Transcript for:
Perjalanan Usaha Suyono di Nganjuk

Kalau tiap minggu itu ada orang yang nageh ke rumah, nah itu yang buat saya sampai sekarang, tolong sob, saya kalau cerita nggak bisa pak. Jadi sebelum saya nikah dulu itu, saya itu jembatan, hidup saya jembatan pelosok, 10 km dari sini. Kalau punya uang Rp 1.000 ya mama ya, bisa kita belikan kacang hijau S2 Glass lah. Tidak kita belikan pak. Jadi nunggu orang jual kacang hijau itu habis, ampasnya itu saya beli. Pak beli kacang hijaunya, habis ya dik tinggal ampasnya. Iya nggak apa-apa beli. Itu dikasihkan tiap hari gitu aja. Kalau malam minggu saya 10 jutaan sehari. Kalau hari-hari biasa ya 5-6. Profitnya 8 persenan. 5-8. Kan barang itu tidak semua untungnya flat gini. Ada yang untungnya 1 persen, ada yang 2 persen, ada yang 20. Kalau erak ini kita bayar karyawan aja itu seminggu 18-20. Nah untuk platnya itu satu tonnya 17 juta. Itu seminggu bisa dua kali. Untuk plat saja, plat ini. Bahannya, alhamdulillah, sampai saat ini kita sudah... Sudah kirim lebih dari 2.000 toko Pak seluruh Indonesia untuk rak dan perangkat kasirnya. Terjauh sampai Papua Pedalaman Pak. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Perkenalkan nama saya Suyono Kalau di Youtube Suyono Mandang Indonesia Kita alamat di Desa Monong, Kecamatan Jatikalen, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur Usaha kita di bidang menyediakan perlengkapan toko mulai dari penyediaan rak-rak dan sistem kasir, jadi sistem administrasi untuk keluar masuk uang dan barang. Usaha ini secara tidak sengaja ya, jadi di awal dulu sekitar tahun 2012 kita awalnya jualan sayur. Saya kalau cerita nggak bisa pak, gimana? Jadi... Hai jadi saya kalau mau cerita dari awal itu ingatan saya Pak yang pertama tuh bener ya hai hai Jadi 2012 itu saya jualan sayur dan buah di pasar. Kebetulan berjalan seperti biasa, bisa untuk kehidupan sehari-hari. Di tengah perjalanan kita bangun rumah itu. Bangun rumah rencana sama istri ya sudah ada uangan. Jadi sudah nabung material, nabung semen, nabung batu. Akhirnya kita sama istri kan pendapatan sudah bisa lah. Kita lalu utang bank. Utang bank itu 35. 35 itu lancar ya. Tinggal sisa 10 juta. Mungkin kalau kurang 5 bulan atau 6 bulan sudah lunas. Akhirnya istri itu ambil anak saya yang kedua. Dari situ setiap ke pasar dia mutah-mutah. Akhirnya kita usaha ke pertanian. Jadi sewa sawah untuk tanami tebu, tanami padi. Tiga tahun itu nggak panen. Tebu tiga kali terbakar. Dari utang tinggal sepuluh, jadi empat puluh. Yang semula utang satu bank, jadi banyak bank. Kalau tiap minggu itu ada orang yang nageh ke rumah. Nah itu yang buat saya sampai sekarang nolong sok. Jadi setiap nageh. itu setiap ada apa itu pak nggak bisa dijual itu untuk untuk bayar. Nah anak saya itu kelas 5 SD yang pertama itu. Setiap saya tidur kalau ada orang ke rumah cari bilang ayah keluar. Jadi anak saya kelas 5 itu sudah. Sudah berbohong pak sama orang. Secara tidak sengaja saya ngajar ya. Sayang tuh berbohong. Itu yang buat saya gak bisa. Meskipun saya belum tidur, anak saya pasti bilang, ayah keluar, ayah keluar. Padahal ayah itu di rumah. Jadi tau kalau setiap orang ke rumah itu nageh utang. Waktu itu. Jadi... Kita ambil bank perkreditan, BPR dari sini, untuk nutup utang bank sini, untuk nutup dan mutar. Akhirnya suatu hari, anak istri saya kumpulkan, ini usaha apa, saya tanya usaha apa. Akhirnya bikin... toko yang semula 4 bank PPR ini saya macetkan semua jadi setiap orang nageh saya kasih macet, apapun jenis bawa yang ada, jadi kalau nageh ke toko saya kasih Pak 200, kalau ada 100 ya saya kasih 100-100, kalau ada 200 saya kasih 200, akhirnya Alhamdulillah lunas, ya dari usaha toko itu, modalnya itu tebu yang terakhir itu panen, panen itu ada uang 19 juta, dari 19 punya utang 40, kalau kita bayar semua Kita tetap punya utang, jadi utang tetap saya macetkan, tapi niat tetap saya kasih seadanya. Inspirasinya itu gini, bukan bingung bikin usaha. Suatu saat saya itu ngantar tetangga untuk ketemu Bapak Bupati waktu itu. Jadi saya itu kenal ajudannya Bapak Bupati namanya Nono. Saya SMS atau saya WA ya dulu. Ini ada tetangga mau ketemu Bapak. Akhirnya. yang sudah didual-dualkan ketemu itu pas istirahat siang, makan siang, dia waktu rapat di Kota Dewan. Nah di situ saya ketemu, saya dapat nomor pertama. Jadi ada banyak kepentingan di situ. Nah begitu saya selesai untuk kedua ini pejabat jaman. namanya Pak Topeg, ya dia bilang sama Pak Topeg, Pak, aku menjaluk luruh, saya minta dua, saya nggak ngerti ini minta dua apa kan, nggak ngerti. Akhirnya, sing pejabat ini, kamu punya uang berapa? Pak Topeg bilang gitu, satu miliar, dua miliar. Kamu bikin namanya Basoromat, 10-20 saya izin. Akhirnya saya teringat itu, Pak. Oh, berarti bikin toko lah kalau diganjuk, nanti bikin minimarket. Kalau diganjuk ini, dari peraturannya membuka kran lah. Nah, dari situ Pak, ini pilihan saya. Jadi, dari pejabat yang kesusahan ini, saya bercita-cita tinggi. Saya akan belajar sungguh-sungguh. Nanti kalau ada orang punya uang, kesusahan buka, saya bisa carikan jalannya. Alhamdulillah, sampai saat ini kita sudah kirim lebih dari 2.000 toko Pak seluruh Indonesia. Untuk rak dan perangkat kasirnya. Terjauh sampai Papua Pedalaman Pak. Sampai Aceh itu benar meriah, sampai banyak lah. Tiap kota di seluruh Indonesia, kita hampir semua kirim. Jadi kalau ada orang pesan itu, ragu kan? Transfer uang jarak jauh kan ragu? Kita tanya kabupatennya mana, sama sini dekat nggak? Kalau dekat silahkan lihat di situ barang kita. Kalau ragu kita kirim barang ke situ, kalau sampai situ bayar. Kalau Kalimantan Timur kita berani CUD ya, karena kita sudah ada kerjasama dengan sopir sini yang biasa kirim sana, yang pernah ambil. Kalau Ongkir itu pemesan biasa kita suruh cari info untuk pengiriman dari Surabaya ke kota tujuan. Dari situ kita banyak kenal sama SPD-CFPD. Di situ, kami umat mengirim kepala. kalau satu kontainer berapa, kalau gabungan berapa, kalau antar pelabuhan berapa, kalau sampai door to door berapa, kita ada nomernya untuk pengiriman. Ini alat ini kita bikin sendiri Pak, semuanya bikin sendiri. Saya kan nggak bisa ngelas, cuma saya itu bisa sketch up. Jadi kalau mau bikin alat segini, saya gambar dulu di sketch up, saya animasikan, nanti orang-orang saya... Suruh bikin alatnya. Belajar sendiri ya dari Youtube. Jadi kita ini kalau mau orang bangun minimarket bisa menghitungkan rapnya, bisa kita bikin desainnya. Retail itu untungnya kecil, cuma kalinya itu banyak. Jadi umpama itemnya ada 5.000 item, kalinya akan banyak. Lakunya sehari berapa item. Kalau untungnya mie umpama ya 100-200, untuk mie instan gitu. Cuma kalinya kan kita ngejar kalinya yang banyak. Sebenarnya ya untung Pak, kita kan tahu belinya berapa, jualnya berapa. Tinggal kita bikin. Bisa mengurangi untuk pengeluaran yang lebih besar. Misalnya untuk sebelum rame, ya kita tangan sendiri lah. Nah nanti kalau sudah bisa ngerekut karyawan, ya ambil karyawan. Kalau selama belum bisa, ya untuk mengembangkan usahanya dulu. Sudah punya berapa toko ritel? Dua, mau tiga itu proses pembersihan tadi. Di kecamatan satu itu sewa, yang sini punya sendiri sudah. Yang di kecamatan pelandaan punya sendiri juga lahannya. Kalau rejeki itu sudah ada yang ngatur lah. Saya usaha itu nggak pernah Pak, ngasih persen lah. Kalau toko-toko lain kan... kan ngasih persen ke pelanggan kalau hari raya itu dikasih apa-apa. Saya nggak pernah. Jadi kalau orang pelanggan sudah bisa beli berarti dia punya uang. Ya lebih baik kita kasihkan yang lain, Pak. Yang nggak mampu beli itu yang kita kasih. Bukan pelanggan-pelanggan kan sudah punya uang. Itu nanti yang mendatangkan pelanggan. Meskipun dia nggak pernah beli, pelanggan akan datang, Pak. Ya berbagilah. Kalau kita dari dulu itu wajib istri saya itu. Dari semenjak itu, setiap dapat uang berapa sebagian harus nyisih, Pak. Sampai saat ini. Kita kan ada gajian YouTube itu. Ya itu dulu separoh, Pak. Ada. dari gaji YouTube untuk orang tua-tua itu. Sekarang gaji YouTube habis, itu tetap masih jalan. Ya kita dulu omset itu kecil pak. Untuk pengeluaran selain pengembangan untuk konsumsi kita ya kecil. Untuk pengembangan dulu. Jadi kalau orang belanja itu kan butuhnya lengkap, itu cari orang. Jadi di toko itu bisa menjual segalanya yang dibutuhkan manusia. Untuk pelayanan seperti transfer tarik tunai, untuk pembayaran listrik, pembayaran kredit apapun bisa. Untuk jual apapun yang dijual itu kan bisa numpang di situ. Ya dari situ kan kalinya nanti bisa banyak, bisa mengundang orang banyak. Kalau malam minggu saya Rp10 jutaan sehari. Kalau hari-hari biasa ya Rp5-6 jutaan. Profitnya 8 persenan mungkin. Rp5-8 jutaan. Kan barang itu tidak semua untungnya flat gini. Ada yang untungnya 1 persen, ada yang 2 persen, ada yang 20. Kalau harga itu kan sudah umum, Pak. Maksudnya dari pabrik kan sudah barang ini Rp2.000, ini Rp3.000, ini Rp5.000. Kayaknya tinggal ambil untung kan? Sudah ada, Pak. Kalau dari sales itu harganya berapa. Kita tinggal ambil maksimalnya atau dibawahnya gitu aja. Itu alih kalau kurus. memang harus perlu keahlian khusus lah, harus pendekatan ke distributor atau pengambilan banyak. Kalau retail ini mudah. Kita jualnya itu yang paling laku, itu yang paling murah. Jadi, umpama dari 10 mie instan, yang paling laku mie instan jempol, ini yang paling murah, Pak. Umpama 3000-an, ini umpama 3000, ini yang kita turunkan. Yang lain tetap. Jadi, yang banyak dicari orang itu justru yang paling murah. Semua itu berlaku begitu. Jadi, kelihatan toko kita kan kelihatan murah. Padahal yang murah hanya yang paling dicari orang. orang. Ya rak kita ini beda Pak dari pabrik. Dari bentuknya ini beda. Kalau dari pabrik itu 35 lebarnya. Kalau dari kita 25. Ini berdasarkan pengalaman kita, saya dulu bikin rak sendiri itu 40 lebarnya. Sedangkan stok kita itu segini. Akhirnya saya kecilkan 30. Akhirnya 30 masih kebesaran akhirnya saya kecilkan segini. Nah yang efektif itu segini. Yang paling banyak dicari orang. Ini yang toko-toko buka cabang itu yang sudah punya rak. Banyak yang cari ke kita karena ukurannya kita yang kecil. Jadi harganya bisa agak murah. Karena stok itu ya nggak mungkin sampai dalam sini, Pak. Segini. Jadi sudah laku segini, yang sini harus dimajukan. Ya daripada majukan, majukan, majukan, lebih baik pakai segini. Murahnya itu plat gini ya. Ini 0,7. Bisa digogling. Kalau beli satu lembar ini 350-an per lembar. Kalau dipotong jadi 8, ketemunya 40 ribu lebih. Kita jual ini sudah jadi 42 ribu. Jadi beli bahan di toko sama dengan beli barang saya sudah barang jadi. Karena barang ini Ini kalau dari pabrik ini bahannya yang kiri kanannya rusak, dipotong kiri kanan buangnya ke sini. Ini barang buangan dari pabrik bahannya, cuma nggak bisa banyak. Seminggu mungkin ya satu ton, satu setengah ton dapatnya bahannya. Dulu itu ya kita cari di lewaan, cari di pedagang-pedagang pelatiwan telat-telat ya. Kita harus muter-muter banyak lalu ketemu yang ini. Lama jadi ketemunya. Kalau erak ini kita bayar karyawan aja itu seminggu 18-20. Nah untuk pelatnya itu satu tonnya. 17 juta, itu seminggu bisa 2 kali, untuk plat saja, plat ini bahannya, sudah kesampean semua sih jadi istri itu yang dulu kita gak punya apa-apa pak, sekarang aset sudah ada semua pingin sawah yang dulu nyewa sekarang sudah bisa beli, jadi sekarang kalau ada orang menawarkan tanah itu saya tanya dulu, untuk apa dijual kalau dia bentur utang seperti saya itu saya bantu pak orangnya kayak itu yang punya tadi yang, itu tanah itu tawarkan saya pak, saya gak mau, utangnya berapa punya utang 7 juta itu mau... mau jual tanah, banknya saya bayar. Kita sudah lah dari dulu dibawa sekarang sudah punya itu ya, sudah berhenti. Kayak istri saya beli-beli tanah sudah enggak saya, untuk beli-beli tidak. Ini saja nanti kita gratiskan Pak untuk kolam renang semua. Itu bentuk syukur, syukur kita. Dulu pak ya, cerita belakang ya. Jadi sebelum saya nikah dulu itu, saya itu jembatan hidup saya, jembatan pelosok, 10 km dari sini. Di sana itu ada jalan naik ini. Jadi masih kecil ya, kelas 6 SD lah, sampai SMP. Itu tiap malam, Kalau ada orang dulu kan pedah pancal itu. Bawa jagung, bawa tahu. Itu biasanya kalau naik itu nunggu orang untuk bantu. Saya itu bantu, bantu di situ. Tiap malam itu bantu. Jam 2 malam orang ke pasar itu bantu di sana. Orang bawa jagung, kita... dikasih jagung, tahu kita kasih tahu, orang bawa tempe kasih tempe. Makan saya itu, makan saya itu dari situ. Kalau punya uang seribu rupiah mama ya, bisa kita belikan kacang hijau S2 Glass lah, tidak kita belikan Pak. Jadi nunggu orang jual kacang hijau itu habis lampasnya itu saya beli. Pak beli kacang hijaunya, habis ya dik tinggal lampasnya, ya nggak papa beli. Itu dikasihkan tiap hari gitu aja. Ya tahun 80-an, 89 sampai saya nikah itu saya masih hidup. di jembatan. Jadi, saya nikah istri saya itu... Istri juga keadaan sakit, Pak. Kita nggak kerja itu sama mertua itu ya, makan tiap hari ikut mertua. Ya dari situ kan, jadi gini kita kan sudah jauh, Pak. Kenapa kok memutuskan hidup di kolong ciptaan itu? Ya memang yang bisa ngasih hidup makan di sana, Pak. Orang tua itu sudah cari kehidupan sendiri ini, pisah dulu. Jadi punya saudara itu, yang emas itu di Malaysia, yang dua istri itu sudah nikah, yang emas saya sakit setruk. Kita tidak membebani emak lah. Di rumah juga gitu, kita kadang makan ya sampai kadang jam 2 gitu baru makan. Itu aja beras itu diutangi sama guru-guru, guru saya SD. Beras enggak enak itu yang kalau dimakan enggak enak. Ya mulai kelas. Kelas 6 SD lah kita sudah tidak di rumah. Jadi sekolah itu ya 4 hari masuk, 2 hari libur. Kerja kan ada pasiran sini. Cuma kalau waktu pasiran banjir, berapa pasir nggak laku itu ya nggak makan. Itu ada kerjaan di Nyaga Portal lah dulu. Restribusi lah untuk pasir itu. Sebulan gajian Rp250.000. Itu tahun 2007 lah. Jadi anak saya dua itu kalau minta apa-apa saya ajak ke sana. Saya ajak ke Nostalgia, ke jembatan. Ya biar tahu. tahu lah nggak perlu cerita saya di sana jadi orang sana sudah kenal saya semua yang konti jadi anak saya kalau sana go-go tawar-tawar kok kenal semua itu sama istri aja gitu jadi tukang becak itu saya berhenti mau berobat nanti dokter dia buka jadi istri tahu kita asalnya memang dari sana orang yang paling berperan dalam karir resmi sampai saat ini ya keluarga lah ya istri anak-anak saya yang pertama itu anak saya yang pertama Pertama itu toko saya tutup nggak boleh. Saya jalan-jalan dia mending buka toko. Yang paling membangkitkan usaha itu keluarga. Kalau kita itu ya tenaga. Kalau pikiran, jaga yang terlaten itu anak sama istri saya. Dan saya itu buka toko dulu 24 jam. Kenapa 24 jam? Kita kan punya uang 19 juta tadi. Nah itu saya bikin tempat itu hanya bisa atap sama lantai aja. Jadi untuk dinding keliling itu kita pakai terpah. Nah depan nggak pakai tutup. Jadi yang bikin buka itu memang nggak ada tutupnya. Kita tidur di toko. Jadwalnya. Saya itu jaga jam 11 sampai jam 4. Anak saya yang perempuan itu jam 4 sampai sekolah. Istri saya dari siang, nanti siang gantian tidur sama saya. Tiap hari gitu terus. Nanti nggak ada waktu untuk jalan-jalan atau apa. Kalau kita jalan-jalan, itu ya mungkin belanja kejombang gitu aja. Nah, waktu itu kan COVID. Anak kan nggak sekolah di rumah aja. Itu anak saya yang jaga. Nggak boleh tutup anak saya toko itu. Ingat dulu waktu ditage utang itu mungkin. Ya, kasihan lah. Kalau ingat itu kasihan. Kalau orang ngikuti Youtube saya akan paham, Pak. Jadi toko awal saya itu bagaimana sampai sekarang itu bagaimana. Jadi sebelum toko ke belakang saya itu, sebelum saya buka toko itu kan nol saya. Minus lah. Ya dari buka toko 24 jam, toko saya modelnya gimana itu. Kalau ngikuti selama di YouTube saya akan paham semua. Saya buka toko dulu itu punya raknya dua aja, sama pinggir sana sini satu. Gitu aja. Terus nggak ada dindingnya. Kalau orang sini semua tahu. Perjalanan saya itu tahu semua orang. Buka 24 jam itu ya memang nggak ada tutupnya, Pak. Awal mulanya buka 24 jam itu ya sepi. Beli kalau malam ya cuma dua, tiga. Tapi kelamaan-kelamaan, yang rame itu justru yang malam akhirnya. Jadi orang dari mana pun buka sana, buka 24 jam. Jadi orang lahiran, saudaranya datang malam-malam. Terus ada orang meninggal malam. Itu tujuannya ke toko sini. Jadi radio 10 kilo, 7 kilo itu ngarahnya ke toko saya. Orang bengi lapar, orang apa itu. Kita malah sama istimewa. Mengutamakan yang malam daripada siang. Cuma ya gitu dulu itu, uang kita kan modalnya kecil. Jadi sehari bisa belanja empat kali. Sabun habis, belanja. Jadi nggak bisa belanja orang tanya, Pak, punya minyak kayu putih yang ukuran 60 mili. Kita kan nggak jual, nggak bisa beli 60 mili. Punya 30. Yang di sebelahnya saya tulis, minyak kayu putih 60 mili harganya berapa? 12 gitu. Nggak ada barangnya tapi di label rak ada tulisannya. Sampai segitunya. Jadi kalau ada uang, besok ada untung, kita taruh. Kita taruh, gitu semua. Jadi... sampai banyak barang itu gitu kita targetnya dulu. Saya dulu sekolah itu 6 tahun Pak, SMA. Ya gitu kan sekolah kan kerja, kadang ikut mobil sampai Medura, sampai Jawa Tengah. Besoknya enggak sekolah, enggak naik kelas, kelas 2-3 tahun, lulusan SMA. Cuma SMA itu ya sudah lama enggak sekolah, sekolah hariannya buangan semua. Di mana-mana enggak terima, sekolah di situ. Cuma 20 muridnya, saya keluar tinggal 19. Kalau 19, ujiannya harus gabung ke sekolah Hindu. Saya dipanggil, sudah lama nggak sekolah dipanggil ujian. Ini punya ijazah. Jadi 91 lulus 97 SMA. Yang belajar dari sini sih banyak, yang paling jauh dari Ternate. Saya ada, Papua ada, belajar untuk komputer kasir. Jadi dari Papua itu bawa dua orang, kalau dari Pasuruan ke empat orang. Jadi semua karyamanya di sini kita ajari. Jadi kalau toko besar kan komputernya banyak. Nah itu gimana cara menggabungkan jaringannya komputer satu ke komputer lain itu kita ajari di sini. Jaring-ajari orang kita jadi bisa Pak. Jadi dari belajar bersama itu. Kalau modal sih relatif ya. Jadi harus segera dimulai lah. kalau retail itu. Kalau nunggu modal banyak, orang nggak punya modal, punya keinginan untuk buka retail, ya nggak buka-buka karena nunggu modal. Ya seadanya aja bisa jual apa, ya itu yang ditawarkan. Ya seperti saya dulu sih, kalau saya sih buka 24 jam. Sama lah toko Madura juga gitu. Jadi kalau toko Madura itu untuk modalnya nggak sampai 30 lah kalau dilihat dari tampilannya. Itu dia kelebihannya cuma buka 24 jam gitu aja. Waktunya orang tutup, ada orang butuh, nggak ada toko buka gitu aja. Dia mau manfaatkan itu aja. Jadi kalau pedagang itu punya utang, kita nggak berani. Besok waktunya membayar angsuran 2 juta. Kita punya 1 juta, oh ini masih kurang 1 juta, nggak berani membelanjakan. Kita jadi pikirnya bagaimana bisa membayar utang. Kecuali kalau nggak punya utang, kita itu lebih berani. Oh ini dibelanjakan ini, belanjakan ini, belanjakan ini lagi. Mutarnya akan lebih cepat. Kalau punya utang itu pikirannya kita bagaimana cara membayar utang. Kalau retail di awal itu gitu. Pesan saya yang seperti saya ya kerja yang... tekun gitu aja, bisa mengatur mana untuk pengembangan usaha mana untuk pengeluaran gitu aja kita punya pendapatan 100 ya berapa persen lah itu harus untuk pengembangan, pengembangan usahanya saya Suyono menyediakan perlengkapan toko ya mulai rak dan sistem kasir kita dari Desa Munung kecamatan Jantikalen, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur Wassalamualaikum Wr. Wb