Hubungan kekerabatan orang basudara yang disapa bongso antara keturunan Timanole, yaitu Tamilong, Simanole, yaitu Hutumuri, dan Silaloi, yaitu Sirsori, terus dijaga dan dilestarikan sampai sekarang ini. Dahulu di wilayah Seram Utara, tepatnya di Kampung Buria, Hiduplah sepasang suami istri yang sangat dihormati. Keduanya bernama Lokonda dan Okiwanda. Warga kampung Buria sangat menyegani Lokonda karena kesaktiannya. Mereka dikaruniai lima orang anak, yaitu Timanole, Simanole, Nyai Intan, Nyai Mas, dan Silaloi.
Kehidupan mereka sangat bahagia. Hari terus berlalu dan mereka telah tumbuh menjadi dewasa. Setiap hari, Lokonda melatih ketiga anak laki-lakinya untuk menjadi kesatria. Semua kesaktiannya diwariskan kepada Timanole, Simanole, dan Silaloi.
Pada suatu ketika, bangsa Portugis menyerbu Hotobong Goe. Timanole, Simanole, dan Silaloi dipersiapkan untuk membantu pasukan Siwalima. Setelah diberkati oleh orang tuanya, mereka kemudian diberi nasihat.
Anak-anakku yang sangat saya sayangi, baik-baiklah kalian. Jangan terlalu membanggakan diri dengan kesaktian yang kalian miliki. Ingat, masih ada yang memiliki kesaktian lebih dari kalian, yaitu Kapua Upu Ilakahuresi.
Andalkan dia dalam pertempuran nanti, pesan sang ayah. Setelah itu, ketiga laki-laki perkasa itu berangkat dan bergabung dengan pasukan Siwalima. Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Portugis dan pasukan Siwalima.
Timanole, Simanole, dan Silaloi mengarahkan seluruh kesaktian mereka untuk melawan Portugis. Korban pun berjatuhan dari kedua pasukan. Walaupun dengan perlengkapan perang sederhana, pasukan Siwalima mampu membuat pasukan Portugis menyerah.
Akhirnya, pasukan Portugis meninggalkan Hotobonggoe. Setelah perang usai, Ketiga adik kakak ini memutuskan untuk tidak lagi kembali ke Gunung Hatumeten. Mereka ingin mengembara. Dengan menggunakan perahu, ketiganya berlayar menyusuri pantai Pulau Seram bagian selatan dan akhirnya mereka tiba di sebuah pantai. Di pantai itu, ada sebuah batu karang besar yang berada di tengah lautan.
Batu itu tampak berdiri kokoh saat diterjang ombak. Nama batu itu adalah Hatumari. Timanole tertarik dengan keadaan pantai tersebut dan ia berkeinginan untuk tinggal di situ. Timanole naik ke darat. Sementara itu, si Manole dan si Laloie masih tetap berada di dalam perahu.
Mereka berdua hendak berpamitan dengan kakaknya untuk melanjutkan perjalanan. Tetapi Timanole mengajak keduanya untuk beristirahat sebentar. Mereka menyusuri jalan setapak yang dilalui warga setempat. Tibahlah mereka di sebuah negeri yang bernama Tamilow.
Warga negeri Tamilow menyambut mereka dengan ramah dan mengizinkan mereka untuk tinggal di situ. Selang beberapa lama setelah mereka tinggal di Tamilow, Timanole diangkat menjadi upulatu. Suatu malam, pada saat bulan purnama bersinar terang, hingga cahayanya menembus pepohonan alam negeri Tamilow, Simanole mendekati kakaknya yang sedang duduk di panggung rumah.
Saya dan Silaloi harus melanjutkan perjalanan, kata Simanole. Kemudian Simanole berkata, Baiklah adikku, saya tidak akan menghalangi kalian untuk melanjutkan perjalanan. Kapan kalian akan pergi?
Tanya Simanole. Kami berencana besok pagi akan melanjutkan perjalanan, jawab Simanole. Di sebelah timur negeri Tamilou, matahari mulai tampak. Cuaca pagi itu tampak cerah.
Si Manole dan si Laloey bergegas mempersiapkan diri. Semua perbekalan telah disiapkan warga Tamilow. Ti Manole berkata, Adik-adikku, sebelum kalian melanjutkan perjalanan, mari kita pergi ke Hatumari, tempat di mana kita pertama kali tiba di negara ini. Untuk apa kita ke sana?
Tanya si Laloey. Beta ingin mengajak kalian mengikirarkan janji dan sumpah agar kelah kita berpisah, tak satupun diantara kita yang saling melupakan. Kemudian mereka berkata, Baiklah kakakku Timanole. Mereka bertiga kemudian berjalan menuju Hatumari.
Di sana jari kelingking mereka diikat dengan tulang daun seribu. Kemudian mengikratkan janji dan sumpah. Isi janji dan sumpah mereka yaitu, Katong mengaku mempunyai satu nama, satu kerajaan, kerajaan Nunusaku. Katong mengaku Katong mempunyai satu perkasa, satu berkat, berkat Nunusaku.
Katung berasal dari satu inah dan satu amah, satu pancaran darah, darah orang perkasa. Katung berjanji, jangan ada daripada katung punya keturunan, saling mengawini. Katung berjanji, jangan ada daripada katung punya keturunan, menggagahi pada yang lain.
Katung berjanji, harus saling membantu pada saat yang lain dalam susah maupun senang. Katung berjanji, Yang satu punya, semua sama-sama punya. Katung berjanji, persaudaraan katung harus tetap kuat sampai batu ini lenyap. Katung berjanji, barang siapa yang melanggar perjanjian ini, maka kutuk dan laknat akan berlaku padanya sampai kepada pupuh yang terakhir. Sesudah perjanjian itu diucapkan bersama, Timah Noleh memberkati perjanjian itu.
Kemudian mereka menyanyi dan bersenandung. Suara nyanyian menghilang. Ketiga jari kelingking yang telah diikat pun dilukai. Darah mengalir dan menetes jatuh ke dalam mangkuk yang telah mereka siapkan.
Timanole mengangkat mangkuk yang berisi darah itu. Kemudian ia berkata, tampa ini adalah pengakuan ibu. Darah ini adalah darah bapak yang menyaksikan katung pungperjanjian sekali untuk selamanya.
Se-hale-hatu, hatu-lisa-pe Se-le-si-so, so-lisa-e Siapa bale batu, batu-gepedia Siapa langgar sumpah, sumpah bunuh dia Sebagai tanda untuk mengenang peristiwa itu Mereka menanam pohon beringin Pohon sagu berbatang keras Dan pohon sagu berbatang duri di atas batu hatu mari Setelah itu Si Manule dan si Laloie melanjutkan perjalanan mereka mengarungi lautan. Dalam perjalanan, tibalah mereka di El House Sirisori. Kemudian si Laloie meminta izin kepada kakaknya untuk tinggal di situ. Si Manule kemudian berkata, Adikku si Laloie, kalau tempat ini menjadi akhir dari perjalanan kita, baiklah.
Namun, saya harus melanjutkan perjalanan. Karena itu, Pergilah dan hiduplah baik-baik di sana Setelah saya menemukan tempat yang cocok untuk menetap Suatu hari nanti saya akan menjenguk kalian Simanole kemudian melanjutkan perjalanannya mengarungi lautan Setelah beberapa hari melakukan perjalanan Tibalah Simanole di sebuah pantai Tepatnya di daerah Lounusa Hutumuri Kemudian Simanole tinggal dan menetap di Lounusa Hutumuri Hubungan kekerabatan orang basudara yang disapa bongso antara keturunan Timanole, yaitu Tamilong, Simanole, yaitu Hutumuri, dan Silaloi, yaitu Sirsori, terus dijaga dan dilestarikan sampai sekarang ini.