apa. Menghindari kebatilan demi barang sakit. Itu sudah bagian dari... Emang ada yang sampai, yang terima-terima, saku lama pun, itu bukan biasa. Jadi, aku suka, aku suka, aku suka. Terus, Kaya arwani itu top top kaya, kaya quran top top kaya gak kaya arwani Ini bapak menang, kaya arwani melarat Itu kalau beliau ngajar di rumah Jadi sempat beliau ngajar di rumah Itu kalau bunyainya itu agak keren Bapak agak keren Cuma bedahnya mejud lagi Jadi ya betahnya sekali lebih aman Jadi kabe kiai tau so engkak ngajarin rumah bener-bener Tapi ketika suasana gak kondusif Itu Hai momennya ditambah mertua barang dunia hahaha bujur takut problem mempunyai tambah mertua tambah IP mulane mobile pd-pd merupakan pidato rewaning area terlalu abadot abad-abad orang-orang kenangan neng area ini Dewi berdekat yang nageduk bujuk bisa kina mawadzah rohma dari bujur mencapai lani kenapa muka lek melepuk mergodao dari are ada ya, saya mau ngedok kuncinya tapi kalau orang hakikat itu ya gak ngeluh, ketika bujung gerundel kue riba, kodok kodok dari pengiran ya ibadah, berhasil melalikan diri ya nopo akhirnya berhasil ngaji, ya nopo karena Allah itu wujud di setiap langkah kita, di setiap detik kita di setiap nafas kita kalau wujudnya Allah di setiap detik kita nafas kita, kenapa nunggu nanti-nanti Sebab itu saudara-saudara ketika nabi ngerti kan, ya mulai niat itu dihitung. Nah orang saya ini orang intelektual kaget. Bagaimana mungkin belum aksi nyata kok sudah dihitung, rarap pengirahan, paham gak? Paham gak orang-orang rarap pengirahan, jadi intelektual itu ditobat, paham gak? Bagaimana mungkin niat belum aksi nyata kok sudah dihitung. Jadi gak goblok, aku rasa disariat. Kalau goblok ditulis di koran, jadi buku. Kalau goblok disariat, disariat. Dari awal Nabi ngendikan dimulai niat, maksudnya niat itu niat amal sholat, lillahi ta'alarnya dari awal transaksinya dengan Allah SWT. Ini kan amal. Lalu pulang merasa ibadah. Nah disini ini kelihatan Nabi sering ngendikan, ini yang hadis sholat. Misalnya Nabi ngendikan, seseorang itu selalu dalam keadaan sholat, maka nanti sholat tak disuhu. Misalnya orang pujian, nanti ini kayak ini tegok. Nanti kayak ini seperti sebuah watak atau apa yang imami, kok mau bebel sih, balik kum derdek-derdek, ratuk-ratuk. Dari khaji nabi, orang yang mengimami Teguh, mereka berjalan berjalan berjalan, dan di sana orang berjalan. Khaji nabi itu diperhatikan. Khaji nabi itu kalau berjalan berjalan, standarnya awal waktu. Tapi beliau itu pernah berjalan berjalan sekitar jam setengah dua. Setengah dua. Itu sebaru sahabat sudah turun. Sing Umar menuduh di kentang kelautan tangan. Yang mantan perempuan, bukan yang mantan, perempuan. Setara. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa berdoa, Pernyataan yang namun, tapi fasol lah walam nyatawat dong. Jadi orang Fekke, mereka itu lupa. Lupa naruh geser ke Rappo. Oh boh, jadi orang Fekke lah. Seperti orang-orang. Kurangnya sokak pas dengan gaplek-gaplek yang melungker. Nek Adina Firawo itu santai. Kenapa kalian masih menunggu? Ya karena menunggu sholatnya ya Rasulullah, kamu mulai tadi juga sudah sholat, karena sampai menunggu demi sholat. Biasanya kita dicatat sedih lho, mereka menunggu terus sholat, mau dicatat mulai mau nganti saiki. Jadi hari ini pahala kamu lebih tinggi, nanti tenang. Ya memang begitu, sehingga kalau wal asri innal insana latih khusirin demi waktu itu tidak ada ruginya, misalnya saya juga pernah melarat. Rukin ya tau melarat nganti saiki misalnya. Artinya saat kita melaratkan dia niat, aku tidak sudah sudah, aku tidak alim sampai mulai. Niat dia itu ganjaran. Ketika kamu real, yang sekarang real kan ngadepi kekerian, terus gue sabar, gue ibadah. Jika orang kemerungsung, aku ibadah nanti disuruh. Begitu juga yang ingin haji. Dia tetap dirafah haji, tapi ketika dia ingin dia tulis ganjaran. Itu pun takdirnya dia, tidak semata haji sampai mati. Tapi per detik dia tetap berdialek dengan Tuhan. Bertransaksi dengan Tuhan. Jadi disebut Quran yastarun. Yastarun itu transaksi. Allah Ta'ala itu membeli diri kita. Diri kita itu kata Nabi. Ini ngasih asli dari Nabi. Ini dari Mubalik. Ini ilmunya ulama, bukan Mubalik. Harus dicatat. Nabi itu ngitung ibadah. Itu dimulai dari diri kita. Ngedikani pengiran. Allah membeli diri kamu. Diri kamu itu ya organ kamu, sel-sel yang ada di kamu, sarap-sarap kamu, semua yang ada di tubuh kita. Karena apa? Dalam desain Tuhan dan rencana Tuhan, pikirannya pengirani, kemahannya, mati, dibadok, itu sudah. Diwelesan, itu mulai. Mertua, diwelesan, itu mengandani mantu. Mantu, itu taksi. Mertua-mertua dalam desain Tuhan begitu. Sehingga semua organ tubuh itu desainnya untuk to'at. Desainnya untuk apa? To'at. Ya, desainnya untuk to'at. Sehingga ketika to'at itu belum nyata dan orang itu niat, sudah dihitung. Apalagi setelah nyata dia melakukan. Potensinya saja, baru kans, baru potensi sudah dihitung. Makanya ketika Nabi, ini yang hadisnya, suatu saat Nabi itu ditamu melarat-melarat. Waktu melarat, ngenes, kalau ditonggok sudah, lo mau ngenes. Waktu melarat, ditonggok apa? Sudah. Terus, Mata Ria Rasulullah, wahaba ahli dusur bil ambal. Tiang-tiang sudah, nak murah putih-putih kok gue bodohnya belum sudah kok. Hai iso Luna kamarusoli waya sumu nakamana sumus ngoten piang beijis sholat di posok posoknya kegagal gitu sholat eka dek kita tapi waya tasjid aku nabi fuduli amalihim tapi mereka punya kelebihan iso nopo sudah sudah Jadi, bagaimana orang Melara itu menang? Dua rival soleh di tandinya, anggil. Lalu, soleh itu bodoh. Lalu, orang Melara itu senang, tapi orang Suki raposo. Oh, enggak laku. Lalu, orang soleh Melara itu tidak bisa lagi soleh juga, yang enggak rival. Paham, apa yang orang itu? Nah itu zaman Nabi, orang terima. Jadi kan itu persoalan kaji Nabi. Kaji Nabi kalau ditonggol sholat, sholatnya ikat duskito, pasalnya ikat duskito. Cuma awal yang tak sedakum Nabi putuli, mereka keunggulannya bisa sedakum, yang di duit. Sekarang kaji Nabi itu, ngedikan apa perlu, ala adilukum, apa perlu kamu usaha tunjukkan sesuatu yang kamu bisa sedekat dengan yang kamu miliki. Ya Ya Rasulullah, itu pertama yang dihitung Nabi itu, Fi kulli sulama minanat, sudah kok. Setiap sel atau organ atau rasratan manusia itu dihitung, sudah kok. Itu kan luar biasa. Jadi yang dihitung itu yang fisik, anfusahum. Fisik, fisik kita ini sudah kok. Nah itu yang paham itu orang-orang hakikat. Yang paham itu orang-orang apa? Hakikat. Orang hakikat, ini cerita ilmu kelas tinggi ini. Tapi tak terangnya, baik lu cuman, ben paham. Sistem wujud kita, katakanlah ini bahwa wujud, saya itu dalam penanggalan orang tua saya itu lahir 1970. Makanya tahun baru mukharam ini bagi saya spesial, karena saya pasumur 40. Nah waras ya waras, nah orang waras ya tiparing waras. Ya ini orang waras sampe malah kaya opo. Kalau dalam teori ilmu hakikat, sebelum tahun 70 berarti status saya kan ala agama tidak ada. Memang tidak ada itu punya positif, tidak masih. Jadi orang-orang apa nyelingkuhi siapa, apa ngorok seni apa, apa kurang ajar apa, siapa, jadi orang-orang. Ketika saya, agama saya dihilangkan, sifat ketiadaan saya dihilangkan, saya menjadi wujud. Nah itu cara ilmu agama. Nikmat tertinggi itu nikmat ujad. Nikmat wujud itu nikmat tertinggi. Dengan kamu wujud, maka kita punya mata, punya hati, punya telinga. Dan dengan kita wujud, kita bisa ajadu, bisa ikut bersak, bersak. Ajadu Allah, ilah, ilah, Allah. Jadi dengan kita wujud saja, potensi wujud saja, dengan kita wujud itu nyekseni. Ternyata langit bumi digawai Allah, Allah yang gawai aku, Allah yang menciptakan ini semua. Sehingga dengan modal sahadah saja itu orang tidak min ahlil jannah. Andai kan orang itu maksyiat seumur-umur, tapi pernah baca ilah, ilah, ilah, tetap dah sholal. Jannah. Mau digodoh kok, kayak obonin roko suwi, tetap dah sholal. Jannah. Pemirsa yang mengatakan bahwa pengiran tidak salah, saya ingin mengatakan kepadanya, jika mereka berbeda, misalnya umurnya 100 tahun, maksiatnya tidak 100 tahun. Jika mereka disiksa lebih dari 100 tahun, maksiatnya tidak apa-apa. Jika pengiran menyiksa, maksiatnya tidak apa-apa. Tapi diwalaikan, ketika orang tua mulai bayu, dia akan menghentikan mata, dihentikan pengiran suara. Itu harus dibantu suara. Jadi orang itu, dia mengerti, dia akan menghentikan rata-rata maksiatnya seumur-umur. Tapi ini keluarganya sudah berulang tahun, saya tidak mau berulang tahun. Saya masih berulang tahun, anak saya berulang tahun, tapi saya masih berulang tahun. Ini keluarganya sudah berulang tahun. Ini mungkin mereka yang berulang tahun, tapi tidak mereka yang berulang tahun. Saya berpendapat, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya berpikir, saya ber Orang mutazila, orang ahli sunnah, yang orang-orang syariat berdebat kusir tentang masalah bagaimana mungkin matus warga tanpa ngamal, modal, fadolip, nge. Tapi orang sakitnya cara baca jelas, nak krono ngamal ada durasinya, ada nopo? Durasinya, dan itu batas amal kita walang puluh tahun. Walang puluh tahunnya Mustafa Umat Soleh ya lagi. Ya tau puber, tau nakal, tau kedunyan, mehmatik, tua ini terus jauh. Malah mau birang tahun, paham ya? Wih, semuanya sih kumat-kumatan, orang stabil. nyatanya orang-orang cerita tentang suarga, pas suarga ada kalau tidak stabil, tidak ada yang meneroka kalau tidak dikocok, tidak ada yang meneroka nah disini orang hakikat lebih benar, kenapa disurga selama sih? karena suarga itu terhadap Allah sementara Allah selama selama paham ya? jadi orang hakikat itu cara baca gampang nah kalau begitu, organ tubuh kita ini dengan dirinya sudah ibadah, karena dengan wujud sudah disuruh, jadi kita harus menjaga Bersaksi. Memangnya kajik Nabi bersaksi terus. Kalau orang sholat-sholat pas-pasan kok sampai, nanti pengira kan berdak sholat, berdak tawaf. Nah kajik Nabi bawa. Kajik Nabi semua organ tubuhnya itu di jahil pengira. Nanti orang makan, makan itu barang setia lebutin dan aman. Nabi baca Bismillahirrahmanirrahim. Selamatkan dia baca Alhamdulillah. Mau ke WC itu Nabi juga baca Bismillah. Setelah dari WC sesuatu yang biasa, Nabi juga bilang Alhamdulillahiladzi azabani al-azawa. Semua sistem tubuh kita, kita butuh makan, baca bismillah juga ibadah. Kita butuh berak, nanti bisa membuang al-azha, piloro. Itu juga nanti dihitung oleh Nabi Alhamdulillah. Sehingga semua proses tubuh yang ada pada Rasulullah semuanya menjadi ibadah. Makanya Nabi ngitung, makanya sampai enggak usah ngeluk. Dengan fisik yang sekarang enggak usah ngeluk. Nah, kalau ganteng ya syukur, paling ganteng. Nah, alhamdulillah potensi jina saya rendah. Karena orang itu yang minat. Paham, ya? Nah, jabat yang syukur, karena yang sama orang itu lebih luas. Nah, orang jabat berarti tidak ada kemungkinan korupsi. Berarti semua harus kita syukur. Atau kalau kita cilik, ya syukur. Kalau kita gede, ya syukur. Kalau kita bubar, ya syukur. Kalau kita berdua, ya pengiran. Angger pengirannya, ya syukur. Kalau kita santai, ya syukur. Terus Nabi menyebut lagi, yang disebut Nabi itu hal-hal kecil, wa'imu tatul azamina toriq ya sodako, kuwa'i pono kotoran, atau ada riduli, atau apa yang menggaguh di dalam, kamu singkirkan juga nopo, ibadah. Lalu yang luar biasa Nabi akhirnya ngentikan, wafi buti ahadikum sodakotun, bahkan kamu menggauli istri kamu itu juga ibadah. Padahal suatu yang seks, yang pornografi, yang biologis, Nabi juga nyebut, wafi buti ahadikum sodakotun, dalam organ buluk kamu itu juga sodakotun. Sampai sahabat ada yang tanya, Bagaimana mungkin ya Rasulullah orang mendatangi sahwatnya kemudian dia dapat paham? Pemurusan sahwat masuk untuk ganjaran ya Rasulullah. Tapi apa kata Nabi? Nah ini salah letak itu kan Yudhuso. Kembali bujum subhanakabir. Hai suarga kak mergupi wonglanang reikal Jino nabar tiga isengweto pahami minimal ada durasi sekian jam dengan seragam Zino dan itu prestasi resme menjadikan api-api api-api uwawidow singlanang maridoyan terus berarti itu terus nonton lww lho bukan papa karena nanti ngetiknya Nabi ngerti Nabi lo kawin yotar kezina Kawin model saat ini tidak ada yang mengerti, ini Nabi tidak jadinya nikah, itu agotulil basar, waksonulil farji. Istilah aslinya Nabi tentang nikah itu agotulil basar, waksonulil farji. Saat ini ada istilah macam-macam. Bentuk keluarga sakinah, mawadah, rahmah. Tidak seperti anak tua, anak-anak, ada yang rumah. Itu tidak ada teori. Yang anak-anak yang nanti tua itu apa? Yang anak-anak yang selesai itu apa? Malah doa para mati ini bapak, ayo pirang. Itu tidak ada teori. Itu tidak ada apa-apa. Nanti anak-anak, anak tua itu yang berumat. Mungkin itu zaman suke yang berulang dari orang tua. Paling nasibnya tidak ada orang yang berumat. Semua orang yang berumat. Faham ya? Ini benar-benar saya mengerti. Dengan teori ini, maka surga dan neraka dihitung seperti ilmu hakikat tadi. Faham ya? Berarti Ridhovo itu sudah ada sekarang. Dan itu nanti dijelmakan surga. Suktuwo sudah ada sekarang, tapi nanti dijelmakan neraka. Tapi masalahnya Allah itu wujud mulai sekarang. Mulai zaman azari sampai sekarang wujud. Kalau Allah itu wujudnya sekarang, tentu ada ridhonya juga sekarang. Ada suktunya juga sekarang. Jadi kalau nunggu nanti-nanti terlambat, terlambat. Nah itu orang hakikat bilang, Lau asroqolaka nurul basiroti la ro'ayta wa akhirata akroba ilaiha min antartakila ilaiha. Andekan nurul basiroh kamu kuat, tentu melihat akhiratnya sekarang. Maksudnya melihat suktuwa ya sekarang, melihat ridhawah ya nama. Sekarang tidak usah menantikan, akhirnya kita nyaman. Mulanya ada sohabat ketika dia diajir bajian ditanya, apa kamu tidak kangen Mekah, kamu orang Mekah asli? Sekarang putuhan, Mekah sudah milik orang Islam. Kenapa kamu tidak kembali ke Mekah? Dia jawabnya enak, aku kalau di Mekah paling bantar ibadah kutuwa. Itu yang boleh Rida ini pengirat. Aku ini yang menyebar Islam, yang boleh Rida ini pengirat. Aku ini yang menyebar. Jika orang-orang hakikat ibadah itu per detik, per menit, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Tapi kalau orang-orang syariat memang gitu, ruang sana sholat itu naik ke masjid. Tapi Allah tahu betul, kamu yang sekarang sholat di masjid itu akumulasi dari sistem organ tubuh. Yang disebut fikuli sulama minanat sudah, kuei sodok masjid itu mergosikelem normal, lorat setruk. Saya bisa melakukan bergobar makan, berarti saya bisa menjaga sistem perut saya normal, sehingga ada energi, sistem kaki saya normal, sehingga bisa jalan ke masjid, sistem apa saja normal. Dan itu hebatnya Rasulullah, makanya Nabi pertama jawab, dalam sistem tubuh kamu, minanat sudah. Jadi sebetulnya dengan ikut namunan, kalau saya menganggap sampai, ini tidak ada uang sepele. Kalau pantas itu tak kembali kayak kulo. Karena ini sebetulnya kalau bisa manfaatkan tubuh sampean, ya meskipun bentuknya juga tidak jelas, itu sudah wali. Cuma tingkat sahaja Anda terhadap Allah ini yang rendah. Sehingga kawangannya ya mau onggokan degeng, sekeluyar-keluyar, ngonoai, paham? Itu tidak kasusnya sampean, itu tidak kasus kulo, paham? Itu kasus yang sampean alami, tidak kasus saya. Aku lah rame-lomelo, paham? Aku sudah sampai, jadi kamu sudah mau menjelaskan apa yang saya katakan? Jadi yang sekarang kelihatan kita sholat di masjid, kita tawaf di ka'bah, kita wukuf di arofa, itu memakumulasi dari sekian puluh tahun, dari sekian sistem syaraf kita, kesempatan nekmatnya Allah yang luar biasa. Sehingga harusnya terhitung mulai itu, paham ya? Terhitung mulai. Sehingga dimulai desain kaki juga nanti ibadah. Karena khatwatin yak tuha ilal masajid. Langkah yang mau orang mejid ya dadah no, ibadah. Dan sebagainya. Sehingga orang-orang sufi itu nyaman di rumah ya nyaman ibadah. Nanti ketika di mejid ya nyaman ibadah. Ketika di ka'bah ya nyaman ibadah. Keluar dari ka'bah lagi ya ibadah. Orang malapara haji, ibadah kok enak ya ini ka'bah. Nanti jauh enak ka'bah. Gak apa pengirani ganti. Utak wale. Gak apa pengirani apa. Pengirani di sini di Kabah, di sini di Buduga ini bodoh, paham ya? Apa? Bodoh. Jadi ini malah ngono, malah membeda-bedakan. Jadi sampai soal memang kita secara syariat harus ke Mekah, hasil. Tapi setelah di Mekah, ya pengirani Kabah ya apa, yang Indonesia ya apa. Ini sama ibadah, sama nyamanya. Hai cuma memang enggak mungkin cara saya kasih kau ngubungi langgar bedua ya sudah gitu mau kenaan panitian dikomersial no hahaha butuh kelele di comer ya Makanya kata hikam, nikmat tertinggi itu nikmat tul ijad. Dengan kita wujud saja, jadi agam, agam itu membelenggu. Tidak ada itu, kita tidak bisa bersak. Tapi dengan kita wujud, kita bisa melakukannya kekuasaannya Allah. Sebuah pihak bentuknya, sebuah pihak kadarnya, dengan kita wujud, melakukannya kekuasaannya Allah. Dan itu yang disebut... وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا صَلِحًا وَاللَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا صَلِحًا وَاللَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا صَلِحًا Orang-orang yang iman, dengan sendirinya, pasti menjadi syahid, menjadi syahid. Jadi, Allah kalau menghitung saksi di Qur'an-Qur'an, mulai mata kita, hidung kita, mulai mata syahid, mulai mata syahid, itu semuanya. Mulai lesan, mulai apa, semuanya. Mulai kita wujud, kita semua. Biasanya kita wujud, kita bisa menikmati kekuasaan ini. Lagi yang berkorok kan juga gara-gara wujud durakan di pengiran, tapi itu mulai berkorok. Malah ini ngerti-ngerti-ngerti Nabi, kenapa itu hebatnya Rasulullah. Makanya saya agen bahwa Rasulullah itu juga pengajar ilmu hakikat. Tentu karena Nabi cara ngajarnya tidak melahirkan kesesatan kayak kasusnya Hussein Al-Khalas dan Siti Jenan. Sebetulnya sederhana, kenapa Nabi bilang, Seidul istighfar itu dunia tidak dimulai dari kata Astagfirullah. Seidul istighfar dimulai i'rrabbi, Allahumma anta rabbi, la ilaha illa anta kholaktani. Bukan dimulai dari kata istighfar. Kata nabi, istighfar terbaik itu lakannya ini, Allahumma anta rabbi, jenengan pengeran kulo. La ilaha illa anta, orang-orang pengeran kecuali jenengan. Anta rabbi, jenengan pengeran kulo, kholaktani. Poe, pie, jenengan kadung gawikulo. Resikone gawik, kadung loge maksyiat nekum. jadi piawai itu maksiat, maksiat itu harus dikawal jadi orang-orang itu maksiat jadi kalau ini pengiraan itu teror, waduh lah ini para model neror ini dari cara-cara khatius piawai itu maksiat itu berkara itu meskipun piawai itu ada yang kira-kira itu jadi ini cerita seperti pengiraan pasti, piawai itu harus dikawal Tapi harus jujur, makanya orang-orang yang pernah maksiat itu harus jujur katus gulau, nak niru katus gulau. Dia istighfar itu jujur, mau kan gulau buatan seneng, mau ni asli froto kan gulau buatan seneng. Itu nanti menjadikan orang itu pesimis, dan hubungan dengan Tuhan itu negatif. Kesannya kita hanya dosa saja. Kau tidak pilihkan asli roh yang satu gulau buatan cowok-cowok, yang satu gulau buatan cowok-cowok. Mau sama-sama gulau ijazah, biar dia tidak disokai. Kata Nabi itu saya itu istighfar, istighfar terbaik. harus dicatat itu dawe nabi itu istighfar terbaik kalau sampai astaghfirullah s.a.w itu nanti kalau jenis-jenis orang yang kuper atau yang pesimis ya Allah kusti duk sotok, kalau tembunya duk sotok kapan kalau sagedi dengan tom potobati sehingga dia ini banyak pengen nombor potobati ya kan ngelantar terus dia ini istighfar nganti nangisnya, yang sawangannya wujudnya dia ini penting padahal ya orang penting belas tapi kalau yang dihasilkan nabi tidak, cara ngendikan gini antarabila ilah ilah antar kolaktani wa ana abduga kalau tetap kawalan di jeningan Wa ana ala adhika wa adhika matta tahtu Selagi kita mampu, kita ingin kita tidak ada perintahnya saja Dan yang saya paling tertarik itu kata begini Abu ulaka gini mati ke aliyah Jika gendolah kamu, apa yang harus kita lakukan? Jika kita gendolah, apa yang harus kita lakukan? Kita tetap berusaha untuk mati saja Jadi tetap melihat positifnya dulu Misalnya kita tahu mati ini orang tahu, jika kita tahu maka siapa saja Tapi kenapa kita wujud? Jika kita wujud, tahu mati ini orang, ya bisa selamatkan nyawa kita Uang, kalau kasusnya saya dinaumar. Ya Rasulullah, sebagaimana zaman saya kafir banyak merugikan orang Islam, saya bersumpah setelah saya Islam akan banyak merugikan orang kafir. Begitu juga Khalid bin Walid. Ya Rasulullah, saya banyak membunuh orang mu'min, tapi saya bersumpah setelah saya Islam akan banyak membunuh orang kafir. Begitu juga usaha pesakit dulu. Artinya dengan kita wujud, potensi kita saat dosa, itu yaisah api. Jika ada yang mengatakan, Abu Laka Bini emati ke alaiya, Fie mawon gustikulo sowan jenengan, tetep gowan emati jenengan. Lo sowan jenengan dalam bahasa ilmu hakekat dimulai sekarang dulu ya. Jangan salah paham nanti akhirat oke. Lo ingin kan bahasa ilmu hakekat dimulai sekarang juga. Mereka mengatakan bahwa saya ini, tapi saya ini bukan, paham? Mereka mengatakan bahwa saya ini, paham? Ini bukan ilmu kaki. Kalau saya berkelas, saya akan berkelas. Kalau saya ini, saya akan morset. Maksudnya, saya gede-gede ini, tapi saya tidak paham. Benro. Hai lulusan pengiran mulai saigi sekarang juga di kita sudah soal Allah tentu kita kudu ikror semua nekmatnya Oh yang sekarang juga abu laka binikmatika aliyafi mawon gusti kalau tetap balik ngematin dengan status Saya wujud ini karena saya mati jenengan. Karena kalau wujud, saya wujud jenengan. Akhirnya karena kalau saya wujud jenengan, anak maksiat juga sungkan. Waktu saya berada di Jambi, saya tidak bisa berdosa, saya tidak bisa berdosa. Mereka itu salah. Kalau saya wujud, saya tidak bisa berdosa. Tapi saya harus berdosa, saya harus berdosa. Saya tahu, virus ini, antara sakit berdosa, saya tidak bisa berdosa. Orang yang berdosa tidak penting. Kadang orang itu berpikir, berdosa atau tidak, berdosa atau tidak, itu tidak penting. Nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, nabi sepura, n Maknanya kan sederhana gampang. Langit dan bumi itu pernah tidak ada. Berarti berstatus adab. Adame langit bumi dimusnahkan oleh Allah. Dengan langit bumi diwujudkan. Setelah langit bumi diwujudkan juga wujud dalam keadaan rentan. Wujud yang orang hati diwujudkan dalam keadaan badil. Karena setelah wujud itu dimenyapkan. Berarti zaman adam ya adam itu diwujudkan. Zaman wujud ya wujud itu diadam. dan wujud ini kita mau eksistensi tampo-tampo eksisten lebih baik wujud tapi roh mati ini kapan orang itu ngatur awaidz zaman aku wujud yorakarpudewi ngaku mati kapan yorakarpudewi wujud model obo wujud wujudan madun zaman wujud yorakarpdewi perwujud yorakarpdewi mati ini kapan yoraro nasibipi yoraro lu wujud warahwa eh Jadi ini adalah wujud-wujud yang rentang. Nah, wujud yang rentang disebut wujud imkan. Yang Allah wajibkan. Nah, kalau berhubung kita rentang ya sudah. Itu yang dimaksud orang hajat, Wuluse inhalikun ilawajah. Hakikatelianewa saikilawes rusak. Mereka wujud, kok tidak bisa mengurusi Allah kepadanya, wujud rusak atau wujud tenanan? Wujud yang ruwung. Yang wujud, kok tidak bisa mengurusi Allah kepadanya, tidak bisa mengurusi eksistensinya? Nah, berhubung wujudnya ini, wujudnya bisa diadamkan, kalau diadamkan diwujud, maka dari orang kaki, kaki yang diberikan Allah, tidak ada yang bisa diadamkan. Maksudnya, tidak ada yang bisa diadamkan, orang kaki yang diwujud-wujud diberikan, mereka bisa diadamkan. Di zaman wujud tidak ada yang bisa diadamkan, di zaman matahari tidak ada yang bisa diadamkan, di suarga yang tidak ada yang bisa diadamkan. Tidak ada yang bisa diadamkan. Nah, kalau kamu mau mencari nabi mati, tidak ada yang bisa diadamkan, tidak ada yang bisa diadamkan. Kau harus mengajar suarga, kamu Cuma kadang kita ini menghati kita saja, bilang kita suarga tanah rokok, ya aman, wuuh, jadi pikir, enggak ada cara nabi, maka enggak akhir kalamihi Allah, bahkulah jannah. Allah saja, atau la ilaha wasajawah, orang baka sawah, paham? Makanya aku yakin, saya nanti mati itu dalam kemegahan, merupakan aku tidak mau dibilang tanah jujur sampai aku mati baka sawah. Makanya aku selalu senang tidak ada ini bujuk, kalau aku tidak mau mati, semuanya mati, tidak sesuai di pendemik, di pendemik. Nah, ini kan, ini gue, santrinya, aku gak ada di sana. Gue gak ada di sana, gak ada. Ini yang kira bulan berikutnya gak cipri, jiris, mati, aja. Aduh, ini aja, Raffi. Loh, mau cuci, itu ngurang-ngurangin. Gak ada di sini, kan. Gampang, kok, korepot. Seneng-seneng, kok, nombor. Karena orang hakat itu tahu wujud yang sekarang itu wujud yang halik, wujud yang rusak. Karena untuk mempertahankan wujudnya sendiri, tidak bisa. Makanya orang-orang hakat mana ini, orang-orang wujud hati kecuali Allah. Mereka wujud yang se-iki, kemarin wujud juga, mela-mela. Jika mereka memilih, memilih anak SP, lalu memilih anak Bapak yang orang Marisidonya. Misalnya yang santri, memilih anak-anak yang terkenal, lalu memilih anak yang musyola penceng. Memilih Bapak yang belum ada. Padahal kok kecewa iso, kurang ajarin. Wom milih Raisa kok iso kecewa? Kudusnya ditampol. Wom resom, malah ini wong Baga B. Nasab yuk roblot, yuk keliru. Wong dikini orang seng milah kok bang. Loh dia ditekdir jadi bapakiku, ben kia iki, ben kia iki, dikini seng milah apa tekdirnya pengiran? Tekdir sih bangga. Kami tidak bisa berbicara dengan orang lain, hanya pengiriman yang tidak menolong. Tapi kami tidak bisa berbicara dengan orang lain. Kami tidak bisa berbicara dengan orang lain. Kami tidak bisa bertemu dengan orang lain. Keluarga-keluarga yang biasa berbicara dengan kami, apa yang dalam anak saya itu bingung. apa siapa semua yang biasanya namanya kalau tak mempercepat anak belum jadi buah bakso awam anden makmur yang wujud Rahagikia kalau sehat halikon ilah Saya tidak tahu apa yang saya katakan. Nah, dengan begitu, makanya itu. Kemudian, langit dan bumi, yang dikatakan dikitab ini, langit dan bumi itu berbeda dengan kebutuhan yang diperlukan. Yang diperlukan adalah yang mengubah langit dan bumi. Nah, rohani ini, apa yang saya katakan? Maksudnya, yang mengubah langit dan bumi. Saya ini, orang tua, orang tua mengubah gedung. Itu adalah karena saya tidak membutuhkan uang. Ruhi sampai sekarang tidak membutuhkan uang. Akhirnya Allah membuat buah-buahan, karena manusia dibesarkan untuk memotong. Paham ya? Allah membuat bensin, karena manusia dengan keluarga tidak membeli. Waktu itu pengiraan menuruti, jika manusia merepot. Kenapa? Karena orang makan tanduran, makan buah-buahan, Allah membuat udang. Membuat bumi subur, baru itu membuat selam. Membuat bensin, meruat. Mereka tidak akan menerima. Jika itu, mereka tidak akan menerima pengiraan. Bagaimana? Jika manusia tidak akan menerima. Pengiran mulanya dari hikam, inna mawasi akal baunu min haitu jismani atuka. Sengamen rusan ke dunia, asli ini jisil meming. Ya, jadi ayo, pengiran gaya apa ya? Gaya buah-buahan gue menuso. Tapi konsekuensi, jadi pengiran gaya buah-buahan gue juga gaya hutan. Mergo wetiku iso, urep nak wanten apa? Hutan. Lago ngalirah hutan, gue doa Allah gaya sungai. Itu tuh kerepotan, ngurusi jisil me menusoin apa? Kerepotan. Sebab itu mungkin sekali sebelum manusia, sebelum ada langit dan bumi, roh manusia sudah diciptakan mungkin. Karena tentu roh ini tidak butuh elemen yang jenisnya langit dan bumi. Mergok alam roh tentu tidak butuh itu semua. Karena ketika di Quran, nak jisim itu jadi mintinin. Ya nak jisim, jisim-jisimnya sampai yang. Kholaknal insan ini jadi minso-solin, khama emas, dan tomintinin. Songkol lemah. Tapi kalau roh islah Tuhan, warafaktufihi, mirrohi. Islah Tuhan mirrohi. Melalui roh di misteri Tuhan sampai ke akhirnya. Kalau jisim jelas masih menantikan. Tapi kalau roh, menantikan. Karena di Al-Quran, Tapi ilmu hakikat ini harus saya jelaskan. Jangan sampai tidak perlu salah faham. Karena memang tidak paham, salah paham tidak bisa paham. Paham. Lalu saya sering ngomong sama yang ngaji saya, Anda boleh berdebat dengan saya, sarannya salah paham. Tapi kalau tidak paham dengan yang paham, ya ngaji. Enggak paham, kok menyalah. Salah paham, enggak bisa pakai referensi ini. Ngaji ini tidak bisa pakai, ngalimi udah-udih. Berdebat salah paham macam, enggak? Ngalimi tidak pandang. Kekasihnya, saya tidak tahu, apakah ini cocok atau tidak. Mungkin saya tidak tahu, saya tidak tahu. Saya tidak tahu, kalau saya tahu, saya tidak tahu. Saya tidak tahu, saya tidak tahu. Saya tidak tahu, saya tidak tahu. Malah, ada yang berkata, Alam itu hanya untuk menjaga keamanan, tapi alam ini tidak bisa memuatkan kamu dari segi roh kamu. Dari segi roh? Tidak, saya tidak mengerti. Saya ingin mengatakan kepada teman-teman, misalnya yang suka berjalan dengan jino, yang suka berjalan dengan ngombe, yang suka berjalan dengan orang yang tidak usah kekerasan. Alam roh itu mudah sekali. Saya tidak suka berjalan dengan orang lain, saya ingin berjalan dengan orang lain, saya ingin menikmati. Jadi alam roh seleranya sederhana. Hai pengiran si pintar regewon Kak Yuni ngomong ya suami alam jasa kurang ada narang lawan iraqus berkata pulang balik separeng Zinno tenan malam jasa alam robot uranegang pencipto atau gampang goyang-goyong kok pengen tadi rukun ini bukti diri saya cukup mulai dari kajian alam rokok alam singkik atau ketuhanan Gampang sekali, semuanya kurang ngajar itu alam jiz. Gampang, sampai tadi cerita ini, ini apa bisnis di Jakarta atau di Malaysia? Wadah lain-lain, kalau di bangunan. Itu sederhana untuk dua, alam roh itu sempat. Cita-cita, kepinginan Malaysia, dua-dua, dua-dua, sepeda, montor, rabi, bunga, desa, itu sempat. Jadi alhamdulillah gampang syukur. Tapi kalau tidak, tidak apa-apa. Tapi kalau tidak, tidak apa-apa. Tapi kalau tidak, tidak apa-apa. Kalau tidak, tidak apa-apa. Kalau tidak, tidak apa-apa. Alhamdulillah tidak apa-apa. Paham ya? Kalau tidak, tidak apa-apa. Alhamdulillah tidak apa-apa. Alhamdulillah, ulama itu yang waras. Itu yang kuat rohaninya. Dibang jas, maninya. Kami berkumpul di kota yang lain, di mana saja, kami berkumpul di sana. Biasanya kami berdiri di terminal, mulai ada orang macam-macam, mulai ada orang nakal, mulai ada orang yang berkumpul di sana. Kami berpikir, ada yang sederhana. Ini saya, cara saya, orang nakal. Tapi saya tidak tahu kenapa, karena saya tidak tahu. Karena saya tidak tahu, saya tidak tahu apa yang berlaku, jadi saya berpikir, ini mengirikan maling-maling, karena saya tidak tahu apa yang berlaku. Kenapa? Saya tidak tahu apa yang berlaku, Aku takut,