Pak Pendeta deh cerita versi Pak Pendeta Gilbert. Saya bisa datang ke gereja Pak Pendeta Gilbert di Januari. Iya. Kembali buat saya sebelum kita belajar agama kita mesti belajar manusia dulu lah gitu. Kalau Tuhan itu satu, empat dari lima agama di Indonesia itu ada yang salah Pak Pendeta enggak? Intinya bahwa semuanya itu menuju ke sama. Cuman kembali penafsirannya. Kenapa misalnya mesti buka sepatu? Kenapa mesti pakai yang sederhana? Karena buat dia itulah yang terbaik. Pak Pendeta, kalau semuanya sama, Pak Pendeta percaya sama, kenapa enggak Pak Pendeta masuk ke Islam aja, Pak Pendeta? Kan sama. [Musik] Shalom, Pak Pendeta. Shalom. Asalamualaikum. Waalaikumsalam. Ini saya suka saya ngomong shalom, beliau ngomong asalamualaikum. Gimana tuh? Enggak. Karena saya kan biasa gini, sekolah Alkitab saya itu ee hub sister e sister school-nya itu dengan Palestina. Oh, iya. Dengan Betlehem kan, Palestina. Heeh. Jadi alhamdulillah. Justru saya di sana enggak pernah dengar alhamdulillah yang saya dengar. Alhamdulillah. Kan pengucapannya, lafalnya demikian. Terus asalamualaikum insyaallah itu hal-hal yang hari-hari yang saya dengar dari anak. Pendeta enggak anti itu ya itu bahasanya dia. Padahal ya dia Kristen maksudnya sekolah teologi. Di Kristen itu pakai bahasa asalamualaikum. Waalaikumsalam. Biasa aja gitu biasa aja karena itu kan bahasa Arab. Kebetulan kita punya sister ee school-nya teologi kita mungkin satu-satunya yang berhubungan sama Palestina gitu. Tapi saya penasaran ya. Saya kan ee sebenarnya saya itu bukan Kristen Protestan. Saya itu dari lahir itu Kristen Katolik. Katolik sampai mungkin sekitar sampai kuliah mungkin ya. Habis itu memang saya enggak hampir tidak pernah ke gereja. Mungkin lebih tepatnya ah hampir enggak pernah ke gereja, jarang berdoa ya. Ateislah saya ngomong seperti pokoknya Tuhan tahu. Drter R tahu. Saling tahulah. Iya. Yang tahu-tahu aja lah. Tapi saya tuh sering mendengarkan shalom shalom shalom shalom. Shalom itu apa sih artinya? Sama. Jadi ee kalau saya di Palestina Heeh. saya jangan coba-coba bilang shalom. Bisa dilempar batu saya sama orang. Oh iya loh. Iya karena itu bahasa Ibrani. Oh oke. Yahudi ya. Simp aja agamanya Yahudi tapi ee bahasanya bahasa Ibrani. Jadi kalau ee misalnya kan ada banyak orang Arab di Israel. Ada banyak orang Arab di Israel ketemu orang shalom dia. Oke. Walaupun di Arab pakai kalau di Arab biasa aja shalom. Kalau di Israel. Oh oke. Jadi kalau karena itu bahasa Ibrani. Heeh. Jadi kalau dia di Israel orang-orang Arab yang pakai apa tuh namanya? Ee hijab dan lain-lain misalnya kayak di rumah sakit atau di ee terminal atau apa. Ketemu orang biasa ya shalom gini. Terus dia ngomong Ibrani walaupun shalom itu damai sejahtera sama seperti asalamualaikum. Tetapi ketika di Palestina Heeh. iya kan kayak ini negara sebelahan kan. Ketika di Palestina mau dia orang Kristen mau dia apa biasa aja alhamdulillah gitu. Apa kabar? Alhamdulillah gitu biasa aja gitu. Nah cuman di kita Heeh. dijadikan bahasa Arab adalah bahasa Islam, bahasa Ibrani adalah bahasa Kristen. Nah, itu yang salah kaprahnya. Oke. Padahal itu sebenarnya ya saling mendoakan, saling ini ya salam ya. Dalam Alkitab dikatakan kalau kamu masuk rumah ucapkanlah damai sejahtera. Gitu. Nah, dalam bahasa Alkitab aslinya bahasa Ibrani dibilang, "When you enter the room, say shalom." Nah, sebetulnya itu gitu. Oke, Pak Pendeta. Saya tuh kangen podcast dengan Pak Pendeta. Tahu enggak, Pak Pendeta? Saya kan podcast dengan pendeta Gilbert kan. I begitu masuk di grup ee YouTube saya langsung kan tim saya ada tim pimpinan perusahaan ngomongkan, "Wah, bukannya Pak Pendeta Gilbert marah sama Dr. Richard musuhan enggak?" Gua bilang enggak pernah musuhan masih telepon-telepon. Iya. Dia bilang, "Soalnya masyarakat bilang Dr. Ricut dengan Pak Pendeta musuhan." "Hah, aku enggak pernah kita telepon-telepon Pak Pendeta ya." Enggak ada. Ini gara-gara video viral di bulan Januari nih, Pak. Itu enggak. Saya datang ke tempat Pak Pendeta jadi viral, Pak Pendeta. Tapi saya sudah menjelaskan, Pak Pendeta. Aman. Jadi mungkin eh Pak Pendeta deh cerita versi Pak Pendeta Gilbert. Saya bisa datang ke gereja Pak Pendeta Gilbert di Januari. Iya. Kembali buat saya sebelum kita belajar agama, kita mesti belajar manusia dulu lah, gitu. Gitu. Karena jadi dalam Alkitab kan dikatakan, "Kasihlah Tuhan Allah-mu dan kasihlah sesamamu manusia." Ya, jadi dalam Alkitab ada istilah gini, bukan ee manusia untuk sabat, tapi sabat untuk manusia. Jadi, artinya semua peraturan itu untuk kemanusiaan, bukan semua ketuhanan melanggar kemanusiaan. Jadi pokoknya demi ketuhanan kita musuhan sama manusia. Kayaknya sih enggak gitu gitu. Justru sebelum belajar agama kita belajar kemanusiaan aja dulu gitu. Belajar jadi manusia dulu. Belajar jadi manusia gitu. Jadi dalam Kristen ada istilah gini, Allah menjadi manusia supaya manusia bisa jadi manusia gitu. Karena ada kalanya manusia belum bisa jadi manusia gitu. Ketika kita melihat perbedaan kita benci, ketika kita ngelihat perbedaan kita serang. Ketika kita ngelihat perbedaan kita maki, ya itu dia kan belum jadi manusia. Itu kan sama kayak binatang. Karena karena kucing bukan anjing. Waktu anjing lihat kucing dia serang gitu karena anjing merasa lebih besar kan gitu. Nah, ketika kucing lihat tikus, dia lihat anjing enggak berani. Dilihat tikus, tikus dia serang. Karena apa? Karena tikus ini bukan kucing, kan gitu. Nah, ketika saya mayoritas dia uh saya serang. Ketika saya serang gitu ketika Dr. Richard pindah, oh saya serang dulu gitu kan gitu. Nah, itulah yang ter kita enggak usan loh, kita temenan kita masih telepon-teleponan karena kita masih manusia. Tapi kayak gimana ceritanya kemarin kejadian saya bisa datang ke gerejanya Pak Pendeta. Mungkin versinya Pak Pendeta nih ya. E buat saya sih kan biasa aja kan ada orang yang punya sesuatu untuk diceritakan, sesuatu untuk dibagikan. Awalnya, awal Pak Pendeta ceritanya awalnya kenapa saya bisa datang? Kan itu ada rangkaian kita ada kegerakan untuk orang-orang muda di gereja. Nah, rangkaian pertamanya ee Deni Sumargo. Iya kan? Oh, itu Bang Densu di situ juga kemarin Bang Densu. Jadi mulainya kan per bulan kita bikin kan pertama Bang Densu, terus kedua ee Dr. Richard. Oke, yang ketiga ee Onje gitu. Nah, sebelum Paskah ini baru pasca ada si siapa lagi itu satu. Nah, jadi rangkaian itu seperti itu dan semua sama. Kita enggak lihat dari wah kedekatan seseorang dengan Tuhan atau apa ya biasa aja ada something to share gitu. Ada suatu yang dibagikan karena kalau ingat saya bilang bisa menginspirasi anak-anak muda. Anak-anak muda ya pada waktu itu. Iya. Karena waktu itu saya ceritanya bilang sama dr. D Ricard gini, Dokter Richard kan dokter ini pernah ngalamin sukses, pernah ngalamin susah. Jadi istilahnya bantingan bantingannya asik tahan banting. Ah, tahan banting gitu. Nah, yang sekarang saya bilang anak sekarang itu agak ya gampang goyang, gampang kepahitan, gampang stres, gampang putus asa. Nah, sebetulnya itu aja yang menginspirasi gitu. Nah, jadi enggak kita enggak lihat Dr. Richard sebagai waduh orang yang wah penuh Roh Kudus, penuh kemuliaan Tuhan gitu. Nah, dan itulah yang dibagikan oleh Dr. Richard. Kira-kira itu aja sih minta motivasi ya, Pak Pendeta. Iya, lebih ke arah motivasi, semangat supaya jadi kuat gitu loh ya kan istilahnya tanpa Tuhan aja kuat apalagi dengan Tuhan kan gitu istilahnya. Yes. Oke. Jadi tapi masalahnya itu jadi viral banget tu ya. Biasa kan kalau dokter Richard harus viral. Kalau viral namanya bukan dokter Richard. Tapi dibayangkan aku Pak Pendeta itu ee itu tuh kakak itu kakaknya. Oh. Tapi satu loh yang saya perlu klarifikasi dokter Richard enggak minta tarif loh. Kita enggak ada urusan tarif-tarrifan gitu. Itu ee betul-betul saling bantu. Saling bantu aja gitu ngobrolas aja. Jadi takutnya nanti oh ini karena dr. Richard ada hitungan-hitungannya. Enggak, enggak enggak. Itu itu clear. Itu clear. Dr. Richard enggak pernah juga kasih ee Pak Pendeta kalau saya datang transportnya sekian, uangnya sekian. Ya, itu clear. Itu clear. Jelas memang enggak pernah. Tapi saya tuh sebenarnya senang, Pak Pendeta. Ini kan aku ada hutang, Pak Pendeta. Pendeta ini bilang, "Dok, nanti ada ibu-ibu bulan Mei lagi ya." Dokter dokter Richard kan urusannya wanita kan apa tuh ee skinc perawatan. Jujur, Pak Pendeta, saya tuh senang Pak Pendeta. Jadi saya senang tuh berbagi bukan soal keagamaan ya, karena kan saya kan ngerasa saya enggak agamis ya, mungkin yang lain mungkin lebih rajin berdoa, lebih rajin beribadah, lebih rajin ke gereja dari saya ya. Jadi saya malu sih. Tapi ee ya kan saya di apa ya dikaruniai mungkin lebih dulu sukses, lebih dulu meniti bisnis jadi lebih besar ya sehingga saya senang bisa berbagi pengalaman kayak kemarin saya. Tapi buat saya kelebihannya bukan anak orang kaya. Hm. Jadi bukan sukses karena fasilitas. Kalau sukses karena fasilitas kan setiap orang bisa justru kan bagaimana menjalani hidup dengan seni gituah. Itu itu kan yang menjadi pelajaran gitu. Karena ada banyak orang lihat Tuhan tuh dalam bentuk seremonial ya kan. Tapi kan sebetulnya walaupun drter bilang saya sih bukan orang yang tukang berdoa apa tapi kalau kepepet kan pasti ya Tuhan tolong saya gitu. Jadi itu kan itu kan pasti yang memotivasi seseorang gitu kan. atau kanak pasti apun Tuhan tolonglah gitu Tuhan siapa kek pokoknya Tuhan some please somewh up there please help me kan kira-kira kan begitu simpel aja sebetulnya gitu iya tapi saya enggak enggak mungkin karena gini ya ee mungkin karena kemarin itu video viral itu ada dua ya satu karena acaranya ternyata gereja he di pikiran saya adalah anak-anak muda kumpul ya kan ee ternyata ada ibadah sudah ringan di awal gitu kan walaupun saya enggak mimpin apa-apa kan. Terus ada kedua tuh saya kepeleset lah ya. Itu kan sebagian buat telinga orang mungkin enggak bagus gitu tapi kan buat seseorang ya biasa aja kan. Jadi kembali we cannot please everyone gitu. Yang penting pokoknya ya dokter Rica tahu aja kan begitu ya kan. Jadi, dan yang pasti Tuhannya enggak pernah tersinggung gitu di atas itu. Siapapun namanya ya kan enggak enggak akan bikin kavling lah gitu kalau menurut saya gitu. Iya kan? Bukan berak. Iya kan? Bukan berarti kalau we call him Allah misalnya gitu kan. Lalu wih kenapa nih pindah-pindah eh baptis ulang atau ee apa tuh syahadat ulang gitu. kayaknya sih enggak, enggak juga gitu. Karena ya dia sama dia kan di atas itu kan somewhere up there only one God. Itu yang saya percaya. Tapi cuma satu, Pak Pendeta. Ya harus dong gitu kok dua ya. Ilah presidennya aja cuma boleh satu ya kan apalagi yang di atas itu. Wah ini ini menarik. Tapi sebelum saya masuk ke sana Pak Pendeta ini loh kita ee jujur dulu surga itu ada berapa? Ada enggak kira-kira pengumuman ee Buddha ya? Oh surganya di situ. Kristen ya? Oh, yang sebelah situ. Oh, Muslim yang tengah tuh yang agak besar gitu. Hindu tuh yang agak kecil kan enggak mungkin. Surga itu cuma satu, Tuhannya satu ya kan? E cuma itu. Cuma manusia aja yang bikin. Kalau Tuhan itu satu berarti satu dari eh empat dari lima agama di Indonesia itu ada yang salah, Pak Pendeta. Enggak. Enggak. Karena yang pertama God is God. dia terlalu luas untuk dibatasi oleh satu yang bernama agama. Dia terlalu luas gitu. Ini kan agama itu kan sama kalau saya bilang sama seperti orang pegang ee gajah kan. Yang satu cuma pegang kakinya. Dia bilang, "Wah, Tuhan itu seperti pohon yang besar." gitu. Satu pegang buntut. Ah, Tuhan itu kecil, halus. Uh, lembut sekali. Yang satu pegang kupingnya. Tuhan tuh luas tapi tipis gitu. Iya kan? pegang belin Tuhan tuh panjang gitu. Yang mana Tuhan? Terus eh apa itu namanya? Gajahnya marah-marah gitu. Wah, kamu salah enggak tuh? Gajahnya senyum-senyum aja gitu. It's me, gitu. Saya percaya manusia selama masih terbatas di muka bumi, dia hanya bisa mengerti part of God. Cannot whole of God gitu. Enggak bisa seluruh ketuhanan yang dia mengerti. paling hanya sebagian gitu. Nah, itulah yang selama ini sedang kita pelajari. Oke, saya tanya konkret ya, Pak Pendeta ya. Kalau ee di agama Kristen sendiri yang masuk surga itu siapa, Pak Pendeta? Yang dia mau yang dia mau aja kan. Surga punya dia kan. Kita sekarang ini sudah kayak agen surga kan yang bisa masuk surga A B C D E. Kenyataan apa yang Tuhan mau? Oh, yang Tuhan pilih nanti. Yang Tuhan pilih. Yang Tuhan pilih istilahnya mau buat apapun. Oke. Sekarang yang e Dr. Richard praktis adalah muslim. Heeh. Sepanjang hidup nih. Wah, wuduh sembahyang lima waktu, puasa, haji, apa segala macam. Kira-kira H tiba-tiba goyang, stres gitu, marah. Ah, enggak benar. Murtad sebentar. Minum mabuk, judi, lalu selingkuh, tabrakan mati. Masuk surga enggak? Kan akhirnya enggak benar. Semua kan sia-sia kan? Iya. Sebaliknya orang minum, mabuk, ngacau segala macam. Benar-benar menit terakhir dia lihat gini dia dengar azan syahadat. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Ah, gua kan Islam. Gua mau berdoalah, minta ampun sama Tuhan. Ini sungguh-sungguh di menit terakhir mati. Heeh. Dia naik pesawat, jatuh di pesawat. Heeh. Masuk surga kan dia. Nah, Kristen kan juga sama. Sepanjang hidupnya berbuat baik, apa semua doa terakhir dia murtad. Dia wah udahlah percumalah gua merokok, minum, mabuk, judi, apa segala macam. Mati neraka. Akhirnya apa? Kan ada namanya penentuan Tuhan. Jadi siapa yang masuk surga? Kalau saya gampang yang Tuhan mau kan gitu. Iya kan? Nah, yang Tuhan mau dia sudah sampaikan pasti dalam firmannya. Oke. Apa saja? Nah, sekarang persoalannya firmannya banyak orang bukan memahami tetapi memperkosanya berdasarkan kemauan saya. Oh, memperkosanya berdasarkan kemauan saya. Loh, sekarang gini, sesama Islam semua sama enggak pandangannya? Ada sedikit perbedaan. Bukan sedikit, banyak. Banyak sekali perbedaannya. Kenapa? Karena cara menafsirkan Al-Qur'annya berbeda. Dalam Kristen ada banyak enggak? Dalam Kristen kalau Kristen saya tahu ada satu bilang kalau kenyanyi harus tepuk tangan. Yang lain bilang enggak boleh tepuk tangan. Tuhan enggak suka berisik-berisik. Yang satu bilang kalau doa menghadap patung ya kan dalam Katolik misalnya harus menghadap patung. Kenapa? Itu kehadiran Bunda Maria. Dia bukan nyembah patungnya tapi berhadapan dengan patung. Kristen lain bilang, "Apa itu pakai patung-patung?" Ah, kan begitu. Banyak tafsir ya. Akhirnya ribunya tafsir. Terus pertanyaannya, "Tuhannya tersenyum enggak di surga?" Atau dia marah-marah gitu, "Oh, tafsir salah ini. My God is not high blood pressure God gitu. Tuhan saya bukan Tuhan yang darah tinggian gitu. Yang duduk di surga tuh cuma nyari kesalahan orang gitu. Oh, ini salah nih, ini salah nih." Enggak. Kalau dalam Alkitab dibilang, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga mengarunikan anak yang tunggal supaya barang siapa yang percaya kepad binasa melainkan beroleh hidup yang kekal." Artinya apa? Tuhan tuh cuma mau menyelamatkan. God is in salvation business. Tuhan itu Allah bukan dalam neraka. Nah, ini saya ditanya orang. Kalau Tuhan itu baik, kenapa Tuhan ciptakan neraka buat manusia? Lah kalau di Alkitab jelas di Alkitab dibilang neraka itu untuk setan dan pengikut-pengikutnya. Bahasa Alkitab bilang gini, iblis dan malaikat-malaikatnya. Berarti bukan untuk manusia. Bukan untuk manusia, untuk iblis. Tapi iblis enggak mau kesepian di neraka. dia narik orang untuk dijadikan iblis, untuk dijadikan kaki tangannya. Nah, itu sebabnya kenapa yang Tuhan siapkan itu surga buat manusia. Cuman manusia keseret sama iblis. Konkret, Pak Pendeta. Kalau misalnya ini ada orang pindah agama dari Kristen nih, pindah agama menjadi agama misal mualah p ya menjadi agama Islam, masih bisa enggak dia masuk surga versi Kristen? Kita clear dulu. Enggak ada surga versi Kristen ya. Eh eh itu lu masuk surga yang ada salibnya tuh ya itu Kristen tuh. Nah yang ada bulan bintangnya nih khusus muslim gitu. Enggak ada. Semua orang harus oke masih bisa masuk surga enggak? Satu dalam Kristen itu ada dua. Ada yang bilang, "Oh, Dokter Richard itu murtad." Karena apa? Tinggalkan bahasanya Yudas, bahasanya apa segala macam gitu. Nah, dalam Ibrani pasal 6 tuh ada tuh jelasan murtad. Tapi yang kedua bisa dibilang anak yang hilang. Anak yang hilang itu lari. Lari aja gitu. Lari. Kenapa dia lari? Bukan karena dia jahat. Mau mencari. Mau mencari. Tapi dalam Alkitab dibilang Bapak menunggu. Gitu. Nah, kapan waktunya? Ya waktunya Bapak. Nah, menunggunya apa? Harus nunggu dokter Rizat masuk Kristen enggak? Pertanyaan saya gini, semua orang Kristen pasti masuk surga enggak? Simpel aja. Semua orang Kristen pasti masuk surga enggak? Belum tentu. Nah, sudahudah simpel itu jawabannya gitu. Nah, sekarang kalau yang bukan Kristen pasti masuk neraka enggak lah. Jadi surga itu ada setan. Oke. Yang masuk surga satu harus Islam, yang masuk surga harus Kristen atau yang masuk surga harus begini. Gak ada. Tergantung dia. Dia maunya ke mana. Gitu aja gitu. Oke, Pak Pendeta. Tapi gini, ini ada yang viral nih, unik ya. Jadi ee kebetulan kan ada beberapa teman saya mualaf ya, teman saya mualaf kayak gitu ya. Terus muncullah selentingan Yudas Iskariot. He. Sampai eh di salah satu teman saya yang mua live ya. Pada saat dia live itu muncul ramai banget. Yudas Iskariot. Yudas Iskariot. Jujur kalau saya sedih. Saya sedih. Kenapa juga? Kenapa kalau saya sedih? Saya ee bagaimanapun juga saya kecil belajar agama Katolik ya dan enggak begitu di sekolah ya. Setahu saya landasan agama Kristen itu adalah agama kasih ya. Ini saya tidak melihat dalam ketikan-ketikan mereka, saya tidak melihat kasih lagi ya. Walaupun saya paham pasti ada kekecewaan di sini ya. Tapi kan di mana lagi. Kenapa mesti kecewa? Emang Kristen saya punya kan orang mau keluar masuk kan bukan urusan saya. Kalau sedih juga yang pertama yang pasti Tuhan Yesus enggak sedih. Kenapa? Emang dia kalau kehilangan satu terus kayak aduh aduh kenapa hilang? Enggak suka gitu. God is in a salvation business. Tuhan itu dalam bisnis keselamatan, bukan dalam bisnis lemparin orang ke neraka. Lalu kalau orang bilang ee Yudas, pertanyaan saya, emang Yudas pernah pindah agama? Apa urusannya sama Yudas? Yudas kan yang menjual Yesus. Ini kan bukan menjual Yesus kan pindah agama gitu kan. Kenapa pindah agama? Orang pindah agama kan mencari. Iya kan? Kenapa mencari? Karena belum menemukan. Nah, kenapa belum menemukan? Ya, bukan salah dokter Richard, salah pendetanya dulu. Iya kan? Kasar-kasarnya ya kan? Istilahnya gini, kalau pastur dulu membuat Dr. Richard mengerti, membuat Dr. Richard memahami kan beres. Waktu itu dia buat belum mengerti aja. Makanya mungkin dia khotbahnya kurang jelas waktu itu. Kasih masing-maset loh. Benar enggak? Benar enggak? Ya kan? Kenapa orang pindah agama? Kan mencari. Emangnya Dr. Richard pindah agama supaya dapat duit? Apa tuh? Ustaz Deri bilang, "Lasuk sini dapat 16 miliar gitu kan. Lain cerita kan mencari mencari apa? Keselamatan. Ya simpel aja gitu ya. Simpel aja gitu. Kalau buat saya sih sederhana. Nah, kalau Yudas itu menjual Yesus mencari apa? Mencari uang gitu." Nah, ini kan yang perlu dibedakan. Apakah ee pindah agama? Kan enggak. Kalau buat saya, kalau saya nih ditanyain orang, "Uh, ya sudahudah enggak pindah agama ya. Enggak dong. Dia jual Yesus untuk duit gitu. Nah, kalau DTR Richard masuk ee mualaf karena ditawarin duit sama Ustaz Deri. Ah, itu baru namanya Yudas. Ya toh. Kalau ini kan mencari. Kalau saya bilang bukan salah dokter, bukan salah pastur dulu. Iya kan? Tapi Pak Pendeta sendiri ngelihat-ngelihat kayak gitu banyak yang komentar Yuda sis kariet, udah sis kariet. Kan ramai ya, Pak Pendeta ya ngelihat. Saya terusang enggak setuju karena buat saya simpel aja gitu. Karena yang pertama kita harus tahu ada kebebasan orang dalam memilih. Kan begitu dan yang kedua yang harus kita tahu Tuhan adalah Tuhan buat saya. Kalau buat saya nih, kalau buat saya yang paling menakutkan buat saya kalau orang pergi ke dukun itu menakutkan. Kenapa? Dia percaya yang pasti bukan Tuhan. Kalau ini kan gini, saya nih Kristen kok saya rasa kayak belum menemukan Tuhan. Saya coba di sini, saya coba di sini, saya coba. Enggak apa-apa buat saya kan yang Dr. Richard cari kan Tuhan kan. H yang Dr. Richard cari kan Tuhan ujung-ujungnya kan God. If you are through God, please show yourself to me. Kan begitu dan jadikan saya orang yang lebih baik. Dan ketika kita jadi orang lebih baik, it's ok. Iya kan? Tapi kan kalau ke dukun enggak. Nah, kalau dukun mau jadi baik mau enggak tapi kan sesembahannya sudah pasti beda. Itu kan sudah pasti beda lah. Ah, itu yang saya bilang. He. Tuhan menciptakan neraka untuk iblis dan malaikat-malaikatnya gitu. Saya jauh mau pindah-pindah agama apa hanya untuk mencari the true God gitu. The true God will reveal to you gitu. Udah simpel aja gitu. Kalau saya loh, saya gitu enggak semua orang pasti. Dan saya enggak mewakili pandangan orang Kristen misalnya. Saya sih mewakili pandangan yang saya tafsirkan Alkitab saya menurut pemahaman saya. Iya. Tapi, tapi jujur saya sedih sih karena kan ee di pemahaman saya ya ketika kita belajar agama itu ya harus buat kita tuh jadi lebih bijak ya, jadi lebih baik, jadi lebih dewasa. Ini kayak keluarga terus anak kabur gitu kan karena mau mencari. Oh, kalau saya di kampung terus saya enggak ini. Orang tuanya bilang, "Enggak, lu harus di kampung susah. Senang harus di kampung gitu harus di Palembang aja gitu." Enggak, saya mau ke Jakarta. Ribut sama keluarga kan. Wuh. Ah, ini kayak begitu gitu kesannya tuh. Oh, dikutukin gitu. Kalau buat saya sih enggaklah. Buat saya lagi mencari ya mudah-mudahan menemukan kan begitu. Iya kan? Dalam hidup saya kalau saya yakin I carry, I believe in through God, somehow you will find through God. Karena Alkitab saya bilang, "Barang siapa yang mencari akan menemukan." Kan begitu. Oke. Hidup dibikin simpel, Dok. Ya, lagian lagian agak aneh juga, Pak Pendeta. Karena menurutku kalau misalnya kita ketika orang lain itu jadi lebih baik, ketika orang lain itu berbahagia, ketika orang lain itu bergembira, maka sebaiknya kita sebagai tetangganya atau orang yang di samping dia harusnya ikut bahagia, Dok. Kalau kita melihat orang yang lagi bahagia, orang yang lagi menemukan Tuhannya, orang yang jadi lebih baik, kita itu menjadi sedih dan kita itu jadi marah, justru kita enggak harus pertanyakan hatinya enggak bersih. Apakah kita sudah belajar agama dengan baik? Ya, kita belajar agama susah lihat orang senang, senang lihat orang susah. Itu sih menurut saya sih. Dan agama ini harus kita tahu bukan punya kita. Kalau dalam iman Kristen dibilang gini, "Bukan kamu yang memilih aku, tapi aku yang memilih kamu." gitu. Jadi bukan punya kita. Jadi itu juga yang saya pertanyakan. Kenapa gampang sekali orang sekarang melaporkan penistaan agama? Kok agama saya kayak saya yang punya gitu. Jadi kalau drter Richard pindah agama, saya marah karena dr. Richard tadinya anggota saya gitu loh. Enggak juga gitu kan Tuhan punya. Iya kan? Kalau Tuhan mau jaga dr. Richard supaya enggak pindah bisa enggak? Bisa aja gitu. Tapi kan sekali lagi hanya ada satu surga. Heeh. Somewhere there hanya ada satu Tuhan. Oke. Karena lucu kan. Eh Tuhan kau versi yang mana ya? Oh kau versi Hindu. Oke. Gitu ya kan? Jadi kayak bas bismus pisang rebus gitu. Bas bismus pisang rebus duit 100 gunung meletus. Terus di mana itu yang kita sembah gitu ya? Enggak juga. God is one. Gitu. Kalau kita percaya Allah itu esa, Allah itu esa. Tapi Pak Pendeta sendiri kalau melihat ya ada misalnya ada umat Pak Pendeta ya, ada yang sering datang ke gereja gitu, tiba-tiba beliau pindah ke agama Islam atau pindah ke agama yang lain. Pak Pendeta melihat orang itu sendiri bagaimana sih? Yang pertama saya minta ampun dulu sama Tuhan. Kalau kalau umat saya ya. Kalau umat saya karena ada satu du lah umat saya empat kali atau lima lah kira-kira gitu kan. Kalau umat saya ada yang pindah, yang pertama saya minta ampun dulu sama Tuhan. Someh somehow somewhere might be ada sesuatu yang saya buat atau ada sesuatu yang saya ajarkan yang belum mendarat ke mereka gitu loh. Enggak salah mereka dong. Tidak ada jenderal, tidak ada koperal tolol yang ada jenderal goblok istilahnya kan begitu gitu. Iya dong kalau kalau orang ini ya berarti saya ngajarnya enggak betul gitu sampai mereka belum mendarat. Tuhan kalau saya salah saya minta ampun. Kan gitu. Yang pertama itu. Yang kedua, mereka tuh kan sedang mencari. Heeh. Mencari apa? The true God gitu kan. Kan mencarinya true God gitu. Bukan mencari popularitas, bukan mencari uang, bukan mencari mencari trukot. Nah, mudah-mudahan dia temukan kan begitu. Oh, malah didoakan lah. Iya dong. Harus begitu. Habis mau diapain? Bagus. Ya itu bagus. Itu bagus. Enggak sih? Enggak bagus. Biasa aja gitu. Enggak. Tapi kan kalau misalnya nih, takutnya ini leher sudah enggak muat lagi kalau dius. Tapi kalau misalnya nih ee ada seseorang atau anak ya, anak kita misalnya, anak kita ya, keluar dari rumah kita malah kita marah ya malah kan membuat anak itu malah akan jadi membenci kan sebenarnya kan. Coba kalau anak kita kabur jangan salahin anak kita. Kita mungkin mendidiknya enggak bagus. Betul enggak? Dan kita harus rangkul. Kal loh kan saya bilang anak hilang dalam Alkitab dia pergi bapaknya kan tunggu waktu anaknya balik kan dia rangkul anaknya bilang jadikan aku salah seorang ee hamba dari Bapak dia bilang enggak enggak kita buat pesta iya iya saya ingat itu. Saya ingat ada kisah yang masa lalu ya masa cerita masa lalu lupa. Ingat ada di sekolah tuh harus ulang-ulang. Kalau itu domba yang hilang. Kalau itu ee tolong yang ee umat barunya ee Dr. Richard cerita itu kalau orang Kristen Katolik cuma ingat satu cerita pasti anak yang hilang. Karena itu satu-satunya paling sering diceritain loh. Betul enggak? Yang lain boleh lupa. Yang satu enggak. Bapaknya sampai lepas cincin. Lebih lengkap lebih lengkap lebih lengkap. Tapi memang aku setuju sih harus dirangkul sih ini juga kan sekali kita berdua duduk di sini kan podcast ini juga aku pengin kasih tahu karena aku pernah di dua-duanya ya kan perbedaan saya dengan Pak Pendeta Gilbert adalah Pendeta Gilbert tidak pernah ya belajar full tentang agama Islam kan kalau saya kan belajar agama Islam dan saya juga pernah belajar eh saya sepanjang SD belajarnya agama muslim loh oh iya loh saya di SD Dewi Sartika ketinggian ilmu agama dia gua saya SD-nya di Dewi Sartika di Tebet nah itu di Dewi Sartika enggak ada pelajaran agama Kristen. Tapi saya pernah salat, Pak Pendeta. Pernah salat enggak? Ee harus karena pelajaran salat kita harus ikut kalau enggak dipukul kalau salah. Jadi sudah lewat sudah lewat. Jadi apa tuh ee sembahyang itunya itu sudah hafal itu. Hafal hafal hafal. Tapi menurutku sih memang kayak misal misal ini ya misal kita misal lagi ngobrol di sini ada terselip lah mungkin enggak sengaja ee salah ngomong dan dilaporin orang penistaan agama gitu kan. Ee ya kalau menurutku pribadi sih, karena aku pernah di dua-duanya ya. Itu kan bukan teknik yang membimbing ya. Namanya kalau misalnya kita membimbing itu misalnya nih Pak Pendeta nih agama Kristen nih saya ngomong eh kepeleset lidah nih tentang agama Kristen nih. Kalau misalnya itu memang membimbingkan datang dong dengan penuh kasih. Iya. So, Richard, kamu tuh kurang loh salah yang kemarin ini ini tidak baik loh seperti ini punya kan saya kan ngerasa kayak wah penuh kasih dengan saya ya kan coba kalau Pak Pendeta marah demo ya kan di depan tempat saya kan wah Richard ini kamu salah ngomong saya kan enggak mungkin saya jatuh cinta dengan Anda yang mendemo saya iya pasti saya marah dong PGI sebetulnya persatuan gereja eh persekutuan gereja Indonesia sebetulnya sudah confirm ee PGI tidak mau tertarik dengan pasal penistaan agama karena agama tidak pernah bisa dinistakan. Karena agama bagaimana agama bisa dinistakan? Iya kan? Orang mau ngomong apapun agama tetap agama ya kan? Orang mau bilang Kristen begini, Kristen begini tetap aja agama gitu ya udah gitu. Orang mau bilang Tuhan Yesus begini, Yesus begini apa tetap dia Tuhan kan begitu gitu. Nah, ee orang mau bilang ee Nabi Muhammad begini, tetap aja dia Nabi Muhammad. Ya udah gitu enggak akan mengurangi semangat kita, enggak akan mengurangi kebersamaan kita. Justru biasanya biasanya yang sibuk agama setan nodai orang yang enggak menyadari agamanya itu mulia. Kalau saya gitu ya kan buat saya tuh sederhana. Kalau dia sadar agamanya mulia, soat gitu lu mau ngomong apa biarin aja gitu. Sama aja kayak orang bilang, "Wah, Drter Richard miskin, Dr. Richard miskin." "Ya, gua kaya kok itu. Apa urusannya sama lu, Dr. Richard sekarang sudah jatuh miskin makanya dia jadi mualaf. Urusan apa sama el gitu? Gua gua yang tahu kok saldo gua di bank ada berapa gitu kan istilahnya begitu begitu." Nah, orang yang enggak yakin akan agamanya itulah yang paling sering berteriak tentang penistaan agama karena agama enggak bisa dinistakan. Oke, Pak Pendeta. Kalau sebaliknya, Pak Pendeta ee Pak Pendeta kan tadi melihat ada orang yang umat Pak Pendeta misalnya dari Kristen pindah ke mualaf ya. Pak Pendeta tadi kan sudah tahu kasih tahu tuh apa yang Pak Pendeta akan lakukan ya. Sebaliknya sebaliknya seorang yang ee mu ee seorang yang muslim kayak gitu ya pindah ke agama Kristen atau pengin menjadi agama Kristen atau agama Buddha menjadi agama Kristen? Pak Pendeta, pandangan Pak Pendeta, saya mulai wawancarai orang tahun 91. Enggak tahu, Dr. Richard sudah lahir belum? Sudah. Saya 85. Ah, baru 6 tahun. Jadi saya pertama kali ada di LCTI tahun 91. Sampai hari ini saya main di TV, saya main di YouTube, saya belum pernah mewawancarai. Boleh dicek gitu, belum pernah mewawancarai orang yang pindah agama. Oh. Kenapa? Dan belum pernah di mimbar saya orang bersaksi saya dulu ini apa-apa. Kalau dia pendeta terus dia berkhotbah tanpa sepengetahuan saya dia nyampein ya saya enggak tahu. Tetapi orang saya kundang khusus untuk membicarakan pindah agama belum pernah. Kenapa? Karena buat saya kembali hal yang sama. Itu suatu yang pribadi. Itu bukan sesuatu yang perlu di apa? Jual istilahnya. Bukan sesuatu yang perlu diumbar. Karena itu pengalaman pribadi dia dengan Tuhannya. Ya sudah gitu. Saya enggak pernah tertarik untuk korek-korek gitu. Terus gimana dulu? Terus gimana sekarang? Gitu. Biasa aja kan gitu. Karena setiap orang apakah orang Kristen ada yang kecewa sama gereja? Ya ada. Apakah orang muslim yang ada kecewa sama ustaz? Ya ada. Tapi apakah ada orang muslim yang bangkit imannya karena ustaz? Pasti lebih banyak lagi. Apakah orang yang semangatnya karena gereja dan pendeta? Banyak lagi gitu. Jadi saya enggak terlalu suka main di urusan private orang gitu saya. Oke. Oke, Pak Pendeta. Pak Pendeta, saya pengin ee tanya ini deh, Pak Pendeta. Ini pertanyaan saya waktu itu saya pengin tanyakan dengan agama Islam, Pak Pendeta. Tapi saya pengin belajar dengan Pak Pendeta hari ini, Pak Pendeta ini saya penasaran nih, Pak Pendeta ya. Saya penasaran balik lagi apakah ee kan kalau di dalam Alkitab itu Tuhan menciptakan manusia itu di hari ketujuh ya, Pak Pendeta? Benar ya, di hari pertama menciptakan hari ke hari keenam. Hari keenam ya. Hari keenam. Hari pertama menciptakan apa, Pak Pendeta? Terang. Terang. Hari kedua? Langit, bumi, apa begitulah ya. Baru hari kelima dan keenam. Hari hari ketujuh istirahat ya Tuhan ya. Sabat. Makanya hari Minggu ya, hari untuk Tuhan ya Pak Pendeta ya. Tapi kalau kita lihat Pak Pendeta ini berdasarkan sains, maka manusia itu tercipta bukan di hari keenam. Pak Pendeta. He belum tahu saya. Itu manusia kan tercipta kan sudah bumi itu sudah tercipta jutaan tahun bukan dari terang tapi jutaan tahun sudah berlalu. Jadi dari ee semuanya air lalu ada renik bakteri dan lain sebagainya. Ya, dari big bang malah. Dari big bang terjadi. Terus yang bikin big bang siapa? Wah enggak tahu saya. Jadi apapun teori manusia dari monyet lah ya kan pertanyaan kok monyetnya sampai sekarang masih ada gitu. Kalau enggak mesti sudah kalau pindah-pindah habis dong gitu. Jadi semua teori itu runtuh. Jadi teori yang paling benar kembali enggak ada kita sepakat dulu satu Tuhan cuma satu surga cuma satu i kaneta harus satu karena kalau ramai-ramai wah saya masuk surga yang Kristen susah saya masuk Islam aja gitu. Oh, ternyata Islam agak berat lagi. Ini kayak orang nonton Piala Dunia, ada yang kelas utama sampai ada yang kelas kambing gas ekonomi gitu kan. Surga tuh pasti cuma satu syaratnya satu karena Tuhannya cuma satu. Berarti penciptaan manusia juga cuma satu. Apakah teori Alkitab itu benar atau salah? Simpel aja gitu. Kita lihat dari keberadaannya gitu. Kalau yang Alkitab bilang sederhana, hari pertama sederhana terakhir. Oke. Sampai hari keenam Tuhan istirahat. Terus orang bilang, "Tapi bagaimana jutaan tahun? Bagaimana dengan apa tuh namanya ee binatang-binatang apa? Dinosaurus. Dinosaurus. Gampang. Karena kembali saya bilang Alkitab itu buku-buku suci itu bukan bukunya yang salah. Penafsirannya yang memperkosa menurut mau kita sendiri. Nah, yang saya pelajari simpel. Dalam Alkitab dibilang bara Elohim. Jadi pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi. Itu Kejadian 1 ayat 1. Kejadian 1 ayat 2 dibilang bumi belum berbentuk dan kosong. Nah, kalau kita ngerti bahasa Ibrani, bahasa Ibrani bilang beresid bara Elohim. Beresit itu awal dari segala awal yang ada. Bara itu dari tidak ada menjadi ini kelihatan agak pintar sedikit tapi sebenarnya enggak pintar cuman baca buku. Jadi dari yang tidak ada menjadi ada dan sempurna. Itu kata bara. Jadi kata bara dalam bahasa Ibrani enggak bisa dipakai untuk semua. Hanya untuk sesuatu dari tidak ada menjadi ada dan sempurna. Itu bara. Nah, lalu masuk ayat yang kedua dalam kejadian 1 itu kesannya kok aneh. Bumi belum berbentuk dan kosong. Katanya bara beres it bara Elohim. Kok bisa bumi belum berbentuk dan kosong? Dalam Alkitab bahasa Ibrani tulisannya sangat gampang. Tohu wabohu. Tohu wabo itu bukan berarti dunia belum berbentuk dan kosong. Dunia dikacaukan sehingga menjadi belum berbentuk dan kosong. Pertanyaan kita, siapa yang mengacaukannya? Di situlah ke peristiwa jatuhnya Lucifer. Jatuhnya Lucifer kan malaikat ada tiga kan. Ada Gabriel, ada Mikael, dan ada Lucifer gitu. Nah, akhirnya apa yang terjadi? ee Gabriel pembawa pesan, Mikael ee penjaga surga. Baru ee Lucifer ini ee apa tuh? Menteri Dalam Negerinya lah gitu yang ngurus segala sesuatu termasuk perdagangan dan lain-lain. Nah, apa yang terjadi? Dia jatuh. Nah, karena dia jatuh dia kacaukan semuanya gitu. Nah, antara Kejadian 1 ayat 1 sampai kejadian 1 ayat 2 di situlah peran ilmu. Mau sejuta tahun, mau 2 juta tahun, mau apapun di situlah perannya terjadi. Baru kemudian Tuhan menata balik ulang. Jadi, apakah kejadian seperti itu terjadi? Betul. Apakah dunia, kalau tanya sama saya, apakah dunia umur 6.000 tahun? Tidak. Apakah dunia umur sejuta tahun? Bisa. Karena dalam Alkitab ada pembagian yang tidak dibahas oleh Alkitab. Silakan ilmu membahasnya. Nah, Kejadian 1 ayat 1 dan Kejadian 1 ayat 2 itu ada jejang, ada perbedaan waktu. Nah, di sinilah tugasnya ilmu itu. Oke. Tapi kan kalau Tuhan kan menciptakan Adam dan Hawa adalah manusia pertama. Sedangkan kalau misalnya kita melihat di prasejarah kan sebenarnya terjadi adalah homo sapien dan bukan Adam dan Hawa. Pak Pendeta itu dia Homo sapiens hari ini Heeh. tidak bisa digenapi. Karena itu kan pemikiran ada big bang lalu pemikiran ada manusia dari monyet. Tapi kan pertanyaannya kembali kalau big bang who start the big bang? Masa tiba-tiba bisa big bang ya kan? Y tapi ada ini. Oke. Apa awalnya dari semuanya ya kan? Nah, kalau Alkitab kan jelas bilang awal segala sesuatu adalah Tuhan. Nah, gitu. Tapi enggak usah tanya lebih jauh lagi. Nanti kita ketemu di surga karena kembali pada sebuah pertanyaan bagaimana semuanya terjadi. Tapi kalau saya bilang sejauh sekarang ini karena kan kayak manusia monyet itu kan udah dibuktikan ternyata enggak betul gitu ya kan. Terus big bang dibuktikan enggak betul. Nah, jadi sekarang yang makin menjurus ke sini pandangan-pandangan tentang agama dan lain-lain makin menjurus. Karena kalau sudah teori manusia kan udah muslim sama Kristen sudah mirip-mirip tuh Adam dan Hawa yang diciptakan. Nah, tapi ada yang bilang, "Oh, Adam dan Hawa hanya contoh perwakilan." Nah, gitu kan. Nah, makanya saya bilang entar kita lihat aja di surga bagaimana cipta kita ngobrol yang ring-ringan aja lah kalau gitu ya. Yang penting pokoknya manusia ada sekarang kan begitu. Wah, gitu Pak Pendeta. Tapi kayak gini tadi kan pendeta bilang kan Tuhan itu satu. Iya. Surga itu satu. Iya. Ya. Tapi kenapa agama itu banyak? Penafsiran. Penafsirannya. Tapi kan penafsiran ini berbeda-beda, Pak Pendeta. Iya. Ee yang satu harus datang ke gereja dengan rapi. Heeh. Menggunakan sepatu terbaik. Yang satunya lagi untuk masuk ke rumah Tuhan harus melepaskan alas kaki. Alas kaki. Yang satunya boleh minum alkohol. Yang satunya alkohol itu adalah haram. Yang satunya boleh makan babi. Yang satunya lagi tidak boleh makan babi. Yang satunya lagi tidak boleh makan sapi. Yang di sebelah sana lagi. Ini semua punya versinya masing-masing. Pak Pendeta. Apakah ini Tuhan nyampaikan lalu dengarnya beda-beda? atau bagaimana? Sebetulnya kalau kita pikir tujuannya sama enggak sama. Kenapa? Karena gini, kenapa yang satu bilang enggak boleh makan sapi, satu bilang enggak boleh makan babi? Intinya kan pembatasan. Betul enggak gitu? Ini saya enggak ngomong agama lain loh. Di agama Kristen aja ee Advent enggak boleh makan babi. Enggak boleh makan babi. Oh iya. Oh. Advent enggak boleh makan babi dong. Nah, tapi enggak makan daging atau enggak boleh makan daging? Enggak, enggak makan babi, enggak minum kopi, enggak minum teh gitu. Pokoknya hanya yang produk alamiah aja gitu. Enggak boleh begitu-begituan. Itu advent. Nah, emang babi enggak enggak alami tapi masuk di ee semua aturan ee yang ada di Muslim sebetulnya ada di Imamat pasal 11 kan itu Alkitab. Oke. Ee Al-Qur'an itu apa sih? Ada Taurat, ada Injil, ada Zabur, ada Mazmur. Kan begitu. Heeh. Nah, itu kan semua kan adanya di Alkitab gitu kan. Jadi peraturan-peraturan makanya orang muslim masuk rumah orang Advent bisa makan apa saja karena dia enggak mungkin ada babi, enggak mungkin ada ee apa tuh udang yang hidup di dua alam dan lain-lain. Enggak mungkin gitu kan. Nah, itu enggak boleh gitu. Jadi intinya bahwa semuanya itu menuju ke cuman kembali penafsirannya. Kenapa misalnya mesti buka sepatu? Kenapa mesti pakai yang sederhana? Karena buat dia itulah yang terbaik. Pak Pendeta, kalau semuanya sama, Pak Pendeta percaya sama, kenapa enggak pendeta masuk ke Islam aja, Pak Pendeta? Kan sama. Iya, sama. Sebetulnya sama aja, cuma saya senangnya Kristen. Karena babi masih enak buat saya gitu. Iya, betul. Gua nanyain serius dia nyampai santai. Cuma saya takutnya sama dokter Richard satu nih. Karena muslim boleh kawin empat kali. Awas loh. Iya kan? Entar saya yang waduh pokoknya saya lapor Ustaz Deli saya bilang yang ini khusus enggak boleh kawin. Jangan-jangan dia karena mau kawin empat kali. Ampun. Kita semua saksi ya. Kita semua saksi ya. Pokoknya semua peraturan muslim boleh dia. Kecuali kawin. Kita lapor sama bininya dia masuk muslim kalau mau kawin empat kali. Iya. Tapi benar Pak Pendeta. Saya penasaran kalau misalnya semua agama itu sama mengajarkan itu sama. Kenapa enggak ee karena buat saya God love people gitu. Tuhan juga bisa kok buat kita semua mukanya sama. Tapi betapa membosankan hidup ini justru sama seperti musik ketika dia berbunyi bersama-sama itulah indahnya. Jadi saya bilang agama itu yang paling penting bukan pada mempersamakannya. Makanya Alkitab selalu bilang persatuan bukan keseragaman. Tu kalau mau seragam Tuhan yang nyeragamin kita semua. Benar. Mukanya sama, modelnya sama. Betapa membosankannya. Engak mungkin Tuhan juga gitu kali. Dia berdoa begini, yang penting pokoknya saya kasih jalan selamat deh. Dia mau ngapain? Yang penting ada jalan selamat. Udah. Karena kembali God is in the business of salvation. Tuhan itu bisnisnya menyelamatkan bukan bukan menghakimi. Gitu. Dalam iman Kristen kalau sempat ingat ajaran dulu kan diajarkan hal pertama janganlah kamu menghakimi gitu. Who are you? Ada wanita tertangka basah berbuat zina diseret di depan Yesus menurut hukum Musa. Dia dilempar batu sampai mati. Yesus bilang, "Barang siapa yang tidak berdosa, lemparku duluan. Iya dong. Kalau ada orang bilang, "Oh, ini Yudas." Oh, ini pengkhianat. Ini nih. Bilang ada yang enggak berdosa, lempar duluan. Kan begitu. Tapi kenyataannya ada seorang wanita tangkap basah. Yesus bilang apa? Pulang. Dosamu sudah kuampuni. Jangan berbuat dosa lagi. Diampuni padahal penjina. Orang bilang, "Huh, jangan-jangan dia ada niat nih. Jangan-jangan habis ini minta nomor handphone-nya nih." Iya kan? Tapi enggak. Yesus Tuhan yang lurus-lurus aja karena God is a business salvation. Berarti yang lain sudah ngelebih-ngelebihin Tuhan ya. Ah itu jadi kalau iman Kristen percaya Tuhan jadi manusia tapi zaman sekarang manusia pengin jadi Tuhan. Ah ini persoalannya. Karena hanya Tuhan yang boleh bilang kamu berdosa. Iya dong. Hanya Tuhan yang bilang kamu berdosa. Tapi kalau manusia are you to tell people that gitu. Kalau dalam iman Kristen jelas kamu tidak boleh saling menghakimi. Titik budak selesai. Karena apa? Ya, sesama orang berdosa jangan saling mendahului, Bos. Sesama orang berdosa jangan sampai saling mendahului. Oke. Tapi Pak Pendeta enggak anti ya dengan agama-agama lain gitu? Enggak sih. Berteman aja saya dari dulu. Bersahabat aja gitu. Saya juga senang sih pemerintah, cuma saya sebel lihat orang yang kayak kacamata kuda. Enggak. Jadi gini, kalau ee apa itu namanya? Orang baru jadi preman ya kan lihat orang gua gampar lu. Nah kan gitu. Nah tapi orang kalau sudah lama jadi preman pakai dasi pakai jaz gitu kan. Ayo bos gitu ya kan gitu. Jadi begitu orang kalau baru jadi pejabat kan juga wow. Tapi orang kalau jadi polisi kan juga gitu baru punya senjata wah becengnya dikasih lihat ke orang-orang gitu kan. Tapi orang kalau jadi jenderal kan becengnya dipegangin orang jang jangan kelihatan jangan lalu-lal gua kan gitu. Pertanyaan saya kayak gini deh Pak Pendeta. Seberapa besar toleransi seorang pendeta Gilbert pernah datang ke acara tausiah? Sering saya saya berkawan sama kiai. Kiai pertama yang saya berkawan Zainuddin MZ. Zaman-zaman tahun berapa itu ya? Selanjutnya terus aja. Makanya waktu saya dilaporin saya juga bingung. Teman-teman juga pada bingung lu kenapa? Kata karena ya teman saya kan banyak di MUI, di NU, di Muhammadiyah. Jadi ya enggak bisa jalan laporan. Bukan apa-apa ya. kita 40 tahun lebih dalam dunia kependetaan tahunya hubungannya dekat tiba-tiba sekarang, hah pendeta gil beristagama enggak ada yang percaya. Yang percaya pasti orang-orang yang baru-baru yang enggak kenal saya gitu. Kalau yang sudah lama sih pasti tahunya biasa aja dia berteman sama gua kat gitu kan. Oke, Pak Pendeta. Pertanyaan terakhir, Pak Pendeta. Eh, ini kan ada kemajuan zaman ya. Zaman Yesus dulu kan tidak ada yang namanya media sosial, Pak Pendeta. Enggak ada yang namanya Instagram, enggak ada yang namanya TikTok ya, Pak Pendeta ya. Sekarang ini tiba-tiba ada yang namanya TikTok, ada yang namakan YouTube, ada yang dinamakan dengan Instagram. Kalau agama sendiri memandang media sosial kayak gini kayak gimana, Pak Pendeta? Apakah ini haram? Enggak. buat kita seperti pisau. Pisau itu tergantung how to use it. Kalau kita pakai untuk tusuk orang, ya salah kan? Tapi kalau kita pakai untuk potong bawang, kita pakai untuk ngupas mangga kan jadi asik kan. Nah, begitu juga media sosial. Media sosial ini kalau kita mau pakai untuk menghina orang kan pengecut itu paling senang pakai media sosial kan enggak pakai nama kan. Blue 347898. Ah, kan gitu kan. Kalau udah namanya begitu. Ah, ya kan. Sugiono 7632. Ah, udah itu udah udah udah enggak jelas gitu. Jadi buat saya yang suka maki-maki orang di apa tuh di media sosial itu kan hanya pengecut gitu ya kan. Nah, sementara kalau orang yang normal pakai media sosial kan untuk mengabarkan sesuatu. Kenapa? Orang kan tahu nama kita ya kan. Jadi kita kan kasih sesuatu yang bagus kan yang membangun. Kalau yang mau selling selling something gitu kan. Jadi sesuatu yang baik buat saya media sosial mendekatkan yang jauh ya kan. Kan sekarang misalnya dokter Richard mau pergi ke jalan-jalan gitu ya kan gua mau pergi ke tempat yang dingin kan sekarang tinggal tet 1 jam kita sudah tahu kita pesan tiketnya kita pesan hotelnya tek tek tek tek tek tek tek tek review-nya apa segala macam set langsung ya kan enggak kayak dulu kita setengah mati nanya sama orang nanya gitu jadi kalau kita mau pakai untuk positif dia jadi positif misalnya drter Richard mau mengerti tentang ee agama Kristen ah yang saya diributin misalnya perpuluhan i tinggal lihat aja yang Kristen yang benar yang ngomong perpuluhan. Perpuluhan tuh apa sih gitu? Yang anti ngomong apa sih gitu yang enggak suka ngomong apa sih? Oh ini perpuluhan akses. Nah gitu. Jadi kita bisa belajar banyak, kita bisa ngerti banyak kita juga bisa tahu pandangan negatif tentang itu bahayanya gitu. Kita ee dokter drter Richard kan dokter ya kan. Dulu kita kalau sudah kasih obat sama dokter, ini obat apa sih? Cuman ditulis obat flu. Kalau sekarang kita bisa ketik ini obat, oh ini obat akibatnya apa? Ah gitu. Jadi kita bisa banyak belajar. Bisa tah. Oke. Ambil sisi positifnya. Buang negatif. Hidup ini sisi positifnya. Pak Pendeta ini permintaan dari tim kreatif Pak Pendeta ee tolong panjatkan doa untuk pimpin doa Pak Pendeta untuk mungkin ee teman-teman yang agama Kristen di sini untuk saling toleransi. sama mungkin beberapa dari kita sempat terlupa mungkin yang ee saling menghujat satu sama lain, yang saling ngatain satu sama lain. Ini juga termasuk yang agama ee Islam ataupun juga beberapa agama yang lain ya. Saya ngajakin sekali lagi untuk kita saling bersatu semuanya karena kita tu adalah Indonesia saling berikan toleransi. Jadi yang pertama saya bilang ini ngetuk hati ngetuk hati teman-teman yang muslim. Muslim ini kan mayoritas, mayoritas gitu. Jadi kalau sudah mayoritas enggak di mana- enggak di mana yang gede itu nolong anak kecil gitu. Jadi kalau Kristen misalnya minoritas enggak usah dilawan, enggak usah di gerejanya ditutup lalu oh dia penistaan agama, lu gede istilahnya lu gede gitu udah gitu rawat gitu. Jadi kalau saya di Manado misalnya, Manado itu kan mayoritas Kristen gitu ya. Udah gitu kita ya nolong gitu. Kenapa? karena ya kita besar gitu. Itu pertama gitu. Yang kedua ee buat Kristen kita kan minoritas nih, jangan ngeyel gitu, santai aja gitu. Karena Indonesia ini saya pikir negara asik gitu. Kita ini kan diberkati. Nah, memang negara lain tuh enggak suka sama Indonesia. Jadi negara lain tuh penginnya kita ribut. Nah, kita ributnya karena apa? Lah, kita emas diambil aja kita diam kok. Kita batu bara diambil kita diam. Pohon kita dipotong-potong kita diam. Jadi asing nih bingung gitu gimana caranya bikin Indonesia pecah gitu. Karena apapun kita diambil kita diam, kita kaya kok. Ah ini nah satu-satunya adalah agama gitu. Jadi karena itu kalau Indonesia mau kuat agamanya dulu deh kita jaga gitu. Beda tuh biasa kok. Benar deh. Tapi ingat Tuhannya satu, surganya satu. Itu aja. Setannya juga satu, nerakanya juga satu gitu. Udah itu aja yang kita ingat. Nah, ketika kita mau belajar agama, belajar pertama itu menjadi manusia dulu, gitu. Ketika kita makin tinggi agamanya, pasti kita makin sayang sama orang, makin ini sama kayak guru matematika. Guru matematika lihat anak kecil enggak bisa matematika, dia ajarin. Makin tinggi ilmu matematikanya, makin mampu dia ngajar. Kayak siapa itu? Profesor Surya. H. Profesor Surya itu dia pergi ke Papua yang paling enggak ngerti 1 + 1 11 katanya. dia datang ke situ, dia ngajarin karena dia profesor, dia ngerti gitu. Nah, makin tinggi agama kita, makin sayang kita sama orang, makin tinggi agama kita, makin bisa ngerti perbedaan gitu. Itu ee yang saya pelajari sih. Luar biasa, Pak. Pendeta. Mudah-mudahan Indonesia bisa gitu. Ayo kita doa dulu ah. Yuk, kita doa. Masing-masing kita dalam agama kita bisa tundukkan kepala Tuhan di atas sana. Kami percaya ada Tuhan yang satu dan kami percaya Tuhan tidak membedakan manusia dengan agamanya. Karena God is in salvation business. Tuhan adalah Allah yang merencanakan keselamatan. Karena itu yang Tuhan berikan adalah juru selamat. Yang Tuhan berikan adalah jalan selamat. Biarlah kami menemukan jalan selamat itu dan kami menuju surga. Di antara kami tidak dapat dipecahkan dengan agama-agama yang ada. tidak dapat dipecahkan oleh asing. Tapi kami semua punya hati untuk saling mengasihi, menerima berbagai perbedaan dan percaya bahwa ada Tuhan yang benar yang membimbing kami ke jalan keselamatan kami. Terima kasih Tuhan. Agama yang sesungguhnya adalah ketika kami belajar tentang mengasihi, membawa damai, bersyukur, dan menjadi saksi. Terima kasih Tuhan. Turunlah berkat, anugerah, dan kasih karunia Tuhan yang sempurna. Amin. Amin. Amin. Ah, kira-kira demikian, Pak Pendeta. Makasih sudah datang, Pak Pendeta. Saya minta maaf kalau misalnya saya ada kekurangan pada waktu terutama Januari kemarin di gereja kehormatan bikin. Oh, buat kita senang, senang-senang aja. Yang susah kan dokter Richard, bukan saya. Saya sebenarnya cuma bagian ngundang. Saya itu sebenarnya senang kasih apa ni namanya manfaat ke enggak tahu saya bermanfaat atau enggak, tapi saya senang bisa kasih manfaat ke banyak orang. Cuma Oh, enggaklah. Eh, Gus Mifta waktu itu juga pernah datang ke gereja kita. Biasa-biasa aja saya. Buat saya sih enggak harus bersahabat itu seagama gitu. Kalau enggak makanya bahasa-bahasa kayak najis, kafir, apalah gitu. Ee enggak seimanlah, apalah Yudas Iskariot lah. Buat saya enggak enggak penting-penting amat gitu ya kan. Kita teriak orang enggak masuk surga, jangan-jangan lu juga enggak masuk gitu. Kayak lu agen asuransi Son. Iya kan? Tanya dokter R. Yeah.