Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi wassalatu wassalamu ala ashrafi anbiya wal mursalin ala nabina muhammadin salallahu alaihi wa ala alihi wa sahbihi wassalam ashadu an la ilaha ilallah wahdahu la sharika lah wa ashadu anna muhammad abduhu wa rasuluhu la nabiyya ba'ad Allah Ta'ala berkata di kitab-Nya Al-Karim, Ya ayuhal-lazeena amanu taqullaha qatuqatih, falatamuttunna illa wa antum muslimun. Dan Allah Ta'ala berkata, Ya ayuhal-lazeena amanu taqullaha wa kulu qawlan sadeedah, yuslih lakum a'malakum, wa yakfir lakum dhunubakum, وَمَنْ يُتِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقُدْ فَازَى فَوْزًا عَظِيمًا وَقَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَا يُهَى النَّاسُ اتَّكُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدًا وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً فَتَقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامِ Inna Allaha kana'a alaikum rakiba Fa'inna asdaqa al-hadisi kitabullah wa khayru al-hadi hadinabina muhammadin salallahu alaihi wa ala alihi wa sahbihi wasalam usyarul umuri muhdathatuhah fa'inna kulla muhdathatin bida'a fa'inna kulla bid'atin dalalah Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kita, kita panjatkan hanya kepada Allah SWT, serta salawat dan salam kepada baginda Nabi kita Muhammadin SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, juga orang-orang yang mengikuti dan mencintainya ila yawmul kiyamah. Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah SWT, yang telah memudahkan kita berkumpul di masjid ini.
Satu modal yang harus kita bawa ketika kita berkumpul di masjid ini. Apa yang kita bawa, ikhwah? Ketika kita kumpul di masjid Allah, apa yang pertama kali harus kita bawa? Dodi.
Masya Allah. Keikhlasan. Pulpen penting, kertas penting, tapi yang lebih penting daripada itu adalah karena Allah. Kalau tujuan kita karena Allah, Saya mau mendekat kepada Allah dengan ilmu. Itu mudah-mudahan jadi sumber ilmu menjadi barokah.
Karena ilmu ada dua. Ilmu layanfa' wa ilmu yanfa'. Ilmu yang tidak bermanfaat dan ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat, ilmu yang tidak bermanfaat itu bisa jadi ilmu zat ilmunya bermanfaat. Tapi ketika diletakkan akan kepada orang yang gak bermanfaat ilmu tadi gak bermanfaat orang yang punya lebih besar nafsunya daripada ilmunya, orang yang lebih besar syahwatnya daripada apa yang dia tahu dari Quran dan hadith maka orang seperti ini terkadang ilmunya layan fa' ini ilmu yang baginda Rasulullah SAW minta perlindungan Allah Ya Allah, aku berlindung padamu dari ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmu yang tidak menunjukkan amal.
Jika kita bicara tentang ilmu agama, banyak sekali. Ilmu agama itu luas sekali. Ada ilmu yang menjadi usul, dasar.
Ada ilmu yang menjadi pokok. Ada ilmu yang menjadi buah. Tapi semuanya baik.
Gak ada ilmu agama yang gak baik Maka Rasulullah s.a.w. mengatakan Talabul ilmi faridotun ala kulli muslimin Belajar ilmu agama itu wajib bagi setiap orang Islam Kenapa wajib? Karena kalau gak belajar ilmu agama dia gak tahu arahan hidup dia Kalau dia gak tahu ilmu agama dia gak tahu rambu Rambu yang dia berjalan menuju Allah orang kalau berjalan gak ada rambunya gak tau bagaimana membaca jalan rambu dan semisalnya tabrakan bukan sampai tujuan tapi sampai rumah sakit itu orang yang gak memperhatikan bagaimana jalannya menuju atau rambu menuju jalannya bagaimana orang yang ingin menuju Allah kita hidup-hidup kita ini berjalan menuju Allah Sadar gak sadar semua kita sedang berjalan menuju Allah. Dan perjalanan ini ketika nyawa kita dicabut itu bukan finish.
Itu bukan selesai. Itulah awal pertama kali perjumpaan. Tapi untuk jalan menuju situ, menuju arah itu, perlu kita punya ilmu.
Maka seorang tolabul ilmi, seorang pelajar, seorang islam. Bukan hanya dia memperhatikan bagaimana amalnya, tapi dia juga harus memperhatikan ilmunya. Betapa banyak orang yang punya semangat agama, punya semangat ibadah, tapi enggak punya rambu dalam beramal, enggak punya barometer yang benar dalam beramal, dalam menilai masalah agama, enggak punya timbangan yang pas.
Apa yang terjadi? Kesalahan, kesesatan. Maka itu seorang kata Rasulullah SAW dalam sebuah hadis.
Hadis yang sering kita dengar, Barang siapa yang Allah inginkan bagi dia, kebaikan. Kebaikan di sini umum. Karena dia nakirah.
Khairan. Ada tas. masjid ada-ada tanwin di belakang barangsiapa yang Allah inginkan bagi dia kebaikan yufaqihu fiddin Allah akan fakihkan pahamkan dia tentang ilmu agama kalau Allah ingin baikan keluarganya rumah tangganya Allah sisipkan ilmu dalam rumah tangganya kalau Allah ingin baikkan dalam usahanya berkah Allah sisipkan ilmu dalam usahanya Kalau Allah inginkan dalam kehidupannya baik, Allah sisipkan dalam setiap amalnya, ucapannya, perbuatannya ilmu yang bersandar kepada Al-Quran dan hadith.
Yang akhirnya dia akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Dan ini harusnya menjadi keinginan seorang muslim. Dia mendapatkan dunia dan mendapatkan akhirat.
yang dimuliakan dan dirahmati oleh Allah SWT hari ini kita akan berbicara dengan sebuah masalah yang sebuah masalah ini mungkin tidak nampak tapi ini menjadi bisa dikatakan sebab bahagia atau sebab celaka mungkin ini gak bisa dirabah, tapi ini ada dalam diri kita prasangka, sangkaan sangkaan ini dalam bahasa Arab itu adalah dhon dhon itu bisa jadi benar, bisa jadi salah dhon itu, sangkaan itu sesuatu yang ada di diri kita Lalu kita bisa jadi meyakininya dengan keyakinan itu menjadi cara kita menilai sebuah masalah. Ketika takaran cara menilai masalah tadi salah, maka akan salah mengambil keputusan. Ini air putih. Ketika saya membayangkan air putih. Dan saya katakan di air putih, dan ilmu saya yakin bahwa ini air putih.
Saya akan berani meminumnya dan saya akan mau minumnya. Tapi ketika saya salah melihatnya, ini cuka atau ini homer, padahal hakikat barangnya tidak seperti itu. Yang salah di mananya?
Prasangka, cara berpikirnya. Sehingga apa keputusan yang salah? Mengambil kehidupan keputusan yang salah.
Nah seperti itulah hidup manusia. Terkadang, Bukan orang yang lain yang salah, tapi terkadang cara kita menilai masalah yang salah. Terkadang kita menilai sesuatu tidak tepat sehingga kesalahan berpikir tadi menyebabkan sempit di dada.
Jadi kalau orang dikatakan sempit di dada, karena cara berpikir. Nah cara berpikir itu bagaimana yang benar? maka Islam mengajarkan sebuah cara berpikir yaitu dhon, sangkaan dhon itu, sangkaan itu bisa menjadi ilmu yakin, bisa menjadi keraguan kapan itu?
jika dia ada korinah, sinyalir-sinyalir yang benar dan memperkuat tentang sangkaan tadi maka sinyalir-sinyalir yang benar dan yang kuat ini bisa mengantarkan dhon tadi menjadi ilmu yakin tapi jika sangkaan tadi kosong dari sinyalir-sinyalir kosong dari tanda-tanda dan tidak ada korinah hanya sekedar sangkaan yang tidak ada bukti maka itu dikatakan wahmun, sangkaan yang salah Kita mungkin bisa menyangka, seperti tadi saya katakan, ini saya sangka, ini menurut pandangan saya ini air putih. Sinyalirnya apa? Ketika dicium tidak ada baunya.
Lalu diletakkan di sini dan warnanya seperti air putih. Itu semua sinyalir-sinyalir yang menguatkan pendapat saya bahwasannya ini air putih. Begitupun sebuah masalah, terkadang kita tidak bisa memastikannya, kecuali...
awalnya adalah sangkaan. Lalu sangkaan ini berubah menjadi wahmun, prasangka yang salah, atau zon, sangkaan yang benar. Kapan dia berubah menjadi sangkaan yang salah? Kapan dia berubah menjadi sangkaan yang benar?
Kalau dia tidak ada korinah-korinah sinyalir tanda-tanda, lalu hanya sekedar sangkaan beratka, bisa jadi sangkaan salah. Inilah sangkaan yang dicelak. Sangkaan yang tanpa ada Korinah, tanda, dan tanpa ada ilmu.
Itu tangkaan yang salah. Di sini berkata Ibn Mansur, zon itu adalah syak wal yakin. Ragu dan yakin. Tapi zon itu, sangkaan itu adalah yakinnya, bukan yakin. yakin dengan mata kepala tapi yakinnya dengan tadabur karena yakin itu ada beberapa tingkat yakin ada berapa tingkat yakin ada tiga apa dalilnya disurat atin bukan ya kata Allah subhanahu wa ta'ala di dalam Quran ketika Allah menceritakan tentang yakin ilmul yakin, summa latarunah summa latarunal haqqul yakin kalau saya katakan tadi, kalla jangan seperti itu, kamu nanti akan yakin yakin yang pertama itu yakin yang dikatakan ilmul yakin, yang kedua summa lataruna kemudian kamu melihat keyakinan tadi ainal yakin dengan mata keyakinan, ini keyakinan yang kedua, ainul yakin yang ketiga, haqqul yakin kamu akan melihatnya dengan haqqul yakin, yakin yang sebenarnya yakin dhon, sangkaan tadi kalau dikuatkan dengan sinyalir-sinyalir dan dikuatkan dengan tanda-tanda maka dia bisa menjadi ilmu, yakin Apakah pernah polisi melihat, ketika seorang polisi melihat maling, polisi nggak ada di situ.
Ketika kejadian, polisi nggak ada di situ. Polisi nggak melihat itu. Tapi kenapa polisi bisa menetapkan sebagai malingnya adalah si Fulan? Bukankah ketika penangkapan pertama itu adalah sangkaan?
Belum tertuduh. Ya tidak? Tapi dibawakan bukti-bukti, ini kita katakan sinyalir-sinyalir. Dibawakan bukti-bukti, buktinya, buktinya, buktinya, bukti. Menjadi ilmul yakin, yakin dia mengambil.
Jadi zon bisa jadi ilmu. Tapi ilmunya bukan Ainul Yakin, ilmunya baru ilmu yang dikatakan Zon Yakin. Keyakinan karena ilmu tadabur dan memperhatikan. Ilmu yakin yang seperti ini biasanya ini didapat dari informasi.
Contoh, ada orang mencontohkan, saya contoh ulang, contohnya bagus. Ketika saya kabarkan, Gula atau saya kabarkan madu itu manis. Sementara kita belum pernah lihat madu umbamanya.
Itu baru berita, kita dengar. Dan kita dengar dari orang lain juga madu itu manis. Kita juga belum lihat. Dari berita-berita ini, yakin kita madu itu manis. Setelah itu, kita lihat madu diletakkan.
Lalu madu ini didatangi semut dikerumunin semut Mata kita lihat, tambah yakin kita Buktinya ada korinah disini Ada tanda disini Semut mendekat Ini namanya Ainul Yakin Sudah lihat mata kita Begitu sudah kita lihat madu itu dikerumunin semut Dikasih pula kita, cobain madunya Kita coba, kita cicipin Dengan lidah kita, kita rasakan manis. Hakul yakin. Itu namanya pasti yakin.
Maka orang beriman tentang surga sekarang mungkin ilmul yakin. Ilmunya yakin. Begitu nanti melihat tentang neraka dan surga, ainul yakin. Begitu masuk surga, hakul yakin.
Kita kembali kepada zon. Zon, sangkaan, itu pada hakikatnya bisa menjadi ilmu. bisa menjadi wahmun salah kapan menjadi salah? ketika sangkaan tadi tanpa ada bukti dan korinah itu salah kita tiba-tiba nyuduh dia maling kenapa?
pokoknya kamu maling mana buktinya? gak ada mana saksinya? gak ada zon, ini yang dicela dalam islam maka Islam, kita sebutkan sini beberapa dalil di Quran, yang dalil di Quran mencela zon, mencela sangkaan. Dan sangkaan itu bisa menjadi buruk, bisa menjadi baik. Jika sangkaan itu dicela di Quran, berarti sangkaan yang jelek.
Contoh surat Al-Hujarat, ayat 12. Allah SWT berfirman, Ya ayuhal-lazina amanu ctanibu kasirum minadzon. Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah dari engkau banyak berprasangka. Fa'inna ba'wadhonna isim.
Sesungguhnya, sebagian prasangka itu adalah dosa. Allah enggak katakan kullu, Allah enggak katakan seluruh prasangka dosa. Tapi Allah katakan ba'dudhan, sebagian prasangka itu dosa.
Wa la tajassasu. Jangan kalian saling tajassus. Apa itu tajassus? Tajassus itu saling memata-matai.
Kenapa dia memata-matai? Karena awalnya sudah ada sangkaan buruk. Maka disebutkan di sini.
Jangan kalian menggibahi sebagian yang lain. Kenapa disebutkan gibah setelahnya? Karena asal gibah adalah tajassus. Asal tajassus adalah su'udhon.
Jika ada seudhannya, maka dia akan intai orang lain seintai-intainya. Kata Allah lagi, Kata Allah SWT, Maukah salah seorang kalian memakan daging saudaranya mayitan yang sudah menjadi bangkai? Fakarihtumuh, pasti kalian benci. Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha penerima taubat dan maha penyayang. Dalam hadis Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w. bersabda, hadis ini diirwadikan Imam Ahmad Bukhori, juga dalam adabul-mufrat. Rasulullah s.a.w. mengatakan, وَإِيَّكُمْ وَالظَّنْ Hati-hati kalian dalam prasangka. فَإِنَّ الظَّنْ أَخْذَبَ الْحَدِيثِ Sesungguhnya prasangka itu adalah cerita yang paling dusta.
Tuduhan, tanpa bukti. وَلَا تَحَسَّسُ وَلَا تَجَسَّسُ wa la tahasadu, wa la tadabaru, wa la tabagadu, wa kunu ibadallahi ikhwanan kata Rasulullah SAW, jangan kalian saling berperasangka ya, tahassas jangan saling berperasaan wa la tajassas jangan saling mengintai dan saling mengintali wa la tahasadu, jangan saling hasad wa la tadabaru, jangan saling berpaling wa la tabagadu Jangan kalian saling membenci Wa kunu ibadallahi ikhwanan Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara Ini dalil yang kedua Dalil yang mencela tentang prasangka Dalil yang ketiga Ketika Allah SWT menceritakan bahwasannya Su'udzon itu buruk sangka dan sangkaan yang tanpa bukti bukti itu adalah sebuah perbuatan yang akan mengantarkan kepada kebencian, perpecahan, permusuhan. Bahkan bisa menjadi kepada saling lebih jauhnya, bisa pada saling membenci, saling memusuh, apalagi saling menjauh.
Allah berfirman dalam surat An-Najm ayat 28, وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِيَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنِّ وَإِنَّ الظَّنِّ La yugni minal haqqi shay'an Kata Allah SWT Mereka tidak ada ilmu sama sekali Yang mereka ikuti Tidaklah mereka ikuti kecuali sangkaan Fa inna dhan Sesungguhnya prasangka itu La yugni minal haqqi shay'an Tidakkan bisa mencukupi dari kebenaran sedikitpun Ini dalil-dalil Quran Dalil-dalil hadith yang mencelah tentang prasangka bahkan Rasulullah s.a.w mengatakan فَإِنَّا ظَنِّ إِثْمٌ atau Allah s.w.t mengatakan sesungguhnya Allah s.w.t mengatakan يَا يُوَا الَّذِينَ آمَنُوا اِسْتَنِيبُوا كَثِيرٌ مِنَ الظَّنِّ فَإِنَّا بَعْضَ ظَنِّ إِثْمٌ kata Allah s.w.t, wahai orang-orang yang beriman jauhi bagi kalian sangkaan sesungguhnya sebagian dari prasangkaan itu adalah إِثْمٌ dosa Disebutkan oleh Imam Al-Ghazali, kenapa berprasangka termasuk dosa, padahal belum diucapkan, baru sangka di hati. Kenapa itu dikatakan dosa? Kata Imam Al-Ghazali, kata dia, sesungguhnya su'udhon itu diharamkan sama seperti jeleknya ucapan.
Sebagaimana diharamkannya ucapan untuk berucap jelek kepada orang lain dengan lisanmu, maka begitu juga. Tidak boleh bagi dirimu berucap yang jelek di dalam hatimu untuk orang lain Di lisan kita tidak boleh mengucapkan orang lain jelek dengan lisan kita Maka di hati pun, tidak boleh bagi kita mengucapkan di dalam hati kita kejelekan kepada orang lain tanpa ada bukti Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah if berkata disini di dalam surat Al-Hujurat ini perhatikan tadi surat Al-Hujurat ketika Allah berfirman ya ayuhal ladhina amanu wahai orang-orang yang beriman istanibu kafirun minadhun jauhkan dari kalian prasangka kemudian disini Allah SWT menghukum asalkan bahwa sana jangan seorang muslim itu berperasangka jelek Kalau ada perasangka jelek dalam diri dia, maka Allah larang dan Allah katakan Wala tajassasu Jangan dia mengintai Kenapa dikaitkan mengintai dengan buruk sangka? Karena asal orang mengintai orang lain, mencurigai orang lain, mencari-cari kejelekan orang lain Itu karena asalnya dia buruk sangka kalau di hatinya tidak buruk sangka dia tidak akan mungkin mencari kejelekan orang lain Kalau di hatinya itu sudah husnudzon kepada orang lain, dia tidak akan tajassus.
Maka dari itu katanya, su'udzon, ini dosa yang awal, dosa awal ini akan mengantarkan pada dosa berikutnya. Dalam ayat ini Allah katakan, kata Allah s.w.t. Ijtanibu kathiru minadzon. Jauhkan prasangka, pertama. Kalau dia tetap melakukan prasangka, Maka prasangka tadi akan mengantarkan kepada tajassus.
Mengintai, mencari informasi, mengorek-ngorek. Jatuh dua dosa. Ketika dia dapat, karena namanya manusia. Ada saja manusia jika ditajassusin, jika dicari-cari kesalahan, namanya manusia.
Mungkin dia berprasangka dengan si A, prasangkanya prasangka tertentu. Akhirnya dia tajassus, dia cari, dia intai. Sampai akhirnya dia dapat Tapi bukan yang dia prasangkakan tadi Dia dapatkan yang lain Akhirnya dia gibah Jatuhnya keberapa berarti?
Tiga Jadi gara-gara tajassus dalam surat hujarat ini Gara-gara satu yaitu suudhon Dia akan terjatuh kepada tiga dosa Yang terakhir dosanya Ya Allah katakan man akhihi mayitan sukakah kalian memakan bangkai saudaranya pakarih tumuh tentu kalian benci dengan itu dikatakan juga disini dalam sebuah hadis Rasulullah SAW mengatakan banyak hadis-hadisnya, kata Rasulullah SAW diantara hadisnya tidak bolehnya ya ma'asaroman amanan bilisanih وَلَمْ يَدْخُلُ إِيمَانًا فِي قَلْبِهِ وَلَا تَكْتَابُ الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعَ عَوْرَاتَهُمْ فَإِنَّ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتْبَعَهُ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتْبَعُ اللَّهُ عَوْرَاتَهُ يَفْضَهُ اللَّهُ فِي بَيْتِهِ Kata Rasulullah SAW dalam sebuah hadith, Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya dan belum masuk iman ke dalam hatinya, artinya, lisan baru beriman, Hatinya belum tertancap keimanan. Apa amalan mereka? وَلَا تَكْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ Jangan engkau menggibahi orang-orang beriman. وَلَا تَتَّبِعَ عَوْرَاتَهُمْ Jangan engkau cari-cari. عَوْرَاتَهُمْ Cacat mereka.
فَإِنَّهُ مَنْ تَدَبَ عَوْرَاتِهِمْ Barang siapa yang mencari-cari kesalahan orang beriman. يَتْبَعُ اللَّهُ عَوْرَاتَهُمْ Allah akan bongkar cacatnya dia. وَمَنْ يَتْبَأَ اللَّهُ أَوْ رَتَهُ Barang siapa yang Allah cari-cari kejelekannya يَفْضَهُ فِي بَيْتِهِ Allah akan bongkar kejelekannya walaupun itu kejelekan yang dia lakukan di dalam rumahnya Kata para ulama Hadith ini berkaitan dengan su'udhon Apa kaitannya? Orang kalau sudah su'udhon Pasti يَتْبَأَ أَوْ رَتَى أَخِي Akan cari-cari kejelekan orang tadi Dia akan memata-matai dia akan terus mencari informasinya sampai dia dapat ini terlarang apa hukumannya bagi mereka yang mencari-cari dan sengaja mencari-cari kejelekan orang lain sengaja semuanya dikepoin pengen tahu ini orang dicari-cari namanya manusia pasti ada salahnya bagaimana sikapnya apa hukumannya bagi orang seperti ini barangsiapa yang mencari-cari kejelekan orang lain Allah akan cari kejelekan dia barangsiapa yang Allah cari kejelekannya Allah akan bongkar kejelekannya walaupun dia lakukan di dalam tengah rumahnya Betapa banyak orang yang kerjanya sibuk mencari kejelekan orang lain gara-gara sudah seudon sama orang lain Akhirnya yang dihabiskan waktunya untuk mencari kejelekan orang lain Yang dihabiskan waktunya untuk membicarakan orang lain Yang dihabiskan waktunya sampai dirinya sendiri tidak merasa bahwa dia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk dirinya Dikatakan lagi disini, keutamaan bagi mereka yang husnudon. Apa keutamaan bagi mereka yang husnudon?
Atau sebelumnya, para ulama menyebutkan bahwasannya suuzon itu haram, tidak boleh, kecuali, lebih lagi, suuzon itu haram. jika terpenuhinya tiga syarat ini jika syarat ini ada pada orang tersebut maka buruk sangka kepada dia haram yang pertama, berprasangka buruk kepada orang Islam perhatikan ini, prasangka buruk kepada orang Islam tidak boleh dia sudah Islam, sudah mengucapkan keislaman, jangan prasangka buruk pada dia ada seorang sahabat bertanya ke Rasulullah, ya Rasulullah kalau aku berperang ya Rasulullah, begitu aku berperang aku ketemu musuhku, begitu aku ketemu musuhku yang kafir ini ya Rasulullah, dia tebas tanganku putus tanganku ya Rasulullah lalu aku kejar dia sampai dia terpojokkan di belakang pohon, lalu aku ingin tebas kepalanya, lalu dia mengucapkan la ilaha ilallah bolehkah aku tebas kepalanya ya Rasulullah, kata Rasulullah, gak boleh, ya Rasulullah dia udah tebas tanganku putus Tidak kata Rasulullah. Ya Rasulullah, dia mengucapkan La ilaha illallah karena berlindung ya Rasulullah. La kata Rasulullah.
Ya Rasulullah, sampai kata Rasulullah s.a.w. Kalau kau bunuh dia, maka engkau seperti, kalau engkau bunuh dia, sama seperti dia membunuh engkau di awal ketika dia mengucapkan La ilaha illallah. Apa maksudnya? Artinya kalau engkau bunuh dia, berarti engkau menumpahkan darah yang tidak berhak ditumpahkan. Padahal ini kisahnya, orang yang sudah menebas tangan sebegitu terpojokkan di balik pohon, ingin ditebas, dia mengucapkan La ilaha illallah.
Kenapa? Ucapan La ilaha illallah itu dohirnya, batinnya kita tidak tahu. Apa kita telah belah dadanya? Maka itu dalam sebuah hadis, ketika Usama bin Zaid, ditekai Usama bin Zaid dengan seorang sahabat ansar, ikut sebuah peperangan.
Di pagi hari dia menunggu musuhnya. Ketika musuhnya berperang dengan Usama bin Zaid dan sahabat ini. Begitu sepusuh ini terpojokkan. Hampir terbunuh.
Langsung dia mengucapkan, La ilaha illallah. Kata sahabat, Ansar jangan kau bunuh. Dia sudah mengucapkan, La ilaha illallah.
Kata Usama bin Zaid, Tidak. Dia mengucapkan ini pura-pura. Supaya tidak dibunuh.
Akhirnya Usama bin Zaid membunuh dia. Sampailah berita ini ke Rasulullah SAW. Sampai ke Rasulullah SAW, begitu sampai ke Rasulullah SAW, sahabat Ansar mengatakan, Ya Rasulullah, Zaid membunuh orang mengucapkan La ilaha illallah. Zaid membela diri, Ya Rasulullah, dia ingin menyerangku.
Dia musuh, dia kafir. Ketika dia terpojokkan, baru dia mengucapkan La ilaha illallah, Ya Rasulullah. Apa kata Rasulullah? Apakah engkau telah membelah dadanya sehingga engkau tahu dia berpura-pura mengucapkan La ilaha illallah. Sampai Roswa mengulang-ulang ucapan ini, sampai Zed mengatakan, Ya Allah, seandainya aku tidak ucapkan, seandainya aku tidak lakukan, seandainya aku tidak lakukan.
Terus Usama bin Zed dikatakan, apakah kau telah membelah dadanya? Apakah kau telah membelah dadanya? Berarti di sini, orang Islam, hukum asalnya adalah Islam.
Jangan kita berburuk sangka dan jangan kita hukumi dia keluar daripada hukum asalnya. Perhatikan ini. Padahal sudah dalam keporangan, padahal sudah dalam keadaan terpojokan, tapi ketika dia mengucapkan, La ilaha illallah, apakah Rasulullah SAW mengatakan bunuh? Yang pertama kali, orang Muslim itu harus diberikan baik sangka, dia Muslim.
Kalau begitu Ustadz, kalau syarat yang pertama orang Muslim diberikan baik sangka, bagaimana dengan orang non-Muslim, apakah hukum asal baik sangka? Apa jawabannya Pak? Kalau selain Islam, juga kita gak bisa mengatakan pasti bahwa dia jelek. Tidak. Tapi tentu timbangan kita beda.
Kenapa beda Ustadz? Karena beda cara berpikir awal. Contoh, bagi mereka, maaf, orang-orang di luar Islam, tidak ada dosa. Mereka berzina, mereka maling, mereka mencuri, mereka menipu, dosa mereka sudah ditebus. Siapa yang nebus?
Yang tebus neraka, subhanallah. Kata mereka sudah ditebus. Sekarang kalau orang sudah punya keyakinan bahwa kami tidak punya dosa, apa yang menghalangi dia melakukan kejahatan?
Tidak ada, kecuali cuma malu sama manusia. orang seperti ini punya keyakinan seperti ini berarti ada satu kemungkinan yang dia bisa melakukan perbuatan jelek karena dia menganggap itu tidak dosa ada pun orang Islam semua orang Islam pasti menganggap perbuatan jelek itu dosa maka kita harus menghukumi orang Islam itu adalah Islam pergi ke pasar beli ayam Assalamu'alaikum bang, Wa'alaikumsalam kata bang ya beli ayam Berapa? Sekilo Begitu sampai rumah ragu Si abang Islam gak ya tadi?
Itu udah ngomong salamualaikum tadi Iya tetap Tapi anak gak lihat Wajah-wajahnya berseri Akhirnya Hidupnya gak makan ayam Kecuali motong sendiri Sulit gak dia? Sulit Yang lebih parah lagi Su'udzon kepada kaum muslimin yang sudah masuk masjid ini belum suci. Su'udzon tidak sama kaum muslimin? Hukum asalah orang Islam itu suci. Haram.
Yang pertama, su'udzon tidak boleh kepada orang Islam. Rasulullah s.a.w. mengajari kepada para sahabat, tidak boleh. Orang sudah mengucapkan la ilaha illallah, tidak boleh dikatakan.
Bukankah Rasulullah s.a.w. mendapatkan wahyu? Bahwa Rasulullah s.a.w. tahu siapa orang-orang yang kafir, yang munafik, yang pura-pura Islam. Tahu.
Tanpa ragu Rasulullah s.a.w. tahu itu. Karena wahyu dari Allah. Tapi Rasulullah s.a.w. tidak mau. Kenapa?
Karena Rasulullah s.a.w. mau menghukumi manusia itu di dunia. Hukumi dohirnya. Batin dia itu hubungan dia dengan Allah. Di dunia orang itu dihukumi dohirnya. Di akhirat orang...
di akhirat orang itu dihukumi batinnya dohirnya tidak kelihatan maka hukum asal, orang Islam itu adalah Islam dan dohirnya nampaknya baik adalah orang baik dan tidak boleh kita katakan tidak baik, yang kedua kalau suuzan itu ini suuzan yang haram, pertama tadi kepada siapa? kepada orang? Islam Yang kedua Su'udzon tadi mengantarkan kepada tuduhan Pertama dia sangka Tapi sangkaan belum sampai nuduh Begitu sangkaan ini tanpa bukti dan tanpa dalil tadi Diakini sama dia, dia nuduh Tuduhan di hati tanpa ada bukti itu adalah haram Memfonis orang di dalam hati kita tanpa ada bukti yang benar itu adalah salah Dikatakan disini, yang ketiga Yang berikutnya Tuduhan tadi menjadi haram Jika diberikan kepada orang yang dohirnya baik Adil Nah ini dia, perhatikan Sorah wal adalah Maknanya, adil dan baik ini maknanya apa?
dia tidak melakukan dosa besar, terang-terangan dan juga tidak melakukan dosa kecil terus-menerus ini kaedah ini tadi katanya Ustadz gak boleh su'udzon sama orang Islam iya, umumnya orang Islam kita gak boleh su'udzon tapi poin yang ketiga disini tidak boleh su'udzon itu diberikan kepada orang yang tidak melakukan dosa besar terus-menerus atau orang yang tidak melakukan dosa besar terang-terangan atau dia melakukan dosa kecil terus menerus artinya kita balik kalau ada orang melakukan dosa besar terang-terangan lalu kita khawatir dengan kejahatan dia dan kita mengecap di diri kita bahwa dia jahat ini Susan atau tidak? Susan atau tidak pak? hah? tidak, karena dia sedang mengiklankan bahwasannya saya pelaku dosa besar kenapa?
Ketika nampak betul-betul dia mengumumkan, mengumumkan bukan dengan lisan saja, mengumumkan bisa dengan perbuatan. Melakukan perbuatan dosa besar di tengah jalan. Lah ketika itu dia lakukan dan dosa besar itu dilakukan dan nampak itu sudah menjadi bukti dan sudah menjadi korinah tanda bahwasannya mungkin dia melakukan dosa-dosa besar yang lain. Tapi gak bisa menuduh.
Yang tertuduh apa? Yang nampak di mata. Dibahami maksudnya?
Nanti ini akan membedakan antara magrur dan suudhon. Orang tertipu dengan orang su'udzon. Bagaimana bedanya orang tertipu dengan orang su'udzon?
Ini orang datang, sudah mengabarkan pada dirinya dan menampakkan pada dirinya, tentang bahwasannya dia pelaku dosa besar terang-terangan. Lalu dia bilang, ah saya tidak mau su'udzon sama orang. Dia berikan amanah. Kita bilang, kamu itu tertipu.
Kenapa tertipunya? Karena dia sendiri telah menampakkan dalam dirinya, dan meng... dan dia menampakkan dari amalnya bahwasannya dia pelaku dosa besar maka dari itu para ulama mengatakan awal kebaikan seorang itu adalah sholat awal kebaikan orang itu adalah sholat karena itulah hubungan yang dia dengan Allah jika sholat dia baik, maka dia merasa terus dipantau oleh Allah jika dia sudah merasa diri dipantau oleh Allah Maka inilah faktor dia menjaga diri dari kejelekan Kita balik masalah Kalau ada orang terang-terangan, muslim tapi tidak mau sholat Apakah kita meletakkan dia menjadi muslim yang baik? Atau kita memberikan disini sebuah tanda tanya Dia muslim tapi saya harus berhati-hati Mana sikap yang benar? Sikap yang kedua loh, bukan berarti suudzon Tidak karena dia telah menampakkan dalam dirinya sesuatu yang dia tidak sembunyikan ini catatannya dosa besar yang dosa besar ini dia nampakkan berarti dengan satu poin ini kita gak mengatakan dia langsung melakukan dosa besar yang lain tapi ini menjadi sebuah perhatian kalau dengan Allah saja dia berani bagaimana dengan kita makanya kalau ada orang bilang Saya pernah ditanya, Ustadz saya dapat pasangan jodoh orang yang baik Ustadz, Masya Allah.
Iya Ustadz, pokoknya perhatiannya luar biasa. Kalau lagi jalan juga traktirnya baik Ustadz, Masya Allah. Sholat enggak? Ya itu dia, kadang-kadang enggak sholat Ustadz. Kalau hubungan dia sama Allah ada rusak, dia berani melawan Allah, suatu hari dia berani mengkhianati kamu.
Betul? Betul tidak Pak? Betul. Kalau suatu hari dia berani atau dia sudah berani melawan Allah, yang Allah maha melihat dia, bagaimana dengan kita yang tidak melihat dia kadang-kadang? Loh apakah itu suudzon Ustadz?
Bukan suudzon, itu namanya korinah. Sinyalir. Ada sinyal dalam diri dia bahwasannya dia ini tidak takut Allah.
Kalau gak takut Allah berarti ada sinyal dia mudah melakukan dosa-dosa yang lain Pasti tidak Namanya zon Gak bisa dipastikan Sampai kita lihat dengan mata kepala kita sendiri Dan ternyata Ini yang tanya ke saya ini Tanyanya sudah 13 tahun yang lalu Dan ternyata dia menikah dengan laki-laki itu sampai sekarang ternyata benar apa yang dikatakan Bismillahirrahmanirrahim semoga Allah perbaiki rumah tangga dia apa yang terjadi? apa yang dikhawatirkan terjadi? maksud kita adalah berarti yang tidak boleh suudon itu kepada siapa? orang yang tidak memproklamirkan dalam dosa besar dia gak perlu dosa besar atau seandainya dia tutup-tutupi dosa besar dia dia gak nampak kan ke orang yang kedua dia tidak melakukan dosa kecil terus menerus maka itu dalam ulama hadis ulama hadis itu gak mau mengambil orang yang melakukan dosa kecil terus menerus kenapa? dia gak dusta iya ketika dia mengambil dosa kecil terus menerus tidak menjadi siqoh lagi bisa menjadi soduk bisa menjadi hasan bahkan bisa menjadi do'if loh apa kamu tau dia dusta?
Tidak, tapi ini sinyalir Dia berani melakukan dosa Coba contoh, kan kita pernah dengar Ada ulama hadis Yang melihat orang lain memberikan makan kepada Hewan, dusta kan Dusta kepada hewan Setelah itu dia berkata, aku gak bakalan ambil hadisnya Walaupun Yang mengatakan aku tidak akan ambil hadisnya Sebagai ulama mengatakan itu Tidak adil, tidak insolv Dia berdusta kepada hewan, lalu diambil hadisnya secara mutlak, itu tidak insof. Tapi yang menjadi pembahasan kita, berarti di situ dia ingin memberikan sebuah sinyalir. Kalau dia berani sekali dusta, maka engkau tidak akan aman dari dusta-dustanya.
Ketika itu keputusan diambil, seuzon atau tidak, bisa jadi benar, bisa jadi salah. Maka itu, dikatakan di sini, syarat orang yang tidak boleh seudahan tadi apa pertama? orang muslim yang kedua? jangan sampai menjadi kepada tuduh tuduhan yang ketiga?
dia bukan yang pelaku dosa besar dan terang-terangan melakukan dosa besar ada orang datang ke kita datang ke majelis kita duduk ke masjid mukanya berwudu datang ke majelis lalu kita bilang, orang pura-pura ini boleh gak? hah? ini mah kira-kira cuma pengen cari yang lain ini mah bukan majlis ta'lim dia mah gak boleh kenapa kamu berperasaan seperti itu?
ya karena saya baru lihat dia Ustadz emang kalau kamu baru lihat berarti dia? gak boleh, buruk sangka namanya itu buruk sangka orang muslim dan tidak melakukan dosa besar Tidak melakukan sesuatu yang terus menerus dalam dosa kecil Maka itu tidak bisa dikatakan sebagai Tidak boleh kita memberikan dia label-label sangkaan yang jelek Keutamaan baik sangka Kata para ulama Tidak ada yang paling menenangkan jiwa Sebagaimana seorang menenangkan jiwa dalam baik sangka Maka itu kalau kita baca buku-buku para ulama Terkadang mereka membuat orang lain baik sangka dengan sesuatu yang kadang kita gak ngerti. Sampai satu hari datang kepada Imam Abu Hanifah. Ada orang berkata pada murid Abu Hanifah. Katanya orang ini, di negeri ini gak ada orang paling pintar kecuali aku.
Bahkan di alam ini, kata dia, gak ada orang paling pintar kecuali aku. Didengar sama muridnya Imam Abu Hanifah. Murid Imam Abu Hanifah datang. kabarin ke Imam Abu Hanifah wahai Imam, itu orang bilang di kota ini gak ada yang lebih tahu kecuali dia itu orang bilang di alam ini gak ada yang lebih tahu, di dunia ini gak ada yang lebih tahu kecuali dia kita membawakan ini apa? ya mungkin benar itu kok bisa Imam?
ya iya, mungkin dia paling tahu sesuatu yang dalam rumah dia karena gak ada yang tahu dalam rumah dia kecuali dia, kata Imam Abu Hanifah ini membawakan sesuatu menjadi apa? Termasuk baik sangka kata para ulama. Ya mungkin perkataannya, nah ini kata para ulama, baik sangka ini menjadikan orang lapang dada. Salah satu keutamaan dari baik sangka adalah kita gak pusing sama orang.
Kadang-kadang kita pusing sama orang gara-gara salah sangka. Padahal kalau seandainya, nanti kita akan bahas juga, kalau seandainya sangkaan-sangkaan itu kita sudah mencari udur, Cari-cari alasan supaya sangka itu menjadi baik Kalau kita gak dapat katakanlah mungkin dia punya alasannya aku gak tahu Cari uzur buat temen kita Bukan cari salah buat orang lain Disini disebutkan juga Imam Syafi'i Dan yang lain nanti kita akan bahas juga disini Imam Syafi'i dan contoh para ulama Dikatakan juga mereka selalu membawa baik sangka kepada perkataan-perkataan orang lain Dengan ini Dengan baik sangka ini tidak ada kebahagiaan, tidak ada kelapangan jiwa, tidak ada ketenangan Kecuali dengan baik sangka kepada orang lain Karena baik sangka itu mengantarkan kepada salamatul sudur Bahkan baik sangka itu akan terus menjaga hubungan yang baik Kecintaan diantara manusia dan tidak akan ada di hati orang yang selalu berbaik sangka, keirian, kedengkian, dan hasad. Rasulullah s.a.w. mengatakan, إِيَّكُمْ وَالظَّنِّ فَإِنَّ الظَّنِّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ Dikatakan lagi, فَإِنَّ الظَّنِّ سَيِّ Sesungguhnya, sangkaan yang buruk itu, akan mengantarkan kepada pelakunya untuk mencari-cari kejelekan orang lain. Atau untuk, terus mengintai kesalahan-kesalahan orang lain sampai kapan dia bisa melihat dan mencari orang lain itu salah.
Dan ini semua Sebab daripada Allah murka dan Allah akan memberikan hukuman kepada dia. Sebagaimana hadis yang kita baca tadi, Rasulullah s.a.w. mengatakan, يَا مَعْشَرُ مَنْ أَمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلُ إِمَانًا فِي قَلْبِهِ Wahai orang yang beriman dengan lisannya dan belum masuk iman ke dalam hatinya, jangan engkau menggibahi orang Islam. Jangan engkau cari kejelekan-kejelekan orang Muslim. Barang siapa yang mencari kejelekan-kejelekan orang Islam, Allah akan cari kejelekannya dan Allah akan bongkar kejelekannya walaupun amalan itu dilakukan di tengah rumahnya.
Bahkan su'udhon mengantarkan kepada perpecahan di antara kaum muslimin, kebencian, dan merobek daripada nilai-nilai persaudaraan dan persatuan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Quran, surat hujarat tadi, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أَا مَنُجْتَ نِبُو كَثِيرٌ مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضُ الظَّنِّمْ إِثْمٌ Wahai orang-orang beriman, jauhilah dari kalian perasangka-perasangka yang buruk. Sesungguhnya perasangka buruk itu adalah bagian dari dosa.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis, إِذَا ظَنَنْتَ فَلَا تُحَقِّكْ Jika engkau berperasangka, jangan engkau tunaikan. Artinya jangan engkau benarkan. Berkata para ulama, Abu Hurairah berkata, Kata Abu Hurairah, HUSNUL ZON MIN HUSNUL IBADAH Tumbuhnya baik sangka, itu buah dari baiknya ibadah. Orang yang baik ibadahnya, akan lapang dadanya, dan akan baik sangka dengan saudaranya. WAMIN HUSNUL IBADATIN MAR'I HUSNUL ZANNIH Berkata Abu Hurairah, Di antara, baik ibadahnya seseorang itu adalah baik sangkaan dia kepada orang lain baru dapat SMS masuk dari simpulan wah kayaknya ada butuhnya nih orang belum dibuka udah bilang kayaknya ada butuhnya belum buka nih SMS dia kenapa dia sangka jelek sama dia enggak Ustadz, pokoknya anak kalau sama dia feeling aja, feeling dari mana nah Feeling yang kosong dari tanda-tanda itulah su'udhon.
Gak boleh. Apalagi su'udhon tadi mengantarkan kepada tajassus. Mengintai, mencari-cari. Gak boleh. Di sini katakan lagi.
Berkata sebagian ulama, Imam Shafi mengatakan, Man ahabba an yakhtim lahu bikhairin. Barang siapa yang ingin dia... Ditutup umurnya dengan kebaikan Fal yuhsin don bin nas Hendaklah dia berprasangka baik pada manusia Berkata Bishr hafi Man sarrahu an yuslim Barang siapa yang senang Dia selamat dari segala sesuatu kejelekan Fal yuzim samad Maka harus dia diam Wahusnud don bil khalq Dan baik sangka kepada manusia kata Bishr bin Hafi ini salah satu ulama dari ulama ahlu sunnah dan dia termasuk ulama dari ulama-ulama salaf dikatakan barang siapa yang mau selamat, hidupnya selamat, tenang, tenteram, gak terganggu, jaga dua ini yang satu, falyazim somad, jaga lisan, diam, karena terkadang lisan yang mengganggu kita yang kedua kata Rasulullah s.a.w atau kata Bishr bin Somad husnudon bil khalq baik sangka kepada manusia berkata imam ali bin muhammad contoh orang suudon yang menyebabkan dia terhalangi dari kebaikan fa'idha ro'aytum wa'idan ya du'un nas ilal khairi fa'iyakum anta dhunnu inna wala ya'mal bima yaqul kata muhammad bin syahir al-misri jika kalian melihat orang lain sedang menasehati orang lain maka Hati-hati kalian dari buruk sangka dengan mengatakan bahwasannya dia mengajak orang lain tapi dia enggak mengamalkannya Itu buruk sangka, ini haram dari kebaikan Dengar cerama, dengar nasihat dari orang lain, dia malah mengatakan ini yang nasihatin juga enggak melakukan Sehingga apa yang terjadi?
Dia juga menolak kebenaran, merendahkan orang lain Akhirnya dari buruk sangka tadi mengantar kepada kesombongan Karena kesombongan itu adalah Al-kibru batrol haq wa gomtum nas Kata Rasulullah SAW Sombong itu adalah batrol haq Menolak kebenaran Wa gomtum nas Dan merendahkan manusia Ketika dia berperasangka buruk kepada orang Ada orang menasehatinya Dia katakan lalu orang ini menasehati ada pura-pura Atau orang menasehati ini sendiri tidak melakukan Sehingga dia melakukan Aman dan jelek yang berikutnya itu al-kibar, sombong kepada manusia. Dikatakan di sini, فَإِنَّ الْمُسْلِمُ بِنَا عَلَى الدَّالِكِ مَأْمُرُ بِنْ حُسْنَةً Maka itu, seorang Islam, orang Muslim harus banyak berprasangka baik dengan orang lain, terutama orang Muslim yang lain. Orang Muslim itu harus berprasangka baik dengan orang yang dohirnya baik.
Jangan dia berperan sangka buruk dengan orang yang dohirnya baik. Itu adalah dosa dan dosa itu akan langsung Allah subhanahu wa ta'ala balas untuk dia. Apa balasannya? Disebutkan para ulama.
Salah satu balasannya adalah Allah sempitkan dirinya. Allah sempitkan dirinya, Allah sempitkan pikirannya, Allah sempitkan keadaannya. Dia merasa gak nyaman ketika ada sangkaan yang buruk yang dinisbatkan kepada saudaranya. Sehingga sangkaan buruk ini ada pada dirinya, Allah balas untuk dirinya sendiri ketika itu.
Kegelisahan, kerisauan, akhirnya dia sendiri kegundahan. Karena buruk sangka kepada orang lain. Siapakah yang paling tidak boleh kita berburuk sangka? Tentu, yang pertama sekali tidak pantas dan tidak boleh seorang berburuk sangka kepada Allah SWT. Buruk sangka kepada Allah ini mengantarkan kepada kekafiran.
Buruk sangka kepada Allah mengantarkan kepada kemunafikan. Buruk sangka kepada Allah mengantarkan kepada kesempitan hidup. Buruk sangka kepada Allah mengantarkan kepada tidak percaya dan tidak terima takdir Allah. Kenapa orang protes dengan takdir Allah?
Kenapa dia gak merasa gak puas dengan takdir Allah? Kenapa dia tidak terima dengan pembagian Allah? Karena dia buruk sangka kepada Allah.
Allah tidak adil, buruk sangka tidak. Allah tidak memberikan doanya, buruk sangka tidak. Buruk sangka yang terbesar adalah buruk sangka kepada Allah, terbesar dosanya.
Buruk sangka kepada Allah, Allah sebutkan di dalam surat Al-Imran ayat 154. يَا ذُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرِ الْحَقِّ ضَنَّى الْجَاهِلِيَّةِ يَا قُلُونَ هَلَّنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ أَمْرَكُ اللَّهُ لِلَّهِ Kata Allah SWT, mereka يَا ذُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرِ الْحَقِّ berprasangka kepada Allah tanpa sangkaan yang benar. ضَنَّى الْجَاهِلِيَّةِ Mereka berprasangka kepada Allah dengan sangkaan-sangkaan jahiliyah. Apa orang jahili yang mengatakan?
Termasuk salah satu sangkaan yang paling jelek adalah sangkaan orang Yahudi kepada Allah. Yadullah maglulah. Kata mereka, tangan Allah itu terbelenggu.
Kenapa mereka katakan tangan Allah terbelenggu? Karena mereka menganggap Allah pelit. Jadi ketika mereka sulit hidupnya, mereka tidak lapang dan tidak menjadi orang yang memiliki harta, mereka nisbahkan kepada Allah pelit. Yadunnu nabil layu donnasaw.
Mereka menisbahkan kepada Allah sangkaan-sangkaan yang jelek. Atau orang sebagian menisbahkan takdir yang gak baik kepada Allah, ini pun termasuk sangkaan yang jelek. Atau sebagian orang, kalau disini dikatakan dalam ayat ini Ibn Qoyy menceritakan bahwasannya, ayat ini adalah orang-orang munafikin dan orang-orang musyrikin itu menggembosi Rasulullah SAW dan para sahabat untuk tidak ikut perang.
Kenapa? Karena mereka yakin. Bahwasannya ketika perang nanti Allah tidak akan tolong. Allah katakan, يَدُنُونَ بِاللَّهِ يَدُنُونَ بِاللَّهِ غَيْرِ الْحَقِّ Mereka berperasangka kepada Allah tanpa perasangka yang tidak benar.
Orang Muslim, kalau kita sudah tekat berjalan menuju Allah, perasangka baik sama Allah. Jangan kita pernah perasangka buruk sama Allah. Apapun yang kita mau lakukan, Kalau kita tujukan karena Allah Dan kita sudah timbang sesuai dengan syariat Lakukan Jika ada yang mengkhawatir kita Mencemaskan kita, mewas-waskan kita Ini yang dikatakan syaitan yukhawifu ibadah mereka mentakut nakuti hamba Allah orang muslim dia yakin dengan hadis Rasulullah SAW Rasulullah mengatakan kata Rasulullah SAW barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Allah akan ganti untuk dia yang lebih baik daripada itu Sangkaan orang munafikin, sangkaan orang-orang musyrikin ketika itu, kalau kalian ikut perang, kalian akan kalah. Apa yang menyebabkan mereka menilai itu? Kalian jumlah sedikit.
Kalian senjatanya tidak secanggih mereka. Kalian tidak memiliki sebagaimana yang mereka miliki. Sehingga mereka menjadikan apa yang dikatakan tadi, atau mereka mengatakan bahwasannya, Rasulullah SAW akan mendapatkan kekalahan.
Di sini ada sebuah masalah yang kita katakan bahwasannya, yang pertama kali tidak boleh seudon kepada Allah. Ayat yang lain, Allah berfirman dalam surah Al-Quran, kata Allah SWT, Allah subhanahu wa ta'ala, akan mengazab orang-orang munafik yang laki-laki dan munafik yang perempuan wal-mushrikin wal-mushrikat orang musyrik laki-laki dan musyrik perempuan kenapa mereka diazab oleh Allah? dhani nabil lahi donasu mereka berprasangka kepada Allah dengan prasangka yang jelek dengan prasangka yang tidak benar kepada Allah s.w.t maka para ulama menyebutkan Su'udhon kepada Allah ini dalam kitab Tauhid.
Karena orang yang su'udhon kepada Allah itu akan rusak Tauhidnya. Bahkan orang yang su'udhon kepada Allah s.w.t. bisa jadi batal Tauhidnya karena tidak percaya dengan kebaikan-kebaikan Allah. Dalam sebuah hadis dikatakan, Allah s.w.t. dalam sebuah hadis kudsi mengatakan, أنا إِنْ رَضَنِ عَبْدِ بِي Aku itu sesuai dengan sangkaan hambaku kepadaku. maka apa yang kita sangkakan kepada Allah itu adalah bagian harapan kita kalau kita berperasangka buruk kepada Allah lalu kita mendapatkan keburukan itu Allah sudah katakan aku sesuai sangkaan hambaku kepadaku harusnya seorang muslim, orang islam itu berperasangka baik kepada Allah SWT karena dia yakin Allah itu at-tayib, yang maha baik Allah itu yang maha sempurna, Allah itu al-hakim, yang maha biyaksana, Allah itu ar-rahman, yang maha pengasih, Allah itu ar-rahim, yang maha penyayang, Allah itu ar-razak, yang maha memberikan rizki, Allah itu dia yang mengatur sermuh hambanya. Ini pertama, tidak boleh pertama kali seudon kepada Allah.
Yang kedua, tidak boleh seudon kepada Nabi. Bagaimana Ustadz, orang ada seudon kepada Nabi? Ada, ada orang seudon kepada Nabi Yadubillah Bagaimana seudon kepada Nabi?
Apapun yang dikabarkan Nabi dia tolak Contoh, ada sebuah hadith Rasulullah mengatakan Fa'idha waqa'adu bab fi'ina ahadikum falyagmishu Kata Rasulullah s.a.w. Jika jatuh lalat di bejana kalian Maka celupkanlah Kata Rasulullah s.a.w. فَإِنَّ فِي إِحْدَ جَنَاهِ الشِّفَاءِ وَفِي الْجَنَاهِ الْآخُرِ الدَّوَاءِ وَكَمَكَ رَسُولَ اللَّهُ وَسَلَامُ Karena salah satu dari sayapnya ada penyakit dan sayap yang lain ada obat. Ini hadis riwayat Bukhari, hadis yang sahih. Bagaimana sifat orang Muslim terhadap hadis ini?
Hadis ini salah, hadis ini tidak benar, hadis ini seudon sama Rasulullah. Rasulullah katakan di dalam sayapnya ada sebuah penyakit dan di dalam sayapnya juga ada obat, penawarnya. Rasulullah s.a.w. dikul masduh, ucapannya benar. Kalau seandainya ucapannya salah, tentu Allah s.w.t akan kabarkan di langit tentang kesalahan itu.
Ketika Allah tidak kabarkan dan Allah s.w.t biarkan itu, berarti itu benar dari Rasulullah s.a.w. maka orang yang suudhon kepada Rasulullah tidak mempercayai hadis-hadis Rasulullah SAW berarti seolah-olah dia mengatakan Rasulullah SAW pendusta dan ini salah satu suudhon yang terbesar dosanya seudon kepada Rasulullah SAW dalam masalah apapun kalau Rasulullah SAW sudah kabarkan kepada kita maka baik sangkalah kepada Rasulullah SAW katakan dia benar dan dia dibenarkan tidak mungkin Rasulullah SAW berdusta kata Allah SWT, dia tidak akan mungkin berbicara dengan hawa nafsunya yang dia bicarakan itu wahyu dari Allah SWT Rasulullah berisabda, ketika ada orang memakai cincin emas laki-laki memakai cincin emas, Rasulullah mengatakan buka dan Rasulullah lempar karena nanti di yaumul kiyamah dia akan menjadi bara api apakah Rasulullah berdusta? tidak orang yang yakin dengan Rasulullah dan tidak suudhan dengan Rasulullah dia akan tangan menganggalkan itu karena di Husnuddin perkataan Rasulullah SAW pasti benar perkara apapun itu kalau kita yakin dengan perkataan Rasulullah maka Allah buktikan kebenaran tapi kalau kita Suudzon tidak mau mengambil perkataan Rasulullah Allah buktikan mungkin secepat itu pula Allah buktikan kejelaikan sebuah kisah yang sering kita dengar kisah seorang yang makan di depan Rasulullah SAW dengan tangan kirinya makan tangan kiri apa sih susahnya? tangan kiri sama tangan kanan, masalah makan tapi ketika Rasulullah SAW katakan makan pakai tangan kanan, kata Rasulullah SAW enggak mau enggak ada yang mengelarang dia, menahan dia makan pakai tangan kanan kecuali kesombongan maka kata Rasulullah SAW kau tidak akan mampu semenjak itu tangan kanannya lumpuh masalah apa?
makan tapi ternyata bukan makannya kesombongan dia yang tidak patuh kepada Rasulullah SAW hewan saja yang tahu tentang Rasulullah SAW patuh sama Rasulullah batu saja yang tahu tentang Rasulullah SAW patuh pada Rasulullah Kayu saja, benda mati. Jika Rasulullah memerintahkan dia, dia patuh dengan. Mana kisah tentang kayu yang patuh sama Rasulullah? Ketika kayu menangis, sekitar Rasulullah s.a.w. dibawakan mimbar yang baru, lalu kayunya menangis. Rasulullah s.a.w. mengelus-elus dia dan mengatakan diam.
Dia langsung diam. Kambing. Kambing, begitu tahu itu Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w. pegang teteknya.
Padahal ini kambing belum pernah beranak, Rasulullah pegang teteknya, langsung kambing ini nurut, patuh, keluar langsung susunya. Hewan, patuh, awan. Rasulullah jalan, Rasulullah dilindungi sama dia, patuh sama Rasulullah s.a.w. Tapi manusia sebagian su'udhon sama Rasulullah s.a.w. Kalau ada Allah dan Rasulullah yang perintahkan, dan Allah dan Rasulullah katakan jelek, katakan itu jelek.
Jangan ragu, kalau kita ragu berarti ada sedikit su'udhon Kalau kata Allah s.w.t itu tidak boleh, haram pasti jelek Kalau kata Rasulullah s.a.w itu haram, jelek pasti jelek Jangan kita menolak apa yang dikatakan Allah s.w.t Ini yang kedua, su'udhon yang paling besar setelahnya adalah su'udhon kepada Rasulullah s.a.w Apakah mungkin Rasulullah s.a.w Memerintahkan kita untuk melakukan kejelekan? Gak mungkin Maka segala perintah dia pasti baik Apakah mungkin Rasulullah s.a.w. melarang kita melakukan kebaikan? Semua yang Rasulullah s.a.w. pasti jelek Ketika kita lakukan juga Apa-apa yang dilarang Rasulullah Berarti disitu ada sedikit poin Bahwasannya seolah-olah tidak percaya Dengan yang dikabarkan Rasulullah Ketidakpercayaan ini adalah bagian daripada suudhon buruk sangka ke Rasulullah SAW yang berikutnya setelah itu jangan buruk sangka kepada orang yang dekat dengan kita semakin dekat orang itu dengan kita jangan kita berburuk sangka kepada dia suami jangan terlalu banyak buruk sangka kepada istri istri jangan terlalu banyak buruk sangka kepada suami Suaminya dia pegang HP-nya, dibuka dari pertama sampai terakhir semua dibuka. bang ini siapa nih bang?
minta janjian dijemput lagi kata si abang, iya karena anda ngegrab, ini kan orderan, enggak anda gak percaya kalau ini orderan ya subhanallah alasannya apa? pokoknya, waduh kalau kalimat pokoknya gak ada bukti susah akhirnya panas hati, panas kepala, perlahian, pertikaian, hidup gak nyaman Hidup gak nyaman. Suatu hari, Aisah pernah cemburu kepada baginda Rasulullah s.a.w. Rasulullah ketika itu keluar rumah malam-malam, maka Aisah mengikuti di belakang Rasulullah s.a.w. Setelah Rasulullah s.a.w. selesai hajatnya, Rasulullah s.a.w. pulang.
Aisah buru-buru juga sembunyi langsung masuk kamar. Tapi Rasulullah s.a.w. tahu. Rasulullah s.a.w. tanya kepada Aisah, siapa itu?
Aku ya Rasulullah, kenapa kau melakukannya Aisyah? Enggak, aku pengen lihat saja apa yang kau lakukan. Ketika itu langsung Rasulullah menegur Aisyah bahwasannya tidak boleh bagi dia untuk melakukan itu. Apakah dia merasa atau sebagian orang merasa curiga tanpa ada bukti?
Enggak boleh. Begitu juga suami. Tidak boleh, ini orang terdekat ya. Tidak boleh buruk sangka kepada pasangan tanpa ada bukti. Cemburu boleh, cemburu tanpa bukti enggak boleh.
cemburu tanpa bukti namanya suudhon, bisa jadi cemburu dalam islam, boleh cemburu terhadap istri kita, boleh tapi menuduh, gak boleh karena itu suudhon kecuali ada bukti yang pasti berarti disitu bukan lagi suudhon kalau seandainya, maka Rasulullah mengatakan disini wa'iyakum wa'adhon fa'inna dhon akdhabal hadith Hati-hati kalian dari sangkaan Sesungguhnya sangkaan itu adalah Sejelek-jeleknya Sejelek-jeleknya ucapan Kemudian dikatakan disini Bagaimana disini contohkan Kita harus Membiasakan diri Untuk husnudon Karena terkadang Setan membisikkan yang jelek Maka harus kepada kita terkadang membiasakan diri untuk melakukan husnudhan contoh disini Rasulullah s.a.w mengajari kita untuk husnudhan dahulu Rasulullah s.a.w pada sahabatnya di riwayat oleh Bukhari sesungguhnya datang seorang laki-laki ke Rasulullah s.a.w mengatakan, إِنَّ مَرْعَاتِي وُلِدَتْ غُلَامًا أَسْوَاتًا laki-laki ini datang ke Rasulullah s.a.w langsung bilang, ya Rasulullah Sesungguhnya istriku lahir anaknya hitam. Raki-raki ini curiga. Aku putih, istriku putih, anaknya hitam.
Anak siapa nih? Curiga dia. Halaqa min ibil? Kata Rasulullah s.a.w. Kamu punya onta?
Iya ya Rasulullah. Apa warnanya? Hamar. Merah ya Rasulullah. Qala halfiha min awraqil ayat saud.
Qala na'am. Apakah dia ada? Kehitam ada, ada kehitam-hitamannya Ada ya Rasulullah Dari mana datang hitam ini?
Kata dia, kata sahabat ini Kamu ini sekarang, ontak kamu ada hitam-hitam dapat dari mana? Ya mungkin kakek-kakeknya ada yang hitam ya Rasulullah Begitulah anakmu Mungkin kakek-kakeknya ada yang hitam Di sini Rasulullah s.a.w. mengajarkan kepada kita Tidak bermudah-mudahan berburuk sangka Dalam liwat yang lain Dikatakan di sini من أسلم عن أسلم عن عمر بن خطب رضي الله عنه Dari Umar bin Khattab رضي الله عنه Datang seorang laki-laki di zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم Namanya Abdullah Namanya Abdullah Panggilannya Himar Apa arti Himar? Hah? Himar keledai Kalau Ahmar merah Himar وَقَانَ يُدْحِقُ الرَّسُولُ اللَّهُ صَلَّى اللَّهُ Dia dulu banyak membuat Rasulullah S.A.W tertawa Dahulu Nabi S.A.W pernah mencambuk dia beberapa kali cambukan Sampai suatu hari didatangkan lagi Karena minum khomar dicambuk lagi Lalu didatangkan lagi Dia minum khomar dicambuk lagi Sampai beberapa kali dia ketahuan minum khomar dicambuk lagi Sampai ada orang mengatakan Allahumma al-anfulan Ya Allah Allahumma al'anhu Ya Allah laknat dia Ma aksara ma yu'tabih Berapa banyak dia didatangkan untuk dicambuk Rasulullah dengar ini, maka Rasulullah mengatakan La tal'anuh fallahi ma alimtu Anna yuhibbullah wa rasul Jangan engkau laknat dia Sesungguhnya demi Allah Sesungguhnya demi Allah ma alimtu Yang aku tahu bahwasannya Dia mencintai Allah dan Rasulnya Riwayat Bukhari Bukankah minum khomar salah? Apa jawabannya?
Salah Sahabat ini minum khomar beberapa kali, didatangkan ke Rasulullah minum khomar beberapa kali. Dicambuk beberapa kali. Lalu ada sahabat yang lain mengatakan, Boleh tidak?
Tidak boleh. Dia minum khomar, haknya cuma dicambuk, bukan dilaknat. Ketika melaknat dia, berarti sudah menghukumi dia lebih daripada hukumannya. Rasulullah mengatakan, karena laknat itu adalah sesuatu yang memutuskan hubungan dia dengan Allah. Siapa yang paling terlaknat?
Iblis. Apakah minum khomer pantas untuk mendapatkan laknat sebagaimana iblis terlaknat? Tidak pantas.
Maka di sini kata para ulama, Rasulullah SAW tetap husnudhon kepada dia. Apa husnudhonnya? Dia minum khomer, datang ke Rasulullah. Minum khomer, datang ke Rasulullah. Kalau seandainya dia tidak beriman, minum khomer tidak usah datang ke Rasulullah.
Berapa kali dia datang berarti menunjukkan dia itu cinta Allah dan Rasulnya. maka disini kata Rasulullah sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasulnya dikatakan lagi disini ada beberapa sebab yang menyebabkan kita bisa banyak berhusnudon yang pertama, sebab-sebab agar kita bisa berhusnudon terutama kepada Allah, kepada syariat Islam dan kepada kaum muslimin Yang pertama adalah doa. Hati milik Allah yang membalikkan Allah.
Yang menyusup ke dalam hati pun terkadang bisikan-bisikan syaitan. Yang bisa melindungi kita adalah Allah. Rabbana, apa dalam Al-Quran itu? Ketika muhajir. Dan orang-orang yang setelah mereka datang mengatakan Ya Allah jangan engkau jadikan di hati kami ini gil Penyakit hati Termasuk gil kata para ulama itu su'udhon Maka kalau kita suka berperasangka buruk tanpa ada bukti dan tanpa ada korinah Banyak doa kepada Allah Fala taj'al fi qulubina ghillalilladhina amanu Ya Allah jangan engkau jadikan hati kami itu ghill Ghill bisa diartikan kedengkian Bisa diartikan kebencian Bisa diartikan su'udhon Bisa diartikan dengan hasad Yang pertama itu adalah doa kepada Allah subhanahu wa ta'ala Agar Allah Sebagaimana Rasulullah s.a.w juga Memohon kepada Allah agar diberikan Rizki di dalam hatinya keselamatan yang kedua kalau kita agar bisa mampu terhindar dari su'udhon adalah bawa ucapan manusia kepada kebaikan semampu kita dikatakan disini berkata Imam Syafi'i Suatu hari ada orang datang ke Imam Syafi'i Ketika itu Imam Syafi'i sakit Maka datang orang kepada dia untuk menjenguk dia Maka orang ini berkata kepada Imam Syafi'i Ketika dia menjenguknya Qawwalahu da'afak Semoga Allah memperkuat lemahmu Kalimatnya benar apa salah sih?
Semoga Allah memperkuat lemahmu Yang diperkuat apa sih? Lemah. Berarti tambah lemah maksudnya. Semoga Allah memperkuat lemahmu. Berkata Imam Syafi'i, kalau seandainya lemahku bertambah kuat, aku akan mati, kata Imam Syafi'i.
Nah, Imam Syafi'i membawa ucapan dia ini, ucapan yang salah omong. Maksudnya seperti itu. Ini orang datang untuk jenguk.
Pastikan inginnya baik, bukan menginginkan doa kejelekan. Ketika dia salah ucap, semoga Allah memperkuat lemahmu. Maksudnya adalah, semoga Allah memberikan engkau kekuatan yang tadi engkau lemah. Kata Imam Shafiq, kalau seandainya Allah memperkuat lemahku, tentu aku akan mati, kata Imam Shafiq. Disini dikatakan bahwasannya, maka berkata orang tadi, ma'aratu ila khair, wahai imam tidak ada yang inginkan kecuali kebaikan.
Berkata imam syafi'i, a'lam anna kalausababu tani ma'aratu ila khair. Aku tahu, kata imam syafi'i, yang kau inginkan kepada aku tidak lain kecuali kebaikan. Bawa ucapan-ucapan atau kemungkinan-kemungkinan yang jelek, kalau kita sudah lihat dohirnya baik, maka bawa kepada kebaikan. Ini dia.
Jangan ada... Kesalahan yang masih mungkin dan belum pasti kita yakinkan kepastiannya dan kita lupakan kebaikan orang tersebut. Itu salah.
Seorang muslim harusnya dia malah membawa ucapan-ucapan dan keadaan-keadaan saudaranya dalam kebaikan. Di whatsapp, kirim whatsapp, gak bales-bales. Apa yang dipikirin?
Ini orang sombong amat sih gak mau bales whatsapp. Coba pikirnya positif. Nanti gak tau dia lagi ngapain di sana.
Enggak, karena lihat dia online. Apakah online pasti dia pegang HP? Apa jawabannya?
Bawa kepada yang positif. Ini belum apa-apa, baru lihat online, SMS sana gak dibalas, WhatsApp sana gak dibalas, langsung blokir. Masya Allah.
Kenapa nanti blokir dia? Dia online gak bales sana. Subhanallah.
Bawa kepada yang positif. Apapun masalahnya, kalau kita tahu dia orang baik, hukum asalnya kita berhukum dengan dia kebaikan. Ini kita bilang tadi, syarat tadi tiga.
Orang muslim yang enggak berlaku dosa besar dan jangan sampai menuduh, hukum asalnya kita bawa segala perkara yang mungkin jelek bagi dia, kita bawa kepada kebaikan. Jangan malah kita bawa kepada kejelekan. Mungkin masalah-masalah. dalam masalah-masalah keseharian sama ini orang kalau minjem sama Ana luar biasa cepetnya ini udah tanggal 2 nih belum masuk-masuk juga ke Ana langsung mikir apa?
wah berarti dia gak bayar padahal belum klarifikasi, coba tanya kenapa? I think belum padahal udah jatuh tempo kalau belum ada korinah Jangan berikan hukum Kembali kepada hukum asal Orang muslim hukum asalnya adalah Baik Orang islam hukum asalnya baik Ini kata Sheikh Kata dia disini Bawalah ucapan-ucapan itu kepada yang mungkin Coba berkata Ibn Sirin Yang ketiga Yang kedua tadi Ucapannya dibawa kepada yang baik Yang ketiga Cari buat saudara kita itu uzur. Uzur. Jangan kita perasaan kajal dulu.
Mungkin ada uzurnya. Ini anak kemarin ikut kajian sama anak. Awal-awal bulan ikut kajian terus.
Bulan kedua ikut kajian terus. Sekarang enggak pernah ikut kajian lagi anak lihatnya. Oh, futur dia anak.
Langsung. Fonis apa? Futur.
Antum udah datang? Belum. Udah SMS? Belum. Udah lihat?
Belum, udah tanya? Belum Tahu dari mana? Iya pokoknya Ustaz Bawa kepada yang uzur Oh mungkin Oh mungkin sakit, mungkin sibuk Mungkin ada urusan Berkata Ibn Sirin Jika sampai kepadamu Tentang berita saudaramu Sesuatu yang tidak disukai Maka carilah uzur untuk dia فَإِلَّمْ تَجِدُ Kalau engkau tidak dapat uzur untuk dia, فَقُلْ Maka katakan, لَعَلَّهُ أُذْرًا لَعَعْرِفُهُ Kayaknya dia punya uzur yang aku tidak tahu.
Berkata Ibn Sirin. Dikatakan di sini, bahwasannya ketika berperasangka buruk yang menyebabkan sempitnya hati, menyebabkan sedih, apalagi rumah tangga. yang sering terjadi adalah pernikahan baru nikah si istri kan di rumah gak sibuk dengan banyak kerjaan si suami di kantor banyak kerjaan yang gak banyak kerjaan pasti mikirin si suami ya tidak dia pegangin hp, kapan nih bunyi hp si suami banyak kerjaan jangan kan pegang hp pikirin kerjaan aja di kantor mungkin belum selesai-selesai Biasanya pengantin baru, begitu sampai rumah, buka pintu langsung cemberut. Si suami bingung, kenapa cemberut? kamu hari ini gak hubungin aku, udah lupain aku ya, subhanallah apakah harus seharian mikirin kamu kerjaan di kantor banyak akhirnya apa?
terjadi pertikaian, kata para ulama disini cari uzur cari uzur, yang ketiga, yang keempat yang keempat diantaranya adalah تَزْنِبُوا الْحُكُمُ عَلَىٰ نِيَاتٍ jauhkan hukum dari niat seorang Artinya, jangan kehukumi hati orang Kita tidak tahu hati orang Ini dalilnya adalah hadith Usama bin Zaid tadi Ketika Usama bin Zaid Dia bersama seorang sahabat ansar Ketika ada orang musyrikin Yang ingin terpojokkan Dan terpojokkan ingin dibunuh Ketika sudah ingin terbunuh Usama bin Zaid membunuh dia Sementara dia mengucapkan La ilaha ilallah Maka Rasulullah mengatakan, أَقَوْتَ الْتَوْا بَعْدَ مَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَى اللَّهِ Apakah engkau membunuh dia setelah dia mengucapkan لَا إِلَى اللَّهِ يَا رَسُولُ اللَّهِ إِنَّ مَا كَانَ مُتَعَوِّذًا Ya Rasulullah, dia mengucapkan لَا إِلَى اللَّهِ itu cuma cari perlindungan supaya tidak dibunuh. فَقَرَّرَ عَلَيَّ Rasulullah terus-terus mengulang kepada aku. Hadis dari Bukhari.
Di sini kata para ulama, dalam sebuah riwayat yang lain, Rasulullah mengatakan, Apakah engkau telah membelah dadanya? Jangan kita pernah menghukumi apa-apa yang ada di dada manusia. Kita gak tahu dadanya.
Kita hanya hukumi orang itu dohirnya, ucapannya. Kalau dia datang sama kita, dia bilang maaf ya, anak gak sempat. Jangan kita hukumi dadanya.
Ah paling nanti bohong. Jangan, itu sebab suudon. Hukumi orang itu sesuai dohirnya. Apa dohirnya? Apa yang terucap.
Apa dohirnya? Yang dia nampak. Apa dohirnya? Apa yang dia buat. Dan itu hukum asal, kecuali kita punya bukti korinah-korinah yang keluar dari hukum dohirnya.
Maka itu para ulama hadith, para ulama hadith mengapa tidak mengambil orang yang pernah berdusta? Padahal berdusta sekali, tapi hadith semua tidak diambil. Karena kata mereka, satu kedustaan ini korinah, tanda bahwasannya yang lainnya mungkin dusta. Apakah pasti?
Tidak. kemungkinan dusta, kemungkinan dusta tidak boleh dijadikan sandaran hukum dalam hadis maka itu hadis-hadis sahih hadis-hadis yang betul-betul sahih dari Rasulullah SAW, itu hadis-hadis yang ketat dari Rasulullah SAW, orang yang mungkin dusta saja, tidak akan diterima hadisnya berikutnya, agar kita terhindar dari su'udzon ingatlah bahwasannya, su'udzon itu mengantarkan kejelekan-kejelekan dan mudorot pertikaian Permusuhan, kesempitan hati, dosa, bahkan mengantarkan kepada tajassus perkara yang Allah murkai Yang akhirnya mengantarkan kepada kebencian Itu harus dihadirkan dalam hati kita agar terhindar daripada perbuatan atau suudon kepada orang lain Berkata para ulama, sebagian para ulama mengatakan Salah satu orang suudon, buruk sangka kepada orang lain karena pada hakikatnya dia sedang menilai dirinya sendiri paham maksudnya? dia zu'udzon kepada orang lain kata para ulama itu bisa jadi karena dia sedang menilai dirinya sendiri artinya kalau dia ada di posisi itu biasanya dia seperti itu maka dia menilai orang lain dengan kacamata dirinya maka orang yang bisa terhindar dari zu'udzon hindarkan perbuatan jelek dari diri kita Ketika ada orang bilang sama dia, afwan, anak gak bisa datang, anak sakit. Dalam diri dia apa? Ente bohong.
Kata para ulama, bisa jadi dia menghukum orang bohong, karena ketika dia dalam posisi itu dia berbohong. Maka dari itu, salah satu cara untuk menghindarkan su'udhon, kata para ulama, hindarkan sifat jelek dari diri kita. Karena kalau kita sendiri jelek, kita akan menganggap orang lain sama seperti kita, jelek juga.
Ini beberapa... Beberapa sebab yang bisa membantu agar terhilangnya su'udhon kepada orang lain. Masalah dhon, sangkaan dibahas dalam masalah-masalah Islam, karena ini pokok dari adab dan akhlak. Kenapa orang bisa menggibahi orang lain?
Karena su'udhon. Kenapa orang bisa tajassus mengintai orang lain? Karena su'udhon.
Kenapa orang bisa saling benci? Karena su'udhon. Kenapa orang bisa saling musuh? Karena su'udhon.
Kenapa orang bisa saling mencintai? Karena husnudhon. maka itu pembahasan su'udhan dan husnudhan dibahas sebelum membahas adab-adab dan akhlak yang lainnya karena dia motor pendorong untuk melakukan kebaikan atau dia bisa jadi api penghancur menyebabkan permusuhan dan dosa Allahu'alam, sudah jam 5 lewat 15, pertemuan kita mungkin ada beberapa menit, ada pertanyaan dipersilahkan ada pertanyaan bagi ikhwah atau bagi akhwat Ustaz, apakah benar salah satu sinyal dari istigharah kita, kita dipersulit menuju ke yang kita mau, niatkan, jazakallah khair. Betul, salah satu sinyalnya. Tapi itu bukan berarti langsung lampu merah, ada akhwat.
Kita lagi PDKT, udah dapet biodatanya. Begitu udah dapet biodatanya, ternyata ada sebuah kesulitan. Nah kesulitannya sebesar apa? Kalau kesulitannya hanya sekedar wajar, orang tua antara orang tua, antara keluarga, ada sesuatu yang perlu dirembukkan, lalu terjadi sebuah masalah, itu masih kesulitan yang wajar. Bagaimana sih nyalirnya, Ustadz?
Sinyalirnya mungkin, sampai kalau kesulitan itu melanggar syariat, itu sudah tanda, sinyalir bahwasannya ini bukan yang baik buat kita. tapi kalau masih ada kesulitan yang wajar tidak melanggar syariat itu bukan kesulitan namanya perjuangan harus diperjuangkan jangan sedikit-sedikit dapat sulit, oh ini bukan Ustaz sulit-sulit sedikit ini bukan Ustaz kapan nanti dapat kalau gak berjuang harus berjuang tapi mungkin terkadang perjuangannya Ustaz bapaknya belum ngasih izin Ustaz berarti ini sinyalir istiqorohan tadi jawab Ustaz belum tentu coba nanti bawain buah bapaknya Deketin berapa nya? Apa yang bisa kita berikan, berikan kepada dia.
Sampaikan apa yang kita inginkan. Bisa jadi dia lunak. Karena itu bisa jadi.
Lalu bagaimana Ustadz? Sinyalir bahwasannya itu jawaban istiqaroh bahwa dia dipalingkan. Bisa jadi satu sampai perkara yang haram.
Ini sudah. Berarti kemungkinan apa? Ini sinyalir adalah gak baik. Jangan sampai melakukan yang haram.
Bisa jadi itu jawaban istiqaroh kita. Allahuakbar. Jika diantara para ulama saling mentahdir, apakah yang mentahdir tersebut bersuudzon kepada orang yang ditahdir? Saya khawatir yang bertanya suudzon kepada ulama. Jangan suudzon kita sama ulama.
Ulama itu ulama. Ulama itu tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Kalau seandainya ada pendapat dia yang salah, atau tidak tepat, atau tidak sesuai kenyataan, kita katakan mungkin berita yang sampai kepada dia yang salah bukan ulama'nya yang salah maka hukum asal, kalau memang dia ulama' robbani ulama' yang betul-betul robbani perkataannya adalah benar, artinya perkataan dia adalah jujur, hukum dia adalah hukum yang benar, tidak boleh kita seudon dengan pendapat para ulama' ketika dia mentahdir ulama' yang lain mungkin ilmu yang ada pada dia yang kita belum tahu Bisa jadi ilmu itu kita belum tahu. Kita menganggap benar, padahal kita belum tahu. Bisa jadi yang ada pada dia lebih benar.
Dan kita tidak boleh suudhon kepada ulama. Allahualam. Dan apakah kesombongan menghinggapi orang yang mentahdir?
Ya, sekali lagi saya katakan. Tahdir mentahdir itu tidak mutlak kita harus ikut. Juga tidak boleh kita mengatakan suudzon secara mutlak, yang mentahdir pasti iri, yang mentahdir pasti dengki, yang mentahdir pasti salah. Tidak bisa.
Lalu bagaimana sikap kita tolabul ilmi, Ustaz? Sikap kita tolabul ilmi belajar. Sikap kita tolabul ilmi perbaiki ibadah kita. Sikap kita tolabul ilmi, ku anfusakum wa ahlikum nara.
Jaga diri kita, jaga keluarga kita. Yang belum sampai kepada pemahaman kita, ya kita biarkan kepada Allah. Nanti Allah akan buktikan, ingat. Tadi sudah kita katakan dalam hadis, Barang siapa mencari-cari kesalahan orang lain, Allah akan cari-cari kesalahan dia.
Barang siapa yang Allah cari-cari kesalahannya, Allah akan bongkar walaupun dia mau tutupin bagaimanapun. Kita sabar saja. Jangan ikut-ikutan lama-lama Allah bongkar siapa yang benar siapa yang salah Itu harus sesikap kita Seorang tolabul ilmi, seorang penuntut ilmu Sibukkan dengan dosa kita Sibukkan dengan diri kita Sibukkan dengan kekurangan kita Ada pun kekurangan mereka Maka Allah akan membongkarnya Allah tidak akan menyutupi dosa sampai Allah subhanahu wa ta'ala Bongkar itu dari orang tersebut Pak Ustadz ketika kita sudah melakukan kesalahan Dan sudah mulai bertobat Sedangkan kesalahan kita sudah diketahui Pak Ustadz ketika kita sudah melakukan kesalahan dan sudah mulai bertobat Sedangkan kesalahan kita sudah diketahui oleh teman-teman di lingkungan Dan dari situ kita insya Allah sudah tidak berbuat kesalahan Dan ada salah satu teman kita mencari tahu kesalahan kita lainnya Bagaimana sikap kita dengan orang tersebut Terima kasih Buktikan bahwa kita telah berubah Bagaimana sikap kita?
Buktikan kalau kita sudah berubah Buktikan akhlak kita sudah berubah, buktikan ibadah kita sudah berubah, buktikan pergaulan kita sudah berubah, dan itu butuh proses. Membersihkan sesuatunya yang tadi dianggap kotor, itu tidak serta-merta langsung bersih. Butuh proses untuk membersihkannya.
Bagaimana cara membuktikan dan membersihkannya? Dengan amal, dengan perbuatan sehari-hari, itu merupakan bukti kita. Jadi sabar. Sampai Allah SWT nampakkan bahwasannya kejujuran kita dalam berubah, itu akan Allah nampakkan juga kepada yang lain. Allah alam, mungkin ini saja kita sampaikan.
Kurang lebih mohon maaf. Subhanakallahumma wabihamdi subhanallah ilahi lantan. Astagfirullahaladzim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.