Muawiyah bin Abu Sufyan lahir pada tahun 602 Masehi di Makkah. Merupakan anak dari seorang tokoh besar pimpin Kuroish bernama Abu Sufyan. Muawiyah memeluk Islam pada tahun 628 Masehi. Karir politik Muawiyah bermula pada era kekholifahan Umar bin Khotob, di mana ia ditunjuk sebagai pemimpin pembebasan Kaisarya pada tahun 636 Masehi.
Kemudian, ia juga ditunjuk sebagai gubernur Damaskus menggantikan saudaranya Yazid bin Abu Sufyan yang wafat pada tahun 639 Masehi. Dari sinilah kisahnya dimulai. Pada era kekhalifahan Uthman bin Affan, Muawiyah berhasil menghimpun seluruh kota-kota di Syam ke dalam wilayah administrasinya.
yang otomatis menjadikan dia sebagai penguasa mutlak yang membentang dari Palestina sampai Aleppo. Pada masa pemerintahannya, Syam juga menjadi daerah jihad yang paling penting dikarenakan berbatasan langsung dengan wilayah Bizantium di barat laut dan laut Mediterania di barat. Pada zaman Usman, Muawiyah cukup banyak melakukan inspeksi militer ke daerah perbatasan.
Misalnya, pada tahun 646 Masehi, ia menuju Matalia dan Tarsus. Muawiyah juga beberapa kali turun langsung memimpin pasukannya, sampai merambah celah bukit di Konstantinopel. Berkat jiwa dan wibawa kepemimpinannya yang sangat kuat, Muawiyah berhasil menjadi pemimpin yang sangat berpengaruh dan dicintai rakyat Syam. Pada tahun 656 Masehi, Khalifah Uthman bin Affan wafat terbunuh akibat gejolak politik yang semakin memanas dari hari ke hari.
Para sahabat Rasulullah SAW akhirnya memutuskan untuk menunjuk Ali bin Abi Talib sebagai Khalifah selanjutnya. Ali bin Abi Talib membuat keputusan yang lambat dalam proses penyelidikan. pembunuhan Uthman bin Affan dengan pertimbangan stabilitas politik yang masih panas dan banyak yang terduga yang menjadi pembunuh khalifah Uthman bin Affan akan tetapi Muawiyah yang juga merupakan sepupu Uthman menuntut sang khalifah agar mempercepat dan tegas dalam proses penyelidikan pembunuhan Uthman singkat cerita Ali bin Abi Talib memakzulkan Muawiyah dari kursi Gubernur Syam. Namun, rakyat Syam menolak dikarenakan kecintaan mereka terhadap Muawiyah sangat tinggi.
Berdasarkan penolakan tersebut, Ali bin Abdul Talib menganggap Muawiyah telah memberontak terhadap dirinya. Ali bin Abdul Talib akhirnya berangkat keluar Madinah, menuju Kufah untuk memadamkan pemberontakan dan bertemu dengan pasukan Muawiyah di Sifir. Pertempuran terjadi di Lebah Sifin pada pertengahan musim panas tahun 657 M.
dan berakhir dengan diadakannya perjanjian antara pihak Muawiyah dengan pihak Khalifa Ali bin Abi Talib yang diadakan di Dumah Al-Jandal pada Februari tahun 658 Masehi. Isi perjanjian tersebut menyepakati kedua tokoh, yaitu Ali dan Mu'awiyah, agar masing-masing turun dari kekejaman. kekuasaannya akhirnya pihak Ali mendeklarasikan penurunan dari kursi kholifah sayangnya pihak Muawiyah yang diwakili oleh Amr bin al-as menolak untuk mendeklarasikan penurunan Muawiyah Setelah Ali bin Abdul Talib wafat akibat dibunuh oleh salah satu pendukungnya yang kecewa, Hasan bin Ali diangkat menjadi khalifah, menggantikan ayahnya dengan kesepakatan bersama dan musyawarah di antara para sahabat senior. Hasan bin Ali memilih untuk mewarbankan kedudukannya sebagai kholifah dan menyerahkannya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan dengan mempertimbangkan kesatuan umat Islam yang sudah semakin meruncing akibat gejolak politik yang terjadi. tidak kunjung reda sejak era kekholifahan Uthman bin Affan akhirnya pada bulan Agustus tahun 661 Masehi Muawiyah resmi diangkat menjadi kholifah bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia Islam