Transcript for:
Menggali Pentingnya Alasan dalam Hidup

Hai teman-teman, selamat datang di Universitas Dibacain di episode kesekian bersama dengan saya Profesor Ruby. Ini akan ngerasa kayak ruang kelas ya, karena kita akan benar-benar belajar dari buku-buku yang udah mengubah hidup gue dan hopefully bisa mengubah hidup lo juga. Sedikit berbeda di episode ini, sebelum kita lanjut, coba ambil sebuah kertas atau ambil handphone lo dan gambarlah lingkaran yang besar banget, lingkaran yang tengah, gak kecil, kemudian lingkaran yang kecil banget. Nanti gue akan jelasin kenapa. Buku yang kita bahas hari ini namanya Start With Why dari seorang penulis yang luar biasa banget, Simon Sinek. Ted Talks-nya ditonton lebih dari 60 juta kali, gile berarti itu begitu banyak orang resonate. Makanya gue rasa lo perlu tahu dan kita perlu praktekin. Simon membuka buku ini dengan mengambil 3 orang sosok. Ada Steve Jobs yang teman-teman tahu ya bikin Apple dengan segala ekosistemnya. Wright Brothers yang bikin pesawat, dan Martin Luther King yang memperjuangkan hak-hak teman-teman yang kulit hitam. Kenapa mereka bisa menjadi orang-orang yang mengubah dunia? Padahal mereka bukan orang paling jenius, bukan orang paling kaya, dan bukan orang yang paling berkuasa. At least pada waktu mereka mulai ya. Simple. Karena ketiga dari mereka itu punya alasan yang kuat. Punya why yang kuat. Punya tujuan yang bisa menggerakkan orang-orang lain karena gila ini tujuan keren banget. Gue... Pengen berjuang bareng sama dia, kalau emang sekeren ini. They know why they did what they did. Dan gimana cara kita menemukan why? Kenapa why ini penting? Prateknya di bisnis gimana? Di keseharian kita gimana? Mari kita bahas. Ini ide pertama dari buku ini yang lo wajib paham. Kita sehari-harinya dimanipulasi. Sadar atau nggak sadar? Manipulasi yang paling mudah datang dari harga. Buat kamu yang benar-bening ini cara paling efektif untuk bikin kita gerak lagi. Ketika ngelihat diskon, wah udah. Cepat dah kita tuh check out gitu ya. Dan diskon adalah cara paling efektif buat bikin barang gampang terjual. Amati, tiru, murahin makanya orang bilang. Tapi ini juga ngebikin bad habit. Kenapa? Orang-orang kalau ngeliat barang lain yang lebih murah, ini pindah. Dia nggak ada loyalitas sama sekali sama brand atau sama bisnis kita. Manipulasi kedua bentuknya adalah peer pressure. Sering nggak teman-teman ngeliat iklan yang bilang, 4 dari 5 dokter merekomendasikan produk ini. Lalu kita langsung ngerasa, weh anjrit ini orang-orang pintar aja pada pake ini gitu. Masa gue gak pake? Kita jadi mendapatkan pressure karena kita takut salah. Yaudah gue percaya deh, gue beli deh. Yang ketiga, manipulasi dalam bentuk fear atau gue rasa takut. Contohnya, pernah gak kalian lihat iklan yang kira-kira seperti ini? Dulu gue juga ngalamin brain heart yang luar biasa. Gue kerja bukan hanya 9 to 5, tapi 9 to 9. Tapi... habis gue belajar day trading, gue bisa membebaskan diri kerja dari manapun, dimanapun dengan penghasilan yang berkali-kali lipat dari gaji gue dulu. Iklan kayak gini bakal ngedorong kita untuk, shit, gue juga gak mau terjebak di kerja 9 to 9. Yaudah deh, gue beli deh kursus ini. Karena kita ngerasa kita gak mau gitu-gitu aja. Jadi rasa takut gak mau gitu-gitu aja, gak mau kena stuck di kerja 9 to 5, bikin kita gerak. Manipulasi-manipulasi kayak gini worse apa gak? Definitely worse. Tapi cuma dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek. panjangnya, kita akan melahirkan hubungan-hubungan yang transaksional, bisnis only, dan gak ada loyalitasnya di sana. Tidak ada kesetiaan. Dan manipulasi kayak gini bukan cuma berlaku dalam soal bisnis, cuma berlaku dalam hidup kita, teman-teman. Bayangin kita ambisi banget jadi sesuatu, gue pengen karir. akhir gue bagus, gue pengen promosi, gue kerja kayak orang gila, gue mau lanjut sekolah sampai S3. Karena kita termanipulasi oleh sekedar duit saja, peer pressure saja, dari teman atau keluarga, atau ketakutan kita. Hasilnya adalah, either kita burn out, atau kita nyerah di tengah jalan, karena kita mengerjakan sesuatu yang bukan datang dari dalam. Why-nya bukan datang dari kita, why-nya datang dari manipulasi dari sisi luar. Kelamunan psikolog namanya Mark Travers, ini adalah misalignment burn out. Kita terus-terus, terus-terusan ngelakuin hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai hidup yang kita pegang, yang di dalam hati kita. Dan misalignment ini bukan efeknya sisi mental saja ya. Bukan hanya bikin kita burn out, bikin kita stress, cemas, depresi. Tapi juga bisa ngaruh ke kesehatan kita. Bisa bikin kita kelelahan, sakit kepala, bahkan sampai ngaruh ke pencerahan kita jauh-jauh panjang. Ini adalah buktinya dari artikel ini. Terus, solusinya gimana? Inilah datang golden circle. Tiga lingkaran yang kita bikin di awal ini, mari kita isi. Yang di dalam, ada why, keluar satu layer, ada how, keluar satu layer, ada what. Gue akan... aku akan kasih 2 contoh supaya temen-temen paham banget pertama dari sisi bisnis, kemudian dari sisi pribadi dari sisi bisnis kita ambil contoh ini aja dah laptop ini produk-produk Apple sebenarnya apa sih yang mereka jual? simple mereka jualan komputer laptop, smartphone, gadget payment method gitu ya kita tau why-nya gimana? dia bikin sebuah user interface yang gampang dipake, bahkan ketika gue pindah ke Macbook dari Windows gue udah gak bisa balik lagi karena jauh lebih mudah dipake ekosistemnya nyambung terus sama lain, pernah gak kalian temen-temen ngambil sebuah buku, kalian foto kalian scan textnya satu berapa ratus kata tersebut kalian copy bisa langsung klik paste di dalam Macbook kalian langsung ke copy tulisannya anjrit seamless banget gila guys dan itu what dan how nya tapi why nya wah lo harus ngeliat iklan ini sih gue bacain ya here to the crazy ones the misfits, the rebels, the troublemakers the round pegs in the square holders crazy enough Jadi dia pengen menarik orang-orang yang beresonasi dengan manifesto ini. Orang-orang yang sadar gak bisa nih hidup cuman ada satu perangkat. Windows yang so boring, tidak cantik, tidak ada estetiknya sama sekali. Enggak. Ada cara lain hidup yang lebih enak, lebih menyenangkan, lebih exciting. Yaitu Apple. Eko sistemnya begitu mudah dipakai. Enggak perlu pusingin antivirus. Right? Intuitif banget. Ini mungkin handphone pertama yang bisa bikin kameranya asik banget. Bisa menggantikan kamera lu sekarang. Sehingga, ya bener-bener orang tuh merasa ini mudahkan. Dan actually change the world. bayang ya nah untuk contoh kedua dalam konteks pribadi gue akan ngajak temen-temen untuk mampir ke tempat yang berbeda kembali ke golden circle tadi soal what how dan why what atau apa yang gue sedang lakukan adalah gue pengen untuk ngebangun otot-otot gue kaki paha glutes tangan supaya gue punya otot yang bisa bertahan supaya gue usia 50-60 kita lanjutin how-nya dulu ya how-nya adalah ya gue punya prong Program yang detail banget. Dari coachnya gue. Dan gue pastikan gue cari coach yang terbaik. Yang paham kondisi gue. Dan bisa bikin program yang sesuai dengan kebutuhan gue. Nah tapi yang lebih penting adalah. Kenapa gue ngelakuin semua ini. Gue ngelakuin semua ini karena. Gue pengen ketika nanti gue di usia 50-60. Gue masih bisa ngelakuin apa yang gue pengen ngelakuin. Gue masih bisa jalan-jalan keliling dunia. Kalau gue punya anak dan gue punya cucu. Gue masih bisa have fun bareng sama mereka. Dan itu yang bikin. Gue punya bahan bakar ekstra Bahkan disaat gue mau nyerah Lagi ngos-ngosan kayak gini pun Habis ini gue akan lanjutin terus That's how powerful is the golden circle Bahkan ketika lo lagi traveling Yang lo rasa biasanya lo gak punya waktu Lo akan cari waktu to make it happen Sekarang gue lagi staycation Gue sempetin untuk bisa setengah jam 45 menit work out dulu Because my why Yang menguatkan gue Yang kasih gue energi ekstra Untuk memusnah Misalkan itu terjadi. Kenapa sih urutannya harus why, how, and what? Ternyata penjelasan secara saintifiknya, teman-teman. Jadi, dalam otak kita yang namanya limbic brain, itu adalah otak yang bertanggung jawab terhadap perasaan kita, decision making, dan perilaku. Ini yang berhubungan sama how and why. Sedangkan layer what itu berhubungan sama bagian otak yang namanya neocortex, yang ngontrol fungsi analisa, berpikir rasional, dan bahasa. Kalau menurut neuroscientist Richard Ristov, keputusan yang diambil dengan limbic brain itu, lebih berkualitas dan jauh lebih... lebih cepat. Sedangkan kalau kita mengambil keputusan menggunakan neokortex, biasanya itu akan lebih lambat. Kebanyakan overthinking-nya dan kualitas keputusannya juga biasanya lebih rendah. Sebenarnya nggak perlu jauh-jauh sih pakai sains-sains. Simple aja lah. Kita kalau mengambil keputusan dalam hidup, biasanya, secara emosi, kita udah suka dulu sama barang-barang itu. Kita udah suka dulu sama keputusan itu. Lalu, kita pakai otak kita untuk merasionalisasi untuk beli ini. Gue udah suka dulu nih sama iPhone. Nih, emang nih. Terus baru dirasionalisasi. oh ini kan bisa jadi alat untuk menghasil uang ya bisa foto pakai ini jadi content creator bisa buat begini bisa buat begini bisa juga buat macam-macam jadi teman-teman kunci ke hati customer kita bukan hanya dengan menawarkan what dan how saja karena ada begitu banyak barang di luar sana yang bisa punya what dan how yang sama tapi yang bikin orang move adalah kenapanya kalau why kita jelas itu akan lebih kenal ayo ambil lagi link kalian teman-teman why how dan what biar kode dan circle ini bisa jalan kita langsung ambil ambil contoh pertama perlu yang namanya clarity of why purpose kita bikin bisnis bikin produk keluarin ide harus jelas buat diri kita sendiri buat orang lain gua ngambil contoh nih biar gampang ya udah ini aja sekarang askod Sudirman gue sambil buka laptop ya kalau dari website ini kita bisa lihat why-nya mereka savor the art of living savor menikmati art berarti enggak cuman apa yang kita lihat kita raba kita cium kita rasakan kita pegang jadi all the five senses Living berarti kualitas hidup yang baik. Kita buktikan ya. Gue dari waktu masuk lobby udah ngerasain sesuatu yang berbeda. Ini bukan sembarang akomodasi. Tapi Ascot Sudirman provide lainnya menurut gue masuk ke level luxury. Tapi understated. Nggak lebay kayak Versailles gitu ya. Dan dirancang buat orang-orang yang memang pengen cari nuansa kayak di rumah sendiri tapi lebih mewah. Yang kedua, namanya The Discipline of How. Why-nya tadi diturunkan sama mereka, gimana sih ngejalanin values-nya itu? Tadi, dari waktu gue di lobby sampai kamar, gue ngeliat desain interiornya. Pilihan warna yang dipakai, monokromatik, elegan, dan selalu ada art pieces gitu. Nanti gue kasih lihat lampu yang mereka pakai, chandelier-nya, dan nggak mencolok banget, tapi lu bisa ngelihat ini dipikirin gitu. Ada taste-nya. Yang kedua, mereka punya program Ascot Cares. Mereka komit buat maintain kebersihan dan higienitas. Mulai dari kesehatan dan well-being dari timnya mereka sendiri dulu, supaya bisa kasih service yang luar biasa, dan housekeeping-nya bisa melebihi standar mereka, bisa jaga standar makanan dan minuman. sampai mereka juga hanya memilih Venture-venture untuk kolaborasi yang bisa menjaga standar ini. Dan ini kelihatan dari review-reviewnya ya teman-teman. Gue kasih lihat beberapa. Employees are nice, polite, and super helpful. Ada lagi yang bilang, Don't even ask about the toilet cleanliness because I can guarantee it. Gila. Sampai orang notice toiletnya segitu bersih. Nah ini contoh ya. Lanjut, kita perlu lagi namanya consistency of what. Lingkarannya yang paling luar. Oke. Apa yang kita kerjakan harus benar-benar bisa jadi cerminan dari si how dan si why-nya. tadi. Kalau Keisha Ascot gue ngeliatnya, satu dari sisi lokasi sebagai service apartment mereka deket semua pusat bisnis. Kemol tinggal jalan kaki, gedung kantor tinggal di sebelah. 24x7 mereka punya on-call wellness dan security buat tamu. Lo bisa telehealth gitu ya, lo bisa konsultasi medis. Ada gym buat temen-temen yang care banget sama kesehatan. Ada yoga corner. Ada swimming pool dengan pemandangan cityscape Jakarta. Children playroom buat yang bawa anak-anaknya staycation. Bahkan Ascot Sudirman Jakarta ini gue baca, service apartment yang Friendly. Gila. Jaksal banget. Paham banget nih jaksal. Kan banyak keluarga-keluarga yang pengen bawa anaknya. Oma-opanya. Cucunya. Sama anak bunya tuh stay. Dan main bareng. Jadi beneran dibuat senyaman kayak di rumah sendiri. Manus banget. Kita bisa ngerasain. Why. How. And whatnya. Sejalan banget. And the most important thing teman-teman. Tamu-tamu mereka bisa ngerasain golden circle ini. Gue tambahin lagi beberapa review ya. It gives me homely feel. We truly feel look after. Making me feel at home. Karena whatnya konsisten dengan how dan why-nya, pas Scott Sudirman pun ngena buat orang-orang yang stay di sini. Gue stay di sini 2 malam, 3 hari bareng sama teman-teman gue. Pengen happy-happy kita karena udah lama gak kecap sama teman gue. And ya kita berasa kayak this is our second home gitu. Tempat buat bisa savor the art of living. Nice banget pokoknya. Ini gue ngomong apaan aja karena kebetulan lagi di sini aja gue pengen konten. Ya tapi semoga timnya Scott bisa merespon ini. Dan kita ditambahin 5 hari lagi. Lanjut ke yang berikutnya. Konsep golden circle ini teman-teman kita bisa pakai bukan hanya di konteks bisnis tapi juga konteks kehidupan kita. What adalah role kita atau profesi kita sebagai pengusaha, banker, guru, penulis, lawyer, consultant. How adalah cara kita untuk bisa menjadi jago, menjadi becus dalam bidang tersebut. Cari pengalaman, magang, S2, internship, ambil sertifikasi, networking, whatever. Baca buku gitu ya. Why? Nah ini yang paling penting. Alasan lo ngambil role dan profesi ini apa? Kalau lo mau gari lebih dalam lagi why-nya, ya kenapa lo hidup di dunia ini? Kalau gue aplikasikan dalam hidup gue, setelah berproses, gue bisa bilang why gue sekarang adalah untuk menjadi guide buat teman-teman di usia 20-30, supaya mereka bisa menemukan strength-nya mereka, dan bisa mencapai goal-nya mereka, tanpa mengorbankan kualitas hidup. Itu juga berproses. Awalnya gue gak pakai kata guide, gue pakai kata mentor. Tapi gue merasa, mentor aku merasa kayak memposisikan diri di depan atau di atas banget ya. Gue pengen jalan bareng-bareng aja deh. Jadi gue sebutkan. Kenapa 20-30? Karena menurut gue ini adalah orang-orang yang sedang punya daya jong yang luar biasa. susah banget lagi di primenya usia mereka energinya lagi kenceng-kencengnya gue pengen semudah mungkin mereka bisa langsung ngerasain perubahan hidup mereka kemudian berikutnya kenapa gue bilang strength karena gue percaya setiap orang dikasih sesuatu yang unik bahkan lu nggak perlu ngubah diri lu kalau lu introvert kayak gue nih justru gue lagi memanfaatkan strengthnya gue ngomong ke kamera jauh lebih gampang buat gue daripada ngomong sama puluhan orang karena lebih less draining energy ngomong sama kamera Dan terakhir, kenapa kualitas hidup? Begitu banyak orang di luar sana mengorbankan relationship mereka, mengorbankan kualitas hidup mereka, mengorbankan kesehatan mereka, untuk sesuatu yang akhirnya sementara doang. Jadi gue nggak pengen mereka sampai ke tujuan mereka, tapi banyak banget yang mereka harus korbankan. Makanya, balance quality of life. Nah, itu juga berproses. Jadi teman-teman, nangkap ya sampai sini ya. How, why, and what. Itu juga bisa dipakai untuk kita menemukan your purpose in life. Simon Sinek bagus banget ngebedain istilah achievement atau pencapaian dengan sukses achievement kalau menurut Simon Sinek adalah sesuatu yang tangible, yang bisa diukur yang bisa kita capai dan kita dapatkan misalnya, berdeka finansial bangun bisnis profitnya 10M dapet PhD di Stanford kalau pakai istilah golden circle, achievement itu dari what, atau apa yang kita mau atau apa yang kita butuhkan tapi kita seringkali gak ngerasa full Gue feel kalau why-nya atau kenapa kita ngelakuin itu nggak selaras dengan apa yang kita mau tadi. Kenapa pengen merdeka finansial? Kenapa pengen PhD di Stanford? Kenapa pengen bangun bisnisnya profitnya 10M? Kenapa, Ayo? Kalau gue sih jelas. Gue pengen merdeka finansial karena gue pengen mempensiunkan orang tua gue. Mereka sudah berusaha. dengan segala upaya dan daya mereka sebagai orang yang lulusan SMP untuk bisa menyekolahkan 3 orang anak dan gue pengen mereka di akhir-akhir usia mereka, mereka bisa santai happy-happy jalan-jalan, gue temenin hura-hura, main sama cucu that's it, buat gue itu kayak yang ultimate, dan itu why yang sejelas itu di kepala gue setiap hari, gue bisa itu bisa ngasih gue semangat yang luar biasa dan ketika itu tercapai, happiness-nya luar biasa banget jadi sukses itu datang kalau Why kita jelas. What atau pencapaian itu bukan final destination teman-teman. Alasan kenapa dari banyak tadi kita merasa gak puas. Sebanyak atau seciamik apapun pencapaian kita. Adalah karena selama ini yang kita kejar. Ukuran-ukuran yang kita pakai. Itu achievement. Kita gak pernah duduk dan renungin. Kenapa sih gue pengen achievement itu. Jelas ya teman-teman. Jadi ambil waktu untuk tanya ke diri kalian. Terakhir. Gue mau episode dibacain kali ini. Gak cuma bermanfaat buat teman-teman manager. Profesional, calon CEO, atau leader. tapi juga bisa ngebantu kita semua sebagai manusia yang seutuhnya. Untuk ngerentuin arah hidup kita, atau untuk evaluasi apakah tujuan hidup kita itu sudah selaras. Antara apa yang kita kerjakan, bagaimana cara kita mengerjakannya, dan kenapa kita mengerjakan itu. Kalau ini selaras, for me that's the ultimate success. So what is your why? Tulis di kolom komentar di bawah, nanti kita ngobrol. Sampai ketemu di dibaca yang berikutnya. Salam belajar berkarya berbagi.