Transcript for:
Tantangan Perjalanan ke Proxima Centauri

Proxima Centauri, atau bintang terdekat dari matahari, berjarak sekitar tahun cahaya atau sekitar 40 triliun kilometer dari bumi. Dengan perkembangan teknologi antariksa yang ada saat ini, perjalanan ke bintang ini masih berada di luar jangkauan manusia. Meskipun para ilmuwan terus berinovasi untuk mengembangkan sistem propulsi canggih, ada berbagai faktor yang membuat perjalanan ini hampir mustahil. Nah pada video kali ini, kita akan membahas berbagai tantangan utama yang membuat manusia sulit, bahkan tidak akan pernah bisa mencapai bintang Proxima Centauri dalam waktu yang masuk akal. Pertama adalah jarak yang terlampau jauh. Dalam ukuran skala kosmik, jarak tahun cahaya mungkin terlihat kecil. Namun dalam skala teknologi manusia, ini adalah rentang yang hampir tidak bisa dijangkau. Dengan kecepatan pesawat luar angkasa tercepat saat ini, seperti Parker Solar Probe yang mencapai kecepatan 700.000 km per jam, dibutuhkan sekitar 6.400 tahun untuk mencapai ke Proxima Centauri. Bahkan dengan teknologi yang lebih maju, seperti roket berbasis energi nuklir atau ion, waktu tempuh masih akan sangat lama, bisa berkisar hingga ribuan tahun lagi. Kedua, adalah keterbatasan teknologi propulsi. Teknologi roket berbahan bakar kimia yang saat ini digunakan dalam misi luar angkasa tidak akan cukup untuk mencapai bintang tetangga dalam waktu yang wajar. Sistem propulsi berbasis nuklir atau fusi, meskipun memiliki potensi yang besar, masih berada dalam tahap eksperimental dan memiliki banyak tantangan teknis. Sementara itu, Konsep seperti Lexil yang menggunakan tekanan radiasi dari laser raksasa di bumi masih dalam tahap teoretis dan belum terbukti dapat bekerja dalam skala antar bintang Ketiga adalah permasalahan energi Membawa manusia ke Proxima Centauri memperlukan energi dalam jumlah yang sangat luar biasa besar Bahkan, jika kita memiliki pesawat luar angkasa yang dapat mencapai 10% kecepatan cahaya atau 30.000 km per detik Energi yang dibutuhkan akan setara dengan seluruh produksi energi global selama bertahun-tahun. Selain itu, pengisian bahan bakar dalam perjalanan menjadi tantangan yang sangat besar karena sumber energi harus cukup untuk mempercepat dan memperlambat pesawat saat mencapai tujuan. Keempat adalah dampak radiasi kosmik. Perjalanan antar bintang akan memperlihatkan para awak pesawat terhadap radiasi kosmik yang ekstrim termasuk sinar gamma dan partikel bermuatan dari ruang antar bintang. Tanpa perlindungan yang memadai, paparan radiasi ini akan dapat menyebabkan kerusakan DNA, kanker, dan berbagai efek kesehatan lainnya. Dan solusi, seperti perisai radiasi berbasis magnet atau material tahan radiasi masih belum cukup berkembang untuk perjalanan panjang semacam ini. Kelima, permasalahan biologis dan juga psikologis. Bahkan jika teknologi memungkinkan manusia berpergian ke Proxima Centauri, tantangan biologis dan juga psikologis menjadi penghalang besar. Perjalanan yang berlangsung ribuan tahun berarti bahwa manusia yang memulai perjalanannya tidak akan pernah sampai tujuan sehingga konsep generational shift diperlukan. Hal itu akan menimbulkan masalah baru seperti degradasi genetik akibat perkawinan dalam kelompok kecil, konflik sosial dalam komunitas tertutup, serta tekanan psikologis akibat isolasi berkepanjangan. Nah, ada solusi fiksi untuk mengatasi masalah ini, yaitu hibernasi yang membuat para awak akan dalam kondisi tertidur selama bertahun-tahun. Namun, solusi hibernasi sejauh ini hanya dapat kita jumpai dalam film fiksi ilmiah saja. Keenam, adalah tantangan navigasi dan kerusakan teknologi. Pesawat luar angkasa yang melakukan perjalanan selama ribuan tahun harus beroperasi tanpa kesalahan selama periode tersebut. Bahkan sistem navigasi yang sangat maju sekalipun dapat mengalami kegagalan seiring waktu. Selain itu, pesawat juga harus mampu menghindari tabrakan dengan debu atau asteroid kecil di ruang antar bintang yang meskipun kecil, dapat menyebabkan kerusakan fatal pada saat berada dalam kecepatan tinggi. Kemudian, Yang ketujuh adalah masalah pendaratan dan eksplorasi. Misalkan manusia sudah berhasil mencapai Proxima Centauri, tantangan berikutnya adalah bagaimana cara berhentian. dan melakukan eksplorasi. Pesawat harus mampu memperlambat kecepatannya tanpa menghabiskan seluruh bahan bakar. Selain itu, Proxima Centauri adalah bintang katai merah yang memiliki aktivitas flare yang ekstrim dan dapat membahayakan eksplorasi berbagai planet di sekitarnya termasuk Proxima b yang sering disebut-sebut sebagai kandidat planet layak huni untuk menggantikan bumi di masa mendatang. Kemudian, Terlepas dari beberapa masalah yang saya jelaskan tadi, penelitian terbaru mengenai Proxima Centauri B, meskipun awalnya dianggap sebagai kandidat planet layak huni karena berada dalam zona layak huni bintangnya, berbagai faktor telah ditemukan yang meragukan kelayak hunian Proxima Centauri B. Seperti yang sedikit saya bahas tadi, Proxima Centauri adalah bintang kate merah yang dikenal memiliki aktivitas magnetik dan badai yang intens. Radiasi dari aktivitas ini dapat mengacurkan atmosfer planet yang mengorbitnya, termasuk Proxima Centauri B. Studi pemodulan komputasi oleh NASA menunjukkan bahwa planet ini kemungkinan telah kehilangan sebagian besar kandungan oksigennya dalam 10 juta tahun pertama setelah terbentuk, membuatnya tidak layak untuk diuni. Selain kehilangan atmosfer, Proxima Centauri B juga terpapar radiasi tinggi dari bintang induknya. Radiasi ini dapat menyebabkan kondisi permukaan yang ekstrim dan berbahaya bagi kehidupan seperti yang kita kenal saat ini. Jadi, meskipun planet ini berada dalam zona layak huni bintangnya, paparan radiasi yang berbahaya dan tinggi membuatnya tidak ideal untuk dihuni apalagi menggantikan bumi. Selain itu, Proxima Centauri B memiliki periode orbit yang sangat singkat, hanya sekitar hari dan berada sangat dekat dengan sang bintang induknya. Kedekatan ini berarti planet tersebut mungkin terkunci secara gravitasi dengan satu sisi planet selalu menghadap bintang dan sisi lainnya dalam kegelapan abadi. Kondisi ini dapat menyebabkan perbedaan suhu ekstrim antara kedua sisi, menciptakan lingkuan yang tidak mendukung kehidupan seperti yang kita kenal. Meskipun Proxima Centauri B awalnya dianggap sebagai kandidat utama untuk kolonisasi manusia karena kedekatannya Dan posisinya dalam zona laik huni, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kondisi dalam planet ini sangat tidak mendukung kehidupan. Dengan adanya aktivitas bintang yang merugikan, paparan radiasi tinggi, dan kondisi orbit yang ekstrim, membuat perjalanan manusia ke Proxima Centauri B kemungkinan besar akan menjadi usaha yang sia-sia. Kemudian untuk alternatifnya, alih-alih mengirim manusia, beberapa ilmuwan, mengusulkan untuk mengirim wahana robotik kecil yang dapat mencapai kecepatan tinggi dengan teknologi seperti LightSail. Misalnya seperti proyek bernama Breakthrough Starshoot, bertujuan untuk mengirimkan wahana seukuran chip komputer ke Proxima Centauri dalam waktu sekitar 20 tahun dengan kecepatan 20% kecepatan cahaya. Meskipun hal ini terdengar lebih realistis, tantangan pengiriman data kembali ke bumi masih menjadi hambatan yang besar. Jadi pada intinya, meskipun perjalanan ke Proxima Centauri adalah mimpi besar umat manusia, kenyataannya masih banyak tantangan yang membuatnya hampir mustahil untuk dicapai dengan teknologi saat ini. Jarak yang sangat jauh, keterbatasan propulsi, permasalahan energi, radiasi kosmik, serta tantangan biologis dan psikologis, membuat perjalanan ini tidak realistis dalam waktu dekat. Untuk saat ini, eksplorasi robotik dan teleskop canggih tetap menjadi opsi terbaik untuk memahami bintang tetangga kita itu. Namun, dengan perkembangan teknologi yang pesat, mungkin suatu hari nanti, kita akan menemukan cara yang lebih efektif untuk menjelajahi bintang lain seperti halnya Proxima Centauri sebagai tetangga bintang terdekat dari tata surya kita. Dan ya, itu saja yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Seperti biasa, Semoga dapat memberikan kalian semua pengetahuan baru seputar dunia astronomi sekaligus hiburan untuk kalian semua. Jangan lupa, ke depannya masih akan ada banyak lagi pengetahuan terbaru tentang astronomi yang akan saya sampaikan. Dan tentunya, bakal sayang banget untuk kalian lewatkan. So, tetap stay tune terus ya bersama kami, Nasi Angkasa, Media Astronomi Indonesia.