🎥

Review: Film Horor Lokal dan "Jurnal Risa"

Jul 16, 2024

Review: Film Horor Lokal dan "Jurnal Risa"

Pendahuluan

  • Pertanyaan umum: Mengapa masih kuat nonton film horor lokal?
  • Dulu: Tidak pernah mau nonton film horor lokal.
  • Pandangan berubah: Sejak menonton film "Siksa Kubur".
  • Dari situ: Mulai mencoba menonton film lain seperti "Badadha Wuhi" dan "Do You See What I See".
  • Masih banyak kelemahan: Sebagian besar masih dianggap sampah, tapi ada potensi.
  • Key Message: Film horor lokal punya potensi karena cerita mitos dan folklore kaya yang kita miliki.

Film "Jurnal Risa"

Pendahuluan Tentang Film

  • Judul: Jurnal Risa by Risa Saraswati.
  • Asal: Diadaptasi dari kisah nyata dan konten YouTube "Jurnal Risa".
  • Konsep: Dokumenter ala-ala tentang paranormal activity.
  • Ekspektasi: Tadinya menduga akan seperti film horor biasa.
  • Realisasi: Konsep dokumenter yang menarik di awal.

Plot dan Konsep

  • Awal Cerita: Karakter utama, Prinsa Mandagi, seorang YouTuber tidak terkenal.
  • Uji Nyali: Diundang oleh tim Jurnal Risa ke lokasi angker, kerasukan, dan menjadi viral.
  • Konsep Menarik: Eksistensialisme.
  • Dokumenter vs Fiksi: Berusaha dibuat seperti dokumenter tapi terasa fake.

Pengalaman Menonton

  • Eksekusi yang Tidak Nyata: Akting kaku, tidak seram, dialog yang cringe.
  • Mokumenter: Mirip fake documentary namun terasa lebih parodi dan tidak menyeramkan.
  • Problem Audiovisual: Ada bagian audio yang mati, kualitas rendah.
  • Adegan yang Mengundang Tawa: Banyak momen yang harusnya seram malah membuat ketawa.

Kritik Spesifik

  • Nama Entitas: Samx, terasa tidak menyeramkan dan malah lucu.
  • Adegan Tidak Masuk Akal: Seperti tangan putus tanpa ada orang membantu.
  • Berubah Jadi Lucu: Pernyataan setan "mulutmu bau".
  • Tidak Ada Plot yang Kuat: Hanya berkutat pada kerasukan dan proses pembersihan.
  • Jumpscare: Tidak efektif, terlalu formulaic.

Audience Consideration

  • Buat Fans Jurnal Risa: Mungkin bisa menikmati, bagi yang percaya dan sudah mengikuti sejak lama.
  • Penonton Objective: Film ini terasa draggy dan tidak menakutkan.
  • Rating: 1.8/10, sedikit lebih tinggi dari "Paku Tanah Jawa".

Kesimpulan

  • Perbedaan Review: Berbeda dengan hate speech, memberikan kritik konstruktif.
  • Potensi Film Horor Lokal: Harus lebih memanfaatkan cerita folklore dan mitos yang kaya.
  • Final Note: Selalu terbuka untuk diskusi argumen secara konstruktif, bukan hanya hate speech.