Ada lingkaran yang dinamakan lingkaran kepedulian. Isinya hal-hal yang mempengaruhi Anda, sehingga Anda harus peduli akan isi lingkaran tersebut. Di sisi lingkaran tersebut terdapat hal-hal yang tidak dapat Anda kontrol, seperti cuaca, keadaan ekonomi dunia. Anda diserai peteran perjalanan, orang lain tidak suka pada Anda, atau bos memarahi Anda.
Di dalam lingkaran kebudilan ini ada lingkaran kedua yang lebih kecil yang disebut dengan lingkaran pengaruh. Bedanya, di dalam lingkaran pengaruh ini isinya hal-hal yang bisa kita... Contohnya, apa yang kamu katakan, di mana kamu bekerja, gimana kamu meluangkan waktu senggang, buku apa yang kamu baca, kegiatan sehari-hari yang kamu pilih, apa yang kamu beli, atau siapa yang kamu pilih dalam pemerintahan. Orang yang fokus pada lingkaran di sisi luar disebut sebagai orang reaktif, sedangkan orang yang fokus pada lingkaran kecil di dalam dinamakan orang proaktif. Kenapa sih hujan terus?
Basah kan ini celana? Kenapa sih bos marahin gue terus? Kenapa sih itu gak suka sama gue sih? Pasti dia sukanya cowok brengsek.
Kenapa harga sebelah mahal? Dasar pemerintah tidak becus. Ah, semua bikin kesel deh.
Ini adalah ciri orang reaktif. Mereka konsentrasi ke sesuatu yang tidak bisa mereka kontrol. Maka keadaanlah yang mengontrol mereka.
Kebalikannya adalah orang proaktif. Orang proaktif akan fokus ke sesuatu yang bisa mereka kontrol. Cuaca menunggu. mereka siap-siap bawa payung. Kenapa bos marahi saya terus?
Apakah kerjaan kurang memuaskan? Mereka siap untuk memperbaiki kekurangan mereka. Kalau dia nggak suka sama saya, tak masalah.
Saya cari yang lain lagi yang lebih baik. Kenapa harga serba mahal? Mungkin saya harus menghemat atau terjun menjadi pengusaha untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar.
Orang proaktif akan mengontrol yang bisa dia kontrol dan dengan begitu lama kelamaan akan mempengaruhi lingkaran sisi luar. Sedangkan orang reaktif lingkaran kepedulian sisi luar lah yang mempengaruhi aksi mereka. sehingga lingkaran pengaruh mereka mengecil. Kebiasaan nomor satu adalah proaktif. Fokus pada apa yang bisa kamu lakukan.
Segala sesuatu dibentuk dua kali. Pertama dalam pikiran dan kedua kali dalam dunia nyata. Mari kita lihat yang dibentuk dalam pikiran. Untuk mencapai sesuatu dalam hidup, Anda harus punya peta.
Kemana arah hidup Anda? Apa yang ingin Anda capai dalam hidup? Sudahkah Anda duduk dan memikirkan hal ini?
Bila Anda tak punya rencana, maka Anda hidup mengapung. Apung kesana kemari tanpa tujuan. Dan arah hidup Anda akan diarahkan oleh orang lain atau keadaan. Bila Anda kesusahan dalam memutuskan arah hidup Anda, bayangkan Anda di pemakaman Anda sendiri. Apa yang orang-orang sekitar akan kenang tentang Anda?
Apa yang Anda inginkan dicapai sebelum Anda meninggal? Apakah Anda ingin diingat sebagai suami atau istri yang baik? Kalau itu yang ingin Anda inginkan, apakah Anda sudah baik kepada suami atau istri Anda? Apakah Anda ingin diingat sebagai seseorang yang mempunyai impak besar kepada banyak orang?
Kalau itu yang Anda inginkan, apakah Anda sudah lakukan langkah hal untuk mencapai hal tersebut? Kebiasaan kedua adalah, mulailah dengan akhir di pikiran Tadi dijelaskan kalau segala sesuatu dibentuk dua kali. Pertama dalam pikiran dan kedua kali dalam dunia nyata. Maka kebiasaan ketiga adalah aksi untuk membuat kenyataan apa yang sudah Anda bentuk dalam pikiran.
Semua orang kalau ditanya apa yang penting atau apa yang mau dicapai dalam hidup... pasti menjawab, saya mau relasi yang sehat, bisnis yang membahana, atau kesehatan yang baik. Tapi dalam kehidupan nyata, kebanyakan waktu yang kita pakai, kita gunakan untuk nonton sinetron, makan junk food, main game di HP, dan bukan melakukan hal-hal yang akan mendekati ke arah yang diinginkan.
Ada ketidaksamaan dengan apa yang kita anggap penting dengan waktu yang kita luangkan untuk hal tersebut. Anda harus bisa fokus dan pergunakan lebih banyak waktu Anda untuk hal-hal yang sudah Anda bentuk dalam pikiran sebagai hal yang Anda anggap penting. Jadi kebiasaan nomor tiga yaitu dahulukan yang utama.
Ada seorang food blogger kita sebut saja A yang fokus pada kuliner, lalu ada si B yang juga food blogger di bidang yang sama. Si A melihat postingan si B ini sangatlah bagus, maka A pun share postingan tersebut ke followernya. Dan banyak follower A yang menyukai postingan. Postingan tersebut memfollow si B. Si B melihat kalau banyak follower bertambah yang datang berasal dari rekomendasi seorang foodblogger bernama A.
Dia pun cek postingan A. Postingan A ternyata bagus juga menurut si B. Dia pun merekomendasikannya ke... ke bloknya. Alhasil follower si A pun bertambah.
Ini yang dinamakan berpikir menang-menang, karena semua pihak mendapatkan keuntungan. Bayangkan bila si A melihat postingan si B, lalu bukannya merekomendasikan, malah ngomongin yang jelek-jelek. Mungkin dibayangkan dia dengan menjelekan orang lain, maka follower dia akan bertambah. Terkadang kita memandang hidup sebagai kompetisi, di mana salah satu harus kalah. Tapi hidup tidak selalu harus seperti itu.
Kata kunci untuk berpikir menang-menang adalah kolaborasi dan bukan kompetisi. Kebiasaan keempat orang yang efektif adalah berpikir menang-menang. Ada seorang suami yang baru pulang dari kerjaannya. Dia baru saja lembur, kecapaian, dan juga kelaparan. Ketika sampai di rumah, ternyata rumah masih dalam keadaan kotor.
Dan makan malam belum disiapkan oleh sang istri. Bahkan istrinya sedang tertidur di sofa dengan anaknya yang masih bayi. Sontak dia murka dan marah-marah Istri tidak becus Saya kerja capek-capek seharian Istri bebersih dan bikin santap malam saya tidak bisa Apa yang suami tidak ketahui adalah Sang istri pada ketika akan melakukan kegiatan sehari-harinya Seperti mencuci cuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan santep malam, dan menjaga anak. Pada hari itu semua sedang berjalan tidak seperti biasanya. Air di rumah sedang tidak jalan, sehingga dia harus menimba air di sumur untuk mencuci dan membersihkan rumah.
Pada saat itu juga sang anak sedang sakit, muntah-muntah, sehingga ia pun harus cepat-cepat membawanya ke puskesmas. Dia baru saja sampai di rumah dari puskesmas, kecapean, dan tertidur di sofa. Kita gampang menghakimi orang lain tanpa mengerti situasi orang tersebut.
Kebiasaan nomor 5 adalah berusaha untuk mengerti orang lain dahulu baru dimengerti Dalam permainan panjat pinang, diperlukan kerja sama satu sama lain untuk mencapai hadiah di atas Apa yang terjadi bila orang-orang hanya mau kerja individu, tidak mau mereka memberikan pundaknya untuk orang lain, mereka tidak mau gotong royong Jelas mereka semua tidak akan mencapai puncak dan tidak ada satupun yang akan mendapat hadiah. Hal ini merupakan inti dari kerjasama. Dengan bekerjasama, hasil yang didapat akan lebih daripada hasil yang didapat bila dikerjakan sendiri-sendiri.
Segala sesuatu yang dikerjakan bersama yang hasilnya lebih besar daripada dikerjakan sendiri disebut dengan sinergi. Inilah kebiasaan nomor 6. Kamu melihat ada seseorang yang sedang menggergaji pohon menggunakan gergaji tumpul. Kamu liatin terus, lama banget potongnya. Mungkin dari tadi 5 cm aja belum kepotong. Tidak tahan, kamu pun bertanya, Hey, gergaji tumpul ini apa?
Kenapa tidak kau tajamkan gergaji tumpul itu supaya lebih cepat? Dan orang itu menjawab, Tapi kan mengasar gergaji itu butuh waktu, saya tak punya waktu. Cerita tadi merupakan parabel di mana gergaji di sini Di sini yang dimaksud adalah kita manusia, di mana kesiapan fisik, mental, spiritual, dan sosial kita mempengaruhi ketajamannya.
Terkadang kita lupa menyiapkan waktu untuk keempat bidang tersebut sehingga kita menjadi tumpul. Anda akan lebih cepat mencapai hal yang ingin dicapai ketika gergaji, atau fisik, mental, spiritual, dan sosial kita tetap tajam. Kebiasaan ketujuh adalah asahlah gergajimu.
Itulah tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif oleh Stephen Covey.