Patung Raja Patung Setradara Robit Kowamudin Teater 84 SMA Negeri 1 Luragu Ya Allah! Ustiz! Alamin!
Ya, eh, tolong! Kau seharusnya mau! Bawa aku ke...
Ke rumah! Tapi aku harus mengerjakannya Tujalah suamiku, kalau kamu masih menikah saja, jangan malam-malam berdekatan suamiku. Ketian berpuluh-puluh tahun, Ipan punilogan mamiku, Puyuk-puyuk mau memanfaatkan...
Duit? Sudah doyan duit apa? Kita kan sudah tua, tidak punya duit, tidak apa-apa. Wah, kita lagi sudah mati.
Ini bukan persoalan duit. Terus kapan, kebesaran yang terlalu raja, jadi, baru soal, soal-soal. Biar-biar yang tak patung ini, kata pemesannya, saya aja.
Ya, kata raja, pabuk itu adalah kelambang keberhasilan kerajaan, membangun kemampuan. Kemampuan adalah kebahagiaan. Katanya, jadi kebahagiaan itu harus diabadikan. Katanya, harus diingat seluruh rakyat. Katanya.
Agar rakyat menjadi selalu bahagia Jadi, kamu harus membuat alus untuk dipasang jauh-jauh ke Jepang di Istana Katanya Hai Aku tidak biasa membuat patung besar ya, kata aku. Aku hanya membuat patung, ya, semuanya besar saja, kata aku. Tapi, haja-haja. Kau ini seniman apa?
Katanya, seniman orang menjelaskan badan. Katanya, kacang ini ngaku. Apa aku tidak tahu? Terus, kau ngomong apa?
Aku diam saja, kawan-kawan, karena kamu tidak nyerah sama aku, kan? Tadinya, aku mau bilang begitu, tapi soalnya raja berbohong-bohong terus. Matanya hampir loncat, mulutnya nyerah jauh terus. Hai kamu sebagai pemanah rupanya bakwa esensi nomad Menjemahkan keadaan menjadi simbol-simbol paku Katanya Apa itu etensi? Aku juga tidak tahu, pokoknya tak jahat.
Tadinya aku mau tanya begitu, tapi takut. Soalnya raja mulai menggotok, bukakan tangannya, memperik. Kau itu bau mahal. konsekuensi logisnya ya harus mahal maka dari itu patah patung-patung kebangguran katanya Apa itu kebocoran yang dihobi?
Aku juga tidak tahu, kok aku tanya? Akhirnya, aku kok tanya begitu? Tapi, makanya apa? Takut?
Bukan, aku kebocoran itu pelek! Alamakumulat, nilakat. Tatanya, jatuh. Semperempi-empi, teratangan. Kokanya, amujaman dalam.
Jatuh. Semperempi-empi, teratukan. Kamu masih lihat saja? Tidak, aku tidak lihat saja. Aku bilang begini.
Aduh, aku tua. Dia bawa tempat kemana? Mulai besok, kau bekerja di tempat. Dalam waktu sebulan, baru selesai. Katanya, berhenti di tangan kita.
Yang begini dulu, langsung berduanya. Kiri, kanan, terus. Kamu siap juga. Tidak, aku tidak yang saja.
Aku bilang begini. Padahal, bisa gitu kan. Lalu, raja pergi sambil tertawa.
Hahaha, hahaha, seperti itu. Terus, cara bagaimana? Kamu mau begitu?
Apa boleh kuat demi rakyat banyak? Katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, katanya, kat Ya, langsung mau makan. Atau, kamu tahu saja, Mokir Oga. Aku istrimu, setiau, tidak pernah setuju.
Kamu, puju-puju, jadi masak lain. Pih! Terima kasih telah menonton Hai teman-teman Tangan, aku tahu kamu tidak mau diperintahkan lain selain aku.
Tapi aku mohon, tolonglah sekali ini saja, demi rakyat banyak. Katanya, aneh, buku-buku... Oh ternyata, ditakjabu, cuyak jadi keras Ayo jatuh, jangan mengerotak dong, jatmi rakyat banyak Jatahkan dong kamu yang bilang katanya tidak patah ngomong begitu aku kan benci sama ngomongan katanya jadi siapa yang ngomongnya?
coba sekali lagi hei jatuh, jangan berantak dong Gembira kan banyak? Jangan lupa! Namo! Ada lagi! Hai!
Barang siapa yang hilang? Apa hanya? Harap memperlihatkan diri! Eh bu, yang ngomong patuh!
Ah, janganlah pergi, kawan! Masa patuh, si sang ngomong! Lolo, sekarang banyak, patuh bisa ngomong.
Ah, yang benar aku. Jangan kamu ngomong, kok. Berpindahkan, gak bisa. Makasih. Betul.
Ih, takut. Apa takut? Jangan, ya, terut.
Iya, berhenti, berhenti Jepi rakyat banyak Sibuk, kebosan Menendang adalah keringatan yang tidak berhenti. Yang terhadap cuma ini, ini, ini namanya kami. Sebuah tukang dihumpus dengan daging agar jadinya 1, 2, 3, 4, 5 Buat saja, ayam benco di bagian belakang, nama nya tumit.
Waduh, semua yang menangkainya, rambang ganas. Malah terasa lembek, tumit, jari, kaki, semua yang berbunyi, selama sesuatu yang cinti, tapi biar Biar dia membahasa, berbicara atas makna sendiri, makna kebenyakan. Tapi bagi Allah, menendang adalah alat kekuasaan.
Bodos koi, toh kaget, dimana alas sekedar penopang, dan bencana, terlalu lugas, aku berimbang dan lugas, hal yang tidak menjanjikan apa-apa. Aku benci! Makan juga!
Bagiku! Good boy! Sebentar, sebentar!
Luar biasa! Luar biasa! Aku coba dulu!
Halo Tapi... Wacow, nikmat! Tuhan Raja nikmat, tapi...
Apa usaha kita? Iya, Tuhan! Sakit!
Itulah bagian kerikmatan yang sedang kamu senimankan Kira-kira begitu tua raja Nah, senimankan sudah terbiasa dengan rasa sakit Yang pentingkan bukan sakitnya Tapi iramanya dapat dirikmati orang kaya Coba ya! Aduh! Ini ketelanuan, Tuhan mencari kelimpahan, sampai menciptakan orang-orang.
Ini harus diperhatikan. En, abu ini kerasa. Siap, raja yang membuat kerajaan makmur, yang membuat seluruh rakyat yang bahagia.
Salah satu cara memaklumkan rakyat adalah membuat diramai siap. Tapi, yang baru-baru mempengaruhi, bisa beri jawaban. Ini kekurang kepala mana anda sebagai seniman?
Hei, jangan! Esensi seniman adalah membuat orang lain senang demi rakyat banyak. Anda harus melakukan konsekuensinya kepala anda! Tapi, waduh, eh jadi-jadi apa?
Tiba-tiba... Aduh, ini apa? Pantai Tendang asik, asik kan?
Asik budolmu, asik kan? Asik banget kan? Bagaimana untuk diroba? Pasuk pesananku sudah selesai. Belum Tuhan, tinggal bagian bawahnya saja Tuhan, kita lihat sendiri Mau gak?
Coba kudat! Ini Tuhan Nuh, kok jelek? Pemuda, tahu kan disuruh memakai sepatu sesuai dengan satu wajahnya begini Ini sudah sesuai dengan wajah Tuhan Masa sih? Kata abil abimu Wajahku gantar Kata rakyat Katanya, lalu menopang, kurang tenjuk, tidak mudah melakukan kerja.
Hidupnya, lalu abdas, kurang lanjut, tidak menjelaskan kewibawaan. Menurutnya, juga terlalu hebat, tidak menjelaskan kearifan dan kesederhanan. Terus, ini, ini apa?
Ini kuadat tariknya. Tarik alam tersegar, warnanya kuliah. Sembaran. diikukan rapi, dan selalu bosok gigi tiap pagi. Wah, wah, wah, tak banyak.
Kau bukan realis, selalu menggabarkan apa, mana penting. Mohon maaf Tuan Raja, sesungguhnya aku telah membuat tatu sesuai dengan wajah Tuan. Ini wajahku, wajah Tuan mirip aku hampang, sumpah, jahit bodoh, maksati, cowok melihat, setelah itu lagi. Silahkan Tuan.
Hai, kita sudah kembali ke tempat yang paling penting. Mari kita mulai. Mata, coba hidup. Coba dulu Bagaimana Tuhan? Bukankah wajah Tuhan memang seperti ini?
Aduh, memang mirip ya Raki selama ini wajahku memang jelek Memang Kok ada dirimu? Indri Tuan, memimpin aku Apa? Apa kabar kamu ibu?
Indri Tuan, isi buah aku Indri Tuan, panjang berani Hahaha... Kamu mencari ibu? Kamu kau pintar Hai, bukan tidak. Ambil jamin itu.
Masuk, Ibu. Kamu percaya jamin itu? Percaya banget, Tuhan. Jamin asli? Asli.
Masih? Coba aku lihat. hahaha nah ini wajahku katanya jauh-jauh Hai semuatai Hai kalau kita Dari Tihota, Salam!
Baik, Buan! Baik, Nek! Ah, Tidak, Buan! Ganteng banget, Ko!
Ganteng, Ganteng, Nek! Ganteng, Bu! Paham, Nek, Salam! Ah, Makasih!
Rambut gampang Gampang gak? Lihat Rambutnya saja keriting Kayak rambut Rumah irama Mana? Coba aku lihat Bagaimana?
Ini? Udah tua Jelek Keriput lagi Hai kamu bawa masa-masa krimpun Oh tidak ribut masih kencang tapi cewek hai hai Jalan gak sih? Tapi ah, ini jalan yang pasu Coba kamu yang lihat Katanya tadi ganteng, ganteng kan?
Ganteng, ganteng banget Dari tadi, juga ganteng. Dato, ganteng, Mak. Ya, sudah. Sebetulnya, wajahmu memang ganteng. Tapi, ini bukan wajahku, Wak.
Ini wajahku. Tapi, berapa ini kayak aku? Haha, yang itu betul wajahku, Wan. Tapi tadi, wajahku.
Mata wajah orang bisa balik-balik? Tidak, Wan. Jadi, ada penyakit paling dulu.
Dia selalu menggambarkan apa adanya Cuman, terbalik memang Yang kiri jadi kanan, yang kanan jadi kiri Kamu kok malah menggigit aku? Kurang ajar Bagi kamu tahu aja Tidak ada lain jalan Adilah tidak ada yang tahu bagaimana sesungguhnya wajah kita Satu jodohan yang tahu wajah kita adalah orang Jadi yang tahu wajah Tuhan adalah aku Seperti itu, nanti berumpuk. Tapi itu terlalu jelek.
Aku tidak percaya kalau wajahku angguran juga begitu. Tapi Tuhan tidak pernah melihat wajah Tuhan sendiri. Tuhan harus percaya.
Kalau tidak percaya... Selalu kaya, kaya semua, pengalawa, pengancah, padanya, aku cakup, kaya, ten, gitu, oh, kaya. Tuan, jangan tanya mereka. Tuan bisa tanya pada seniman. Atau Tuan, seniman alas menjelangkan yang terkutuknya.
Baik, follow him. Hai seniman, suruh dikalah kau bersedihkan. Hei, apa betul wajahku mirip batu itu? Tidak! Tidak, tidak, tidak!
Kau bisa! Tolong, tolong, tolong! Aku tidak memakai wajahkuan supaya mirip batu, supaya mirip wajahkuan. Maksudnya apa? Pertanyaan yang terbalik Abang Iyaya Sampai sekarang Hei, selimut Abang-abang Buat jawabannya itu Bila jawab Hei, jawab Oh Aku membuat penuh mengecewakan aku!
Nih! Nih, Riko! Yang panas, agar semangatmu tetap panas Pokoknya aku telah tidak setuju kamu memakan satu pesanan itu. Iya nih, pesannya ada di sini, makan.
coba ngomong banyak aja jangan terlalu dekat iya, Nek nanti, gua masaknya marah jangan lihat, Nek jangan lihat apa yang kamu lakukan sama teman-teman kita kenapa, Nek? Aku hanya mendengar dari para abdi rajaan Katanya wajah raja kita lumayan ganteng Tapi ternyata hanya Amin amin ya bang bayi Aku anak hidup Bagaimana kita lakukan demi rakyat banyak? Hanya harus berubah wajah orang itu menjadi berbata seduh, maju, jangan berburu, ibu-ibu, tapi tetap berbawa.
Akhirnya menggambarkan seorang rakyat yang berbati memaklumkan rakyat. Ayo lho, roh batu, jangan begini, betul gak? Mohon maaf, Tuhan Raja, sesungguhnya aku telah menggambarkan batu Ini sudah padanya, tapi aku tidak begitu kenyataannya. Aku harus ganteng, pembentukan aku harus ganteng. Harus.
Ya, harus ganteng. Makan ganteng. Ganteng.
Macem. Macem. Harus itu.
Belum kenyataan Tuhan, harus hitung belum terjadi, akhirnya Tuhan belum datang. Bikin saja, hal itu sudah terjadi sekarang. Apa susahnya sih?
Beritanya aku sudah datang, ini masalah kerajaan, bukan masalah wajah-wajah. Masalah belajar itu masalah politik Kamu mau begong masalah politik Memang bukan politik kok Sekali-kali jadi politikus itu gak pasti Pemahat politikus itu Aku tidak tertarik Sekali-kali harus tertarik Tidak mau sekali-kali harto, tidak harto, tidak Jangan selalu takut, kalau selalu diberdampung takut Aaaaaaaah Aaaaaah! Tiaaa! Aaaaaah!
Ayo, rawat! Wajah padamu! Jemput rakyatmu! Tidak!
Hiyah! Hiyah! Hiyah! Aku lupa, aku lupa What's up, people? I'm Dibawa Dibawa Hai tidak mau Tuhan berhati-hati Hiyo!
Hiyaa! Hiyaa! Aaaaaah! Rasakan semuanya!
Pokok kalian bisa lebih stabil dibandingkan itu! Aaaaaah! Aaaaaah!
Aaaaaah! Hiyaaaaaaaah! Hai ah Aku, yaaah... Aku, aku sangat kagum Makanya, minumlah, dan kamu pindah Oh, maaf, takut kamu hidup Aku memang sanggup hidup Dan akan hidup sampai... Kau tahu Enggak, Aaaaaah, putak!
Aduh! Dari luar, aku bantu! Aku tidak bisa tidur kalau tidak ada suara patuh.
Walaupun terbapar selenahan, makanya juga apa? Aku tidak akan tanggung membuat patuh kesana. Mana sih hasil kesehatan? Aku gak buka, aku gak buka!
Punir lomba! Kau hebat! Kau pernah melihat karya kondiko?
Dohe Mati! Semarang, tanda! Semarang, tanda!
Semarang, tanda! Semarang, tanda! Beri api! Semarang, tanda! Akan bapak buat, bapak buat, bapak buat!
Akan Muhammad Abbas Tidak Muhammad Abbas Tidak Muhammad Abbas Tidak Muhammad Abbas Tidak Muhammad Abbas Tidak Muhammad Abbas Tidak Muhammad Abbas Tidak Bipinan Polisi Musik