Intro Malam ini hadir Bang Semi Salah satu mungkin Ya kalau kita melihat di televisi ya Komika senior lah Komika yang dari awal ketika stand up comedy muncul Bang Semi ada disitu Tapi yang menarik adalah Bang Semi selalu mengangkat tema-tema politik Tema-tema politik yang nadanya pasti selalu oposisi lah. Jarang, tidak pernah lah Bang Semi itu memuji pemerintahan itu, jarang itu. Karena Bang Semi ini salah satu aktivis 98 juga.
Bagaimana Bang Semi merasakan, bagaimana Orde Baru berkuasa saat itu. Mungkin di antara teman-teman yang hadir malam ini juga jangan-jangan ada yang lahir pasca reformasi. Tidak tahu seperti apa Orde Baru dulu berkuasa. Seperti apa dulu bagaimana Orde Baru sangat menguasai semua lini kehidupan masyarakatnya sehingga betul-betul sangat otoriter.
Bagaimana kemudian Bang Semi yang dulu ikut dalam tanda kutip juga ikut aktif dalam Proses mengalor reformasi, melengsarkan Soeharto, demo di kampus, di jalan dan lain sebagainya. Sehingga kemudian ketika Soeharto lengser, berganti rezim, apakah ia hari ini lebih baik daripada era order baru? Tapi Bang Semi yang paling penting lagi adalah sebenarnya ke depan ini rakyat harus gimana nih?
Merespon perubahan rezim, merespon pergantian penguasa. Terima kasih. merespon yang karena pasti akan terjadi setiap 5 tahun nih. Katakanlah pas KSBY ya sudah pasti nanti karena sesuai undang-undang ya, maksimal 2 periode, maka ya sudah hampir dipastikan presiden terpilih nanti Prabowo pun pasti akan punya rencana untuk 2 periode.
Melewati sekian banyak rezim ini sudah berubah dari orde lama, orde baru, reformasi. Sampai sekarang akan berganti lagi, sudah akan sampai ke presiden ke-8 berdasarkan sejarah perjalanannya. Mungkin Bang Semi bisa berbagi cerita itu, berbagi pengalamannya juga.
Artinya, apa iya orde baru lebih buruk daripada orde sekarang? Apa iya Soeharto... Memang sekejam itu.
Dan apa iya. Tidak ada pemimpin yang kemudian. Tidak mengulangi apa yang dilakukan oleh.
Soeharto dulu. Mungkin itu sebagai pantikannya Bang Semi. Feel free Bang Semi.
Kalau capek. Boleh duduk di atas. Sambil berdiri juga boleh.
Feel free. Terima kasih. Untuk kenduri cinta.
Tepuk tangan untuk kenduri cinta. Ini tadi Mas Fahmi mancingnya. Gimana rakyat harus ke depan. Berat juga ya tugas komika. Lu nanya gini ke komika makanya Indonesia begini-begini aja.
Iya kan? Tapi tak kenal makata sayang, sebelum kita ngobrol jauh saya mau perkenalkan diri dulu ya. Saya ini kalau dari suku, sukunya Batak. Makanya materi komedi saya berani.
Orang Batak kan berani ya. Berani karena Batak, gak perlu bener. Cukup menjadi seorang Batak kita udah berani. Makanya yang namanya Hotman Paris, Ruhut Sitompul, berani kan? Tapi gak bener kan?
Ruhut, berani kan? Dia mah bener lah, takut dibubarin anjir. Ya gitu ya. Dan kalau bicara artificial, tentu ada kenyataan.
Saya lebih suka ngomongin kenyataan. Kenyataannya, Kalau orang Batak itu sering di-stereotype. Ini karena gue komika, pembukaannya harus nyantai dulu lah ya.
Sering di-stereotype katanya orang Batak itu profesinya apa? Lo tau gak? Tambal ban.
Betul. Padahal gue ini lulusan ITB loh. Makanya Indonesia gini-gini aja ya.
Lulusan ITB-nya jadi komika. Kalah lagi sama Reddity Adika gitu kan. Jadi ada stereotype.
Katanya. Ya, orang Batak ini tambal ban, enggak salah sih. Yang penting halal, bener gak?
Masalah nebar paku, kita nyuruh orang Jawa. Tebar dulu paku, weh! Jadi orang Jawa yang berdosa, yang mengambil keuntungan, orang Batak. Dan sebenarnya itu terjadi doleh di Indonesia.
Yang menebar paku siapa? Jokowi. Yang terima keuntungan?
Luhut. Jadi negara Indonesia ini diciptakan sebagai Artificial Tambal Ban sebenarnya Mas, mas, sana Oh iya iya Gak apa-apa Takut sih sama orang yang 20 Oktober gak punya jawabatan Santai aja kali Lo nemenin gue ya nanti bawa nasi padang Ada ya? Lalu, kalau dibilang siapa stand up komedian pertama yang lu kenal, siapa? Panji? Marcel?
Itu nyaris jadi stand up komedian pertama yang jadi pejabat nyaris. Gak jadi ya. Jadi, stand up komedian pertama itu sebenarnya gue. Karena 98, gue orasi waktu itu di gedung sate.
Gue anggap stand up komedi itu. Materi gue turunkan Soeharto. Turun beneran sih. Padahal gue lagi bercanda.
Makanya abis ini kita ngapain? Jadi waktu itu, banyak juga aktivis yang lagi tugas akhir, gak tau mau ngapain, akhirnya kita demo. Demo ternyata turun beneran, akhirnya ngerjain tugas akhir lagi, atau gitu dilamain gitu kan. Jadi seperti itu, dan gue suka bicara kenyataan.
Karena gue gak percaya apa yang dibuat atau didengungkan oleh government. Contoh, bener gak sih ada radikalisme? Mungkin ada. Tapi apakah semasif yang didengung-dengungkan buzzer-buzzernya, yang sekarang sebagian udah bertobat. Ya kan Deni Siregar udah bertobat ya.
Karena mungkin udah invoice-nya lain ya, tempat lain. Nggak intinya, bener nggak? Gue mau buktiin sendiri.
Gue bikin tur keliling Indonesia. Salah satunya ke Aceh. Bayangkan ada tur stand-up komedi pertama di beranda Mekah. Yang melakukan seorang kafir. Panji belum ke situ loh.
Panji ke Aceh setelah gue. Dia nanya, gimana Aceh? Bagus crowd-nya.
Jadi yang muslim aja gak berani kesana, kafir dulu dateng gitu kan. Gue stand up gitu kan, gue bilang, saya, mbak pake jilbab muslim lah ya, saya lahir Kristen. Agama itu pilihan? Enggak, agama itu bukan pilihan.
Agama itu lungsuran orang tua. Rata-rata orang yang pindah agama gara-gara nikah, rata-rata. Ya kan? Jarang orang pindah ada mungkin satu dua yang pindah agama gara-gara dapat ilham gitu. Tapi rata-rata gue naksir dia, dia beda password, gue ganti password gitu kan.
Tapi jarang, wah kayaknya keren juga gue masuk Islam, jarang gitu. Jadi rata-rata itu karena itu. Abang saya, abang saya seorang muhalaf. Karena menikah dengan seorang yang muslim.
Seperti itu. Ada konflik di rumah tangga waktu itu? Di keluarga gue? Ada.
Pasti dong, lu juga kalau punya saudara yang pindah agama, pasti ribut di... Tapi itu kan masalah internal kami. Tapi apakah ada radikalisme?
Gue bilang ke orang Aceh, eh gue Kristen. Karena gue lahir dari orang Batak. Orang Batak itu jangankan lahir dalam bentuk sperma pun udah Kristen.
Iya bener. Jadi gue gak percaya orang Aceh yang katanya radikal dan sebagainya, enggak. Gue kalau lahir di Aceh, 100% gue bilang gue lahir sebagai muslim.
Yakin gue. Bahkan kalau gue di Aceh, gue masuk GAM. Tapi gue di GAM ada jabatan khusus.
Ketua Stand Up Indo-GAM. Gue dulu pernah jadi presiden stand up indo, jadi gue stand up indogam gitu kan. Jadi gue, komika ini punya keuntungan kita memotret masyarakat dengan lebih real.
Ono apa mas? Misalnya ya, siapa disini 2014 yang mendukung Jokowi? Tepuk tangan. Banyak, banyak.
Termasuk gue, gue suka dukung Jokowi 2014. Bahkan gue punya materi-materi yang mengagung-agungkan dia. Jokowi ini orang hebat. Orang yang difitnah dari kiri dan kanan.
Ada yang memfitnah Jokowi adalah antek Amerika. Ada yang memfitnah Jokowi adalah antek komunis. Padahal Amerika dan komunis itu musuhan. Hebat Jokowi bisa mempersatukan ideologi. Iya kan?
Waktu itu, ada ruhut bilang, Jokowi itu gak bisa jadi presiden. Dia hanya seorang tukang mebel, mana bisa jadi presiden? Padahal Ruhut ini agamanya Kristen loh. Kristen itu Tuhannya Yesus.
Yesus itu punya bapak namanya Yusuf. Yusuf itu tukang kayu. Tukang kayu kan tukang mebel juga ya. Saya bilang, gak bisa jadi presiden, jadi Tuhan aja bisa.
Artinya kita memotret kenyataan. Kita tidak mencabut hak orang untuk menjadi presiden. Tahun 2014. 10 tahun.
Gue cuma 1 tahun jatuh cinta sama Jokowi. 2015 gue memutuskan gue gak mau terlalu aktif lagi di channel komedi. Karena kondisinya gak kondusif kenyataannya. Kalau kita terus berseberangan dengan pemerintah, job gue juga habis.
Anak gue mau makan apa? Berhubung gue punya keahlian yang lain, akhirnya gue fokus di usaha gue. Nah ini juga kritik gue terhadap aktivis.
Kenapa aktivis? Ini gue IT-nya, IT beneran loh, lulusan ITB gue. Beneran gitu, bukan IT yang main game, bukan. Gue punya perusahaan di bidang IT. Lalu kritik gue kenapa aktivis itu akhirnya gabung juga ke orang-orang yang dikritiknya.
Itu kenyataan hari ini, bukan artificial. Mungkin itu dibuat, tapi kenyataan hari ini. Kalau kita mundur ke tahun 98, Bang Hensat, kita samperin Budiman Sujatmiko, kita samperin yang namanya Agus Jabo, mereka tergabung dalam Partai Rakyat Demokratik, sedang membicarakan reformasi Indonesia.
Kita datangin aja sebagai anak cerai, eh lu gak usah banyak omong, lu besok bakal gabung, bener. Siapa yang percaya, pasti kita ditendang dari situ gitu kan. Tapi itu terjadi kenyataannya hari ini, kenapa? Karena aktivis-aktivis ini tidak punya skill lain.
Gue bisa coding, Budiman enggak gitu kan. Intinya itu. Jadi kalau lo mau jadi aktivis, perlengkapi diri lo dengan skill di mana lo gak kelaperan.
Sehingga lo tidak ngemis-ngemis job kekekuasaan. Seperti yang dilakukan di bukit algoritma. Gue gak ngerti itu apa.
Itulah. Jadi aktivis ini seperti koboi. Mungkin referensi gue pop culture ya. Kalau mereka kan referensinya yang lu gak ngerti. Yang sebenarnya tadi apa?
Pakar komunikasi. Dia sebutin juga kita gak cek referensi juga bener atau salah kita gak tau kan. Referensi gue pop culture aja lah. Ada koboi namanya Wyatt Earp. Waktu itu di daerah perbatasan antara Amerika dan Meksiko, penjahatnya itu Curly Bill sama siapa itu?
Lupa gue. Pok. Hah?
Mulyono. Poknya ada penjahat-penjahat yang saat itu merajalela lah. Wyatt Earp ini tadinya seorang US Marshal.
Tetapi dia sudah kembali ke kehidupannya. Jadi cowboy. Cowboy itu apa ya? Pengembara sapi. Tetapi ketika Curly Bill dan gengnya keluar, dia pakai lagi US Marshalnya.
Dia berantem. Dia dekati temannya yang jago tembak namanya Doc Holliday. Lu bisa nonton filmnya Tombstone.
Lalu mereka tembak-tembakan, dihajar habis gangster itu. Bukan dari Solo tapi ya. Dan ketika gangster itu habis, mereka balik ngangon sapi men. Gue balik apa? Balik coding.
Gue balik ke panggung. Itu yang namanya aktivis, bener gak? Bukan lo ngemis-ngemis.
Ya susah sih ya, kalau Budiman mau belajar coding susah juga. Jadi intinya itu. Dan akhirnya, ya itulah, ada memang harga yang harus dibayar ketika kita mau menapak dengan bumi.
Jadi memang kerja lo harus lebih keras, lembur lo harus lebih banyak, belajar lo harus sampai mati. Gue sampai hari ini masih belajar coding, gue masih belajar tentang implementasi, gue masih belajar tentang project management. Jadi ada harga yang harus dibayar. Dan beruntungnya, ya mungkin untuk orang-orang yang disini religius walaupun kita beda password, ya kita mudah-mudahan surga itu ada. Karena hidup kita di dunia bakal berat kalau kita mau membayar harga itu.
Ada amin sodara? Wah ini jadi kristenisasi nih. Jadi bicara itu, gue gak percaya ada radikalisme. Gue gak percaya orang dipaksa, mungkin ada kaum radikal, tapi apakah semasif itu? Enggak, itu adalah artificial dari government kita.
Untuk apa? Supaya kita lupa bahwa harga cabai melonjak, bahwa impor beras udah merajalela, dan dolar naik mempengaruhi harga beras karena harga berasnya impor. Untuk kita lupa itu diciptakanlah setan-setan itu yang artificial.
Bahkan gue... Dengan anak gue nih ya. Ini true story loh. Gue gak percaya radikalisme.
Bahkan anak gue itu sangat kritis. Waktu itu hari Natal. Ini biasa nih mas.
Kita mau pergi Natalan. Pak Natal itu apa? Waktu itu dia masih SD. Gak gue ajarin.
Kamret itu bener-bener kritis gitu. Natal itu apa pak? Kelahiran Yesus Kristus.
Lah. Yesus Kristus kan Tuhan kita. Masa dia dilahirkan?
Dia kan sang pencipta. Sesuatu yang kita sembah kok dilahirkan? Ini anak belajar Islam dari mana? Tadinya gue mau yang biasa-biasa aja saat disini. Gak bisa ya?
Aduh. Tapi sebenarnya... Sesuatu yang tidak organik itu pasti suatu saat akan menimbulkan masalah.
Dan kita harus lawan itu. Karena kalau enggak ya, ini Gibran jadi wakil presiden. Fufufafa.
Dia harus bertanggung jawab untuk menjelaskan Fufafat itu dia atau bukan. Karena segara bukti-buktinya itu kayak orang pake narkoba, kita cuma belum mergoki dia pake narkoba aja. Tetapi gitingnya udah, tidurnya, udah semua ada buktinya. Kita hanya belum bisa buktikan itu IP adresnya milik dia.
Iya kan, cuma itu. Jadi kalau ibarat ini orang pake narkoba, udah semua cirinya ada. Duitnya abis, temen-temennya ganti semua.
Itu ciri-ciri orang pake narkoba. Iya kan, kalau lu ada punya temen, temennya ganti semua, ya itu narkoba deh udah pasti. Punya temen baru dari mana entah mana, ya itu narkoba. Duit maling kesini, narkoba. Jadi, dan itu.
Eh sih, fufu fafa. Itu semua udah buktinya ada, cuma kita belum mergokin aja dia make, gitu aja. Ya gak ada orang yang pengen jadi wakil presiden, jadi wakil presiden aja gak ada. Pasti pengen jadi presiden.
Lo gak mungkin udah jadi wakil direktur gak pengen jadi direktur. Dan kalau dia jadi presiden dua periode, 2029 sampai 2039. Dan kalau kita gak gerak, 2039 itu kaya sang, sampai 2049. Dan 2049 Jan Etes udah gede men. Sam, ini kita mulai nih ya.
Iya anjir. Kita mulai nih. Dan kalau Jan Etes udah gede, bayangkan gue udah ikut demo 98, turunkan Soeharto. Gue ikut demo 2024, menghentikan Mulyono.
Dan gue harus ikut 2045, menghentikan Jan Etes. Kasihanin gua dong. Disitu mungkin kolesterol gua udah lah.
Jadi itu aja. Jadi komika itu lebih senang melihat kenyataan. Karena kenyataan sendiri ya.
Walaupun ini adalah buatan. 10 tahun ini adalah buatan rezim tertentu. Tapi itu kenyataan yang kita hadapi.
Jadi kita tidak boleh bilang artificial Indonesia. Enggak. Walaupun itu dibuat, kenyataannya kita hidup hari ini.
Dengan dolar yang 15 ribu, hampir 16 ribu. Ketika pergantian rezim 11 ribu. Naik hampir berapa?
4 ribu sampai 5 ribu. Itu naiknya sampai 50 persen. Ngeri.
Iya kan? Dan sistem demokrasi kita seperti sekarang. Dan kalau kita gak stop, yaudah.
2045 kita sama-sama demo Jan Ates. Sekian dari gue, mungkin nanti ada tambahan-tambahan. Terima kasih.