Transcript for:
Drama Pemilu di Desa Bangun Mapan

Hai hai hai hai Hai yang di sana juga di sampah Hai semoga semangat dan juga Halo sobat timus bersatu kita teguh berpenggak trio Timus Senang sekali pada kesempatan kali ini Kita akan bersama-sama merayakan Kemenangan Bapak Janji Upaya Sebagai Pala Desa Bangun Mapan Periode 2 Dan saatnya kita akan bersama-sama menyambut Karena Allah Kemenangan Kita terima kasih Bu, terima kasih Bu Latri, terima kasih Pak Bagio, terima kasih Pak Terima kasih, terima kasih Maju, maju, beraku laju Selamat sore. Oh, Bu Pertiwi ya. Sebelumnya saya mohon maaf tidak bawa apa-apa, cuma bawa serabi. Serabi kesukaanku ya. Ini serabi kesaan aku juga. Sebelumnya, selamat Pak Janji atas kemenangannya. Ada Bu Pertiwi, Bu Pertiwi ikut merayakan kemenangan Pak Janji. Gila! Kok bisa ya? Tapi kok sendiri Bu Pertiwi? Pak Citro ini nanti ya? Besar hati juga loh, besar hati. Besar hati apa? Sakit hati? Ssst, perang anaknya. Bu Pertiwi, Pak Citro itu loh ngejelek-jelekin kami. Nggak usah saya dibilang mandul. Saya dibilang apalagi itu kemarin. Oh, Pak Citro. Janji, dibilang katanya pakai ilmu hitam Terus Kamu tuh dibilangin kalau kita tuh nyoga RT3 Apalagi kemarin ya Terus Mas Citro Atas nama Mas Citro Saya mohon maaf Atas Semua yang sudah Dia ucapkan dan dia lakukan Maaf sekali lagi Iya Pertama-tama saya janji upaya selaku kepala desa yang baru dan ini adalah periode kedua bagi saya Saya janji upaya akan berjanji menjalankan janji-janji saya Dan tentunya Saya akan Lurah langsung Turun Turun kamu Seharusnya saya yang menang kepala desa ini Nanti sudah bermain curang Perhatikan baik-baik gambar itu Tidak pantas dia berada disini Saya ropokkan sekarang juga Jangan lupa like, share, dan subscribe ya! Ini drama, ini drama. Ini drapan, bukan drakor. Drama desa bangun mapan. Drama pemilu yang pasti lucu dan seru seperti drama-drama di TV. Ya karena, melibatkan... Si Ibu Ayu Ibu Bertiwi Dan si Gumis Ganteng Pak Jan Si Upaya dan juga Para pemain watak yang pastinya Seru Bu, maaf ya. Ya. Ibu itu sudah 6 tahun menyendiri menjanda. Kok betah gitu loh, Bu? Ya betah orang ada sih, Mbak. Kalau saya kan teman di dapur bantu-bantu Ibu. Terus? Maksudnya teman apa? Ih, apa sih? Ya teman Ibu, toh ya. Banyak temen aku di luar. Biar ibu itu lebih cantik daripada sekarang, mbak ibu pergi ke salon. Seperti ibu-ibu yang di medsos dulu. Terus lu ngapain aku tuh? Itu kantong mata itu bisa dileterkan, bisa ketarik sana jadi. Gitu. Terus bibir itu dikasih apa namanya, lipstick. Bisa bling-bling-bling-bling. Jadi tambah menarik gitu loh. Maksud Simba, aku tuh udah gak menarik. Masih bu, siapa bilang gak menarik. Ibu masih cantik sekali. Lebih cantik lagi nanti. Ini ibu, ayo pada pulang kita nyekar sama-sama. Ibu tunggu ya. Hai mau saya beri buat sekat-sekat buat sekat sekalian buat ada Hai Oh dikumpul semua bu iya juga yang mana tuh dua ini ketentanya sekarang berarti sore jangan lupa udah dapat dikompetasi tahu kan Oh iya bu siap bu hai hai Wah, terima kasih. Dianterin sama Kang Ipno, sama Kang Jamil. Kan bisa dijemput sama Mbak Karto. Apaan dulu? Perlu bersih. Emang udah waktunya nih, foto-foto ini nih harus diganti. Ini juga nih, turunin. Foto-foto kekalahan 6 tahun lalu. Halo? Aduh. Ya gak bisa kayak gitu dong, gak bisa berlumpat kayak alasan mau nyoblos. Lapor! Lo deh. Kan bisa nyoblos di sana, ada kok di aturannya, juga aja makanya. Aturan, aturan. Manajernya aja pulang kampung buat nyoblos. Pokoknya gak ada yang pulang ya, sesuai dengan aturan aja, udah. Ya pasti staffnya pada ikut lah. Aku itu kan pulang bukan cuma buat nyoblos. Sekalian ziarah bapak, disuruh sama ibu biar bareng-bareng. Yuk, tempenya digoreng kering. Eh, kamu itu sekolah S2 politik kok kerja di kafe. Mending ilmu. Kamu-kamu itu dipake untuk dukung aku jadi staff ahli. Gimana? Siapaan? Kerja aja gak jelas. Masih minta duit kan sama ibu? Masa jawab? Aku kerja di cafe, aku buat S3, bayar sendiri, gak minta duit sama ibu. Alah S2, S3. Ya mba! Ini ada surat dari Mas Jalidu. Dari Mas Jalidu? Iya. Buat Ibu? Iya. Makasih, Mbah. Tumben. Jo! Jojo! Iya, Pak? Ada apa, Pak? Jo, kok posternya ini? Aku nggak pesen ini, loh. Aku minta yang tujuh janji itu, loh. Kok ini? Ini kan kesannya kayak curi stat, loh, Pak. Ya, enggak, Tojo. Ini kan dari Pak Raul sebagai penghargaan ke Pak Luras ketika mendapatkan lurah teladan dulu. Karena ada lurah teladan itu, ini kayak turistot, kayak kampanye. Enggak ada lurah teladan apa punya. Wiss, wiss, wiss. Diganti saja. Sudah bikin belum? Sudah, sudah yang kemarin itu. Iya, ganti saja. Pak Sugito, Pak Gali. Ganti posternya apa ya, yang kemarin aja, Pak? Itulah poster pesanan dari Pak Raul. Dia ingin membantu Bapak pada periode ketiga nanti, Pak. Pak Raul, Pak? Pak Raul. Ya, mbok, ditolak saja secara baik-baik. Bentar, Pak. Ibu, Bapak, kalau mau bikin KTP bisa langsung masuk aja ya, baik-baik. Ya, Bu. Pak, tapi akan meringankan Bapak pada periode ketiga nanti, Pak. Cek, paham. Tapi para uli itu bikin tambang dari arah pantai sampai sungai. Di situ ikannya banyak. Yang bodi emang-emang. Menurut saya, wilayah situ lebih baik dibikin kolam pembibitan ikan. untuk badan usaha milik desa selain aman untuk alam dan juga bagus untuk kesehatan ikan kan punya vitamin dan gizi tapi Pak ini akan meringankan sekali ini isi hati-hati Pak Raul sendiri tapi cuma Pak Raul yang ini loh ini desa bangun Mapan lebih bagus desanya dan warganya Mapan nah ini Pak Cengji ini poster yang ini oke ya bagus kalau ini saya suka Coba dilihat, ya. Ini janji-janji saya. Jadi seluruh warga Bangun Mapan bisa mengawasi apakah kinerja saya sudah sesuai belum dengan janji-janji saya. Sini, Bu Kerja. HP baru, nih. Bagus. Bagus. Siapa yang beliin? Mas Adam ya? Enggak. Yang lama kan udah rusak. Ibu beli sendiri dong. Ada pesan Ibu dari dia. Siapa dia? Dia ya, temen Ibu. Masa? Makan. Ini udah dimakan sih. Makan? Nggak mau dibaca ya pesannya ya. Dasar ibu. Gue nggak makan. Bu makan nggak? Loh yang dipanasin mana bu? Ya? Tadi katanya ada yang dipanasin. Ada, ada, ada, ada, ada. Di mana? Itu kue jajanan Pasar Yupina, kesukaan kamu yang di atas meja. Sini bu, panasin lagi deh. Iya, bu. Isam, pulang untuk kamu. Iya, bu. Kok anak ibu jadi hitam gini mukanya? Ini kebanyakan demo. Shhh! Kerjaan kuliah, Bu. Boong! Kamu demo apa? Bapak, kita sekeluarga udah kumpul di sini, Pak. Isah mau ngeresain kuliah tahun ini, Pak. Doain ya, Pak. Bapak, Sekar masih gak tahu apa yang Sekar mau jalanin, Pak. Jadi Sekar kerja apa adanya aja dulu. Habisnya apa yang Sekar pelajarin beda sama kenyataannya. Pak, Adam udah siap, Pak. Adam siap melanjutkan perjuangan Bapak. Sebentar lagi pemilu selesai. Dan pilkades akan dimulai. Apaan sih, Mas? Kita akan kalahkan musuh bebuyutan kita, Pak. Ngacau banget sih ngomongnya, Mas. Giliran Ibu. Mas, aku mohon. Ijin, mau menikah lagi. Ini ada apa sih sebenarnya? Mas, kamu ngomongnya ngaco. Ibu juga gak bilang-bilang, Bu. Kok gak bilang sama aku, Bu? Ibu, kok tiba-tiba gini sih, Bu? Aku aja gak tahu apa-apa loh, Bu. Nanti kita bicarakan. Sadam, mau ngomong apa sih mas? Jangan nyacok dong, ini tuh di kuburan mas. Membalas dendam bapak, itu hal yang serius. Ayo kita pulang semuanya, nanti kita bicarakan. Pak, aku akan ngebuktiin kalau keturunan Rahadi adalah pemimpin di desa ini. Aku akan melanjutkan apa yang gagal dicapai oleh Bapak. Yang tenang, Pak. Ini janji lagi, janji lagi nih. Kapanya terselubung tuh, Mas. Dia sengaja ngehena keluarga kita ini. Pak, nanti. Semoga semua terlaksana. Ibu kok gak pernah bilang sama kita kalau misalnya ibu mau nikah lagi? Memangnya kalian bertiga pernah menceritakan apa rencana kalian kepada ibu. Kamu Adam, tiba-tiba ibu dengar kamu udah mau mencalonkan diri jadi kades. Ibu nggak tahu kamu kerja di mana. Ibu juga nggak pernah tahu rencana masa depan kamu kayak apa. Dan kamu, harus ibu cek IG kamu setiap hari, supaya ibu tahu kamu lagi ngapain, demo di mana, gitu. Ya aku bingung aja bu ceritanya gimana. Situasinya tuh ngebingungin gitu loh bu. Kayak zaman tuh kayak kebalik, jungkir balik, dan berbanding terbalik sama apa yang aku pelajarin di kuliahan aku gak ngerti. Kalau memang zaman kamu jungkir balik, kamu balikin semuanya. Jangan kamu tuding saya. Jangan kamu adiling saya. Kamu juga, boleh ngadilin orang di luar. Jangan pernah kamu ngadilin saya di dalam rumah ini. Aku salah opoy. Banyak salah kamu. Pernah nggak cerita sama ibu? Kalau misalnya suka demo? Nggak pernah kan? Tahu dari aku ibu kalau misalnya kamu suka demo. Siapa yang riset dua kopepatan kemarin, mbak? Mbak Sekar sendiri kan? Nyatanya banyak politik uang, politik identitas, buzzer, influencer. Mau di-demo-in? Ya di-demo lah! Ya udah, terserah. Kalau mau demo, terserah. Yang penting jangan ada yang bayaran. Mbak, kira semua demo itu bayaran, Mbak? Jangan disamain, dong. Ssst, eh. Fokuslah. Ini kita mau bahas ibu, nggak? Ya, yang jelas aku nggak setuju kalau misalnya ibu nikah lagi. Alasannya? Ya, jelas dong alasannya. Kan ibu udah terbiasa sendiri, ngapa-ngapain sendiri. Punya penghasilan sendiri. Ngapain tiba-tiba harus nikah sama orang baru yang bahkan kita nggak kenal, bakal ngerepotin, nggak sih? Nih, pantasan nih lo jomblo terus. Ngerasa repot kalau punya suami gitu. Fokus mas, kita lagi ngomongin ibu. Mas Adam tuh gak pernah mikirin.. Ya kalau misalnya orangnya berengsek kayak gimana? Kamu tuh gak pernah mikirin mas, masa depan ibu gimana nantinya? Biarin aja ibu udah gede, aku tuh disini ingin melanjutkan apa yang bapak ingin melanjutkan. Jadi Mas Adam setuju? Ya setuju aja emang kenapa? Kamu setuju gak? Dokumen. Enggak bisa nongkomen dong Suara kamu tuh penting Harus pilih setuju atau enggak Aku gak mau milih Hei itu golput namanya Kenapa? Gak boleh emang Ya gak boleh lah Assalamualaikum Waalaikumsalam Eh Pak Eka Iya Weh salaman Saya pikir sudah lupa sama Pak Eka karena merantau jauh Gak lah Pak Lupa sama sekretaris di Sambangun Mapan yang telah mendapatkan 37 penghargaan dari pemerintah pusat. Ingat, Pak? Ingat, Pak. Siapa yang nggak kenal nama Pak Eka di sini? Semua pasti ingat. Berarti hasil survei itu benar. Nama Pak Eka. mereka ada di hati masyarakat. Hahaha betul. Panas ya pak? Panas sekali. Biasa kalau menjelang pemilu kan selalu panas. Makanya banyak yang kipas-kipas kan. Hahaha Tahu aja. Ini loh. Gimana pak? Saya datang ke sini untuk menyerahkan ini. Formulir dan surat undangan untuk pencoblosan di TPS ini. Ini untuk masyarakat. Mas Adam. Iya. Dan ini untuk Mbak Sekar dan Mas Cisar. Oke. Saya enggak nyoblos, Pak. Gitu, Gitu. Kau tidak mau nyoblos tuh? Ya, saya nggak milih. Nama Sampen tuh sudah terlanjur ada di sini loh, Mas. Di data pemilih. Iman-iman kalau tidak dipakai. Tak bilangin. Yang namanya orang, yang terlanjur dicabut pilihnya oleh pengadilan, itu saja direwangi sampai gugat sana kemari kok. Masalah prinsip, Pak. Loh. Kok prinsip, Pak? Biasa, Pak. Darah muda. Anak kuliahan. Oh, kalau kuliahan itu prinsip. Prinsipnya......soal beras. Apa berasnya apa? Urusan dapur. Bapak. Bersih-bersih rumah, itu simpok semua. Makanya, masalah sekecil pun simpok tahu. Bukan itu yang dimaksudkan Mbak Sekar. Apa? Urusan seperti itu kecil. Tapi... Kalau ibu pergi kemana-mana, bakarto yang mengantar. Ibu mau jumpa sahabat lama, sahabat yang baru, atau kemanapun. Di jalan jumpa siapapun. Ini loh, karto yang tahu. Jadi siapa yang lagi deket sama ibu mbok? Katanya mbak Karto tau semua, jadi siapa? Ya mbak Karto ini, karena apa mereka yang nganter ibu kemana? Ketemu siapa saja. Ketemu penanganan. Yang lama-lama yang baru. Apa? Dirimu tadi bilang apa? Urusan sekecil apapun. Saya yang tahu. Tapi kan urusan rumah, bukan urusan ibu. Urusan pribadi kok tidak kope. Urusan pribadi kok kamu tahu? Pribadi ya pribadinya sana. Aku sudah ketika, masa urusan pribadi ibu pergi, aku harus campur tangan, ngawur, ngegel. Sehingga kue-kue menang. Kau tidak menang, kau tidak menang. Aku akan menang. Oh oh oh oh wah Buat berhutang Pilih kelas pecah, pilih kelas pecah, oh anggaran, langkosin dalem, pingsan. Oh, ada. Pak Ramli. Ya, ya, ya. Bagaimana, bagaimana? Bagus suaranya, Pak. Oh, wah. Kok suaranya? Maksud saya, bagaimana progres suara di disam. Oh, untuk saat. kali ini Pak saya sudah dapat dukungan dari 30 kartu keluarga Pak dan pasti akan terus bertambah kamu memang gadar muda partai sukarya yang mumpuni hahaha tapi sorry sorry to say Aku tuh menginginkan bukan hanya satu kejamatan, tapi satu kabupaten ini menjadi lautan ungu untuk aku. Bagaimana? Siap? Siap, Pak. Siap? Siap, Pak. Kamu ini orang Indonesia banget. Kalau ditanya siap, siap. Siap. Oke, deal ya? Deal, Pak. Hahaha Ayo, welcome to the party. Hahaha. Mari, Pak. Hahaha. Dil, Adam akan menjadi juru kampanye saya di pemilihan legislatif. Hahaha. Oh. Hei, Mbak, Mbak. Agak kenceng dong wujudnya. Nah, gitu. Mas Adam. Mas Adam. Mas Adam. Mas Adam. Hahaha. Mas Ambi. Hahaha. Pak. Gimana-gimana? Udah mas Kita langsung bikin desain yang beda sama yang lainnya Disini wajah mas Adam tuh Lebih tampak merakyat Mengayomi Coba tuh, lihat cerot matanya itu Menerangi kemiskinan Kan lebih lapang tuh wajahnya Ini menandakan lapangan pekerjaan Cocok, tinggal cari follower Bung bung bung, bler Wah, betul mas Sama jangan lupa mas Mas Adam itu harus sering sering merubah penampilan, ya kan? Bergaya 12 pose pemimpin karismatik. Wah, keren itu, Mas. Iya, Mas. Tapi itu sekali lagi, Mas. Membuat itu kan butuh modal. Dan DP-nya bisa segera cair, sesegera mungkin gitu loh, Mas. Ah, tenang aja. Habis dari sini, aku akan ketemuan sama calon investor terbesar kita. Oke. Yang penting, sekarang kalian resmi jadi tim sesku. Gimana? Kontrak politik deal! Deal. Hahaha Kalau bisnis Mas Adam ini jadi kepala desa, Bisa mas? Kan Jalidi pasti dikasih 5 traktor! Hahaha 5 traktor? Jadikan aku satu-satunya, Bukan salah satunya. Tua! Desa ini akan penuhi kebutuhannya oleh saya dan pemodal saya. Nah, keren, keren, keren. Ayo, siap, siap. Dekat dengan raya. Satu, dua, tiga. Dekat dengan raya. Pemimpin ini Pak, ini Pak, ini yang akhir Kurang rakyat, kurang hidup Diadam Dekade Persehangan semakin seru Antara Pak Adam yang adem... Brrr... Dengan Pak Janji yang berkumis yang ganteng... Teng-teng-teng-teng-teng-teng... ini latihannya berapa lama ini berapa lama Oh ya jangan lupa dong kosongnya Masa menyaring bunyinya, janganlah pilih yang tampil maya Bangun rumah papan jatuhnya, cari pemimpin yang kerja nyata Kartu kan satu-satunya yang junglo, Nek main sama kita ketularan jadi janda kayak gini Hah? Jandanya nambah? Bukan, jangan! Tini janda sekarang Sebentar ya, sebentar pasti Eh kamu kapan? Udah berapa hari lagi? Halo Daddy Tenang, Deddy. Nanti semua ibu-ibu aku pasti buat ungu semua. Atas, bawah, maupun daleman, Deddy. Oke, aku kesana ya. Bestin, aku buru-buru nih pergi dulu ya. Karena mau ketemu Deddy. Bye-bye. Dadah sekarang. Ngana Deddy siapa? Orang ungu. Kok? Gak penting. Sekarang kita ikut ke yang pocong. Apaan? Ayo, Kita warna pink ya, warna pink. Aku gak ikut-ikutan loh ya. Eh, aku gak ikut-ikutan loh ini. Bu, kopi satu bu. Mau kopi apa? Kopi temanggung, mau merek, apa atau raja? Wah, bisa ada di sini. Debas, debas. Gak bisa lah. Yang mau milih kopi itu kayak milih pemimpin nih. Harus tahu rekam jejok. dan kualitasnya, gak asal milih. Aku tuh mau beli kopi, kok ribet bahaya kayak pemilu. Kan itu sudah banyak, Thomas, di Sliweran di Medsos itu loh. Dicari Mbak Sekar, disuruh pulang. Biarin, Mbak. Sama ibu. Udah seliweran di medsos. Kalau kopi itu, malah kopi. Kalau pilih pemimpin itu, jangan cuma asal ngomong aja. Harus pakai nalar. Harus dicari rekam jejaknya yang benar. Gitu. Ibet, bu. Orang kaya sekarang mau asal sentimen ada pro ular, ada pro kadal. Eh, serang genah. Terima kasih. Cet, cet, cet. Ui loh! Cepat, cepat. Ini ngapain lagi? Ini ngapain lagi cetnya? Saat besok ini harus cet, kabeh. Tak ungu lagi. Tak diungu kabeh? Utang, Cik. Biar aku bayar. Engkau! Jangan reman. Kalau sudah berkuasa, semua harus ungu. Tugu ungu, air mancur ungu, emak juga ungu, marka jalan ungu, mobil ungu, kaos harus ungu. Penitipanku juga. Apa? Oh iya. Kenapa sudah dititip? Ini sudah penitipan. Oh, posko. Lagi kopi nebi, Mas? Terima Kampanye pemilu nasional memilih anggota legis latif desa Bangunapan makin seru. Tapi gak lucu, heboh main kayu antar pendukung pink versus ungu. Nama Adam Jurka Pak Ramli, ndak-dak populer. Jur, ngecat semua marka jalan, hingga patung desa semuanya jadi ungu. Mau cantik bersolek kuku, pemilu seru bukan tempat bertinju. Mau viral, pameran lucu, pemilu bukan tempat saling beradu. Nggak usah liat kamera dong, Mbah. Malah liat kamera. Kenapa gak boleh lihat? Nanti gak bisa, Firlan. Ngerti viral barang. Ya tau lah. Biar kelihatan seperti kenyataan, Mbak. Ini juga kenyataan. Jangan nunda-nunda, Pak. Ya. Ayo, lho, Kak Yow. Bahar, toh. Lah. Naksa kakek, tebang nih Apa? Anak lu? Kilo musuhnya... Tekar ya? Masih ingat aku nggak? Anak kecil gundul yang suka beli beras di sini. Betul, itu dulu waktu kecil gundul, beling, lidik, meridik. Anak kecil kurus gundul yang hanya mau makan jika beli beras di sini. Anak kecil yang kalau misalnya sakit, harus aku yang nganterin beras ke rumahnya biar mau makan. Sampai ibunya nelfon ibu aku, supaya aku nganterin beras ke rumahnya karena kamunya lagi sakit. Iya, aku Jojo. Anak kecil, kurus gundul, yang selalu beli beras di sini hanya untuk melihat wajahmu. Sampai sekarang juga masih beli beras di sini? Masih. Tapi karena lama aku gak liat wajahmu, aku pergi ke Taiwan, kerja di pabrik, kemudian part-time di NGO, kerja di literasi media, kontra habis, pulang, bantu ibumu. Bantu ibu? Iya. Terasaan pemilu yang dulu gak ada peseraki atas segala deh Itu tuh inisiatifnya Pak Janji Jadi tuh biar masyarakat itu bergairah menyebut pemilu gar Lucu ya, sederhana, murah meriah. Iya, tapi coba kamu lihat karya. Banyak loh, calon legislatif, para pengusaha, terus politikus bilang bahwa kalau pemiru itu membutuhkan uang yang gak sedikit. Ya kalau lo pengen ikut yang legislatifnya sedikit, ikut aja legislatif di Swiss. Gajinya di bawah buruk, fasilitasnya sedikit, terus harganya tinggi. Pasti kok ada males buat ikut pemilu. Bukar, persawahan ini tanpa pupuk kimia yang merusak tanah. Nah, pupuk semacam itu bisa membuat tanah makin lama lapisan suburnya makin hilang. Ya, jadi tergantung dengan pupuk. Ya, kayak kebiasaan politik yang buruk. Politik uang, kebiasaan hoax, buzzer, influencer yang gak ada etika, ngebuat masyarakat nerima kebiasaan buruk itu. Terus dianggap bagian budaya. Pas diajak politik yang santun dan berkualitas, yaudah imun. Ya kan? Persis ibumu. Jadi biaya persiapan wilayah Bapak untuk menyambut pemilu? Ya itu Pak. Itu yang menjadi keperhatian saya Pak. Wilayah saya ini kan merupakan teluran. Baru, Pak. Terpencil lagi. Saya khawatir warga saya belum siap, Pak. Banyak primanya lagi? Ada dari Jogja. Ada juga priman pink dan ungu. Ini bahaya lho, Pak. Harus segera kita hentikan. Saya jadi ingat perkataan kakek saya, Pak. Itu kalau enggak salah pemilu 1955. Saat itu masih banyak warga Indonesia yang miskin, buta huruf, isu wabah penyakit, dan juga isu penyergapan dari Belanda. Ya, pokoknya... Pemilu saat itu dipastikan tidak akan sukses. Tapi justru pemilu 1955 jadi pemilu yang paling sukses dan paling demokratis. Bisa di tempat kita. Makasih, Pak Hojan. Itu, Pak. Susah, Pak. Premanya banyak sekali di tempat saya. Coba Bapak lihat nih. Bapak lihat nih. Coba. Ini, ini. teman-teman semua ini Pak. Waduh. Gimana kalau kita kerjasama saja antar kelurahan supaya kita bisa memberikan sosialisasi ke mereka. Jadi mereka punya pendidikan politik yang cukup gitu loh Pak. Gimana Pak? Ini, ini. Kita harus cegah ini pak Gimana kalau nanti Saya coba koordinasikan dengan Kelurahan-kelurahan setempat untuk kita bisa Kerjasama menanggulannya Siap Oke KAMU TAHU KOMU BEPATI SEBELAH ITU SETELAH TIDAK MENJABAT ITU YANG JADI BEPATI ITU ISTRINYAN PONANG-PONANGNYA ADA YANG JADI KEPALA BANG DAERAH ADA YANG JADI ANGGOTA DENWAT ADA YANG JADI PEMBORONG ANAKNYA YANG TERLAHIT DI GADANG-GADANG DI MILAYA BARU ITU KAN YANG NDAK PAPA PAPA PAPA IYA SEKARANG INI YO Ini tuh sekarang musimnya keluarga politik. Politik dinasti, ya toh. Mas Adam juga harus melakukan hal yang sama kayak gitu. Mas Adam itu harus melanjutkan cita-citanya Pak Citro. Oh, toh, Kang? Oh, oh. Hei, hei, kalau itu nggak bisa. Mas Isha, Mbak Sekar tuh paling alergi sama politik. Wah. Ketika haters. Iya, iya. Waduh, anak itu memang agak merepotkan, nih. Tapi sebetulnya mereka berdua tuh... Harusnya memahami kalau mereka harus memperbaiki Apa melanjutkan amanatnya Pak Citu Oh, jadi gini aja Gimana? Apapun yang terjadi Mas Adam harus menang Iya kan? Agar Issam sama Sekap Ngerti Bahwa investasi terbaik itu bukan uang Bukan dagang Tapi Politik dinasti Hai Adam Gabung ke mereka Hai lancar-lancar memangnya undangan apa toba Aku diminta jadi anggota legislatif lho, Cuk. Loh, tapi yang dibicarakan masalah elektabilitas, populer atau tidak, modal uang, tidak ada membicarakan masalah tanggung jawab dari anggota legislatif. Kota legislatif, gagasan, metode, konsep berpikir. Gimana kita mau punya pemimpin berkualitas, Jho? Lah bukannya kalau ngomongin politik calon itu ya itu-itu aja, Pak. Ya enggak gitu, Jho. Asal kamu tahu ya. Di negara lain itu ada pertemuan partai Oke Untuk menguji semua anggota legislatif yang akan dicalonkan Gagasannya, metodenya, etos etis kerjanya Seperti itu, Joe Terus gimana nih? Bapak mau gak dicalonkan? Loh Kalau elektabilitasmu, demokrasimu, pemimpinmu buat apa aku dicalonkan? Pak. Pak Eka, Pak. Apa lagi Pak Eka? Lapor, Pak. Lapor apa? Sapi. Sapi? Sapi. Loh, sapi ya dipertenakan loh, Pak. Ada pencurian sapi, Pak. Tapi pencurinya sudah tertangkap. Dan katanya untuk biaya pencalonan, Pak. Pencalonan pemilu? Astagfirullahaladzim Makin aneh-aneh saja kelakuan orang jalan pemilu Panas Ya wis pak, taruh di halaman belakang ya pak Iya pak Hei hei hei Hei hei hei Hati-hati pak Hati-hati pak Hati-hati pak Hati-hati pak, bahaya pak Stop Wah! Hei! Kamu masih teriak? Stop! Saya bilang stop! Oh boy, kek. Merasa hebat. Merasa jagoan. Mau jadi pemenang. Tidak, ya? Saya sudah tidak mau lagi disini ada cebong dan kampret. Tidak ada warga pink, warga ungu. Tidak ada ular dan buaya. Paham? Ya, paham. Kita ini satu warga. Warga kampung. Warga Indonesia. Kita boleh jadi pendukung, tapi jangan sampai dibutakan oleh fanatisme. Gila, berita. Mengolak pemimpin, baik kok. Mengarut pilih pemimpinnya kok, datang kerengan lu, Jan. Penggora syakur gitu. Ya orang menggunutuk. Kini weh ya orang akur kok. Hah? Anak menggora akur, apa dongone Dewi? Ah, wis. Coba, pasang bendera aja. Sudah tidak akur warna-warni Kalau kamu pilih warna apa? Aku? Aku suka ungu Kok ungu? Kepingnya tidak ungu, orang perubahan Nah, aku tetap pink Heleh, pilih yang pink apa, kwe? Kalau kamu tahu Kok kamu milih warna ungu? Artinya apa ungu? Ungu itu... Janda. Hah? Janda? Oh, bukannya... Bukannya orang mikir janda? Ya ampun! Nah, aku yang tetap pink. Eh? Ping itu adalah Valentin, kesayangan, rasa cinta kepada sesama, cinta, pokoknya aku ya Ping Ping pokoknya Ping aku, Ping aku, pokoknya aku ungu, Kang, tugas kita gak ringan ini. Iya. Apapun yang terjadi, Mas Adam harus menang. Harus menang. Jangan sampai terjadi kayak Bapaknya. Iya, kayak Pak Citro dulu loh. Musuh-musuhnya Mas Adam itu harus dikalahkan. Kredibilitasnya harus diturunkan. Pak Janji itu kan, anu ya, pejabat yang duda. Ya kan? Duda itu kalahnya pasti sama godaan-godaan. Ya kan? Nah, pejabat itu pasti takutnya. Godaannya itu biasanya ya, harta, tahta. Ya. Janda Jodha janda Ini di rewangi Itu, di rewangi tuh Wih, di rambungi Cocok kan Janda Warna ungu Warna ungu nih pas Ini tanda, tanda alam Ah, yakin Semua bisa diatur Suap sana, suap sini Seperti kasih makan anak kecil Kalau menangnya seperti ini Demokrasi Demokrasi Kerasi kenapa Bu? Kayak anak nakal tak terkendali loh Rasa sayangnya, rasa sayang-sayangnya Pemimpin menang terpuji, warganya tahan puji Jangan apa-apa lagi ya di kampung kita nanti Betul-betul Tunggu ya Tunggu Permisi Pak janji Permisi Permisi Ji Oh mbak ini Mau ukur ya mbak Silahkan di luar aja mbak Di sini aja pak Cuma sebentar kok pak Maaf ya Mau ini ini, ukur dulu Cuma sebentar kok Maaf ya Gapai raya Ngapain sih kalian pada disini? Kerja ngapain kayak gitu? Mau ada kerjaan? Bu, bu coba deh liat partai ini bu Masih aja kampanye di minggu tenang kayak gini Nyebar sembako, nyebar duit buat... Apaan sih ah? Apa sih mas? Udah gak harus urus kayak gini apaan sih? Mas Adam, mas Adam, Issam Kita kan ngebahas rencana ibu Ya bilang amat Ibu kurang Ibu mau bahas rencana dulu, Bu. Bu... Rencana apa lagi sih, Sekar? Apa? Rencana yang mana? Pertanyaannya. Setuju, ibu akan kasih tahu. Udah, begitu aja. Segampang kan sesimpel itu kok. Setuju, Pak? Ya, kalau aku sih setuju. Ya, udah! Kamu! Kok sih terserah, Ibu? Hah? Setuju, Bu. Gak usah pakai mata-mata begitu. Aku tetep gak setuju. Udah setuju aja. Kan katanya pengen tahu siapa orangnya. Maksa banget sih, Mas. Kalian bertiga aja belum sepakat. Terus maksa-maksa ibu. Rencana apa, Sekar? Apa yang harus ibu kasih tau kalau kalian aja belum setuju? Ibu akan kasih tau kalian di saat hari pencoblosan dan kalau anak ini pergi nyoblos. Pastikan dia nyoblos. Ibu akan kasih tau. Sekarang kamu pergi ke pasar. Urus apa yang ibu urus. Karena ibu tidak bisa ke pasar, ada urusan lainnya. Kamu beresin rumah. Kamu juga. Jangan kerjaan yang lewat. Maksud saja. Bikin ibu kesel kalian tuh. Buset. Eh, itu mau ketemu sama lakinya kali. Eh, bisa ikutin. Hai mas, aku beresin rumah Yaudah tarik tau, tarik tau Pak Eka Justru itu Mas Isam yang kritis seperti Mas Isam jangan golput tunggu saja hasil pemilihan nanti bagaimana Openg, mbak. Neman-neman lho, Mas Iksam. Pemilihan itu hanya lima tahun sekali. Nanti kalau memilihnya keliru, dapat orang yang tidak berkualitas. Openg, mbak. Alias buruk. Nanti Mas Iksam bisa uring-uringan setiap hari lho. Milih sendiri aja. Aku bingung. Ini lo mbok, ini Openg namanya Ternyata Mas Isam bisa memilih Makanya jangan golput Si mbok lagi kampanye mbok Enggak Lo dapet belum? Ibu pergi sama siapa udah tau belum? Udah Kok gak ngasih tau aku sih? Pergi sama siapa ibu? Ada lah Ada buktinya gak videonya mana? Mas Mbak Mas Adam udah tau ya? Nanti aku kasih tau Yaudah sekarang ke rumah orangnya ayo anterin aku Kenapa harus sekarang? Ya sekarang lah kan aku doang yang gak tau Buru-buru banget sih nantilah aku kasih tau Mba nguping Mbak, makananmu yang enak itu yang mana tuh mbak? Oh ini bu, yang paling enak, yang paling enak. Maaf loh ya, bukan berarti saya itu umuh atau sombong. Biasanya kalau ngambil manis, Makanan gak pakai gelang itu tuh makanannya kok kurang enak Tengeng gini kok dicobiri ye Tak coba ya Hati-hati lomboknya keceplos Mbak enak banget sampai kalau jual makanan ke tempat saya itu yang enak makanannya itu yang premium gitu loh nanti gigi palsu saya ini gimana mahal loh ini harganya sanggol saya ini loh sudah menjulang tinggi seperti yang di medsos itu Hai Sanggulih, saya. Tinggi, menjumbul seperti harapanku yang selalu membumbung tinggi. Sisi bu. Pak Eka ada. Cari Pak Eka? Duduk dulu, duduk dulu. Bentar ya mas. Mas. Mas Eka. Apa tau? Gini tau. Bentar tuh agak ngubah. Mucak kirung lang. Jujur saja, sarangnya pilih. Mas, Mas Isam, Mas, Mbak Sekar, maaf. Maaf loh ya, suami saya kalau di rumah itu hawanya kok cuma pengen sarungan, terus apa lagi kalau lihat saya loh, Mas. Maaf, maaf loh Mas Isam, Mbak Sekar, saya itu baru nyuci baju-bajunya istri saya. Ya maklum, saya itu kalau di desa itu sebagai pelayan masyarakat, tapi kalau di rumah sebagai pelayan. yang sosialita-sosialita kayak gini-gini. Gimana Mas Yusof, Mbak Sekar ada sesuatu ini? Saya mau ngembalikan kipas kakek yang tertinggal di rumah. Ngembalikan kipas? Ibu sama ibu saya. Oh, ketinggalan. Ditemu ibunya. Pas, ini gue. Foto, Pak. Selain kipas ini, ada sesuatu yang mau disampaikan? Mas Isam, Pak Sekar. Iya, sebenarnya tujuan kami kesini itu mau ngomong sesuatu, Pak. Ngomong saja, nggak usah sesuatu-sesuatu. Kita itu terbiasa. Terbuka, gak cuman buka-bukaan kak Iya toh darling, honey bunny ku Iya kita pengen bilang, kalau misalnya kita gak setuju Kalau Pak Eka nikah lagi What? Saya mau nikah lagi? Apa mbak? Mas Eka? Mas Eka? Maksudmu BIE? Jangan salah paham lu Ning Paham Paham, Jelar, kamu yang salah. Kamu yang paham. Ini pasti ada orang yang sengaja mau menjatuhkan martabat saya sebagai sekdes yang telah... telah mendapatkan 37 penghargaan dari beberapa pusat, Neng. Ih, ih, ih, alibi! Alibi apa, Neng? Enggak, Neng! Aku sudah mau buka! Aku sudah mau nikah lagi, Neng! Berhenti, Neng! Bu, bu, bu, jangan, Neng, bu. Turun di bayar, bu. Aduh! Panas cuaca, panas politik. Mulai buka baju. Maaf, maksud saya, mulai buka-bukaan di media sosial. Ya. Tidak hanya pamer tas, tidak hanya pamer moge, tapi ada juga yang pamer kanjeng baju. Sekipun kanjinya gak emas lho, tapi janjinya yang emas. Bangga itu? Ya. Makanya ikuti terus konten kami. Bersatu kita teguh, tertiga, trio, trius. Makasih ya Ibu. Sama-sama. Dateng ya. Bu Pertiwi! Bu! Iya? Bu tolong saya Bu. Kenapa? Istri saya minta acerah. Bu tolong. Iya, iya sih Pak. Iya Bu. Aduh Bu, kenapa rusak ya? Karena Ibu yang dipercaya di kampung ini. Bu, ayo tolong Bu. Izri saya mau pulang, tolong. Neng, Neng, Neng, hop hop, Neng. Kamu jangan pergi, toh, Neng. Hop, kamu jangan pergi, toh, Neng. Jangan, Neng. Kamu jangan pulang, toh, Neng. Aku mau pulang, Nek. Aku mau pulang. Jangan, Nek. Kamu mengkhianati komitmen kita Komitmen apa yang saya khianati? Komitmen apa? Komitmen satu Saru berdua Kamu mengkhianati Enggak Kalian Kalian tega Pamer berdua-duaan Di tempatku Kamu jangan salah paham Tandeng salah apa? ini buktinya ibu maaf saya bertanya kok tadi keliatannya saya merasa tertuduh ee.. ada apa sebenarnya bu? ini tumek hidung panjang manjung tapi muka ino Nuset, setidak punya dosa. Biasa, istri kedua itu begini. Saya? Neng. Aku sabar. Jangan sembarangan menuduh kamu itu, Neng. Aku tidak menuduh. Aku tadi itu dengar sendiri, Mas. Aku itu dengar sendiri. Dengar apa? Mas itu mau keemang lagi. Mau kawin lagi? Sama siapa, Pak? Mau kawin lagi? Enggak, Bu. Saya itu enggak mau kawin lagi, loh. Ini apa sih sebenarnya, Ibu? Maaf dong, saya nanya supaya jelas. Kok saya kayak ngerasa tertuduh terus disini? Hmm, jelas, Bu. Saya itu sudah dengar. Kabarnya itu sudah tersebar. Iya, tersebar. Undangannya itu katanya sudah direncanakan. Saya sudah dengar, Bu. Walah, Nek. Nek kamu tuh gobek, Kak. Mungkin jangan kamu... Yang kamu dengar itu adalah pembicaraan saya dengan Bu Pertiwi Undangan nyoblos untuk Mas Hisam L-lain Itu, ini jadi maksudnya Ibu mikir saya Ibu mikir Pak Eka itu selingkuh sama saya Bu Pertiwi mau Mau kawin sama suami saya kan Wong, boblok, wong edian Engga Bu, engga gitu Engga gitu, saya emang ketemu Emang Tapi bukan ngomongin undangan kawin, bukan. Undangan buat nyoblos anak saya. Itu aja. Itu aja. Nggak ada lebih, nggak ada kurang. Oh betul bu, nyoblos masih sama bukan nyoblos suami saya. Lo, ah maksudnya? Maaf, saya kira nyoblos suami saya lah nanti kita terus jadi berbagi sarung berdua. Enggak, saya serahkan sarung itu buat ibu aja, saya gak ada minat. Kebenaran macam apa ton, jijik. Ukurannya itu loh terus apa. Ada investor yang mau masuk ke desa kita, kok ditolak? Saya hanya mengikuti peraturan saja lho Pak D. Ah! Egois kamu itu! Kamu cuma mementingkan diri kamu sendiri! Cuma mementingkan demi nama baik kamu sendiri! Maaf Pak, itu dampak lingkungannya kan belum ada Pak. Dampak-dampak? Dampak lingkungan itu apa? Dampak ke keluarga besar kita itu loh, Nji. Apa? Kalau masalah keluarga nanti ya, Bu, kita bisa bicarakan lho, Pak, Nji. Iya, kamu itu memang egois. Kan itu baik untuk periode kamu ketiga nanti. Anak cucu kita itu lebih janji. Hai dulu kakek kamu pernah cerita ke ibu bahwa manusia itu mempunyai sifat awliya cahaya ke nabian walaupun Hanya kecil sekali. Jadi, apapun yang kita punya, semua sifat-sifat yang baik, itu harus dijaga, harus diperihara. Cita-cita yang tinggi harus diwujudkan. Hati manusia juga mempunyai. Sifat kebinatangan Contohnya seperti Ya, rakus Dia ingin memiliki segalanya Dengan cara yang tidak baik Dengan ego yang besar Menyakiti orang lain Ibu mau tanya sama kamu, kamu mau mempunyai sifat awliya kenabian yang ada di manusia atau sifat kebinatangan yang ada di manusia? Maaf, aku mengundangmu kesini. Kamu masih ingat sama gerobak ini? Ini gerobak kakekmu saat antar beras dulu. Sekarang sudah aku modif untuk kepentingan wisata desa. Ini gerobak yang selalu kamu sisipkan surat waktu Jerman SMA dulu? Njeh, aku menyebutnya Gerobak Romeo dan Juliet. Aku selalu menunggu surat-surat dengan gerobak ini. Aku membuat surat ini 4 tahun yang lalu. Tepatnya 2 tahun setelah, mohon maaf, suamimu Pak Citro meninggal. Sebenarnya sudah sejak lama surat ini aku ingin kasih ke kamu. Tapi aku malu, gak berani. Terima kasih sudah banyak membantu warga disini. Kalau begitu aku pamit dulu. Aku ada urusan dengan kepala desa yang lain. Aku selalu menunggu suratmu loh. Walaupun gerobak ini pastinya akan mengangkat beras dan lama sekali akan tiba di rumahmu. Aku pun selalu menunggu sesuatu darimu, meskipun lama. Adikku Petiwi, banyak cerita yang ingin ku bagi denganmu, bahkan ketika istriku wafat karena sakitnya, namun aku merasa tak patut bahkan untuk sedetik melihat wajahmu. Hatiku seperti berlembar buku tentang berbagai masalah desa dan negeri ini. Tentang dunia maya, kemenangan dan harkat hidup. Aku ingin kamu membaca lembaran hatiku. Juga perasaanku padamu yang tak akan habisku tulis di buku hatiku. Namun aku tahu, kamu akan mencari kemampuan untuk mencari kemampuan. Terus dalam harkat peran dirimu yang tak mudah, namun aku yakin jika kita ikuti harkat awliya kita, Tuhan dengan caranya akan mempertemukan kita. Terima kasih. Cetar pembahannya Bapak, bapak, bapak Bapak, bapak, bapak Bapak, bapak, bapak Bapak kan capek Ya udah, udah, udah Bapak istirahat dulu aja Ya, ya, ya Ya udah Senang ya rasanya? Sekarang banyak orang yang ngomongin tentang influencer, buzzer, profesional. Dan tau gak, mbak? Sekarang mereka juga udah tau masalahnya. ...pahwa etika, nggak tanggung jawab. Iya, iya. Aku setuju sih. Tapi ya, kita itu emang sebenarnya butuh pemimpin yang profesional. Bukan yang cuma salah-salahan doang, terus tiba-tiba populer. Bener banget. Bikin negara jadi rame, tapi mundur. Nggak ada rekam sejaknya, tapi riwah di mana-mana. Itu kalau misalnya pemimpinnya riwah, di media maya. Udah pasti masyarakat juga maya. Nggak nyata dong mbak. Ya nggak nyata lah. Terjatuh secara demokrasi Sekarang ini saatnya kita bersatu untuk Nyoblos Sepertimus kita mau nyoblos kita dimana? TPS TPS TPS TPS 75 Bangun Mapan Bapak-bapak, ibu-ibu yang tidak mendekati, tak merapat. Kita belum mendapatkan antrian. Ibu, itu suara siapa tuh, Bu? Nah, itu. Isam itu. Wah, anaknya, Bu. Kok di sini? Mari merapat, mari mendekat. Mari kita melakukan pencoblosan di TPS. Ya, oke. Bapak-bapak, ibu-ibu yang belum mendapatkan antrian. Hai lari papa-papa ibu-ibu kita memilih pemimpin dengan rekam jejak yang baik asyik Bu melihat orang-orang pada semangat untuk nyari pemimpin masa depan di Sambang Mapan ini Hai semua Nggak golput kan? Rahasia dong kita Bangsa Ayo rakyat Indonesia Beri kontribusi nyata Raih asap bersama Kita memilih Untuk Indonesia Memang benar Suara merdu itu menentukan Telinga kita Tapi suara kalian di pemilu menentukan nasib bangsa Indonesia. Saya yakin itu semua dilakukan karena rasa cinta. Bapak-bapak, ibu-ibu, pilih Adam, Desa Adem. Dengan ini saya menjatakan, saya Adam Rahadi, mencalonkan diri sebagai kades periode mendatang. Jangan pilih pajanji ini. Jejak digital tidak bisa dihapus. Aku juga mau jadi saksinya. Aku lihat sendiri kok selama 20 tahun, itu ibu itu gak pernah kok selingkuh. Zaman remaja, bu Bertiwi itu SMA loh. Pacaran, kalau Pak Janji. Kok malah nikahnya sama Pak Citro? Lah gue. Setengah keluarganya Pak Citrowi kawin paksa. Karena zaman dulu keluarganya Bu Pertiwi mengalami zaman krismon, banyak hutang. Nah, saya saja... Ayo masak ke ibu ya, Pak. Iya, saya. Kenapa sih, Bu? Ibu nggak pernah cerita soal Pak Janji ke kita semua? Ya, karena Ibu tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi. Dan Ibu juga bertanggung jawab. Ibu menerima menjadi ibu kalian, menjadi istri dari ayah kalian, begitu pun dengan Pak Janji. Kita berdua menghargai apa yang kami pilih. untuk kehidupan kita. Dan kalian harus tahu, Pak Janji itu tidak pernah mendekatkan dirinya kepada ibu sampai istrinya itu meninggal. Tapi kenapa harus dia sih, Bu? Pak Janji itu tuh brengsek! Ibu nggak lihat sendiri foto-fotonya. Itu urusan Ibu sama Pak Janji, Adam. Mengenai foto-foto itu ya, begitulah. Begitulah manusia untuk menjatuhkan lawannya. Dengan cara yang tidak baik, dengan cara yang jahat. Jadi Ibu nuduh saya? Loh, enggak. Ibu sama sekali tidak pernah menuduh kamu. Lawan dia. Ibu mendukung kamu. Lawan Pak Janji di Perkades nanti. Silahkan. Tapi harus satu yang kamu ingat, ibu akan kecewa sekali. Ibu akan kecewa, Adam. Kalau hanya untuk sebuah kemenangan, kamu melakukan cara yang tidak baik. Bukan saya yang bikin. Ibu nggak bilang kamu yang bikin. Nggak. Ibu tidak pernah menyangka anak-anak ibu sama sekali tidak. Lanjutkan cita-cita ayah kamu. Lanjutkan, Adam. Tapi jangan ikuti caranya. Ibu tidak mau. Ibu tidak mau anak ibu menang tapi tidak mendapatkan kehormatan. Lawan dan jalan yang baik. Ibu mau anak-anak ibu yang ada di dalam rumah ini. Lanjutkan semuanya keinginan kalian. Dan kalian tidak perlu khawatir. Ibu tidak akan pernah melakukan apapun. Dan ibu tidak akan pernah menikah dengan siapapun. Kalau memang kalian tidak setuju. Ada lagi yang ingin kalian sampaikan kepada ibu. Silahkan. Rumah ini sangat terbuka untuk kalian semua berbicara dengan ibu. Saya gak setuju. Aku mau keluar. Apa jadinya pulang hari ini ya, Bu? kok beneran mau pulang sekar Iya, Bu. Terima kasih udah pulang, ya. Maaf ya, Bu. Sekar masih belum tahu apa yang Sekar mau. Tidak ada yang harus dimaafkan. Bu tahu, suatu saat nanti kamu akan mendapatkan sesuatu yang terbaik dalam hidup kamu. Ef Apapun pilihan ibu Dan itu bikin ibu bahagia Sekarang pasti dukung Apapun pilihan hidup kamu yang membuat kamu bahagia ibu setuju sekar pamit ya bu Terima kasih sudah jadi anak ibu Sekar. Terima kasih banyak juga ya Bu. Jangan diri ya, jangan lupa makan. Iya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Halo, Sobat Timus. Drama Desa Bangun Mapan ini semakin seru lho. Pak Ramli kalah suara dalam pemilu legislatif. Diisukan gara-gara si Adam. Jurkannya Pak Ramli terus malah sambil... sendiri untuk pil kardes ke depan pancur biyak, wih penasaran, toh? makanya ikuti terus Kasak Kusuk Triodimus suaranya ramas Hai kamu gak dapat bayaran gara-gara para amsi kalah dan itu semua gara-gara kamu isam brengsek kamu Adam adekmu bikin bola mantul sana sini bikin blunder tau gak pasang poster cuacuit di tersebut hanya kena lubang tapi Salah mengenai kepala kita. Goplok! Nanti saya bereskan, Pak. Tapi kalau masalah isam, tolong jangan dicampurkan dengan urusan di sini. Dia nggak tahu apa-apa, itu haknya, Pak. Aku bayar kamu untuk kampanye legislatifku, bukan kampanye pil KTS yang masih lama. Menyakit keluarga. Bayangkan, pada saat ayahmu maju ke dunia politik, ibumu malah bantu Pak Janji mengelola desanya. Silahkan, itu penyakit keluargamu. Untuk apa aku? Sama dengan pecundang semacam kamu. Kamu tidak tahu aturan main. Pergi dari sini, urus adikmu. Halo Pak Ramli, Fitri Otimus Pak, mau ini Pak, mau wawancari Bapak soal pemilu, sama ini Pak, mengajak Bapak nyanyi di podcast kami Pak, biar viral gitu loh Pak ya, lagunya yang itu loh Pak, Rasa Sayangnya Pak, Rasa Sayangnya rasa sayang sayang nih yang itu Pak sama-sama ya papa-papa pindek lho pak, maksudnya di 4 juta pak halo, halo pak yaudahlah pak, pokoknya besok kami kesana ya pak ya ya, parung pak, mantan wuuu ngapain disini? nemenin kamu, sampai bisnya datang gak usah aku mau yaudah terserah Emang sih, aku gak berhati ku campur. Tapi aku kenal siapa ibu. Yaudah kalau gitu kamu gak usah ada di sini, kamu pulang aja. Aku kesini itu hanya untuk melihat wajahmu. Sama seperti dulu, waktu aku beli beras sama ibumu. Halo, iya Deddy. Iya, tenang aja. Yang jelas semuanya aman, Deddy. Pokoknya satu desa itu heboh semuanya. Iya, padahal kan Tine cuma pegang kancingnya. Iya, Deddy. Oke, tenang aja. Emang aja, Deddy. Aman semuanya. Jadi, Deddy ikut kan ke Bali? Iya, nanti bareng Tini. Nanti kalo lo gak ikut, Tini kesepian dong. Pokoknya aman, Deddy. Aku udah ngerti dari tadi kamu ngomong apa. Baik, Pak. Besok, Pak. Besok kita selesaikan, Pak. Besok kita selesaikan. Hei! Hei! Bumpar! Bumpar semua! Bumpar! Sam? Kenapa sih ini? Gpp biar sam sendiri aja Eh ibu liat Udah ibu udah gapapa Ini semua salah saya ibu saya minta maaf Hei! Apa kalian ini? Saya tau bos kalian Ramli kan? Jangan mau disuruh dia! Suruh dia datang ke rumahnya Pertiwi sekarang juga saya tunggu disini! Cepat, pulang. Pulang kalian! Pulang semuanya! Suruh Ramli berhadapan sama saya! Pulang! Bu! Mas, asik jalan, asik jalan, asik jalan. Mas, Pak, Pak, Pak. Mereka, Pak, sekadar kancing tini, Pak. Ini, Pak, Pak harus segera bertindak. di bendung pak ayo pak saya bergerak saya bergerak saya bergerak saya bergerak pak janji semua warga menuntut pak janji sabar sabar jangan seperti ini pak janji pak janji itu udah mencoreng nama baik desa kami oh itu kan oh oh Kami gak mau dipimpin sama pemimpin mesem, Hidi. Iya, toh, kan? Oh, oh. Kan sama pacar aku. Gimana sih? Cuma sama pacar aku ini. Tidak, hanya cuma dua. Kamu mau aku laporan ke polisi atau minta maaf ke semuanya dan ngaku kalau misalnya kamu udah ngejelekin nama baiknya Pak Janji? Jejal di cita. Tuh, sudah terbukti. Moh, selapa coba. Bapak-bapak, saya siap mundur. Jika memang terbukti benar dan buktinya itu harus nyata, bukan maya. Ngeyal, ngeyal. Ini nyata, ini nyata loh. Selanjutnya, lebih baik permasalahan ini kita bawa saja ke pihak yang berwajib. Ini nyata, buktinya nyata ada. Nih, nih, denger. Kalian tuh tidak melakukan social justice warrior Tapi kalian melakukan social pengis warrior Saya Tini, Ibnu, Jamil, dan Alit meminta maaf kepada Pak Janji Upaya Karena telah merusak nama baik Pak Janji Dan seluruh warga semuanya Saya meminta maaf Ini pasti ada oknum di belakangnya Tini nih. Wah, Tini tuh memang gitu ya. Tapi namanya manusia itu tempatnya salah. Nanti kita akan bantu. akan bantu Pak Janji untuk memperbaiki nama baik Pak Janji. Kalau perlu, kita siap lho Pak Janji. Jadi timnya Pak Janji. Untuk followingnya nanti juga harus ada Pak. Anggarannya bisa dibicarakan gitu Pak Janji. Dil kan Pak Janji? Pak Janji? Dil Dil Dil ya Ketek kopi Biar apa? Biar keluarga bahagia, negara tertata. Sobat Timus pasti penasaran apa yang akan terjadi di Desa Bangunan, ya toh? Ayo ikuti terus kami trio Timus. Layang-layang, selayang pandang, akhir kisah, tunggulah saja. Layang-layang, selayang pandang, jangan percaya gosip, cari fakta. Baskarnya udah keluar kotak. Oh, sudah. Nggak apa-apa. Saya bungkuskan aja, Bu, ya. Gak usah. Nggak ada yang makan. Nggak apa-apa, Bu. Buat oleh-oleh, Bu. Jangan banyak-banyak. Iya, Bu. Mari. Udah, udah. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Cukup. Udah, udah. Terima kasih, ya. Iya, Bu. Mari, Bu. Semoga selalu lancar. Amin. Amin. Saya ke sana dulu, ya, Bu, ya. Makasih, ya, Bu. Udah beliin kue kesukaannya sekarang. Kamu gak jadi pulang? Sekarang-sekar tahu, Pak Janji itu orang yang baik, Bu. Ibu kira Ibu gak akan ketemu kamu lagi. Mau Soekar bawain gak? Gak usah Ibu bisa sendiri Karena ibu biasa sendiri Apa? Kalau Pak Janji yang nawarin, Pak Janji mau Jangan, Pak Janji disini loh Kamu udah belum tau? Soekar Ingin Soekar bawain? Gak usah kamu Kakekmu pernah bilang, Dam Warisanmu itu bukan rumah, tapi bagaimana cara kamu memiliki rumah itu. Rumah itu untuk apa? Dan bagaimana kamu membesarkan manusia di dalam rumah itu? Negara juga seperti itu, Dam. Iya, gak lama Bu di luar. Aku pesanin juga ya, Bu. Gak mau berdua sama Ibu. Ibu gak habis. Banyak. Pinjem garpu aja ya, Mas. Enak, enggak? Coba. Makan. Agak manis. Manis. Ibu tahu kamu enggak suka. Tapi enak. Enak. Iya. Makan. Bu, minggu depan aku sama Jojo mau nanem padi. Tapi kita nggak pakai pupuk kimia. Terus kemarin aku sempat buatin website buat beras pertiwi. Terus kerjaan kafe kamu di Jakarta gimana? Kata Jojo, aku itu mirip sama ibu. Jadi aku pengen ikutin hijau ibu dulu. Wah, kakak belom buku. Kok cepat pulangnya? Iya, udah aman, bu. Nanti aku habisin yang ada nih. Makasih ya, bu. Kenapa? Ya karena di TPS, Ibu udah mau melukis sama......sama gak lukis Ibu. Makasih ya, Bu. Sama-sama. Karena kamu tangan Ibu pengen pelukis. Nyulai, enggak. Malam, Bu. Malam. Gak mau makan? Gak, gitu aja. Kamu beneran gak nyalon dong? Enggak. Kalau kata Triotimus. Tong kosong nyaring bunyinya Jangan nyalon kalau gak ada visinya Gitu. Kalau nggak salah gitu. Aku sama Issam udah janjian, Bu. Kita lagi mau bikin forum peresmian kepemimpinan. Bagus. Coba, enak. Pelis gak, Bu? Habisin sekalian. Gak lapar, tapi... Selamat malam semua. Malam, Pak. Kebetulan saya lagi lewat menuju... Rapat Pilkades. Saya mau beli beras Ibu Pertiwi. Oh, itu berapa banyak, Pak? 10 kilo. 10, nanti diambilkan. Duduk. Ya, saya melihat sebenarnya Adam itu punya peluang cukup besar di Pilkades kali ini. Kalau bisa mendapatkan dukungan dari koalisi Bapak, Ibu, Sekar, Isam. dan beberapa koalisi lainnya. Iya, Pak. Ya mungkin dengan koalisi sebesar itu mungkin bisa menang, Pak. Tapi kan belum dengan koalisi rakyat dan koalisi rekam jejak, Pak. Eh. Cuma mau beli beras, Pak? Eee... Nganu. Emang orang mau beli beras gak boleh, Pak? Saya ambilkan dulu ya, Pak. Bapak, Bapak, Ibu. Kita foto dulu ya, Pak. Gak usah. Enggak, kita mau foto selfie, Bu. Biar saya, saya, saya foto. Iya, biar ada rekam didaknya Pak. Gak usah sekar, Pak. Ibu senyum. Ibu senyum. Satu, dua, satu, dua, tiga. Ibu. Satu, lagi, lagi. Rapat, Ibu. Rapat. Nah, lagi. Rapat, Ibu. Satu, dua, tiga. Baguslah fotonya. Boleh dikirim? Boleh, Pak. Nanti saya yang kirim langsung, Pak. Halo halo warga bangun papan, halo sobat timus, kembali lagi di podcast gak kita? Trio Timus, warga terkelas! dan gas gas gas wih selamat datang pak janji warga warga semua sobat timus kita sudah menghadirkan pak janji kali ini apakah ganteng pak janji bisa sih Pak, kami langsung saja mau bertanya. Bagaimana persiapan Pak Janji sejauh ini untuk menuju Pilkades? Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada seluruh warga Bangun Mapan yang sudah mempercayakan saya memimpin desa Bangun Mapan. Dan saya sudah memutuskan. Untuk periode berikutnya, saya tidak akan maju kembali. Kenapa cuma segitu, Pak? Kenapa, Pak? Menurut saya, dua periode saja sudah cukup. Saya juga melihat di sini banyak warga dan pemuda-pemuda Bangun Mapan yang bisa memimpin desa Bangun Mapan. Mereka punya pemikiran, program-program, dan juga ide-ide yang jauh lebih bagus. Loh, sebentar, Pak. Lah, tapi kan... Eman-eman lho Pak program yang kemarin kan jadi tidak berlanjutan. Nah itu bagus-bagus. Apa janji kemarin? Eman-eman ya. Sayang. Jadi begini, saya yakin dan saya percaya kalau program saya bagus pasti akan dilanjutkan. Tapi kalau program saya yang kurang maksimal atau kurang bagus pasti akan digantikan dengan program dari pemimpin yang baru. Dan saya juga yakin pemimpin yang baru pasti akan lebih berkualitas. karena lahir dari pemilih yang cerdas. Keren sekali! Baik Pak Janji ayo kita bersenang-senang Ngomel nyanyi bareng-bareng Berani? Berani aku ya Siapa takut Wah lama-lama aku mau juga jadi konten kreator Ibu dan Bapak Adik-adik dan kakak Siapkan bersama Pilkade segera tiba Pemilihan cermat Warga yang berhukum Pemimpin yang berhukum Indonesia pas 5U Ibu dan Bapak Kisah kejadian menengah, Tangan dan budi-budi, Misal-misal kadang-kadang, Jaya hidup di sangkara, Lalalala, lalalala, Kita jadi lindung bangsa, Lalalala, ayo saatnya kita kerjakan, Kita kerjakan, Terima kasih. Salukan aspirasi bersama demi bangsa Teguh percaya suara kita sangat berharga Menentukan arah masa Ayo rakyat Indonesia Bersatu langkahkan kaki Menuju milik suara Rabu 14 Februari Ayo rakyat Indonesia Beri kontribusi nyata Raih asal bersama Kita memilih untuk Indonesia Tiba waktunya untuk gunakan hak pilih kita Salurkan aspirasi bersama demi bangsa Teguh percaya semua Mari memilih Untuk Indonesia, KPU melayani.