Transcript for:
Makrifat dan Keimanan dalam Islam

Sallallah ala [Musik] Muhammad sallallah alaihi wasallam. Dajjal ini mainannya apa? Mainannya mutar balik makrifat. Makrifat surga neraka. Maka disebut oleh Nabi surganya neraka, nerakanya surga. Apinya air, airnya api. Sesatnya itu benar, benarnya itu sesat. Lurusnya itu bengkok, bengkoknya itu lurus. Itu dia itu si Dajjal. Gimana cara memahami itu? Bukan dengan latihan fisik, kan. Sekarang orang untuk menghadapi Dajjal latihan fisik. Saya suka main panahan itu olahraga saya itu main kuda senang kita ya boleh kita adu pacu entar kalau masih ingat caranya ya di tempat beliau ini ya dulu masih bisalah beberapa ya butuh bukan itu kalau latihan begitu itu kalah kita sama apa? Kalah kita kalau fisik kita kalah sama siapa? Sama binaraga, sama bokser ya, sama pesilat. Kalah kita kalah. Pasti yang membuat kita beda dengan tentara dajal apa? Makrifatullah. Mengenal Allah Subhanahu wa taala. Enggak ada lagi. Karena Nabi mengatakan, "Mak, kamu kalau ketemu Dajjal merasa masih beriman, tapi imanmu sudah berubah." Nabi ngomong tuh, "Gimana cara biar selamat itu?" Ada orang yang sudah dibelah badannya jadi dua. Ketika dihidupkan lagi, apa kata dia? Sebenarnya saya tambah yakin Rasulullah itu sungguh benar bahwa engkaulah dajal yang dimaksud. Habis dibelah badannya digergaji. Jadi dajal itu dapat asma menghidupkan yang mati, mengendalikan hujan. dapat asma dia. Walaupun yang dia hidupkan itu bukan manusia, tapi itu jin atau apalah kita enggak tahu, enggak ngerti. kita sakti nanti antum kira dajal itu mahd orang-orang nanti akan mendaulat dajal itu al imam alahdi almuntazar yang ditunggu-tunggu karena dia bisa ngomong makrifat juga gawat tuh [Musik] Lama-lama dia bilang, "Anallah, aku Allah." Lama-lama begitu dia ngomongnya. Bahaya benar. Maka Imam Ghazali berpesan di kitab ini, "Harus baca kitab al-iiktisad fil Itiqad. Kalau enggak bisa baca mukadimah ihya tentang akidah." Cukup. mesti kuat akidahnya ya. Enggak ada yang ngantuk ada [Tepuk tangan] di almun alqadir fqal ibad. Lihat langit. Langit ada tiang enggak? Kok enggak runtuh? Siapa yang mengangkatnya? Allah. Di sana Allah sudah tulis rezeki kita. Imam Ghazali dalam syarah Asmaul Husna judulnya al-maqsad al-asna fi syarhil asmail husna. Kata beliau, Arraazzaq Allah yang maha berezeki. Maknanya dua, rezeki zahir, materi atau batin. Inmateri. Rezeki zahir minum, makan, menikah, mobil, rumah. Sehat. Sehat enggak nih? Sehat ya. Alhamduillah. Walaupun hujan-hujan begini ini biasanya hujan kadang-kadang deres banget malam ini nungguin Pak Kasad ya. Saya kaget buat tasbih dia bukan buat bedil buat tasbih di ke mana-mana. Semoga beliau ikhlas ya. Amin. Amin ya. Biasanya sudah punya mursyid tuh begitu itu biasanya tapi belum bercerita sama saya ya. [Musik] Ini langit yang di atas kita disebut samaud dunya, langit bumi, langit dunia. Hati-hati di situ ada kerajaan setan. Dulu setan itu bisa tembus sampai jauh dan mereka punya tempat nongkrong ya. Kafah kalau bahasa sekarang nongkrong dia. Ngapain dia nongkrong? Dengerin gosip makhluk langit. Kok dia bisa tahu? Karena dulu rajanya setan alias iblis yang bernama ada nama pangkatnya di surga Harit. Ada nama malaikatnya Azazil. Itu nama malaikatnya itu. Tapi nama aslinya bukan. Itu nama aslinya Ihyas atau Iyas. di kitab tuh Iyas yang berputus asa. Bukan Ilyas bukan aisun berputus asa. Ada yang bacanya Ahyas. Ihyas. Saya enggak tahu mana yang tepat ya. Tapi kalau dalam bahasa Arab ini kan bahasa lama sebelum bahasa Arab malah. Ternyata dulu terjadi kiamat meteorun itu semua jin itu bertumbuh fisik disebut bandul jan. Mereka enggak boleh lagi nginjak bumi. Maka mereka pindah ke pohon-pohon, ke gunung-gunung, ke laut-laut. Nek di laut selatan ada. Hm. Bukan ada yang ngomong. Kalau ke gunung ada lagi. Kalau ke pohon ada lagi. Itu bukan khurafat. Itu asli. Cuma dalam bahasa lokal disebut dengan nama yang berbeda-beda. Tapi ingat, mereka sudah tidak punya hak menjadi khalifah di muka bumi. Maka kita enggak boleh takut sama mereka, tapi enggak boleh takabur juga. Cuk biasa aja lu, lu gua-gua selesai. Ya, ini wilayah kami. Jangan ganggu. Gitu aja. Udah. Nabi Adam turun itu sudah kisah panjang, sudah ribuan tahun kejadiannya di surga. Ternyata iblis dulu namanya siapa? Iyas atau Azazil. Dia setiap naik pangkat itu diajarkan zikir oleh Jibril dan semua malaikat naik ke langit dua, langit ke langit tiga, suluk berkhalwat di setiap langit. Canggih enggak? Canggih. Antum belum ada yang naik ke langit kan? Maka sama iblis gampang diapa-apain. Itu sebabnya belajar zikir mesti pakai mursyid supaya enggak dimursyidin setan. Wajib hukumnya. Saya saking takutnya diganggu itu, maka bermursyid dan mursyid saya banyak sampai sekarang. Separuh masih hidup. Dan tidak hanya satu tarekiat saya belajar banyak tarekiat ya. Kapan boleh pindah tarekiat? Kalau sudah diijazahin guru. Belum diijazahin guru yang pindah-pindah dulu ya. Kecuali emang antum istikharah hasilnya ganti enggak apa-apa. Saya dijazahin guru saya baru kemudian belajar tarekat yang baru. Dijazahin lagi baru saya pindah ke tarekat yang baru. Kayak gitu metodenya ya. Jadi sampai hari ini masih kolektor zikir aurat dan wirid makrifat ya. Masih masih kalau ketemu siapa aja saya belajar ya. Tayb itu malaikat berapa tahun sampai ke sana? Imam Thabari saya sudah sampaikan di berbagai majelis 18.000 Ibu berzikir berkhalwat berarti suluknya lebih lama ya. Ada yang pernah zikir 18.000 tahun? 18.000 tahun ini bukan 18.000 kali zikir. Ada yang zikir 18.000 tahun baru 18 menit ngantuk. Ya, ini saya suruh zikir belum 5 menit sudah hilang dia. Tapi hilangnya rohaninya terbang, matanya tidur, hatinya tidak tidur. Benarlah kata Nabi. Ya, Nabi kan ngomong al- ulama warasatul anbiya. Ulama pewaris para nabi. Nabi itu matanya tidur, hatinya tidak tidur. Siapa tahu ya itu mesti diturunkan ke wali-wali. Santri-santri zikir mesti merasakan itu walaupun sekali seumur hidup. Karena itu warisannya nabi mesti merasakan itu. Mata tidur tapi hati enggak. Antum harus ngalamin itu nanti. Dan itu maharnya zikrullah. Maharnya apa? Zikrullah. Kita lanjut dulu ya. Di langit almuqaddar fiha arzaqul ibad. Di langit itu Allah sudah takar rezekinya hamba. Maka rezeki kita bukan di tempat kita bekerja. Rezeki kita bukan oleh orang tua. Rezeki kita bukan di penguasa. Rezeki kita bukan pada para pedagang. Rezeki kita ada di langit. Sudah ditulis. Saya menyampaikan kisah biasanya untuk bab ini. Murid dari Rabiatul Adawiyah namanya Rabiatul Bashriyah. Biasa perempuan di mana-mana selalu galau masalah rezeki. Apa yang dimakan besok nanti anaknya kalau lahir sekolahnya pakai apa. Pasti itu jadi polemik di mana-mana. Walaupun Ning atau Bu Nyai. Kalau di Sunda nyebutnya kalau Ning apa? Nyina. Nyai Nina. Nyai na ya walaupun dia nyai nyai na nyai ha nyai itu sama sama semua urusan begitu semuanya sama. Ini Rabiatul Bashriah murid wali kutub. Murid wali kutub masih resah. Risau kata jemaah tabligh nih. Risau ya. Yang dirisaukan bukan gimana ngumpulin umat ke masjid. Yang dirisaukan besok makan apa. Sampailah wiridannya baca surah azzariyat. Wafisama rizquukum w tuadun. Terhentaklah basriah ketika dengar dan baca ayat ini. Oh, di langit sudah dijamin ya. Di langit ada rezekimu. Waisama rizukum w tuadun. Dan semua yang dijanjikan untukmu. Percaya enggak sama Al-Qur'an? Percaya. Benar. Antum enggak usah khawatir besok makan apa. Yang penting kerja-kerja. Ambil asbab rezeki masa depan kita serahkan kepada pemilik langit dan bumi. Insyaallah kawan saya pemilik apa namanya? Kalau mobil ngumpul-ngumpul banyak tuh apa namanya? Pura-pura bego ya. Showroom. Kata orang kalau lagi musim pandemi banyak yang tutup dia malah nambah dua. Saya juga bingung. ketemu dia. Hm. Kan banyak yang tutup tuh di Tanah Abang. Dia malah buka. Oh, berarti Allah lagi putar-putar rezeki nih. Ya, diputar aja. Alyyaum nudawiluha bainanas. Hari keberuntungan itu Allah gilir aja. Giliran dapat bersyukur berbagi. Giliran enggak dapat ya urut-urut dad lah. Tib. Jadi yakin kepada Al-Qur'an. Yakin. Jangan pernah meragukan rezeki dari Allah. Yang penting ambil asbabnya. Dagang-dagang, ngajar-ngajar, ngantor-ngantor, apa terserlah yang penting harus ada asbabnya. Selevel Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam itu tangannya cipnya surga. Fingerprint surga dia tangan Nabi. Wallahi apa yang beliau mau lewat tangannya selesai. Tapi ketika musim perang paceklik habis semua bahan Nabi mesti ada asbab. Maka dikumpulkan air, dikumpulin cuma saja satu satu gayung. Nabi begini kan keluar air dari tangannya. Tetap harus ada asbab kalau enggak nanti orang menyembah Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Sayidina Asa ketika ingin menyembuhkan orang enggak pakai asbab, enggak pakai obat, enggak pakai syariat. Kata orang Sunda, syariat ini bukan syariat bahasa Arab ya. syariatnya berobat apa. Ah, itu dia paham maksudnya ya. Iya. Ah, syariat itu asbab yang dimaksud di kitab ini itu mesti diambil. Kalau enggak nanti orang akan jumawah, "Ah, gua mah enggak perlu kerja, rezeki datang sendiri." Tuh, sombong dia nanti. Padahal pengin tawakal. Ya, yang ada namanya takasul, bukan tawakul. Malas bilang aja malas. Iya. Enggak usah bilang tawakal. Alladzi aunil qulubi wal albab. Yang me mindah-mindahkan yang merubah-rubah pandangan mata orang-orang yang memiliki kalbu wal albab. Dan intinya qbu. Jadi qolbu itu masih ada intinya lagi namanya fuad. Di dalam fuad ada lagi lub. Dalam lubanya sir. Itu Allah yang mindahin. Allah yang mindahin. Bukan guru, bukan mursyid. Tapi lewat murid mursyid mesti ada. Kalau enggak iblis itu yang bekerja ya. Dari mana kalbunya supaya pindah? Berpindah dari memandang makhluk, memandang asbab kepada pencipta asbab. Anulil wasiti wal asbab musabbibil asbab. Dari memandang nasi yang mengenyangkan. Ah, ini kalau masih mandang nasi yang mengenyangkan berarti akidahnya belum sahih secara ahlusunah. Tasawufnya belum tasawuf Imam Ghazali. Benar enggak nih? Ikut Imam Ghazali. Oke. Air yang menyegarkan atau Allah yang menyegarkan? Tapi mesti minum kan? Minum dulu ya. Bismillah Allah ketika terbersih di hati. Ini sudah inti kitab nih. Saya baru baca mukadimah, tapi inti kitab ini terbersit di hati saya bahwa yang menyegarkan itu air. Maka kata Imam Ghazali di dalam kitab ini, itu syirik yang tersembunyi. Syirik khafi. Gimana? makan terbersit bahwa makanan itu mengenyangkan itu syirik kfi. Terus gimana caranya? Maka bacalah ini. Jadi orang baca mukadimah Imam Ghazali sudah jadi wirid. Ini ini mukadimah makrifat. Makrifatut tawakul. Ini dia. Kalau orang sudah diberi makrifat tawakul, bertawakal, beralih pandangnya dari nasi yang mengenyangkan kepada Allah yang menciptakan nasi. Akidah ahlusunah ada satu kelompok lagi namanya Muktazilah. Jangan salah paham. Kelompok Muktazilah bilang Allah menitipkan rasa kenyang di nasi secara tabiat. secara hukum alam. Maka setiap orang makan nasi mesti kenyang. Karena tabiatnya nasi mengenyangkan. Hati-hati. Itu bukan ahlus sunah. Ti disebut dengan hukum thabi'i. Apa namanya hukum thaabi'i? Inilah yang dianut oleh para filosuf, oleh orang-orang fisika. Ini dulu yang diandut Ibnu Sina dan Al-Farabi Aristoteles. Ini yang dikritik oleh Imam Ghazali. Maka Imam Ghazali membersihkan akidah ahlusunah dari pandangan-pandangan filsafat yang menyimpang. Jadi filsafat ada yang menyimpang, ada yang benar. Jadi mana obat apa ada kesembuhan di obat banyak orang berobat kah sembuh. Allah tidak menitipkan kekuatan kesembuhan pada obat. Ini akidah ahlusunah. tidak menitipkan secara tabiat kenyang dalam nasi, segar dalam air. Kalau enggak percaya, lihat orang mau sakaratul maut, minumnya banyak enggak berhenti, tapi dia enggak segar-segar. Benar-benar [Musik] lihat di masa Rasulullah ada orang yang sudah membunuh banyak musuh di medan juang. Tapi Nabi bilang dia masuk neraka. Sahabat enggak ada yang percaya. Itu cuma urusan air. Air satu gelas enggak dapat. Dia bilang, "Aus, aus. Orang mau datang enggak kuat dia menahan sakit dan haus. Karena dia menyekutukan Allah dengan air. Maka saking enggak kuatnya, maka diambil. Itu bukan bedil. Belum ada bedil di sana. Itu namanya apa tuh? Pisau belati. Langsung dia tusukkan ke dalam jantungnya. Enggak sanggup menahan luka, tidak sanggup menahan haus. Karena dia menyekutukan Allah di dalam dirinya dengan air. Nanti ada masa hujan enggak turun-turun, paceklik di mana-mana, sawah-sawah tidak bisa menumbuhkan padi lagi. Jika kita menyekutukan Allah dengan beras, nanti datang Dajjal menciptakan beras. dia bawa makanan nanti kita berubah iman mau maka mulai sekarang saya mengimbau makan-makan aja makanya sekarang ini bukan bukan sok-sokan bukan tapi tahadus bin nikmah saya sudah jarang makan nasi lauknya masih mengurangi aja mengurangi mulai hambar makan it mulai hambar Kalau bukanlah karena badan ini butuh makan, saya enggak makan. Kira-kira begitu. Sudah mulai begitu rasa hambar mau makan. Tapi kadang-kadang balik lagi ke ahwal manusiawinya, makan lagi. Apalagi orang Sunda kan punya nasi enak tuh. Apa namanya? Siliwota. Ah, itu berarti arrozinya lagi muncul tuh. Alhamdulillah kemarin ya. Alhamdulillah. Seandainya enggak ada air, enggak ada nasi, terus ada orang bawa itu, berubah enggak keyakinan kita? Maka nanti ada masa kita kenyang tanpa makan karena sudah mengenal siapa yang mengenyangkan. Kita akan segar tanpa minum karena sudah mengenal siapa yang menyegarkan. Siapa itu? Allah. Itu makna kalam. Jadi Imam Ghazali buat mukadimah itu isinya kitab. Maka nanti mungkin malam ini cuma mukadimah aja kita baca sama loncat satu fasal ya enggak masalah. Seperti Ibnu Arabi setelah Ibnu Ghazali itu dia buat syair di setiap bab. Paham syairnya paham sampai ujung bab. Imam Ghazali ngerti kalau kita susah baca syair maka dia pakai natar prosiabbilamin. Maka saya sangat cinta kepada Imam Ghazali. Sangat-sangat cinta kepada Imam Ghazali. Dan saya sangat cinta kepada orang-orang yang mengajarkan kitab Ghazali walaupun dia anak muda. Sangat-sangat sangat-sangat takzim kepada orang yang khidmat kepada ajaran Imam Ghazali. Dan sangat sedih jika ada yang bilang Ghazali khurafat, Ghazali sesat, Ghazali enggak ngerti hadis. Ya salam yang ngomong begitu Sahih Bukhari belum khatam. Imam Bukhari khatam Sahih Bukhari dan wafat. Kitab Bukhari di dadanya. Oh, banyak hadis palsu. Bukan hadis palsu, ente yang enggak ketemu hadisnya. Saya ketemu hadisnya. Ini ahli hadis. Ini santri hadis saya. 4 tahun dia ngaji hadis sama saya. Makan lebih kan. Ngabdi beberapa tahun. Khatam hadisnya. Kalau mau nanya hadis, tanya dia aja. Hitungan menit bisa dikeluarin lengkap dengan kualitasnya apa insyaallah. Tanya aja deh baru tahu ya. Enggak usah jauh-jauh ke Syekh Albani, Syekh Umar Fahmi [Tepuk tangan] aja. Kenapa jadi tepuk tangan begitu? Bidah. Allahumma shi [Musik] ala repot dia habis ini ya lanjut baca [Musik] [Musik] bisa tah boleh khilaf Masyaallah. Allah ya. Syukran. Allahlah yang mengangkat himmah. Bahasa Arabnya himmah itu semangatnya rohani. Ingin mencapai makam yang tinggi disebut himmah. Contohnya nih kan lagi sibuk kerja nih terus ngomong, "Ya Allah, coba kalau saya libur saya akan ngaji kepada para ajengan, para kiai." Itu namanya himmah. Terus pas liburan malah nginap di vila. Berarti himmahnya jatuh gitu. Kata kawan, "Coba kalau saya kaya kaya saya akan bantu orang." Kayalah dia beli mobil lupa. Kejadian kan di salah satu wilayah di Jawa Timur mendadak jadi miliarder. Iya. Kejadian lupa. Kenapa enggak berbagi? berbagi, jadikan modal seharusnya, tapi mau gimana lagi? Nasi sudah jadi bubur. Benar ya? Kejadian biasanya begitu. Biasanya kejadian begitu. Itu himmah pengin mengamalkan suatu yang mulia ketika terjadi malah enggak melakukannya. Namanya sukut himmah. Gugurnya himmah ya. Ah yang mengangkat himmah itu siapa? Dari memandang makhluk anil iltifat ila maada. Lalu berpaling dari selain makhluk berpaling dari selain Allah. Itu pasti walimad ala mudabirin siwa. dan bersandar hanya kepada ee berpaling dari bersandar kepada selain Allah. Dulu saya pernah kerja dan saya mengira tempat bekerja itu yang memberi saya rezeki. Ada setahun saya dikontrak dulu. Ketika kontraknya habis itu saya ingat anak lihat wajah anak saya nangis. Ya Allah, bulan depan saya kasih apa anak saya makan. Padahal bulan depan belum nyampai, udah galau aja. Padahal belum tahu juga. Siapa tahu kiamat besoknya kan. Ini namanya tulul amal, tolol amal. Amal bukan amal. Amal itu angan-angan. Cocok logi. Siapa tahu kata tolol dari situ ya kan. Kiai-kiai kalau canda kan lucu-lucu. Tulul ente tulok belum jelas ada kok. Masih udah galau aja. Bahkan 1 detik setelah ini kita enggak boleh galau. Apalagi 1 hari, apalagi 2 hari, apalagi 1 bulan. Enggak usah dipikirin itu wilayahnya Allah. Wilayah Allah jangan coba-coba dimasuki. Masih gaib sama kita. La yamul gaiba illallah. Kecuali dikasih tahu disirkan Allah dalam kalbu kita. Jangan coba-coba masuk. Suatu kali Imam Abu Yazid al-Bustami wafatnya sama dengan Imam Muslim, pengarang Sahih Muslim 261 Hijriah. Beliau ini kan makmum biasa. Subuh enggak tahu nih Nahdiin pada subuh jemaah nih atau minimal di jam inilah sebelum syuruk lah ya. Insya insyaallah insyaallahnya kurang keras. Enggak yakin aneh termasuk kita ya. Subuh-subuh dia salat, habis salat dia zikir. Abu Yazid ini kalau zikir mesti sampai syuruk, sampai terbit matahari baru dia beranjak. Bahkan kalau lagi asyik makrifatnya diteruskan sampai ke duha. Lagi asyik diteruskan sampai zuhur. Melihat pola hidupnya begini, berarti dia kalau punya kerja kerjaannya ditinggal. Ini bukan untuk ditiru, ya. Ini Abu Yazid kan wali kutub. Antum wali kutubu kupret. Walidah wali-walidiah. Anda baru dengar Islam gitu. Imam masjid hafiz Quran, hafiz sunah, mengerti fikih, jago ilmu akidah. melihat dia. B Yazid biayqualum. Kamu makan apa hari ini? Ngejek. Orang kerja ke pasar ente di sini. Orang kerja di ladang ente di sini. Makan apa ente hari ini? Diejek sama tuan imam. Kalau Pak Imam nyebut isinya apa? Apa? Pangersa imam. Pangersa. Pangersa. Oh ya. Saya waktu di Sukabumi itu dipanggil pangersa. Kaget. Pangersa itu orang mati bukan? Bukan ternyata pengersa penghormatan yang mulia. Sempat kaget pangersa pangersa kirin almarhum. Salah paham saya. Harus kursus lagi. Pangersa imam ngomong, "Eh, Mbak Yazid, ente makan apa sarapan apa pagi ini? Orang kerja ente malah di sini." Kira-kira begitu kalau diterjemah. Abu Yazid itu sudah suruk langsung berdiri. Kata beliau, salat diimami oleh orang yang tidak percaya Allah yang menjamin rezekiku ke langit tidaklah sah. Maka aku ulang salat qadaan diqada. Salat jam itu juga, detik itu juga. Ini hukum makrifat. Ini fikih arifin namanya. Fiqhul arifin ini ketat. Saya enggak sanggup. Saya enggak sanggup mengikuti fikihnya para ulama arifin. Enggak sanggup kita. Saya masih pakai fikih mazhab Syafi'i. Saya enggak pernah keluar dari mazhab Syafi'i. Alhamdulillah sampai hari ini, sampai detik ini. Bahkan tadi kita ngambil sanad mazhab Syafi'i juga ya dari Abah ya. Biar sah jadi muridnya pesantren Fauzan. [Tepuk tangan] I. Imam Abu Yazid menganggap salat tidak sah dipimpin oleh orang yang tidak yakin bahwa Allah Maha Razak. berat gitu. Maka antum jangan sok-sokan ngomong makrifat lah. Ya, tapi harus mulai masuk. Karena syariat itu sempurnanya dengan makrifat. Harus mulai masuk. Enggak boleh. Enggak. dengan sedikit makrifat syariat sempurna. Sedikit saja seseorang yang merasakan lezatnya bermakrifat. Makrifat itu kan mengenal. Maka beban syariat langsung hilang. Karena kita sudah kenal siapa yang kita sayangi, maka berangkat pagi, pulang sore pun kita lakukan untuk menafkahinya. Kita sebut namanya is istri. Benar itu istri antum karena kenal nikah mah enggak kenal. Karena kenal tumbuhlah sayang. Karena sudah sayang muncullah pengorbanan. Kalau sudah berkorban, kamu di rumah aja, Dek. Biar aa yang bekerja. Cela global. Jangan tepuk tanganlah orang gombal kok. Kalau sudah begini tidak bersandar ke tempat pekerja, para kiai enggak bersandar ke pesantren, ya. Ya, mohon maaf gaji-gaji guru di pesantren, ya. Mohon maaf. Kalau tidak ada keberkahan di langit yang turun, itu guru-guru miskin semua. Tapi banyak ajengan-ajengan guru-guru berangkat umrah. Padahal yang kerja pagi pulang sore belum berangkat-berangkat umrah. Benar. Betul. Maka bedakan rezeki dengan gaji. Kalau rezeki temannya nih lagi ngantuk dia tuh. Jangan ganggu ya. Hayati lelah katanya. Cung aman C. Rezeki lebih umum daripada gaji. Kalau gaji terbatas, kalau rezeki tiada batas. Maka orang-orang yang sudah enggak memandang itu dengan baik, maka dia korupsi karena dia mandang gaji enggak cukup. Ustaz mau korupsi apa? Mau korupsi apa aja kan? Enggak ada. Enggak bisa korupsi. Korupsi kita. Korusif kita enggak bisa. Betullah. Nabi mengatakan innama buistu muallima mualliman muyira. Aku diutus sebagai mualim. Maka beruntunglah para mualim. Muyasir mualimnya enggak boleh saklep, enggak boleh killer. Mualimnya harus muyir, banyak rahmahnya daripada galaknya. Galak boleh namanya ketegasan, kewibawaan. Tapi rahmah harus di depan. Inna rahmati sabaqat qabi. Allah aja ngomong, "Rahmatku lebih dulu dari murkaku." Karena rahmat itu sifat zatnya. Sedangkan murka bukan. Ada enggak nama Allah gadban, gadub, mugib? Ada enggak? Kalau gffar, gffar, gfur, ghafir. Di Quran ada tiga. Ada kan tiga kan? Ghafir, gffar, gfur, pengampun, penghapus dosa-dosa kita. Tapi kalau untuk memarah enggak ada. Yang ada cuma muntaqim. Muntaqim itu maklum mawanqim kamu jahat Allah jahat. Dan bukan bukan itu terjemahannya salah itu. Allah kamu berbuat salah Allah akan balas kesalahanmu. Ya kalau Allah jahat kan sesat juga tuh terjemahan ya. Astagfirullahalazim ashaduala ilahaillallah asadu muhammadar rasulullah. Pulang syahadat. Ini adab. Adab. Kalau salah menyebut makrifat harus syahadat ulang. Enggak boleh, enggak harus syahadat. Salah nih nyebut tentang Allah. Allah enggak adil, langsung syahadate. Batal sudah itu. Abu Yazid seperti itu, tapi lebih tegas lagi. Dia kan pengin ngomong kan enggak enak ngajarin imam. Cukup dia mengatakan, "Oh, dalam hati Pak Imam, pangersa imam enggak percaya atau Allah jamin rezeki saya. Dia cuma percaya Allah jamin rezeki orang kerja. Padahal wama min dain fil ard illa alallahi rizquha." Apa dia enggak percaya ini? Itu pikirnya Abu Yazid. Abu Yazid ngomong saya mah hafalannya enggak bagus-bagus amat tapi ngerti ada ayat ini. "Tidaklah ada yang berjalan di muka bumi melata kecuali Allah menjamin rezekinya." Masa Pak Imam yang hafiz enggak ngerti ayat ini? Berarti dia kurang yakin. Sudahlah saya ulang salat aja deh. Gitu. Imam Abu maka jadi sufi itu berat. Sampai sekarang saya belum berhasil jadi sufi. Wallahi. Sampai hari ini saya belum berhasil jadi sufi. Saya cuma pecinta sufi. Jadi kalau ada yang nulis Assufia Rzi Hasyim, wah itu bagi saya itu penghargaan pujian yang enggak pantas karena itu gelar wali-wali arifin billah. Kecuali kelompok seberang. Hum. Menyebut sufi pakai kata dajal ya. Masa sufi disebut dajal? Itu penghinaan benar itu. Bagi saya sufi itu pasti wali. Enggak ada sufi yang dajal. Enggak ada sufi yang dajal. Enggak ada sufi yang fasik. Enggak ada. Kalau fasik, fasik aja bukan sufi. Sufi itu man kamula nisobu imanihi wa islamihi wa ishani. yang sempurna nak bagian Islam, iman, ihsannya baru sah disebut sufi. Saya belum sempurna lagi belajar pengin sampai kepada kesempurnaan. Tentu kesempurnaan hanya milik Allah. Maka ilmu makrifat sampai mati enggak ada habisnya. Masuk surganya mesti cari makrifat loh. Percaya enggak ayatnya apa? Wujuhu yaumaidinhabihair. Memandang kepada Allah itu makrifat. Seberapa makrifat dia di bumi waktu dia hidup? Sejauh itulah kemampuan yang mampu memandang kepada Allah Subhanahu wa taala. Maka wajib belajar makrifatullah. bukan sunat. Jadi belajar tawasauf itu wajib ngambil thiqah itu mal ma la yutimmul wajib bihi illa fahua wajib. Itu benar kaidahnya. Benar enggak? Mala yutimul wajib illa bihi fahua wajib. Nah, itu ada kok suatu kewajiban. Enggak mungkin kita dapat mencapai itu kecuali ada satu jalan. Maka menempuh jalan ini wajib disebut thiqah gitu. Jalan depan aja diperbaikin tiap tiap berapa bulan? Tiap 6 bulan. Masa tareqat kita enggak dibenerin? Maka meskipun sama-sama Naqsyabandi, sama-sama qadiri, zaman ini dan dulu harus ada revisinya ya. Mesti dibenerin. Orang dulu belum ada namanya kerja dari jam 0.00 sampai jam .00 belum ada. Maka sekarang para mursyid harus meramu kembali bagaimana zikir yang cocok untuk para karyawan, para teman-teman ini aparat ini biar enggak jadi keparat kan ya. Harus belajar ilmu ini. Maaf Pak Jon ya. Cuma yang berani ngomong gitu mancung enggak berani. Serius? Kita ini kan sama aja di hadapan Allah yang Allah pandangkan kalbu. Saya duduk di atas sekarang bukan bertis lebih tinggi. Enggak. Ini karena tadi sudah duduk sini aja mau turun enggak enak. Malu juga mau turun lagi. Tib. Kalau sudah begitu sudah enggak memperhatikan. Jadi batinnya tidak lagi mengertian makhluk. Matamu kepada alambunu kepada Rabbul Alamin. Begitu. Kunyahlah nasi. Tapi hatimu memandang yang menciptakan nasi. Dialah yang mengenyangkan. Bahkan kita mengunyah pun dia yang membuat kita bisa mengunyah. Benar enggak? Saya mau tanya lagi nih. Air sudah masuk, nasi sudah masuk. Siapa yang membagi itu di dalam? Hm. Antum pernah bagi enggak? Eh, si si si nasi kamu sini ya. Hm. Eh, air air enggak bisa. Kalau udah kebanyakan I pengin ke belakang. Benar. Enggak pernah meaf mencret enggak bisa nahan enggak tanda kalau kita tidak menguasai diri sendiri. Itu yang disebut Rabbul alamin. Dan saya di mana-mana nanya ini, Pak Ustaz punya ubat kan bisa nahan keluar enggak ubannya? Ban-ban jangan keluar dulu. Mau ngelamar orang nih. Bisa enggak anak-anak muda nih jerawatan bisa enggak nahan jerawat keluar? Enggak bisa. Sudah mulai keriput. Hm. Bisa enggak nahan keriput itu? Lalu siapa yang melakukan ini? Itulah yang bakal kita bahas nanti, ya. Nah, di sini ada kalimatnya. Falam yaudu ilman waahu main illa ilallahi khquha. Tidak ada satu biji zarah pun di alam semesta kecuali Allahlah yang atur penciptaannya. Tidak ada satu biji zarah, satu kecil pun. Ya, kecil pun tidak ada yang sanggup kecuali hanya Allah. Maka uban kita, apapun di badan ini semuanya Allah Subhanahu wa taala. Berarti ada enggak di tubuh saya, di tubuh antum semua dari ujung rambut sampai ujung kaki Allah tidak urus? Ada enggak? Enggak ada. Demikianlah dekatnya Allah kepada kita. Kalau saya pegang-pegang ini, berarti saya dekat enggak sama barang ini? Allah bilang, "Itu kalbumu aku yang bolak-balik." Berarti dekatnya Allah QBU sedekat benda dibolak-balik oleh tangan. Tapi kata Imam Ghazali, cukup sampai di situ. Jangan dijelaskan lagi ya. Enggak boleh diterusin. Berarti sudah dong ngajinya ya. Wakil. Ketika orang bermakrifat mesti ada zikirnya. Maka mustahil orang ngomong makrifat enggak punya wiridan. Ngomong makrifat ngerocos tapi enggak salat. Enggak mungkin. Dia ngomong makrifat tapi enggak punya wirid. Enggak mungkin. Mesti ada wiridnya. Dan wiridnya orang bertawakal itu dua. Hasbunallah wanal wakil dan yang kedua lailahaill illallah. Dan teman-teman pasti sudah dapat sanad talkinnya. Bagaimana cara menghentakkannya dalam kalbu kok dari puser ke ubun-ubun ke bahu kanan dihunjam ke jantung. Kan mirip-mirip sama agama sebelah tuh ya. Ya, plus tapi panjang ke bawah. Ya, enggak beda ini beda. Kenapa mesti pakai titik itu? Supaya pikiran enggak liar. Maka dibatasi dengan titik-titik latifah. Itu namanya titik latifah. Puser sama dada ini. Ini sama-sama disebut akhfa. puser dan dada ya. Tapi sebagian orang coba gelitikin pusernya merinding enggak badannya? Maka sebagian ulama kita mengatakan ubun-ubun dan puser itu satu titik. Maka kullu jasad zikir kullu jasad bisa dimulai dari ubun-ubun, bisa dimulai dari puser secara fisik. Nah, itu perbedaan ahli tareqah ya. Perbedaan manhaj. Makanya dimulai zikir lah dari bus digetarkan dari situ. Masuk ke alam ini. Ini alam apa di sini? Alam khayal. Alam pikiran. Supaya pikiran kita tidak memikirkan. Maknakan dibawa ke bau kanan supaya dia bisa seperti orang kalau mau ee memukul dia perlu ini enggak? Tarik ke belakang enggak? Nah, itu namanya apa tuh? Ancang-ancang. Ancang-ancang. Jadi dibawa ke kanan itu ancang-ancang. Ngawahan. Ngawahan. Ah, dapat kosakata baru lagi. Dia ngawahan untuk dihentakkan ke dalam jantung supaya tembusnya tidak hanya di jantung tapi masuk ke dalam kalbu. Itulah zikirnya Syekh Ahmad Khatib Sambas. Qadiriah naq syabandiyah sudah tenang kalbunya dihentak cukup zikir kfi habis kalimah sisalah ismul jalalah Allah ya. Kemudian Allah-All ini diturunkan lagi jadi hasbunallah wanikmal wakil.