Hai kalau mau diatas begini tapi itu meninggal kalau itu mau dipikir bahaya apaan maka mungkin nah Sampai ke kita harus merubah mindset masyarakat Jangan menganggap bahwa sampai itu adalah musuh Sampai itu adalah barang buang Tapi bagaimana semacam mungkin Sampai yang keluar dari rumahnya itu sedikit serang Artinya memang sampai yang harus sebenarnya masuk ke negara Sampai yang benar-benar kita tidak bisa apa-apanya Intro Terima kasih telah Tempat pembuangan akhir sampah Tamangapa. Satu kata yang dapat merepresentasikan tempat ini yaitu bau. Tapi itu hanya berlaku bagi orang-orang yang berada di luar tempat ini.
Sedangkan bagi mereka yang menghabiskan waktunya setiap hari hingga bertahun-tahun di sini, bau bukanlah sebuah masalah. Karena nyatanya, tempat ini menjadi rumah sekaligus sumber kehidupan bagi sebagian warga kelurahan Tamangapa. TPA Sampah Tamangapa merupakan tempat sampah terbesar di Makassar. Semua sampah yang dikumpulkan dari berbagai wilayah di kota Makassar berakhir di sini. Hitungan itu biasa kerekaran 100, kerekaran lebih, kerekaran lebih.
Karena ada juga mobil ini biasa terbahar 5-4. Jadi kalau misalnya harusnya 100, lebih 100 itu. Ini tadi ada Ambrong, yang ini saya, ke malam yang Ambrong, ini kan ini dari Jendola, lain Ambrong, lain Dongkang, lain Tangerang.
Secara administratif, Kelurahan Tamangapa berada dalam teritori Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Kecamatan Manggala sendiri terdiri dari 8 kelurahan. Kelurahan Manggala, Antang, Gitoa, Batua, Borong, Bangkala, Diring Romang, dan yang menjadi lokasi tempat pembuangan akhir yang dimaksud adalah Tamangapa. Disinilah lokasi tempat pembuangan sampah tersebut berada. Dan berdasarkan data status kependudukan tahun 2020 mencatat, terdapat 15.329 orang yang berada di kota ini.
orang yang tinggal di Kelorahan Tamangapa. 7.651 diantaranya adalah laki-laki dan 7.678 sisanya adalah perempuan. Dan salah satu dari banyaknya perempuan tersebut adalah Ibu Ros.
Ibu Ros yang bertahun-tahun menggantungkan kehidupannya dan keluarganya melalui tumpukan sampah yang berada di TPA Sampah Tamangapa. Ada yang tanya 30 tahun. Saya sekolah di sini belum memulih, bersuara-suara.
Tidak cukup, itu tuh. Tidak ada yang mencoba, itu sama setara. Itu cukup, ini. Jadi, biasa kadang ada sholat, kadang tidak ada. Kalau 50, 50. Jangan lupa like, share, dan subscribe channel ini untuk dapat info terbaru.
Saya sudah bersuami, itu saja satu, saya juga bisa berkepuan, saya sudah bersuami, kalau laki-laki tidak ada. Banyak kecil-kecil anakku, ada kelas 6, ada juga kelas 1, jadi ada lagi pun sudah. Bisa bertahun-tahun, yang mau dibelanja total 50, jadi dapat 50. Itu biasa kadang diutang, kalau mau kasih utang, utang itu selalu ada. Baru tidak ada pekerjaannya lain, berlainan mulu.
Terima kasih telah menonton Hai saya punya nama Nasroun S.E. November Nasroun S.E. saya mulai ditubaskan di TPA 2 Mei 2022 kembali ke Palau Binti DPA sampah tamang apa dari saya bertanggung jawab penuh apapun metode atau bagaimana teknik bagi pelaksanaan TV ini itu dibawakan dari saya itu tanggung jawab saya apapun apapun yang bergerak bagaimana mekanisme itu dibawahkan dari saya yang namanya kepala pasti langsung harus berhasil ya buat buat apa lagi masa kepala buat kita cuma kan disini kita lihat tidak seperti mungkin kita bayangkan ini kan bagus dulu ini kan tebal ini sudah harusnya carikan tentang mati lain karena ini sudah 29 tahun mungkin datang datang ke pagar lebih siapa sih yang salah itu begini perlakuan masyarakatlah yang tidak tak mudah sampai dipercayakan sebelumnya saya kepala daun bansam pedikota makasar terkenal terkenal itu sampai di negeri hai hai Iya, pokoknya ya kalau ada wartawan, jangan cari-cari masalah di TPM. Masa TPM tidak pernah bermasalah. Yang bermasalah itu orang yang tidak mau mengelola sampahnya.
Bayangkan, dia penelitian, ribuan orang meneliti di sini kalau tidak mencarikan. solusi bagaimana masyarakat mengeluarkan sampahnya biarpun berapa orang negara siapkan tetap agak-agak masing-masing seperti ini kalau saya bilang jangan salahkan kita lihat sampah setiap hari masing-masing sampai hampir 1000 ton per hari biar berapa lahan disiapkan kalau begini metode ini ya sabar Coba apa bensalanya disini orang-orang, bekerja atau tidak, bekerja. Tapi bagaimana setinggalkan bekerja orang kalau tidak mencarikan solusi bagaimana menyelesaikan persoalan sampah dari akarnya, dari sumbernya, tidak akan seperti, sampai kematian dunia pun akan seperti ini. Tidak mungkin membunuh kalau tidak jadi uang. Kenapa?
Nah juga saya tidak mau larang. Coba kalau tidak ada pembunuh, mungkin lebih parah. Kau mengurangi sampai sudah masuk. Maka perasaannya mereka kadang tidak mengerti bahwa mereka hanya...
Cara hidup di sini bukan mereka punya lahan. Kita lihat itu hasilnya, maunya mengganggu, kendaranya mau masuk memulau karena dipakai, bahu jalan menutup. Tapi kan kita berpikir mereka juga butuh hidup.
Dan salah satu cara hidup. Penghidupan itu dari sini. Bahkan tetangga-tetangga kita yang mendekat dari sini kayak marut pasti ada sampah juga.
Cuma kan kita tidak bisa identifikasi. Kita harus merubah manusia, masyarakat. Jangan menganggap bahwa sampah itu adalah musuh. Sampah itu adalah orang buang.
Tapi bagaimana semaksimal mungkin, sekecil mungkin sampah yang keluar dari rumahnya itu sedikit serat. Iya. Artinya memang sampai yang harus sebenarnya masuk ke TPA adalah sampai yang benar-benar kita tidak bisa apa-apain. Ini kan dampaknya kalau begini berapa penduduk, berapa perumahan.
Tapi kan di sisi lain yang mana dibuat TPA daripada perumahan? Kan bukan TPA. Akses ke jalanan yang dibikin dulu oleh pemerintah Kota Magasar, walaupun di pandang-pandang tadi itu kan untuk TPA.
Itu kan untuk penduduk. Contoh saja kita lihat di sini. Jalan masuk ini kan untuk TPR, jalan keluar untuk TPR, tapi faktanya kenapa banyak penduduk membangun.
Padahal dalam undang-undang ini tidak dibenarkan. Makanya cari mungkin kalau ada yang Gmb-nya berarti bahaya, tergurang. Dari yang memiliki Gmb di sini, apalagi dari jarak 1 km dari sini, tidak boleh.
Sebenarnya tidak boleh orang lain masuk disini selain orang CKR dengan koper-koper sama. Karena kita tahu banyak penyakit, banyak kuman, banyak bayi, banyak. Kenapa dilarang?
Tapi saat itu sudah jelas. banyak saudara-saudara kita hidupnya ada di sini disuruh saja pakai masker coba pakai bagikan tiap sampai satu jalan buang padahal untuk keberikannya itu kos terbagi karena mereka menganggap menghambat aktivitasnya kalau dia pakai masker Hai kita lihat si punya Kala berapa putar, dia tinggal di bawah. Kalau kita berpindah secara ini, ya bahaya sekali.
Terdapat banyak orang yang menggantungkan harap di TPA Sampah Taman Rapa. Mereka mengulung di tempat sampah yang sudah menggulung dan risikonya tidak tanggung-tanggung. Mereka harus beradu tantangan dengan banyak hal untuk dapat bertahan.
Bahkan berdasarkan laporan, sudah banyak pemulung yang menjadi korban di tempat mereka bekerja. Ada yang terjatuh, terlindas alat berat, dan masih banyak risiko lain yang pada situasi tertentu dapat mengintai kehidupan mereka, bahkan dapat meranggut nyawa. Bawah, di bawah, tapi kan ada kloset jatuh dari atas.
Memang kalau pakai kaya kayu atau apa, tak bisa. Maka nilai langsung anunya. Keninggal tuh, ya baru masih aja.
Hati-hati mami, anu mami, pasrah mami bilang, kalau mau nafian di atas begini tadi itu meninggalkan begitu. Kalau bukan buatunya itu tidak tunggu begitu. Kalau itu mau dipikir bilang, bahaya apa, tidak kasih makan makanya anak-anak.
Mereka yang hidup di tengah tumpukan sampah, memberikan kita sebuah sudut pandang baru tentang betapa kerasnya perjuangan. Perjuangan mereka dalam melanjutkan keberlangsungan hidup dan menafkai keluarga, menyingkirkan segala rintangan meski bahaya mengintai kapan saja.