Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh selamat datang kembali di guru gembel channel waktu saya SD kelas 4 atau kelas 5 saya mendapatkan sebuah ulangan yang sampai sekarang sangat memorable memorable sangat dikenang, sangat diingat yaitu ada soal ipa 10 biji yang saya isi dengan saya sangat percaya diri saya yakin pada waktu itu saya mendapatkan nilai sempurna tetapi ketika nilai soal dibagikan hasilnya tidak sempurna yaitu hanya 9,5 Saya kok bingung kenapa cuma 9,5 ternyata ada soal nomor 4 atau 6 ya Soal nomor 6 yang ternyata nilainya cuma setengah Pas dicek itu disitu ada pertanyaan Jelaskan bentuk paruh burung burung pemakan daging begitu ternyata jawaban saya itu dianggap keliru atau setengah ketika saya menjawab membengkok ke bawah emang apakah bentuk paruh burung pemakan daging yang membengkok ke bawah saya pikir jadi Jadi saya nanya ke ibu guru, protes pada waktu itu istilahnya. Ibu guru maaf, kenapa nilai saya di sini setengah? Padahal jawabannya benar, bentuk paruh burung membengkok ke bawah. Lalu si ibu guru mengatakan dengan tenang bahwa iya cuma setengah, karena jawabannya harus dua. Yaitu melengkung dan kuat.
Terus saya pada waktu itu juga rada komplain sedikit. Ibu maaf, kan kuat itu sifat, bukan bentuk. Kan ditanyakannya bentuk paruh burung pemakan daging. Terus si ibu guru kemudian mengatakan bahwa Oh tidak, ini di buku juga ada seperti ini Di buku memang ditulisnya melengkung dan kuat Begitu Nah, dari situlah saya akan akhirnya mendapatkan sebuah pencerahan Bahwa belajar itu ternyata tidak harus selalu menyenangkan Karena belajar itu harus sesuai dengan isi buku Teks per teks, kata per kata, huruf per huruf Jadi ketika misalkan kita melenceng sedikit Misalkan melengkung dirubah menjadi membengkok itu salah Dan kemudian disitu ada kuat, dihilangkan kuatnya Karena memang itu tidak relevan dengan pertanyaan Maka walaupun pernyataan itu tidak terlalu baik pernyataan saya benar tetapi menjadi salah kalau tidak sesuai dengan buku kan begitu tapi dari situ pula lah pada akhirnya saya menyadari bahwa guru-guru yang tekstual itu sebaiknya jangan mengajar atau kalaupun mereka harus mengajar mereka harus mengubah gaya pola dan pendekatan mereka dalam memahami teks karena memahami teks itu tidak harus benar-benar sesuai dengan tekstualnya literalnya seperti itu karena pemahaman atas konteks pengetahuan atas variabel yang lain itu benar-benar lebih menentukan daripada ada hanya sekedar teks di episode ini kita akan menjelaskan bahwa orang-orang yang benar-benar sesuai teks itu bukan hanya salah tetapi juga menyesatkan jadi please jangan menjadi guru atau baraya yang bertemu dengan guru semacam itu lebih baik sama-sama untuk memperbaiki keadaan-keadaan yang seperti itu simak videonya sampai tuntas Yuk kita mulai hai hai Pendiri Mu'tazilah, aliran liberal dalam Islam, itu dikenal sebagai orang yang sangat pandai dalam berlogika. Tetapi suatu kali dia bertemu dengan satu yang sangat membahayakan, yaitu ketika dia ada dalam sebuah perjalanan dan mengikuti sebuah karavan panjang.
panjang di tengah jalan dicegat oleh kelompok Hawarij kelompok Hawarij itu adalah kelompok yang sangat tekstual kelompok yang melihat Quran dan sunnah hanya berdasarkan teksnya itu saja sehingga mereka mudah sekali menumpahkan darah melakukan pembunuhan kepada orang lain mudah di kafir-kafirkan dan kalau sudah di kafir-kafirkan dibunuh pula ya kurang lebih itulah ideologi yang dianut oleh orang-orang ISIS sampai sekarang nah wasil bin ato pada waktu itu juga kebingungan karena murid-muridnya pada waktu itu menjadi semakin panik gitu ketika akhirnya karavan itu kafilah itu diberhentikan di bagian paling depan dan kemudian orang paling depan itu diinterogasi satu demi satu pertanyaan-pertanyaan yang sedikit saja pertanyaan itu menghasilkan jawaban yang salah maka khawarij pasti akan memenggal orang itu nah kan itu kebingungan dan memang yang paling depan itu sudah ada yang dipenggal juga gitu kan pertanyaannya kamu beriman atau enggak gitu kalau misalkan beriman ditunjukkan coba buktikan kamu beriman itu apa kalau sesuai dengan mazhabnya sesuai dengan pendapatnya dipersilahkan lewat tapi kalau tidak sesuai walaupun ngaku beriman walau syahadat apa segala rupa tetap akan dipenggal gitu nah wasil bin ato pada waktu itu lihat murid-muridnya teman-temannya timnya itu juga pada panik makanya dia bilang jangan khawatir selama kalian tidak berbicara apapun dan membiarkan sayalah yang bisa diperwakili wakil kalian maka semuanya akan baik-baik saja tukang balon lewat nah kemudian ya ketika tiba giliran wasil bin ato-sa di karifat karavan itu bertemu dengan orang-orang khawarij orang khawarij langsung menghunus pedang kemudian berkata kamu beriman atau tidak hawasil bin ato dengan telang mengatakan saya musyrik saya tidak beriman saya musyrik Oh maaf kalau gitu akan saya bunuh wing gitu ya Nah ketika pedang ini mau ditebaskan wasil binatuh mengatakan tunggu sebentar, dia memberi membacakan sebuah ayat atau ubah ayat 6 kemudian karena membacakan ayat maka Hawarij itu menghentikan karena yang lagi baca Quran gak boleh dibunuh kemudian Wasil bin Atok berkata pada Hawarij itu Wahai Hawarij, kenapa kalian mau membunuh saya? Padahal di dalam ayat ini dikatakan bahwa orang-orang musyrik yang minta perlindungan itu tidak boleh dibunuh Harus dilindungi Hawarij pada waktu itu langsung rapat Oh gimana gimana? Oh iya benar juga benar juga dilindungi dilihat teksnya, oh iya benar. Lalu mereka mengatakan, baiklah, kalau begitu saya melindungi kamu dari kekejaman kami, dari pedang kami. Oh, nggak bisa kayak gitu, kata Wasil bin Atto.
Ini kan para muridnya makin panik, aduh ini kenapa guru kita malah nge-prank khawarij. Wasil bin Atto pada waktu itu mengatakan, tunggu dulu, jangan hanya melindungi kami, karena ada di dalam ayat ini diterangkan bahwa setelah kalian semua melindungi kami, maka kalian harus mendakwahi kami dengan ayat-ayat Al-Quran. Orang khawarij bingung lagi. Oh, yaudah, ayo kita kasih tahu.
Dikasih dalil, dikasih Quran, dikasih sunnah. Semuanya. Jadi wasil binatang itu diajarin, kamu jangan jahat, kamu jangan begini, kamu harus beriman, dada-dada. Ya, sudah, silahkan kalian pergi.
Karena kami sudah membacakan ayat-ayat Allah. Ya, tidak bisa seperti itu, karena wasil binatang. Karena di dalam ayat ini dijelaskan bahwa kalian harus membawa kami ke tempat yang aman.
Rapat lagi. Gimana ini? Gimana ini? Ya, itu sesuai teksnya begitu. Oh, yaudah.
kami akan mengantarkan kamu ke tempat yang aman. Di mana tempat tujuan kalian? Kami dari Kufah dan menuju Bagdad. Oh, seperti itu.
Yaudah kami antarkan ke Bagdad. Dan sejak saat itu, Wasil bin Atto itu mendapatkan pengamanan yang ekstra kuat. Karena apa? Karena dilindungi oleh Khawarij. Jadi, begal, geng motor, tukang palak, yang segala rupa, yang dep kolektor, apa segala rupa, tidak ada yang mau mendekat perjalanan itu karena dikawal oleh Khawarij yang sangat fenomenal kekejamannya itu.
Nah, dan... Nah dari cerita ini kita bisa mengetahui bahwa Hawarij itu adalah orang-orang yang benar-benar tekstual. Sesuai dengan kata-katanya seperti itu. Jadi kalau misalkan di dalam Al-Quran disebutkan bunuhlah, ya bunuhlah.
Kalau disebutkan apa, mereka nggak ngerti teks, mereka nggak ngerti situasi, mereka nggak paham kondisi, mereka tidak bisa menghubungkan satu fakta dengan fakta yang lain. Pokoknya kalau teksnya seperti itu, ya sudah ikuti seperti itu. Makanya oleh Ibnu Abbas mereka itu disebut sebagai anjing-anjing neraka.
Mereka itu taat beribadah, mereka itu kuat, dan mereka itu... itu tapi mereka enggak mengimiliki memiliki pemahaman sama sekali jadi misalkan terhadap Ali bin Abi Talib mereka anggap kafir Ali bin Abi Talib karena apa karena memanfaatkan memaafkan Muawiyah yang melakukan pemberontakan dan Muawiyah juga itu kafir karena melakukan pemberontakan pada Ali dan sebagainya pokoknya kayak gitulah tekstual banget begitu mikirnya itu sangat sederhana gitu Nah itu pada akhirnya juga akan terjebak sama kebodohan mereka sendiri gitu makanya Nabi itu mengatakan bahwa orang-orang khawarij itu adalah orang-orang yang sangat taat Ibadahnya itu bahkan lebih baik daripada sahabat Karena para sahabat itu masih kontekstual Tapi ini benar-benar tekstual Jadi ibadahnya itu benar-benar luar biasa Sangat taat Tetapi mereka berislam hanya di tenggorokan saja Hanya sampai tenggorokan saja Maksudnya hanya lisan saja Mereka hanya paham teks saja Mereka hanya penghafal saja Tapi mereka tidak mengerti apapun Nah makanya orang-orang yang semacam ini itu Kalau misalkan dalam agama itu jelas-jelas terlarang Khususnya dalam islam Sedangkan dalam ilmu ilmu psikologi, dalam taksonomi belum, orang-orang seperti ini tuh dianggap sebagai level terbawah kecerdasan. Level terbawah kecerdasan itu adalah para penghafal. Jadi, ada teksnya gini, ya mereka hafal sesuai teksnya itu, seperti itu saja, gitu.
Tidak paham, tidak aplikatif, tidak mampu untuk menganalisis, apalagi untuk mensintesiskan, mereka nggak paham apapun. Mereka hanya bisa menghafal, meniru sesuatu yang apa yang mereka terima, kemudian mereka lontarkan lagi. Ya benar-benar tekstual, literal, seperti itu, gitu.
Itulah level kecerdasan yang paling dangkal dalam tekstronomi Bloom itu. Jadi kalau misalkan ada guru yang levelnya seperti itu, please si guru itu introspeksi dan kemudian mengubah pendekatannya, jangan tekstual, tapi kalau misalkan begitu terus, maka murid-muridnya yang harus tahu diri. Mohon jangan ikut pada mereka. Karena apa?
Karena yang tekstual itu pasti akan terjebak pada berbagai hal. Kalau misalkan dalam filsafat bahasa, misalkan Derrida, itu orang-orang yang sesuai dengan tekst itu adalah orang-orang yang... yang tidak akan bisa memahami pesan gitu. Karena misalkan sesuai dengan teks saya ngomong gitu, saya ngomong gitu ya.
Nah, itu kan tidak sesuai dengan akal saya, karena akal saya itu maksudnya tidak seperti itu, tetapi pesan yang paling mungkin disampaikan secara lisan adalah begitu. Ketika sudah sampai pesan saya ngomong gitu ya ke orang lain, maka dia juga otaknya akan mendistorsi pernyataan saya. Jadi ada berkali-kali level di mana orang itu pada akhirnya, di mana pesan itu pada akhirnya tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh si para pengataknya atau para penyata.
penulisnya, begitu. Nabi juga sebenarnya sering menggunakan kalimat-kalimat atau jebakan-jebakan semacam ini. Dan ada sebuah cerita yang sangat masyur, misalkan ada dua orang yang sedang bertengkar satu sama lain, bertengkar hebat sampai salah satu pihak itu berusaha untuk membunuh pihak yang lain gitu jadi mereka akhirnya kucing-kucingan kayak Tom Enggiri dikejar kesana kesini gitu ya lari kesana lari kesini nah pada suatu kali si yang dikejar itu lewat ke nabi-nabi pada waktu itu sedang rebahan sedang duduk selonjorak besoran bersandar di bawah pohon kurma nah kemudian si orang yang lari itu berbetul tolong selamatkan saya langsung ngomong gitu doang langsung lari aja gitu ya Nah Nabi pada waktu itu kenapa selamatkan saya udah di beliau berdiri itu berdiri nah kemudian ada pengejar beberapa saat kemudian bahwa parang itu bawa pedang Arab yang gede itu kamu Hai Muhammad kamu lihat nggak ada orang yang lari ke sini kata Nabi Muhammad saya tidak saya sejak berdiri di sini saya tidak lihat siapapun karena pada waktu itu Nabi itu dipercaya sebagai orang yang sangat jujur dan tidak pernah melakukan kebohongan apapun maka si pengejar itu langsung berhenti wah berarti bukan lari ke sini dia cari ke arah lain gitu nah Nabi pada waktu itu berbohong tidak Nabi secara tekstual, secara literal etimologinya itu tidak berbohong karena pas ada orang lewat itu Nabi sedang duduk, sedang selonjoran terus beliau berdiri, kemudian ada orang pengejar, kemudian Nabi mengatakan mengatakan sejak saya berdiri di sini saya tidak melihat siapapun lewat ke sini ya kecuali kamu ini ya kan enggak bohong kan enggak bohong makanya si orang itu lari kemudian ya karena Nabi berusaha untuk melindungi nyawa seseorang gitu cuman dan hari ini kita juga melihat bahwa ini masalahnya adalah ketika teks itu dipermainkan itu bisa saja gitu bisa saja orang-orang yang secara tekstual itu benar tetapi secara konteksual berganti itu berpindah pesannya itu enggak sampai terjadi Kenapa seperti itu? Ya karena memang teks itu tidak bisa menyampaikan pesan secara utuh Harus sesuai dengan realitasnya, sesuai dengan situasinya, kondisinya, waktunya, tempatnya, apa segala rupa itu harus bisa dilihat Maka sering saya sampaikan kebenaran itu variabelnya banyak sekali Gak bisa hanya satu, gak bisa picik gitu Kita ngeliat itu hanya dalam satu perspektif gitu Bahkan perspektif teks sekalipun itu gak bisa gitu Contoh lain-lain saya cerita gitu ya Dulu kala itu ada kerajaan kerajaan di Cina kekaisaran kekaisaran itu lalim tetapi karena diberontak oleh pemberontakan yang terus-menerus maka kondisinya melemah melemah melemah melemah sehingga kekuatan pemberontak yang paling utama itu akhirnya bergerak ke ibukota untuk menaklukkan nya di tengah jalan dia bertemu dengan seorang biksu biksu itu dianggap sebagai ahli spiritual dianggap sebagai guru dari segala bangsa guru dari orang-orang ternama guru pokoknya mengguruh hebat makanya si para pemberontak yang berjumlah besar itu konsultasi dulu sama si ahli spiritual ini, sama si Biksu ini Biksu, kami ingin menghancurkan raja yang sangat lalim itu, dan akan menghentikan kejahatannya kepada rakyat dia bilang seperti itu, bagaimana menurut anda, si Biksu itu berpikir bahwa rajanya memang lalim tapi kalau yang menang akhirnya adalah oposisi, oposisi itu terdiri dari banyak faksi mereka itu sebenarnya satu sama lain bermusuhan, dan mereka hanya bisa bisa bersatu karena berhadapan dengan satu musuh yang sama makanya kalau mereka sudah mencapai puncak kekuasaan menggulingkan kekuasaan maka mereka akan berperang satu sama lain dan kemudian akan memperpanjang masa krisis dan akhirnya penderitaan rakyat bukannya hilang tapi malah bertambah berkali-kali lipat pikiran bijaksananya si guru spiritual itu sibik suhu itu berpikir seperti itu makanya dia kemudian mengatakan nah saya mohon maaf saya berkata jujur Dan saya sebagai biksu tidak mungkin berbohong Saya katakan bahwa sekarang kekaisaran mengumpulkan pasukan yang bahkan jauh lebih besar daripada yang kamu duga Pasukan itu adalah pasukan yang tidak pernah terkalahkan sama sekali Terus si orang ini, hah?
Masa bisa seperti itu? Saya melihat dan mata-mata saya melihat bahwa mereka semua itu sudah tinggal sedikit pasukannya Kami tinggal datang ke ibu kota untuk menghancurkan sisa-sisa pasukan terakhir mereka Terima kasih Terus kata si Biksu, kamu tidak tahu kekuatan yang sesungguhnya bahwa ada pasukan cadangan yang disiapkan oleh kekaisaran dan mereka berjumlah sangat besar. Mereka tidak pernah terkalahkan dan satu-satunya alasan kenapa kamu tidak pernah bertemu dengan mereka karena mereka ditempatkan di setiap rakyat jelata. Mereka ada di setiap rakyat jelata dan kamu bahkan tidak tahu di antara pendukung-pendukung kamu apakah ada bagian dari mereka atau tidak.
Wah, dia langsung celingukan. Jangan-jangan benar-benar. Jangan-jangan ini jebakan mata-matanya Salah yang selama ini, jadi dia masuk ke Ibu Kota ternyata hanya untuk dikepung oleh pasukan terkalahkan, tak terkalahkan, lalu dia akan mati semua.
Jadi please lah, kata si Biksu itu. Kembalilah, pikirkan kembali soal pemberontakan ini, kalau memang mau mensejahterakan rakyat, kamu bisa melakukan dengan cara yang lain, tidak harus dengan berebutan kekuasaan. Karena percaya pada si Biksu itu, barulah si pemberontak itu pulang ke kampungnya dan kemudian melakukan perundingan-perundingan dengan berbagai pihak. Ternyata sebenarnya si Biksu itu secara literalnya tidak pernah bohong Tapi kenyataannya dia bohong Ya Biksu kan nggak pernah bohong Tapi dia cuma mainin kata-kata Jadi maksudnya gini Kaisar akan mengumpulkan pasukan yang tidak pernah terkalahkan Itu yang dimaksud sebenarnya adalah pasukan petani Pasukan petani itu tidak pernah dikalahkan karena apa? Karena memang tidak pernah berperang gitu Jadi ke Kaisaran karena pasukannya sudah habis Sisanya tinggal sedikit Maka apa boleh buat mereka akan menggerakkan pihak sipil sipil yang dipersenjatai jadi rakyat para petani tukang kulibangunan apa segala rupa gitu itu dikumpulkan menjadi pasukan dilatih sedikit saja kemudian untuk menghadapi perang itu makanya kan itu pasukan yang tidak pernah terkalahkan karena memang belum pernah perang dan mereka jumlahnya sangat banyak Kenapa karena rakyat sipil jumlahnya jauh lebih banyak daripada militer militer Cina pada waktu itu kemudian pasukan itu kamu tidak akan pernah melihatnya karena ada diantara para rakyat yang memang seperti itu kenyataannya karena memang seperti itu, dan kemudian jangan-jangan ada di antara pasukan kamu juga yang seperti itu, ya iya di pasukannya si pemberontak itu kan ada para petani, ada para kuli, ada para pedagang kecil, dan sebagainya nah, jadi sebenarnya secara tekstual, secara literal, si Biksu itu sama sekali tidak berbohong tetapi bisa langsung membalikan perspektif orang tentang sesuatu, begitu nah, jadi sekali lagi, teks itu bisa saja digunakan untuk untuk melakukan kebohongan bahkan yang paling tekstual sekalipun maka jangan pernah percaya pada teks jangan percaya pada omongan tapi konfirmasi dengan pernyataan lain lihat kondisi sekitar apa dan sebagainya baru kita bisa memahami sekali lagi jangan pernah ikuti dan percaya pada guru-guru yang benar-benar berpikir secara tekstual karena mereka pasti akan ngaco gitu bahkan ketika saya bercerita tentang Cina dan pemberontakan yang barusan itu dan saya sepenuhnya itu bohong itu cerita fiktif saya karang barusan ini saja banyak Banyak orang yang percaya terhadap hal itu.
Iya kan? Terima kasih karena sudah menyimak. Saya Guru Gembul. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.