Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera.
Salam Pancasila. Rekan-rekan mahasiswa sekalian, pada video pembelajaran kali ini saya ingin mengajak Anda untuk lebih menyelami lagi, untuk lebih mendalami lagi, untuk lebih menggali lebih jauh, lebih dalam mengenai Pancasila. Bahwa pada video pembelajaran sebelumnya Anda sudah mempelajari Pancasila sebagai dasar negara dan Pancasila sebagai ideologi negara Nah pada video pembelajaran kita kali ini Kita akan bahas lebih mendalam lagi Hakikat dari Pancasila itu sebetulnya seperti apa Menyelami filsafat Pancasila Sebelum lebih jauh kita bahas, perlu kita bicarakan terlebih dahulu apa itu yang dimaksud dengan filsafat. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
Ada juga kata-kata filosofi. Kalau Anda pernah baca film, apa, lihat film, ada film yang berjudul Filosofi Kopi. Apa makna kata filosofi itu?
Ada juga kata falsafah Falsafah hidup bangsa kita Falsafah negara Pertanyaannya, apa itu falsafah? Pertanyaan lebih lanjut, apakah filsafat itu sama dengan falsafah? Apakah pengertian filsafat, falsafah itu sama dengan pengertian filosofi? Ini akan kita bahas Bahwa kalau teman-teman baca di KBBI, filsafat itu adalah didefinisikan sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Jadi kalau... Saya coba bahasakan ulang dengan bahasa sendiri bahwa filsafat itu adalah pemikiran atau pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada secara lebih mendalam sehingga kita menemukan hakikat dari sesuatu yang ada itu. Filosofat berasal dari dua kata ya, terdiri dari dua kata, yakni philo dan sophia.
Philo itu berarti cinta dan sophia itu berarti kebijaksanaan. Kalau kita gabung menjadi filosofi. Dari situ sebetulnya kita bisa menarik, langsung menarik kesimpulan bahwa filsafat dan filosofi itu sebetulnya maknanya sama. Dan benar, ketika Anda coba buka KBBI, maka di situ dikatakan bahwa filsafat dan filosofi itu sama maknanya. Ketika bicara filsafat, maka kita bicara soal filosofi.
Apa itu filsafat, apa itu filosofi? Filsafat atau filosofi itu adalah pemikiran yang mendalam tentang segala sesuatu yang ada. Pengetahuan tentang hakikat dari segala sesuatu yang ada Itu tadi definisi yang disampaikan oleh KBBI Lalu apakah sama dengan falsafah?
Lagi-lagi coba kita buka di KBBI bahwa falsafah itu adalah Anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat Atau juga bisa kita maknai sebagai pandangan hidup Kalau teman-teman menyimak video pembelajaran saya pada video pembelajaran Pancasila sebagai ideologi bahwa pandangan hidup atau dalam bahasa Inggrisnya ada worldview itu adalah pandangan kita atau gagasan kita atau ide kita, pengetahuan kita tentang sesuatu sebagaimana adanya sedangkan ideologi itu adalah gagasan, ide, pandangan kita tentang Sesuatu sebagaimana mestinya Kalau pandangan dunia itu sebagai Pandangan kita tentang sesuatu sebagaimana adanya Kalau ideologi itu sesuatu sebagaimana mestinya Ideologi itu pasti berasal dari Pandangan hidup tertentu Nah sebelumnya Anda sudah mempelajari Bagaimana ideologi Pancasila Dimana ideologi Pancasila itu kita jadikan pedoman Tentang bagaimana kita seharusnya hidup Maka pada falsafah atau filsafat Pancasila ini Kita bahas mengenai Pandangan bangsa kita Pandangan hidup bangsa kita Tentang Segala sesuatu itu sebagaimana mestinya, tentang hidup ini bagaimana, tentang Tuhan itu apa Tuhan itu, tentang alam apa alam itu, tentang manusia bagaimana manusia itu, hakikat dari manusia, hakikat dari kehidupan ini. Kalau ideologi adalah bagaimana kita harus berkehidupan, kalau falsafah, pandangan dunia, atau worldview itu adalah bagaimana pandangan kita tentang hidup ini. Kalau ideologi, pandangan kita tentang bagaimana seharusnya kita menjalani hidup. Berdasarkan pandangan kita tentang hidup ini bagaimana. Jadi ideologi itu berasal dari pandangan dunia atau falsafah atau worldview.
Dan ada kata bervalsafah juga di dalam KBBI didefinisikan. Bervalsafah itu adalah memikirkan sedalam-dalamnya tentang sesuatu. Sedalam-dalamnya Ini mirip dengan definisi yang diberikan oleh KBBI mengenai filsafat Berpikir, pengetahuan atau pemikiran tentang hakikat segala sesuatu yang ada Ini adalah pemikiran yang mendalam, kita berusaha menggali hakikat dari sesuatu yang ada.
Maka bisa kita simpulkan bahwa sebetulnya baik filsafat, filosofi, falsafah itu sebetulnya maknanya sama. Berfilosafat, berfilosofi, bervalsafah itu adalah berpikir secara mendalam, komprehensif, kritis, radikal tentang sesuatu jadi maknanya sama, filsafat, filosofi, dan falsafah sama-sama bermakna sebagai pemikiran yang mendalam tentang segala sesuatu pemikiran yang berusaha mencari hakikat dari segala sesuatu dimana pemikiran itu adalah pemikiran yang mendalam menyeluruh, kritis, dan radikal radikal ini dimaknai sebagai pemikiran yang mendasar pemikiran yang mengakar pemikiran yang tidak hanya ada di atas di permukaan saja tetapi pemikiran sedalam-dalamnya hingga ke akar-akarnya itu maksud dari pemikiran yang radikal jadi berfilosofat adalah berpikir secara mendalam komprehensif, kritis, dan radikal tentang segala sesuatu yang ada. Sehingga dari aktivitas berpikir yang mendalam itu, dari aktivitas berfilosofat itu, diharapkan kita mendapatkan pengetahuan yang paling benar. mendapatkan pengetahuan yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran yang hakiki, mendekati kesempurnaan.
Itu adalah makna filsafat. Filsafat menurut Bertrand Russell, menurut dia bahwa filsafat itu tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir yang tidak secara dangkal, atau pemikiran yang tidak dogmatis jadi menurut Bertrand Russell filsafat itu adalah pemikiran yang mendalam pemikiran yang tidak dangkal pemikiran yang tidak hanya sekedar pemikiran-pemikiran dogmatis contoh misalnya kita berbicara mengenai Tuhan misalnya ketika kita berpikir tentang Tuhan secara dogmatis maka kita akan berpikir bahwa Tuhan itu adalah sesuatu yang harus kita sembah sesuatu yang semua perintahnya harus kita ikuti yang semua larangannya harus kita jauhi itu adalah pemikiran dogmatis tetapi ketika kita berbicara mengenai Tuhan secara filosofis kita berusaha berpikir filsafat tentang Tuhan bagaimana Tuhan itu maka kita akan berusaha mencari tahu Sedalam-dalamnya tentang Tuhan. Apa itu Tuhan? Bagaimana itu Tuhan? Apa wujud Tuhan?
Apakah Tuhan punya wujud? Sama seperti kita? Bagaimana wujudnya?
Apakah Tuhan menempati ruang tertentu seperti kita? Lalu kalau menempati ruang, lalu dimanakah Tuhan itu? Itu adalah pemikiran filosofis tentang Pemikiran yang mendalam tentang Tuhan Atau kita coba ambil contoh yang lain Misalnya kopi Kalau kita berbicara atau berpikir tentang kopi secara dogmatis atau dangkal Maka kita akan mengatakan bahwa kopi itu adalah minuman yang bisa membuat kita tidak mengantuk Atau minuman yang bisa memberikan efek menghilangkan kantuk Itu adalah pemikiran dogmatis. Tetapi kalau kita berbicara mengenai berpikir filsafat tentang kopi, maka kita akan berusaha menggali tentang kopi itu. Menggali hakikat tentang kopi itu.
Kita akan berusaha menggali nilai-nilai yang terkandung di dalam kopi. Kopi itu misalnya, kita coba berfilosofi kopi. Kopi itu pahit, pada dasarnya kopi itu pahit, tetapi kita bisa menyiasati kopi itu sehingga bisa kita nikmati, yakni dengan cara misalnya kita beri gula, kira-kira seperti itulah hidup.
Bahwa hidup itu pahit, tetapi kalau kita bisa menyiasatinya bagaimana kita harus hidup, maka hidup itu bisa kita nikmati. Nah, itulah salah satu nilai yang bisa kita gali dari kopi. Filosofi kopi, jadi kita berpikir mendalam tentang bagaimana kopi itu. Jadi kopi itu... Bukan kita ambil nilai kopi itu secara dogmatis, minuman yang bisa menghilangkan kantuk, tetapi kita mendapatkan nilai-nilai lainnya yang hanya bisa kita temukan dengan cara berpikir mendalam mengenai kopi.
Kita berusaha menggali nilai-nilai kopi yang tidak tampak di permukaan. Contoh misalnya pemikiran filosofis tentang kopi atau kita berusaha berfilosofi tentang kopi. Kopi itu bisa memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Bahkan perbedaan tangan yang meracik kopi itu juga bisa menghasilkan perbedaan cita rasa. Artinya, kita bisa menggali di situ nilai-nilai perbedaan.
Bahwa kopi itu tidak harus sama cara meraciknya, tetapi bagaimana kita bisa menikmati itu sesuai dengan selera kita. Hidup itu tidak harus sama, tetapi bagaimana cara kita berusaha menikmati hidup itu. dengan cara meraciknya sesuai dengan kehendak kita.
Nah itulah nilai-nilai yang bisa digali dari kopi. Jadi sampai sini saya berharap teman-teman bisa memahami apa yang dimaksud dengan berpikir filsafat, berpikir filosofis tentang sesuatu. Lalu yang akan kita bahas selanjutnya adalah filsafat Pancasila. Merujuk pada definisi filosofat tadi Bahwa filosofat adalah berpikir yang mendalam Tentang segala sesuatu yang ada Maka filosofat Pancasila Itu adalah berpikir mendalam Tentang Pancasila Kita berusaha menggali nilai-nilai Yang ada di dalam Pancasila Kalau kita berpikir tentang Pancasila secara dogmatis, maka Pancasila itu adalah ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu adalah pemikiran dogmatis tentang Pancasila.
Tetapi kalau kita berusaha berpikir filosofis tentang Pancasila, maka sebetulnya kita berusaha menggali lebih dalam lagi nilai-nilai yang ada, nilai-nilai lain yang tidak tampak di permukaan mengenai Pancasila. Dari sila ketuhanan misalnya. Kita bisa menggali nilai-nilai apa dari sila ketuhanan yang Maha Esa itu.
Itu adalah... Aktivitas berpikir filsafat tentang Pancasila Jadi filsafat Pancasila Ketika teman-teman berfilsafat tentang Pancasila Itu sebetulnya teman-teman berusaha menggali sedalam-dalamnya Berusaha mencari nilai sebanyak-banyaknya Dari sila-sila Pancasila Filosofat Pancasila adalah refleksi kritis rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan mendapatkan pokok-pokok pengertian yang mendasar dan menyeluruh. Berpikir kritis rasional Berusaha menggali nilai-nilai yang ada di dalam sila-sila Pancasila Sehingga bisa kita dapati pengetahuan yang komprehensif tentang Pancasila Jadi kita mengetahui Pancasila bukan sekedar bunyi sila-silanya Tetapi kita mengetahui Pancasila hingga ke akar-akarnya Hingga kepada nilai-nilai yang tidak tampak Pada sila-silanya yang tidak tampak di permukaan.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendiri bangsa yang dituangkan dalam suatu sistem. Pancasila... Dalam bahasa Soekarno ketika pidato 1 Juni itu dikatakan sebagai dasar negara atau dasar falsafah negara Filosofi Gronslah Pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang dasar negara Jadi Pancasila sebagai filosofi Gronsla itu dimaknai sebagai hasil perenungan jiwa yang mendalam dari para pendiri bangsa mengenai sistem nilai apa yang akan kita jadikan sebagai dasar negara. Jadi filsafat Pancasila adalah kita berusaha berpikir tentang filsafat, berpikir radikal, berpikir mendalam, berusaha mencari hakikat dari Pancasila, berusaha menggali nilai-nilai lain yang ada di dalam Pancasila.
Tidak hanya sekedar Pancasila adalah ketuhanan yang Maha Esa. Tidak hanya sekedar Pancasila adalah kemanusiaan yang adil dan beradab Tetapi kita menggali berusaha Berusaha menggali lebih dalam Nilai apa yang ada di balik Sila kemanusiaan yang adil dan beradab Itu adalah maksud dari filosofat Pancasila Atau saya ingin mengajak Anda untuk Menyelami filosofat Pancasila adalah Saya ingin mengajak Anda untuk menggali Nilai-nilai yang terdalam dari Pancasila Menurut Nothonagoro, Profesor Nothonagoro, Guru Besar UGM, pakar Pancasila juga, bahwa menurut dia Pancasila yang berisi lima sila itu merupakan satu kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila dalam struktur yang bersifat hirarkis dan piramidal. Jadi sila-sila Pancasila itu adalah satu kesatuan yang tersusun secara hirarkis dan berbentuk piramidal.
Jadi ketika kita bicara mengenai Pancasila, kita tidak bicara mengenai ketuhanan yang Maha Esa saja. Tetapi bagaimana ketuhanan yang Maha Esa itu berkaitan dengan sila-sila yang lain. Sila-sila kemanusiaan, sila-sila persatuan Indonesia dan lain sebagainya.
Kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi Jadi ketika kita bicara mengenai sila, bicara mengenai Pancasila Tidak hanya ketuhanan yang Maha Esa, tetapi ketuhanan yang Maha Esa Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial Itu menjadi satu kesatuan utuh yang tidak terpisah Kita Anda coba lihat bagian ini. Ini adalah bagan yang menunjukkan bahwa sila-sila Pancasila ini merupakan satu kesatuan utuh. Maksud dari sila-sila Pancasila tersusun secara hirarkis dan piramidal, ini adalah tersusun seperti ini secara piramidal. Bahwa maksud dari tersusun secara hirarkis dan piramidal, bahwa sila... Pertama, itu mendasari sila kedua.
Sila kedua mendasari sila ketiga. Sila ketiga itu mendasari sila keempat dan selanjutnya. Itu adalah makna dari sila-sila Pancasila tersusun sebagai satu kesatuan tersusun secara hirarkis dan berbentuk piramidal. Jadi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan sosial yang berdasarkan pada musyawarah.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang berdasarkan pada ketuhanan. Persatuan Indonesia atau kebangsaan Indonesia itu adalah prinsip kebangsaan yang berdasarkan pada prinsip kemanusiaan. Itu maksud dari sila-sila Pancasila menjadi satu kesatuan utuh yang tidak terpisah, yang tersusun secara hirarkis dan berbentuk piramida. Lalu, sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
Maksudnya bahwa Sila ke-1, contohnya adalah sila ke-1 ini meliputi juga sila ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5. Jadi ketika kita bicara soal ketuhanan yang Maha Esa, maka ketuhanan yang Maha Esa itu adalah ketuhanan yang berperi kemanusiaan, ketuhanan yang terkait dengan persatuan Indonesia, ketuhanan yang bermusyawara, ketuhanan yang berkeadilan sosial. Ketika kita bicara soal persatuan Indonesia, maka persatuan Indonesia yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, bermusyawara dan berkeadilan sosial itu maksud dari satu kesatuan sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi maksudnya bahwa sila-sila Pancasila suatu sila Pancasila itu juga meliputi sila-sila yang lainnya sila ke satu itu meliputi sila ke dua sila ke tiga, sila ke empat, sila ke lima Jadi seringkali, barangkali diantara kita dulu pernah mengatakan bahwa atau berpendapat bahwa, oh sikap yang seperti itu bertentangan dengan Pancasila atau prinsip hidup yang seperti itu bertentangan dengan Pancasila sila keberapa?
oh sila kedua saja Pada hakikatnya sebetulnya ketika dia bertentangan dengan sila kedua dia juga sebetulnya harusnya bertentangan dengan sila pertama Ketiga, keempat, dan kelima. Karena saat Pancasila dipandang bukan berdiri sendiri sila-silanya, tetapi menjadi satu kesatuan utuh. Kata Noto Nagoro, dia berusaha menunjukkan bagaimana sila-sila Pancasila itu menjadi satu kesatuan. Dia gambarkan dalam contoh begini.
Bahwa menurut sila pertama, hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri. Jadi Tuhan ada itu karena tanpa sebab. Tuhan ada karena dengan adanya diri sendiri, dengan sendirinya. Tidak ada yang menyebabkan. Tuhan ada karena ada itu sendiri.
Tuhan sebagai sebab dari segala sebab. Tuhan sebagai causa prima. Oleh karena itu, segala sesuatu yang ada, termasuk manusia, itu ada karena diciptakan oleh Tuhan. Manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan. Kalau saya jelaskan ini lebih filosofis lagi, bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada, Handphone itu ada, mobil itu ada, manusia itu ada, pohon itu ada, pohon memiliki keberadaan, manusia memiliki keberadaan, meja memiliki keberadaan, tanah memiliki keberadaan, mobil memiliki keberadaan.
Semua yang memiliki keberadaan, tidak mungkin ada kalau tidak ada yang memberi keberadaan. Misalnya contohnya saya, Beruang, saya punya uang. Maka saya bisa punya uang karena ada yang memberi saya uang.
Begitu juga dengan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Mau itu manusia, mau itu hewan, mau itu tumbuhan. Segala sesuatu yang ada itu...
Bisa memiliki keberadaan seperti sekarang ini karena dia disebabkan oleh sesuatu yang ada terlebih dahulu. Saya bisa memiliki keberadaan, saya bisa lahir karena ada orang tua saya yang punya keberadaan terlebih dahulu. Pohon bisa ada, bisa tumbuh karena adanya tunas yang sudah ada terlebih dahulu. Tunas bisa ada karena adanya biji yang sudah ada terlebih dahulu.
Tetapi pada hakikatnya, pada ujungnya bahwa segala sesuatu yang ada itu tidak mungkin ada jika Ini mohon diperhatikan Segala sesuatu yang ada itu tidak mungkin ada, tidak mungkin memiliki keberadaan jika ada itu sendiri tidak ada Saya ulangi lagi, ini mohon diperhatikan dengan baik. Ini pemikiran yang cukup filosofis dan cukup membingungkan barangkali. Bahwa segala sesuatu yang ada itu bisa memiliki keberadaan karena dia diberi keberadaan oleh sesuatu yang ada terlebih dahulu. Misalnya, handphone bisa ada karena di situ ada kaca.
Handphone bisa ada karena di situ ada logam. Kalau logam tidak ada, kaca tidak ada, maka handphone tidak akan ada. Itu maksud dari bahwa segala keberadaan itu punya keberadaan karena disebabkan oleh sesuatu yang ada terlebih dahulu. Tetapi, Handphone itu tidak mungkin ada, kursi itu tidak mungkin ada, meja itu tidak mungkin ada, pohon itu tidak mungkin ada, jika ada itu tidak ada.
Jadi sebab dari segala keberadaan yang ada di dunia ini adalah ada itu sendiri. Kita coba bayangkan jika tidak ada ada di dunia ini. Oke, contohnya saya ingin memberikan contoh lain.
Saya dikatakan punya uang, saya dikatakan beruang ketika saya punya uang. Coba kalau kita bayangkan tidak ada uang di dunia ini, maka apakah ada orang yang beruang? Maka jawabannya tidak mungkin ada orang yang beruang. Tidak ada jawaban, maka jawaban yang ada adalah tidak mungkin semua orang itu punya uang ketika uang itu tidak ada. Begitu juga dengan keberadaan.
Kita tidak mungkin punya keberadaan jika tidak ada sang ada. Oleh sebab itu dalam filosofat Tuhan itu dimaknai sebagai sang ada. Dia adalah keberadaan itu sendiri. Dan karena keberadaan, karena sang ada, maka segala sesuatu yang lain itu bisa memiliki keberadaan.
Karena adanya uang, maka semua orang punya uang. Kalau uang tidak ada, maka semua orang tidak akan punya uang. Kalau ada itu tidak ada, kalau sang ada itu tidak ada, maka tidak ada yang punya keberadaan di dunia ini.
Jika tidak ada sang uang, maka tidak ada orang yang beruang. Jika sang ada itu tidak ada, maka tidak mungkin ada keberadaan. Oleh sebab itu, kita bisa menyimpulkan bahwa Manusia, pohon, hewan, dan alam semesta ini semua punya keberadaan karena adanya sang adat.
Karena adanya sang adat atau karena adanya Tuhan. Dalam bahasa agama kita sebut sang adat itu sebagai Tuhan. Saya berharap Anda bisa memahami penjelasan saya ini yang cukup membingungkan barangkali. Saya coba analogikan bahwa semua orang saat ini itu punya uang. Semua orang itu beruang.
Tetapi jika uang itu tidak ada, maka tidak mungkin ada yang punya uang. Pasti semuanya tidak punya uang, karena uang itu nggak ada. Maka, Kita punya keberadaan, hewan punya keberadaan, itu karena adanya sang ada. Coba kita bayangkan ketika sang ada itu tidak ada, maka tidak akan ada keberadaan.
Itu pemikiran filosofis tentang ketuhanan yang Maha Esa. Bahwa pada hakikatnya, Sumber dari atau penyebab dari segala keberadaan di dunia ini Entah manusia, entah hewan, entah tumbuhan itu adalah sang adat Atau dalam bahasa agama disebut dengan istilah Tuhan Termasuk manusia Manusia ada karena adanya Tuhan Kalau Tuhan tidak ada, maka manusia tidak akan ada. Adapun manusia, menurut Notanogaro, Adapun manusia adalah sebagai subjek pendukung pokok negara, karena negara adalah lembaga kemanusiaan, atau lembaga yang dibuat oleh manusia, lembaga yang juga mengayomi manusia, berisi manusia. Negara adalah persekutuan hidup bersama antara anggotanya, yakni manusia. Manusialah yang berkehendak untuk membentuk negara Manusialah yang berkehendak untuk mendirikan sebuah negara Begitu juga dengan bangsa Indonesia Manusia-manusia Indonesia pada saat itu berkehendak yang sama untuk mendirikan sebuah negara Indonesia merdeka Jadi disilah pertama bahwa sebab dari segala keberadaan di dunia ini termasuk manusia adalah Tuhan Dan manusia yang ada saat ini berkehendak, memiliki kehendak untuk mendirikan sebuah negara.
Negara adalah, atau negara bisa muncul karena akibat adanya manusia yang bersatu. Negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu. Jadi tadi manusia, Tuhan adalah sebagai sebab dari adanya manusia.
Atau manusia ada karena atau sebagai akibat dari adanya Tuhan. Maka manusia atau negara itu ada karena adanya kehendak manusia. Manusia berkehendak untuk mendirikan negara.
Sila keempat. Bahwa setelah terbentuknya negara, maka selanjutnya muncul atau terbentuk persekutuan hidup bersama yang disebut sebagai rakyat. Dan rakyat ini adalah persekutuan hidup bersama dalam suatu negara. Rakyat Indonesia, rakyat Malaysia, rakyat Amerika.
Persekutuan hidup bersama dalam suatu negara tertentu Persekutuan hidup bersama dalam negara Indonesia Maka disebut sebagai rakyat Indonesia Dimana Persekutuan hidup bersama Yang ada di dalam lembaga Yang disebut dengan negara Ini memiliki tujuan yang sama Yakni Mencapai keadilan sosial Itu menggambarkan sila kelima. Jadi, saudara-saudara sekalian, sebetulnya gambaran yang diberikan oleh Prof. Noto Nagoro ini menunjukkan bahwa dia bisa menjelaskan lima sila itu dalam satu rangkaian narasi yang berhubungan, tidak terpisah-pisah. Sila pertama tidak terpisah dari sila kedua.
Sila kedua tidak terpisah dari sila ketiga Sila kelima tidak terpisah dari sila ke satu, sila kedua, sila ketiga, dan sila keempat Bahwa sebab dari segala sebab di sila pertama, sebab dari segala keberadaan adalah Tuhan, salah satunya adalah manusia, dan manusia adalah pihak atau entitas atau sesuatu yang berkehendak untuk mendirikan sebuah negara. Jadi negara ada? Karena adanya manusia yang bersatu.
Bersatunya manusia, kemudian membentuk sebuah negara. Ini gambaran dari sila ketiga, persatuan. Sila keempat, sila kerakyatan. Bahwa setelah terbentuknya negara, maka munculah...
Persekutuan hidup yang kemudian, persekutuan hidup bersama yang kemudian kita sebut sebagai rakyat. Rakyat adalah persekutuan hidup bersama di suatu negara tertentu. Dimana persekutuan hidup bersama ini yang diwadahi dalam sebuah lembaga yang disebut dengan negara, itu tujuannya sama, yakni mencapai keadilan sosial. Jadi Prof. Nathana Goro ini berusaha menggambarkan hubungan antara ke semua sila-sila Pancasila. Jadi sila-sila Pancasila itu tidak berdiri sendiri.
Rekan-rekan mahasiswa sekalian. Bahwa orang yang pertama kali menyampaikan gagasan filosofis mengenai Pancasila itu adalah pencetusnya itu sendiri, yakni Bung Karno pada tanggal 1 Juni. Dalam pidato Beliau sampaikan kurang lebih satu jam dan tanpa teks pidatonya, jadi di luar kepala.
Beliau menyampaikan gagasan filosofis Gronslah, falsafah hidup negara, yakni Pancasila. Bahwa dalam pidato satu juninya, kata Bung Karno, apakah kita hendak mendirikan negara Indonesia untuk... orang tertentu, untuk golongan tertentu, ataukah untuk semua orang? Maka sudah tentu kita hendak mendirikan sebuah negara semua untuk semua.
Negara yang kita sepakati bersama baik oleh kaum Islam maupun kaum kebangsaan. Maka kita mendirikan suatu negara di atas prinsip kebangsaan Indonesia. Itu menurut Soekarno. Bahwa bangsa kita ini adalah bangsa yang berbeda-beda Suku bangsanya, agamanya berbeda Maka negara yang mau kita dirikan adalah negara kebangsaan Bukan negara agama Atau negara suku tertentu Yang kita dirikan adalah negara bangsa, national state Yang mana negara ini adalah Negara untuk semuanya. Yang kedua, kita bukan saja mendirikan negara Indonesia merdeka, tetapi kita harus menuju pula pada kekeluargaan bangsa-bangsa.
Jadi, kata Bung Karno, negara kebangsaan itu ada buruknya. Negara, kalau kita hanya berpijak atau berdiri pada prinsip kebangsaan, itu ada sisi-sisi buruknya. Kalau kita hanya berbicara mengenai kebangsaan saja, maka kita bicara mengenai kebangsaan Indonesia.
Kalau kita bicara mengenai kebangsaan Indonesia saja, tanpa ada nilai lain yang kita jadikan dasar, maka kita bisa menjadi seperti negara Jerman pada saat zaman dahulu, pada saat Nazi. Jerman uber alles, Jerman adalah ras yang tertinggi, bangsa yang tertinggi di atas bangsa-bangsa yang lain. Kalau kita hanya berprinsip pada kebangsaan saja, maka kita bisa jadi akan menganggap bangsa kita lebih tinggi, lebih mulia dari bangsa lain. Dan itu tidak baik menurut Bung Karno. Oleh sebab itu, untuk menyeimbangkan itu, Untuk meminimalisir potensi Indonesia uber ales atau bangsa Indonesia sebagai ras yang paling mulia maka perlu ada nilai lain yakni nilai internasionalisme atau peri kemanusiaan.
Kita bukan hanya mendirikan Indonesia yang berisi bangsa Indonesia, tetapi kita juga menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa yang ada di dunia ini. Bahwa kita berusaha mendirikan negara kebangsaan, tetapi kita harus menyadari bahwa di dunia ini kita juga hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa yang lain. Kata Soekarno, prinsip yang kedua itu adalah prinsip internasionalisme.
Itu juga harus berdasarkan pada prinsip kebangsaan. Prinsip kebangsaan itu harus berdasarkan pada prinsip kemanusiaan. Jadi jangan sampai kemudian kita menganggap bangsa kita adalah ras yang paling tinggi, yang lain adalah hina. Bahwa bangsa-bangsa lain itu adalah manusia yang sama kedudukannya dengan kita. Tidak ada ras yang tertinggi.
Prinsip kemanusiaan universalnya harus berjiwa gotong royong kemanusiaan yang berkeadilan dan berkeadaban, bukan pergaulan kemanusiaan yang menjajah, menindas, dan eksploitatif. Jadi kita sebagai bangsa Indonesia bergaul dengan bangsa-bangsa yang lain, itu dalam sebuah pergaulan yang berjiwa gotong royong. Sebuah pergaulan yang tidak menjajah, yang tidak menindas, dan tidak eksploitatif.
Jadi, untuk menyeimbangkan antara prinsip kebangsaan, untuk menyeimbangkan prinsip kebangsaan, kita harus berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan. Itu pemikiran filosofis Soekarno. Yang ketiga, adalah musyawarah. Soekarno menyebut mufakat sebagai dasar yang ketiga.
Sekali lagi beliau menekankan bahwa kita hendak mendirikan semua negara buat semua, satu buat semua, semua buat satu. Beliau yakin bahwa syarat mutlak untuk kuatnya negara Indonesia adalah permusyawaratan perwakilan. Kita hendak mendirikan negara...
Indonesia merdeka, negara Indonesia yang berpijak pada prinsip kebangsaan tetapi juga berpedoman pada prinsip-prinsip kemanusiaan. Selain itu kata Soekarno, negara ini akan menjadi kuat karena negara ini adalah semua buat semua, semua, eh satu untuk semua dan semua untuk satu. Maka semua orang harus punya kesempatan untuk Menyampaikan pendapatnya, menyampaikan kehendaknya, menyampaikan keinginannya.
Semua orang diberikan kesempatan dalam permusyawaratan perwakilan. Di dalam badan perwakilan itulah kita sampaikan gagasan-gagasan kita, sampaikan kehendak-kehendak kita, sampaikan pemikiran-pemikiran kita. Jadi orang Islam kalau ingin memperjuangkan ajaran agamanya, Maka sampaikan gagasan itu di dalam badan perwakilan.
Jika orang Kristen ingin menyampaikan gagasannya tentang ajaran-ajaran agama Kristen, untuk bisa dijadikan salah satu, Penilai yang bisa kita jadikan sebagai pedoman hidup berbahasa dan bernegara Silahkan sampaikan gagasan itu di badan perwakilan Semua orang berkesempatan untuk menyampaikan gagasan, ide, dan pemikirannya Itu adalah maksud dari nilai mufakat, musyawarah mufakat Berdasarkan apa? Berdasarkan kehendak yang pertama tadi Bahwa kita ingin mendirikan negara semua untuk semua Semua untuk satu, satu untuk semua Yang keempat adalah sila kesejahteraan sosial. Bung Karno mengatakan bahwa Kita tidak hanya ingin mendirikan negara yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh pihak, seluruh kalangan yang ada di Indonesia untuk menyampaikan gagasannya, tetapi juga kita membutuhkan demokrasi ekonomi. Artinya semua orang yang ada di Indonesia ini berkesempatan untuk menikmati keuntungan-keuntungan ekonomi semua orang di Indonesia ini memiliki kesempatan untuk hidup sejahtera keadilan sosial jadi bukan keadilan dalam musyawarah saja bahwa semua orang diberikan hak untuk berpendapat menyampaikan gagasannya tetapi semua orang di Indonesia ini juga harus mendapatkan kesempatan untuk hidup Sejahtera.
Itu adalah maksud dari sila kesejahteraan sosial. Yang terakhir, prinsip ketuhanan. Bukan saja bangsa Indonesia yang bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan. Tuhannya sendiri.
Keagasan yang terakhir dari Soekarno mengenai Pancasila adalah ketuhanan yang berkebudayaan. Hendaknya negara Indonesia adalah suatu negara yang bertuhan, bukan negara beragama. Bukan negara agama, tetapi negara bertuhan. Ya ini ketuhanan yang berkebudayaan.
Apa itu maksudnya ketuhanan yang berkebudayaan? Ketuhanan yang berkebudayaan itu berbeda dengan Tuhan yang berbudaya ya, beda ya. Ketuhanan itu adalah sifat-sifat ketuhanan yang berkebudayaan.
Kemanusiaan berbeda dengan manusia. Manusia adalah nilai-nilai kemanusiaan. Kalau ketuhanan adalah nilai-nilai ketuhanan. Nilai-nilai dari ketuhanan.
Bukan Tuhan itu sendiri. Kalau kemanusiaan bukan manusia itu sendiri. Manusia dengan kemanusiaan itu berbeda. Jadi ketuhanan yang berkebudayaan adalah ketuhanan yang berbudi, pekerti luhur, ketuhanan yang saling menghormati satu sama lain, ketuhanan yang berjiwa gotong royong, ketuhanan yang toleran, ketuhanan yang tidak saling menyerang dan tidak saling mengucilkan. Kaitannya dengan apa?
Ini kaitannya dengan nilai kebangsaan, semua untuk semua, satu untuk semua, semua untuk satu. Juga nilai kemanusiaan dimana semua manusia sama kedudukannya itu juga berdasarkan pada nilai musyawarah dimana semua orang punya kesempatan untuk berpendapat untuk menyampaikan gergasannya untuk menjalankan kehendaknya juga semua orang berhak untuk mendapatkan kesejahteraan Oleh sebab itu, maka prinsip yang terakhir kata Soekarno, untuk bisa menjalankan seluruh prinsip itu tadi, kita butuh prinsip ketuhanan. Tetapi bukan ketuhanan yang egois, tetapi ketuhanan yang berdasarkan sila-sila tadi.
Ketuhanan yang berperi kemanusiaan, ketuhanan yang berkebangsaan, artinya, eee... Seluruh bangsa, seluruh manusia yang ada di Indonesia itu diberikan hak untuk memeluk agamanya masing-masing, untuk bertuhan sesuai dengan Tuhannya masing-masing. Dan ketuhanan yang berkebudayaan adalah ketuhanan yang bermusyawara.
Artinya kita bertuhan tetapi juga kita tidak boleh mengucilkan orang yang berbeda agama dengan kita, orang yang berbeda Tuhan dengan kita. Kita tidak boleh saling menyerang, kita tidak boleh saling menyingkirkan. Dan keadilan yang berkesejahteraan sosial, ketuhanan yang berkesejahteraan sosial, ketuhanan yang berkeadilan sosial, itu masuk dari ketuhanan yang berkemudayaan.
Ini adalah pemikiran filosofis tentang Pancasila dari Soekarno. Dan gagasan itu beliau sampaikan selama satu jam dan tanpa... Teks pidato Pemikir lain yang Menyampaikan gagasannya Mengenai filsafat Pancasila Adalah Profesor Abdul Qadir Besar Profesor Abdul Qadir Besar Beliau adalah salah satu Profesor yang berbicara Mengenai atau memiliki gagasan Tentang filsafat Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa Dalam alam semesta Tidak ada satu fenomena pun Yang mampu berdiri sendiri Dan terlepas dari fenomena lain Jadi di alam semesta ini Satu fenomena itu berhubungan dengan fenomena yang lain Dan Manusia Itu sebagai salah satu fenomena Itu juga tidak mampu berdiri sendiri Manusia tidak bisa terlepas dari fenomena yang lain manusia berhubungan dengan manusia yang lain manusia berhubungan dengan hewan manusia berhubungan dengan tumbuhan manusia berhubungan dengan alam semesta terikat satu sama lain manusia berhubungan dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dan segala fenomena itu segala fenomena yang ada di dunia ini Tidak terlepas dari yang namanya Tuhan. Tadi sudah saya jelaskan bahwa segelak keberadaan ini tidak mungkin memiliki keberadaan jika ada itu tidak ada.
Jika sang ada itu tidak ada. Jika Tuhan itu tidak ada. Jadi segala sesuatu yang punya keberadaan di dunia ini tidak mungkin ada, tidak akan mungkin ada jika Tuhan itu tidak ada. atau jika sang ada itu tidak ada selanjutnya sila kemanusiaan yang adil dan beradab bahwa manusia adalah salah satu fenomena alam semesta yang tidak mungkin berdiri sendiri terlepas dari fenomena lain jadi manusia bukan hanya makhluk individu manusia itu adalah makhluk sosial manusia tidak bisa terlepas dari fenomena lain Manusia sangat dipengaruhi oleh fenomena lain yang ada di dunia ini. Manusia adalah salah satu fenomena yang ada di alam semesta, dan manusia tidak bisa terlepas dari fenomena yang lain.
Contoh misalnya, yang paling simpel adalah, eksistensi manusia itu bisa terganggu karena sesuatu yang lain. Kalau sekarang lagi heboh mengenai virus COVID, manusia bisa meninggal, manusia bisa sakit karena virus. Virus adalah salah satu fenomena yang ada di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa manusia itu tidak bisa terlepas dari fenomena yang lain.
Manusia bertautan, berhubungan dengan fenomena yang lain. Manusia juga tidak bisa hidup sendiri. Oleh sebab itu, maka muncul gagasan bahwa manusia adalah makhluk individu dan juga manusia adalah makhluk sosial.
Lebih jauh lagi, kembali ke pembahasan sila ketuhanan tadi. Bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak mungkin ada jika tidak ada Tuhan. Tidak mungkin ada jika tidak ada sang ada.
Sama saja, tidak mungkin orang di dunia ini memiliki uang kalau uang itu tidak ada. Maka tidak mungkin ada orang di dunia ini yang memiliki keberadaan jika ada itu tidak ada. Maka kita tidak mungkin ada, karena ada itu tidak ada. Nah manusia adalah salah satu fenomena alam semesta, yang juga bertautan dengan Tuhan, sebagai sebab dari segala fenomena yang ada di alam semesta. Sebab keberadaan dari segala sesuatu yang ada di alam semesta.
Oleh sebab itu muncul gagasan bahwa manusia adalah makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan juga sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Artinya kita adalah makhluk yang tidak bisa dipisahkan dari Tuhan. Kita harus berhubungan, kita harus bertautan dengan Tuhan.
Itu adalah pemaknaan manusia menurut Abdul Qadir Besar. Jadi menurut Abdul Qadir Besar adalah manusia adalah makhluk individu, makhluk sosial dengan landasan pemikiran tadi, sila pertama dan landasan pemikiran bahwa manusia adalah salah satu fenomena dari alam semesta, di alam semesta yang tidak mungkin berdiri sendiri. Manusia adalah makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan manusia adalah makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Itu gagasan manusia menurut Abdul Qadir Besar. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Adil itu menunjukkan kemahlukan individu manusia, sedangkan berat...
Beradab itu menunjukkan kemahlukan sosialnya manusia. Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab itu adalah kemanusiaan yang adil dan adil itu adalah menunjukkan kemahlukan, menunjukkan manusia sebagai makhluk individu. Beradab itu adalah menunjukkan, untuk menunjukkan manusia. Sebagai mahluk sosial Apa maksudnya Bahwa adil disitu Bahwa manusia ingin diakui Secara pribadi ingin diakui Diperlakukan Sesuai dengan harkat martabatnya Sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa Yang sama derajatnya Sama hak dan kewajibannya Tanpa membeda-bedakan Suku, keturunan, agama Kepercayaan, jenis kelamin Warna kulit dan lain sebagainya Keindividuannya, bahwa manusia tidak mau dibedakan Manusia ingin diperlakukan, ingin diakui sama dengan manusia yang lainnya Itu menunjukkan kemahlukan individu dari manusia Beradab, maksudnya bahwa manusia beradab apabila ia berhubungan dengan manusia yang lain Bersikap, berperilaku sesuai dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk sosial ciptaan Jadi manusia dikatakan beradab Ketika dia berhubungan dengan manusia lainnya Ini menunjukkan bahwa sisi-sisi kemahlukan sosialnya dari manusia Bahwa manusia itu dikatakan beradab adalah ketika manusia itu sudah mulai menjalin hubungan Menjalin relasi dengan manusia yang lainnya Dari sikapnya terhadap manusia yang lainnya itu kita bisa menilai apakah manusia itu beradab atau tidak Yang tadi kemanusiaan yang adil dan beradab, kalau adil itu bahwa Semua manusia dalam perspektif masing-masing individu itu ingin diperlakukan sama Ingin diakui sama, tidak dibedakan Sedangkan kemanusiaan yang beradab itu adalah Manusia yang bersikap dan berperilaku Menjalin hubungan dengan manusia lainnya itu sesuai dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk sosial ciptaan. Jadi ini menunjukkan sisi-sisi kemahlukan sosial dari manusia.
Sila persatuan Indonesia ini masih berkaitan dengan sila pertama dan kedua. Bahwa manusia memiliki ketautan dengan fenomena lain di luar dirinya. Manusia memiliki hubungan dengan fenomena lain yang ada di luar dirinya Fenomena lain di dalam semesta ini, segala fenomena Keterhubungan atau ketautan antara manusia dengan fenomena lainnya ini Berwujud pada loyalitas manusia terhadap lingkungan Kalau kita merasa terikat, kita merasa terikat dengan Ibu kita, kita merasa terikat dengan orang tua kita, kita merasa terikat dengan pasangan kita, istri, suami, pacar. Dari keterikatan itu, keterhubungan itu, ketautan itu, maka akan memunculkan loyalitas manusia terhadap sesuatu di luar dirinya itu. Kalau kita merasa punya keterikatan dengan atau keterhubungan dengan...
anak kita misalnya, maka kita akan memiliki loyalitas kepada anak kita. Ketika kita memiliki keterikatan dengan orang tua kita, maka kita punya loyalitas terhadap orang tua kita. Orang tua kita mau apa, kita akan berusaha memenuhi.
Orang tua kita sedang kekurangan apa, kita berusaha memenuhi. Orang tua kita sedang mengalami kesulitan apa, kita berusaha membantu. Karena apa?
Karena ada keterikatan, karena ada keterhubungan antara kita dengan orang tua. Itu menunjukkan bahwa manusia itu memiliki keterikatan atau keterhubungan dengan sesuatu di luar dirinya. Dan keterikatan dan keterhubungan itu memunculkan loyalitas manusia terhadap sesuatu di luar dirinya.
Ketautan itu memberikan kualifikasi loyalitas manusia pada lingkungannya. Yang diartikan sebagai rasa keterikatan diri manusia pada lingkungannya yang digerakkan hasrat memberi Hasrat memberi dan hasrat untuk mendapatkan Ketika orang tua kita kesusahan Karena kita punya keterikatan Maka kita akan membantu orang tua kita dengan digerakkan apa? digerakkan oleh hasrat memberi nah menurut Abdul Qadir Besar loyalitas kita itu memiliki tingkatan-tingkatan loyalitas yang pertama adalah loyalitas kepada Tuhan yang Maha Esa yang paling mendasar kita merasa keberadaan kita tidak ada apa-apanya jika tidak ada Tuhan jika tidak Tidak ada Tuhan, maka kita tidak mungkin ada. Jika ada itu tidak ada, maka kita tidak akan mungkin punya keberadaan.
Jika uang itu tidak ada, maka kita tidak mungkin punya uang. Jika ada itu tidak ada, maka kita tidak mungkin punya keberadaan. Jika Tuhan itu tidak ada, maka kita juga tidak mungkin ada.
Oleh sebab itu kita harus loyal terhadap Tuhan. Kita tidak mau jauh dari... Tuhan. Loyalitas kepada keluarga. Pada keluarga kita, kita memiliki loyalitas.
Kita merasa memiliki keterikatan dengan keluarga kita, maka itu memunculkan loyalitas kita kepada keluarga. Yang ketiga adalah loyalitas kepada suku bangsa. Loyalitas kepada bangsa, lebih luas lagi, inilah persatuan Indonesia.
Dan persatuan Indonesia adalah persatuan yang berperi kemanusiaan. Maka kita juga loyalitas kepada umat manusia. Seluruh umat manusia.
Kita tidak hanya terikat dengan bangsa Indonesia, kita juga terikat dengan bangsa yang lain. Ketika ada bangsa yang lain yang kesusahan, kita juga membantu. Dan terakhir adalah loyalitas pada alam semesta ciptaan Tuhan, lebih luas lagi.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Konsep yang terkandung di dalam sila ini adalah masyarakat. Masyarakat adalah kebersamaan hidup antara sejumlah individu, kebersamaan hidup dari manusia-manusia yang terselenggara melalui interaksi saling memberi.
Dimana Di dalam masyarakat itu terdapat individu-individu yang berbeda kehendak. Yang berbeda kehendak. Bahwa manusia adalah makhluk individu.
Manusia adalah makhluk yang berdiri sendiri. Dia punya kehendak pribadi. Dan manusia-manusia yang punya kehendak-hendak pribadi itu hidup bersama dalam suatu... Masyarakat, kelompok masyarakat. Nah, artinya apa?
Jadi, adanya individu ini memunculkan masyarakat. Masyarakat itu bisa ada karena adanya sekumpulan individu. Sedangkan individu itu punya kehendak masing-masing. Individu punya kehendak. Dan kehendak masyarakat itu sebetulnya menggambarkan kehendak individu.
Karena masyarakat adalah persekutuan hidup dari individu-individu, maka masyarakat juga sebetulnya menggambarkan kehendak dari individu-individu. Di mana kehendak individu-individu itu berbeda-beda, sehingga perbedaan kehendak individu yang ada dalam satu masyarakat harus dikelola dengan Musyawarah untuk mufakat. Saling memberi informasi, saling memberi pendapat di dalam masyarakat.
Orang Islam menyampaikan gagasannya sendiri. Orang Kristen menyampaikan gagasannya menurut agamanya. Orang Buddha menyampaikan gagasannya menurut agamanya juga. Itu berbeda-beda. Tetapi, bicarakan dalam sebuah musyawarah.
untuk mufakat. Ini sebetulnya menggambarkan bentuk demokrasi, menggambarkan bentuk musyawarah. Ini juga masih sila keempat ini masih berhubungan dengan sila ke satu, ke dua, dan ke tiga.
Bahwa manusia adalah makhluk individu, tetapi juga manusia adalah makhluk sosial. Manusia yang tidak bisa terlepas dari individu lain, dari fenomena lain di luar dirinya. Dan manusia ketika dia berhubungan dengan manusia lainnya dalam satu kelompok, maka memunculkan yang disebut dengan masyarakat.
Dan sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ketautan manusia atau keterkaitan manusia dengan sesuatu di luar dirinya, itu memunculkan konsep tentang hak dan kewajiban. Ketika kita hidup sendiri, maka konsep hak dan kewajiban itu tidak muncul. Ya karena kita hidup untuk diri kita sendiri.
Kita hidup sendirian. maka kita tidak berhak, maka kita juga tidak berkewajiban. Tetapi ketika kita sudah hidup bersama dengan individu lainnya, manusia punya keterikatan, manusia punya keterhubungan dengan sesuatu di luar dirinya, maka dari keterikatan itu, dari ketautan itu memunculkan konsep tentang hak dan kewajiban.
Saya berhak menyampaikan gagasan, Orang lain berkewajiban menghormati gagasan saya. Orang lain sedang kesusahan, maka karena saya memiliki ketautan atau keterkaitan dengan orang itu, maka saya bantu orang itu. Kewajiban saya adalah membantu orang itu.
Hak dia adalah untuk dibantu. Kalau manusia tidak menjalin hubungan dengan sesuatu di luar dirinya, maka tidak akan mungkin muncul gagasan tentang hak dan kewajiban. Dan hak kewajiban itu harus dijalankan secara seimbang.
Karena manusia bukan makhluk individu saja, tetapi manusia juga makhluk sosial. Manusia hidup dan berkaitan dengan manusia. Berhubungan dengan manusia yang lainnya dalam satu masyarakat. Yang juga punya hak. Yang juga punya kehendak.
Oleh sebab itu bagaimana kemudian kita berusaha menyeimbangkan antara perbedaan hak itu. Sehingga muncullah konsep keseimbangan antara hak dan kewajiban. Kita memang berhak untuk melakukan sesuatu misalnya. Tetapi kita tidak boleh lupa ada orang lain yang juga punya hak dan kita wajib untuk menghormati. Misalnya, saya berhak untuk mendengarkan musik sekeras-kerasnya.
Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa ada manusia lain di sebelah kita, di sekitar kita, yang juga punya hak untuk tidak terganggu. Oleh sebab itu bagaimana caranya kita menjalankan hak kita? Mendapatkan hak kita tetapi juga kita harus melaksanakan kewajiban kita menghormati hak orang lain. Inilah kemudian muncul gagasan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Itulah yang dinamakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jadi kalau kita simak gagasan tadi Noto Nagoro, gagasan Soekarno, gagasan Abdul Qadir Besar. Itu sebetulnya menunjukkan bahwa sila-sila Pancasila ini tidak berdiri sendiri. Sila-sila Pancasila ini saling berhubungan dalam satu kesatuan utuh.
Kita bisa lihat pemaparan dari ketiga pemikir tadi. Kita bisa melihat bahwa dia bisa menarasikan suatu narasi tertentu yang dihubungkan dengan seluruh sila-sila Pancasila. Yang dimana sila kelima berhubungan dengan sila keempat, sila keempat berhubungan dengan sila ketiga, dan seterusnya. Kira-kira begitu. Saya berharap teman-teman bisa memahami materi yang saya sampaikan.
Dan saya cukup yakin kalau kemudian teman-teman lumayan bingung menyimak video pembelajaran ini. Karena memang yang kita bicarakan kali ini adalah Filosofat Pancasila. Dan filsafat itu adalah berpikir mendalam, berpikir radikal.
Dan itu cukup rumit dan cukup sulit untuk dilakukan. Sehingga butuh kesabaran yang ekstra untuk bisa memahami materi yang saya sampaikan pada kali ini. Kalau kita berpikir dangkal-dangkal saja, gampang. Apa itu Tuhan? Oh Tuhan itu adalah sesuatu yang wajib kita sembah.
Titik. Selesai. Tapi kalau kita berbicara filosofis, apa itu Tuhan? Maka kita akan menjelaskan Tuhan.
Kita akan membedah Tuhan itu sedalam-dalamnya. Kita akan membedah hakikat Tuhan. Tuhan itu ada di mana, Tuhan itu bagaimana.
Tuhan itu berwujud atau tidak, ala berwujud bagaimana wujudnya. Tapi kalau kita berpikiran dangkal, ya itu mudah saja. Tuhan adalah yang perintahnya harus kita laksanakan.
Selesai. Nggak ribet. Karena ini materi filsafat manusia kita, jadi teman-teman butuh kesabaran untuk mempelajari. Kalau masih bingung, silakan diulang-ulang kembali video ini, sehingga Anda bisa lebih paham lagi.
Saya akhiri, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam Pancasila