Jauh juga dalam tanah, teriupin kuat kanan, sampai matai tahu jauh Membaca sejarah perkauman berusia ribuan tahun di Lampung tak mungkin dapat dilakukan tanpa menggelar peta di atas meja. Kejelian memeriksa alur waktu di setiap peristiwa pun menjadi hal yang pantang. Kalau kita bicara asal-muasal orang Lampung, banyak yang mengatakan dan juga muncul di beberapa tulisan yang mengatakan Batak, kemudian Bugis dan Lampung itu bersaudara. Salah satu yang mengkaitkannya juga adalah Aksara.
Saya yakin Lampung ini adalah bagian dari... Melayu kuno Beberapa temuan-temuan benda Purbakala atau benda kuno di Lampung Juga menunjukkan Misalnya ada temuan-temuan dari Kebudayaan Dongson juga ada disini Di Lampung ditemukan beberapa temuan Yang terkait dengan dengan Nekara yang sekarang masih ada di Vietnam. Salah satu kisah yang populer mengenai muasal keberagaman Lampung datang dari ketinggian Gunung Pesagi. Kisah itu dipercaya sebagai awal mula masuknya Islam di tanah Lampung yang ditandai dengan kelahiran kepaksian Paksipak, Skalabra.
Ibarat terlahir sebagai bayi kembar empat, Empat kesultanan Islam yang berasal dari Pagaruyung ini bernau dalam sebuah perserikatan yang kemudian hidup menyebar. Di dalam tamu disebutkan ngebujah lain micah, artinya mereka turun membesarkan kerajaan bukan memisahkan diri. Perpriorik-priorik lah mereka turun kemana-kemana akhirnya tersebar.
Yang di dalam rentang waktu yang cukup panjang melahirkan komunitas-komunitas budaya. Satu yang disebut komunitas budaya, sebatin. Satu lagi, komunitas budaya penyimbang, yang biasa disebut pepadun. Yang sebatin lebih bersifat otokratis, sedangkan yang penyimbang atau pepadun lebih bersifat demokratis.
Dalam kepaksian paksipak skalabrak, pepadun adalah penanda kedaulatan. Pepadim berasal dari sebuah kayu yang ditebang dari batang pohon sesambahan masyarakat skalabra pra-Islam. Sementara, say batin berasal dari kata say yang bermakna satu.
Ada pun batin dalam hazanah bahasa Melayu bermakna kepala negeri. Dalam kosmologi masyarakat Lampung, batin juga bermakna kuasa. Sehingga, bagi masyarakat Lampung, saibatin memiliki makna satu penguasa.
Seiring zaman, konsep saibatin pun mengalami perkembangan. Komunitas-komunitas yang dulu ini berdiri, sudah mulai menyusun struktur adatnya masing-masing. Mereka mengadep adat kerajaan. Sistem kelajaran, caranya, pakaian, sebutan, stratifikasi daripada kebangsaanannya mereka adob Mereka bawa, kemudian muncullah, saya batin sebutan, saya batin marga Jadi marga-marga pasirah-pasirah itu sudah tidak ada lagi Karena mereka sistemnya pemilihan, kemudian mereka sepakat siapa yang akan mimpin Turun-temurun, nah mulai ada saya batin marga Tapi juga turun-temurun, di bandar-bandar itu ada saya batin ke bandara Jadi kalau kita melihat di dalam adat Sebatin, cuma tiga ada satu Sebatin daripada kerajaan Skala Brak, Sebatin Paksi, kemudian Sebatin Marga, yang bertulana sudah itu Sebatin Kebandaran.
Untuk gelarannya, kalau empat Sebatin Paksi ini yang dulu dari kerajaan, gelarannya itu Sultan. Kemudian 16 Sebatin Marga. 1 sebatin Margaliwa dan 4 sebatin di Ranau sebutannya Suntan.
Jadi kalau Suntan dia mesti berada sebatin, kalau dia tidak sebatin 16 di Prinsip Barat, sebatin Margaliwa atau sebatin di Ranau. Mulai dari tanggamu sampai ke kalian nak sana, para Saibatin Barga, Saibatin Bandar, mereka memakai gelar pangeran, tidak memakai sultan atau sultan. Sehingga kelihatan betul lah, warna-warna daripada komunitas Saibatin.
Sedari dahulu, bagi masyarakat Lampung, pepadunan Saibatin menjadi dua hal yang dicuncung tinggi. Kedua fungsinya menempati posisi penting. Bahkan ia menjejak pada semboyan provinsi Lampung hari ini, yakni Saibumi, Rua Jurai.
Jadi kalau kita bicara Lampung, kita selalu akan bicara tentang Sebatin dan Pepadun. Kalau tidak ada Pepadun, tidak ada Lampung. Kalau tidak ada Sebatin, tidak ada Lampung.
Bicara Lampung, bicara Sebatin dan Pepadun. Perbedaannya itu adalah terletak pada sistem adatnya. Yang satu adalah tetesan darah, yang satu juga tetesan darah, tetapi dia membuka regulasi bahwa orang bisa mencapai satu kedudukan dengan cakap pepadun itu, tapi dengan syarat-syarat tertentu.
Itu perbedaan yang mendasar antara sebatin dan pepadun. Di Lampung itu kita kenal dari zamannya Belanda, penerbitan Belanda itu, Van der Toek, Van Royen, dan lain-lain sebagainya itu, mengatakan bahwa dialektif. Bahasa Lampung itu sama, cuman dialeknya beda Dialeknya adalah dialek A dan O Atau api dan nyoh gitu ya Nah kalau kita lihat perbedaannya adalah Dialek A dan O tidak membedakan antara sehebatin dan pepadun Karena masyarakat pepadun juga sebagian besar juga menggunakan dialek A Contohnya Wai Kanan, Kubian itu pepadun tapi dialeknya A Nah, jadi sebagian masyarakat pepadu ada yang menggunakan dialek A dan ada yang menggunakan dialek O. Sementara yang saya batin, hampir semuanya mayoritas menggunakan dialek A. Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, mungkin dalam kebudayaan sudah banyak terakulturasi, perubahan sosial budaya yang begitu besar dari segi makanan, dari segi pakaian sudah banyak berubah bahasa.
Tetapi, segi identitas itu eksistensinya yang kita kelihatan. kelihatan sekarang jadi kalau ada tanya eksistensi orang Lampung ini sekarang pada ada pada identitasnya identitasnya sangat kuat misalnya itu kita bisa lihat pada acara ritual-ritual perkawinan ya Bagaimana mereka cara melamar tata cara perkawinan tatacara adat istiadat dan lain-lain itu masih menggunakan wujud-wujud dari bentuk-bentuk adat-adat dari sistem adat mereka. Secara universal, Lampung itu menggunakan tapis, baik pepadun maupun sahibatin.
Hanya bentuk fungsi pemakaiannya yang berbeda. Antara pepadun itu memiliki tapis-tapis yang berbeda dengan tapis yang ada di masyarakat sahibatin. Tapis-tapis pepadun pun itu dibagi lagi dalam tingkat-tingkatan permarga, ada marga.
Terima kasih. Abung Siwamego itu punya tapis sendiri, kemudian Margo Pak Tulang Bawang juga punya tapis, Pubian Telusiku punya tapis, Wai Kanan, Sungkang itu punya tapis corak pepadun. Dan saya bati antara dari pesisir Kota Agung, Pak Sipa Skala Berak, pesisir Kerui, kemudian Margawai V, kemudian Kalianda sampai Melinting, itu... Tersebar masyarakat Lampung menggunakan tapis. Sigur ini banyak muncul atau munculnya, sigur yang kita sebut itu adalah yang berpuncak sembilan.
Itu di masyarakat pepadun. Nah pepadun itu adalah katakanlah secara umum di bagian timur, tengah dan timur dari Lampung. Yang banyak berhubungan dengan pelabuhan perdagangan yang ada di Palembang dan di Menggalang waktu itu.
Kalau yang dimasukin Sebatin, kenapa berbeda? Berbeda karena dia masuknya juga berbeda. Kesamaan si gernyarang Sebatin itu sangat mirip dengan yang ada di pejajaran, di Cirebon, Banten, sampai di Periangan.
Jadi jelas pengaruhnya berbeda, karena itu dia bentuknya sangat berbeda. Kita lihat dulu di logonya Provinsi Lampung Emblemnya Provinsi Lampung Disitu ada beberapa ornamen Ada dua yang terkait dengan adat Satu gong, satu lagi siger Siger ya yang sudah dibentuk semoga lupa itu disepakati oleh masyarakat Lampung ketika mendirikan provinsi ini Kenapa diambil seger dialah yang memperlambangkan adanya adat bahwa kita provinsi Lampung ini tidak lepas dari apa namanya ada istiadat yang ada Baik Siger Pepadun maupun Siger Sebatim di hari ini memiliki kontribusi vital terhadap integrasi masing-masing wilayah adat. Siger pun menjadi simbol keagungan dan kehormatan masyarakat Lampung yang terus dihidupi hingga saat ini.
Dengan adanya Siger, masyarakat Lampung pepadun ataupun saibatin tetap terikat oleh suatu persamaan kebudayaan, silsilah keturunan, bahkan rasa senasib sepenanggungan sebagai sesama zuriat saibuni, ruwajurai. Luar Jura Musa Sambubi Luar Jura