Transcript for:
Kudeta Soekarno dan Dampaknya

Oh Sukarno, oh Sukarno, oh Sukarno kesampung Aminulkan, Sukarno kita kuatuh, aminulkan, Sukarno kita kuatuh, aminulkan 1966, kondisi di Jakarta sangat kacau Seluruh Jakarta dikerumuni oleh ratusan ribu masa aktivis dan mahasiswa. Aksi demonstrasi terjadi di mana-mana. Mereka menuntut agar Soekarno diadili dan turun dari jabatannya sebagai Presiden. Para aktivis yang tergabung dalam kami itu meneriakan Soekarno-Gestapo Agung turunkan Soekarno, Adili Soekarno, dan Ganyang Soekarno. Ganyang Soekarno! Ganyang Soekarno! Hancurlah Orde Lama! Hancurlah Orde Lama! Aksi demonstrasi ini merupakan aksi di mana seluruh rakyat meluapkan emosinya setelah sekian tahun mereka tidak bisa bersuara. Dan setelah Jenderal Soeharto membersihkan seluruh antek Soekarno serta kroni-kroninya di pemerintahan pada tahun 1967, akhirnya Soekarno dilengsarkan dari jabatannya. Satu sisi, sebagian orang berpendapat ini adalah kudeta merangkak. Dan di sisi lain, sekalipun ini kudeta, Soekarno memang harus lengser dari jabatannya sebagai presiden karena dinilai telah hampir membawa Indonesia dalam kehancuran ekonomi dan politik. Pertanyaannya, mengapa para aktivis dan mahasiswa itu menuntut Soekarno untuk lengser? Benarkah Soekarno hampir membawa Indonesia dalam kehancuran ekonomi dan politik? Dan setelah menonton video ini, menurut Anda, apakah Soekarno harus lengser dari jabatannya sebagai Presiden? Video ini adalah video terakhir mengenai sisi gelap Soekarno. Pada akhir abad ke-20, terjadi perang dingin antara blok barat Amerika dan sekutunya dan blok komunis Soviet. Keduanya saling berbut peran dan pengaruh di berbagai negara. Salah satunya terhadap Indonesia. Sejak tahun 1949, Amerika telah ikut campur dalam kepentingan di Indonesia. Washington telah berhasil mengusir Belanda melalui KMB dan PBB. Bukan tanpa alasan. Sebelumnya, di tahun 1948, Indonesia berhasil menghancurkan komunisme. Amerika melihat Indonesia memiliki potensi untuk menjadi sekutunya yang mewakili Asia Tenggara. Soekarno sangat berterima kasih akan hal itu. Namun, ia lebih bersikap was-was terhadap Amerika. Untuk menghindari pengaruh barat, Soekarno memposisikan Indonesia sebagai negara non-blok. Ia ingin menyatukan negara-negara di Asia Afrika yang pernah dijajah untuk bersatu sebagai negara non-blok guna melawan pengaruh kolonialisme dan imperialisme barat. Dengan begitu, pada tanggal 18 April 1955, Indonesia mengadakan konferensi Asia Afrika di Bandung. Sebanyak 29 pemimpin negara-negara Asia dan Afrika berkumpul. Dalam pidatunya, Soekarno mengajak negara-negara peserta KAA untuk membentuk Front Anti-Kolonialisme dengan membangun dan memupuk solidaritas Asia Afrika. Suksesi konferensi ini mengusik Washington. Apalagi di tahun 1950, tokoh-tokoh komunis mulai mendekati Soekarno dan mulai melakukan rekonsiliasi politik. Mereka berjanji akan terus mendukung Bung Karno. Soekarno pun memberi karpet merah kepada PKI. Akhirnya, komunisme di Indonesia lahir kembali. Usaha PKI membuahkan hasil. Di tahun 1955, PKI ikut dalam pemilu. Dengan kampanye isu kemiskinan, PKI mendapatkan suara terbanyak keempat setelah PNI, Masyumi, dan NU. Sempat, Washington memberi sumbangan besar kepada Masyumi agar bisa menang dalam pemilu. Namun, gagal. Pada tahun 1958 terjadi sebuah gerakan PRRI Permesta. Washington menilai gerakan ini adalah gerakan untuk memisahkan diri dari Indonesia. Amerika pun memberikan bantuan dana yang besar kepada PRRI. Bahkan saat militer Indonesia menumpas PRRI, Amerika juga memberi bantuan senjata dan militer. Namun lagi-lagi usaha itu gagal. Salah satu militer angkatan udara Amerika. Meski Washington cuci tangan, pada akhirnya Soekarno semakin yakin jika Amerika adalah sebuah ancaman. Sejak itulah Soekarno mulai condong ke Soviet. Revolusi kita menuju lebih jauh lagi daripada itu. Revolusi Indonesia menuju kepada Sosialisme! Revolusi Indonesia menuju kepada Dunia Baru! Demokrasi terpimpin merupakan mimpi buruk bagi Amerika. Apalagi di tahun 1963, MPRS meresmikan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Alih-alih menghadapi pemerintah Jakarta, Washington juga harus berhadapan dengan Soekarno. Satu lagi, Amerika juga harus mengawasi PKI. Sejak tahun 1960, dikala dominasi militer begitu kuat, Soekarno mulai mendekati PKI. Jika ia hanya bergantung kepada militer, kekuasaannya akan terancam. Dua pilar militer dan PKI ini adalah sesuatu yang harus seimbang demi kekuasaan Bung Karno. Selain daripada itu, prinsip menjadikan Indonesia sebagai negara non-blok hanyalah wacana belaka. Tidak bisa dipungkiri. Untuk menyeimbangkan kekuasaannya dan untuk ambisinya, Soekarno juga bergantung kepada negara-negara adidaya. Dalam operasi Trikora untuk merebut Irian Barat misalnya, selain mengandalkan bantuan alutsista dari Soviet, Soekarno juga meminta bantuan kepada Washington agar menekan Belanda melalui embargo Blok Barat dan PBB. Permainan dua kaki Soekarno ini bertujuan untuk menekan kekuatan militer. Sebenarnya, Washington merasa terhormat jika harus membantu Indonesia dengan harapan mereka ingin menghilangkan komunisme. Namun, hal ini berbeda saat Indonesia bersitegang dengan Malaysia pada tahun 1963. Untuk mengusir Inggris dari Malaysia dan untuk merusak Federasi Malaysia, Soekarno meminta bantuan kepada Amerika dan PBB untuk menekan Malaysia. Pada awal tahun 1964, Washington memfasilitasi gencatan senjata antara Indonesia dan Malaysia. Namun gagal. Sejak itulah hubungan Soekarno dan Gedung Putih mulai renggang. Di samping itu, dalam upaya kampanye Ganyang Malaysia, pergerakan PKI untuk mendukung Soekarno sangat totalitas. Dengan semangat anti-kolonialisme dan imperialisme, PKI mampu menggalang masa guna mendukung upaya Bung Karno mengganyang Malaysia. Bahkan, PKI mulai menyerang kedutaan Amerika. Kini, usaha Amerika pada akhirnya sia-sia. Pada awal Januari 1965, PBB menetapkan Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Soekarno naik pitam. Ia mencurigai ini adalah ulah Washington. Soekarno berujar, Go to hell Amerika, pergilah Amerika ke neraka. Akhirnya, pada tahun 1965, Soekarno meresmikan Indonesia keluar dari PBB. Sejak itulah hubungan Jakarta dan Gedung Putih mulai terputus. Dan sejak itu pula, Beijing mulai mendekati Jakarta atas bantuan PKI. Pada bulan Januari 1965, Beijing mulai meresmikan hubungan diplomatik dengan Jakarta. Kini, daripada Soviet, Soekarno lebih tertarik kepada Tiongkok yang mendukung penuh sikap Indonesia atas Malaysia. Pada tanggal 7 Januari 1965, Indonesia bersama Tiongkok, Vietnam, dan Korea Utara membentuk Conference of the New Emergencing Forces atau KONEVO sebagai tandingan daripada PBB. Mereka bersatu untuk melawan pengaruh blok barat. Tenggelam dalam kemarahan, amarah Soekarno sudah tidak terbendung. Namun, Soekarno tidak bisa berbuat banyak. Kehancuran kestabilan politik, termasuk kehancuran ekonomi, akibat beberapa konfrontasi, sudah di luar batas. Benih-benih keruntuhan kekaisaran Soekarno sudah di depan mata. Sejak tahun 1927, sebenarnya Soekarno telah menulis sebuah gagasan untuk menyatukan kekuatan ideologi-ideologi di Indonesia. Gagasan itu kita mengenalnya dengan Nasakom atau Nasionalis Agama dan Komunis. Ia ingin menyatukan ketiga ideologi itu untuk revolusi. Di masa demokrasi terpimpin, Soekarno menerapkan nasakom dalam DPR-GR yang sering disebut sebagai Kabinet Kaki Empat yang diwakili oleh tiga kelompok. Golongan Nasionalis diwakili PNI, Golongan Agama diwakili NU, dan Golongan Komunis diwakili PKI. Sebagai senjatanya, Soekarno menerapkan gagasan tentang manifestasi politiknya yang dikenal dengan Manipol Usdek. Gagasan ini berisi beberapa poin UUD 1945, Sosialisme ala Indonesia, Demokrasi terpimpin, Ekonomi terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Sebenarnya gagasan Soekarno ini sangatlah baik. Tujuannya adalah sebagai solusi untuk mengatasi persaingan antar partai yang terjadi. Namun ternyata tidak sesuai fakta lapangan. Dalam mengelola ekonomi misalnya, Soekarno menganut sistem ekonomi manipolusdek di mana negara memiliki peran untuk mengontrol penuh jalannya perekonomian negara. Namun, Soekarno secara pribadi tidak memiliki kemampuan mengelola ekonomi. Di dalam kabinetnya, teknokrat ekonomi hampir tidak ada. Para kabinetnya hanya berisi orang-orang yang pro-Sokarno secara ideologis. Menurut Bung Hatta, sistem ekonomi manipul usdek ini membuat rakyat tidak lagi berekonomi, melainkan mengerjakan ekonomi menurut perintah dan disiplin negara. Hal ini akan menghancurkan ekonomi suatu negara apabila para pemimpinnya tidak bisa mengelola dengan baik. Dan benar saja, selain sibuk membangun proyek mercusuar yang dinilai, menghambur-hamburkan dana. Selama dua kali, Soekarno melibatkan negaranya dalam konfrontasi baik dengan Belanda di Irian Barat maupun dengan Inggris di Malaysia. Lebih parahnya, Indonesia juga berhutang ke Soviet baik berupa dana maupun alutsista. Diketahui, sejak tahun 1955 hingga tahun 1965, pendapatan negara rata-rata 151 juta per tahunnya. Sedangkan pengeluaran mencapai 359 juta per tahun atau lebih dari 2 kali lipatnya. Cadangan devisa negara pun yang semula 408,9 juta USD turun menjadi hanya 4,5 juta USD. Kurs rupiah merosot tajam, dari 186 rupiah per dolar menjadi 14 ribu per dolar. Dan perekonomian negara pun terguncang. Tujuan-tujuan ekonomi strategis seringkali dicampur adukan dengan kepentingan politik pemerintahan. Memang dari tahun 1961, inflasi secara konsisten mencapai 100%. Namun di tahun 1965, inflasi sudah mencapai 594%. Dan di tahun 1966 berikutnya, inflasi mencapai 650%. Hyperinflasi ini sudah tidak dapat diselamatkan. Harga-harga bahan pokok mulai naik membumbung tinggi dan rakyat di seluruh Indonesia mulai kelaparan. Sebenarnya bisa saja Soekarno meminjam dana pemulihan ke negara-negara barat. Namun dengan segala idealismenya, ia menolak. Pada akhirnya, idealisme Soekarno membuat rakyat sengsara. Lantas, banyak rakyat yang sebenarnya muak. Namun, mereka takut jika ditangkap. Apalagi, PKI waktu itu semakin hari semakin brutal. Hingga akhirnya, satu peristiwa terjadi. Peristiwa ini, kelak, yang akan menjadi titik temu kehancuran Kekaisaran Soekarno. Sejak tahun 1964, pamur PKI di atas angin. Gelora hidup Bung Karno dan Anti Amerika menggelora di mana-mana, termasuk di Jakarta. Front Nasional PKI, yang terdiri dari kaum tani dan buruh, terbentuk. Anggota dan simpatisan PKI di seluruh Indonesia mencapai 20 hingga 27 juta. Jelas saja, hal ini mengusik Angkatan Darat. Para petinggi Angkatan Darat, termasuk Yanni dan Nasution, mulai memberedel koran dan majalah terbitan PKI. Dan PKI mulai melakukan kampanye sepihak di atas level kekerasan. Siapapun yang tidak mengikuti PKI akan dianggap sebagai pemberontak. Masih banyak konflik yang terjadi di antara keduanya. Mereka saling adu kuat agar tetap di samping Soekarno. Sementara terputusnya hubungan Jakarta-Washington membuat Beijing memiliki kesempatan. Pada April 1965, Chu Enlai, Perdana Menteri Cina, datang ke Jakarta dan mendesak untuk dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani agar mereka dipersenjatai. Hal ini dilakukan untuk melawan Angkatan Darat bila mana mereka merebut kekuasaan. Namun, ditentang keras Angkatan Darat. Di awal tahun 1965, mulai muncul beberapa isu yang mengkemparkan istana. Pertama, muncul isu Dewan Jenderal yang siap mengkudeta Soekarno. Dan yang kedua, adalah munculnya dokumen Gilchrist yang berisi tentang persekongkolan Dewan Jenderal dan Inggris untuk melengsarkan Soekarno. Kedua isu ini membuat Soekarno khawatir, hingga akhirnya sesuatu yang tidak terduga terjadi. Pada awal tahun 1965, Soekarno mulai sering muntah-muntah dan jatuh pingsan. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan, terutama bagi PKI. PKI mulai panik. Jika Soekarno meninggal dunia, kemungkinan besar Angkatan Darat akan merebut kekuasaan. Akhirnya, D.N. Aidit, Ketua CC PKI, menggelar rapat rahasia. Mereka berencana akan melakukan gerakan mendahului dengan menculik para Dewan Jenderal itu secara hidup-hidup untuk dihadapkan kepada Presiden Soekarno. Soekarno Jangan harap jenderal-jenderal kapitalis itu akan membiarkan kita atau partai itu Gitu Bung Karno kehilangan kekuasanya Siapa cepat, dapat Siapa tepat, selamat Soekarno tidak mengetahui akan hal itu Ia lebih sering menghabiskan waktunya di atas ranjang karena sakit. Angkatan darat juga demikian. Mereka tidak mengetahui rencana persis PKI. Dan hal yang mengerikan pun terjadi. Pada tanggal 30 September 1965 malam hari, sejumlah resimen Cakra Birawa, pimpinan Letkol Untung, menculik tujuh jenderal yang mereka anggap sebagai Dewan Jenderal. Beruntung, Jenderal Nasution selamat. Enam jenderal tersebut ada yang tewas di tempat dan juga ada yang ditembak di lubang buaya. Begitu juga, satu perwira, Lieutenant Pierre Tendean, yang dianggap sebagai Nasution, tewas ditembak. Semuanya dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya dekat markas Angkatan Udara. Lieutenant Kolonel Untung menyelamatkan Presiden Soekarno dari Kup Dewan Jenderal. Pada hari Kamis tanggal 30 September 1965 di Ibu Kota Republik Indonesia Jakarta telah terjadi kerakan militer dalam Angkatan Darat. Saat kejadian, Soekarno berada di Wismayaso, Jakarta Selatan. Soekarno kaget menerima informasi mengenai penembakan di rumah Nasution. Segera pagi hari, ia diantar pengawalnya ke istana. Namun, istana sedang dikepung militer tak dikenal. Akhirnya, Soekarno pergi ke pangkalan udara Halim Perdana Kusuma. Tak lama setelah itu, Soekarno berpindah lagi ke Istana Bogor atas saran Jenderal Soeharto. Hanya dalam waktu dua hari, atas perintah Jenderal Soeharto, seluruh pasukan Angkatan Darat berhasil mengalahkan para pelaku dalam operasi G30S itu. Setelah para jenazah korban ditemukan, pada tanggal 5 Oktober, para korban dimakamkan dengan hormat. Jenderal Soeharto melarang Soekarno untuk ikut ke pemakaman dengan alasan keamanan. Secara pribadi, Soekarno sedih akan kejadian ini. Dan di sisi lain, ia bersikap seakan tak ada yang perlu disesali. Hal ini lumrah dalam sebuah revolusi. Itulah kata Bung Karno saat itu. Segera, Markas Sangatan Darat menerbitkan berita bahwa G30S didalangi oleh PKI dan perwira progresif pro-PKI. Berita ini menyebar ke seluruh penjuru negeri. Para aktivis dan mahasiswa pun mulai melancarkan demonstrasi agar supaya pemerintah membubarkan PKI. Dan ironisnya, sampai berbulan-bulan, Soekarno mengabaikan tuntutan para demonstran. Bahkan, sebagai presiden, Soekarno tidak meluruskan sama sekali siapakah dalam dibalik peristiwa Gestapo. Rakyat Indonesia sudah mulai muak dan sudah tidak percaya lagi dengan Soekarno. Demonstrasi demi demonstrasi terjadi. Bahkan, mereka yang tergabung dalam kami mulai mengepung istana. Kisah-kisah tersebut telah menyebabkan di jokata selama seminggu. Penyerangan dan penyerangan yang terjadi di depan partai komunis. Grup ini diperlukan oleh pejabat tentara. Walaupun tentara itu tidak politik, mereka menggunakan studenti non-komunis dan organisasi masyarakat lain untuk mengembangkan permintaan mereka untuk dikembangkan. Dan Presiden Sukarno menggunakan kesempatan ini dengan menarik untuk menyalahkan negara-negara neokolonial dan imperialis untuk membuat terlalu banyak kejadian untuk membagi Indonesia. Di sini adalah Presiden yang sepertinya sangat memahami situasi. Soeharto sudah menganggap jika Soekarno memang keras kepala. Dengan manuver politiknya Soeharto, akhirnya Soekarno memberikan mandat Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jenderal Soeharto dengan terima kasih. Tujuan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Surat perintah itu kita kenal sebagai Super Semar. Sejak saat itu, MPRS mengangkat Jenderal Soeharto ketua presidium kabinet. Saya, Presiden. Supreme Commander of the Armed Forces of the Republic of Indonesia appoint Major General Soeharto. Dikiranya SP 11 Mart adalah satu penyerahan pemerintahan. Dikiranya SP-11 Nardi itu satu transfer of sovereignty, of authority. Padahal tidak. Sehari setelah itu, 12 Maret 1966, Soeharto mengumumkan pemubaran PKI dan mengumumkan untuk menghabisi orang-orang PKI. Akhirnya, seluruh militer Angkatan Darat, aktivis dan mahasiswa, serta ormas-ormas dari berbagai kalangan, memberangus. dan menghabisi orang-orang PKI baik dari anggota hingga simpatisan PKI di seluruh Jawa, Sumatera, dan Bali. Situasi Indonesia kala itu sangat mencekam. Kini militer sudah tidak lagi mentoleransi keberadaan PKI. Setelah itu, Suharto mulai menangkap para loyalis Soekarno dan simpatisan PKI baik di militer, DPR-GR, hingga para pejabat dan menteri. Akhirnya, secara praktis, kekuasaan benar-benar di tangan Suharto. Selanjutnya, pada tanggal 20 Juni hingga 5 Juli 1966, MPRS menggelar sidang istimewa kepada Presiden Soekarno untuk mempertanggungjawabkan atas tragedi nasional yang terjadi. Dalam pidatonya, Soekarno memberi jawaban gugatan MPRS yang dikenal dengan Nawaksara. Namun, MPRS menolak keras jawaban itu. Sebagai akibatnya, pada tanggal 13 Maret 1967, MPRS memberhentikan Soekarno sebagai Presiden dan digantikan oleh Jenderal Soeharto sebagai Presiden kedua. Akhirnya, kini Kekaisaran Soekarno benar-benar berakhir. Kami Presiden Republik Indonesia, Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Terhitung mulai hari ini menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada pengkemban ketetapan MPRS nomor 9. MPRS 1966 General TNI Suharto Memang secara politis ini adalah kudeta. Namun apapun itu, kala itu Soekarno memang harus lengser dari jabatannya. Karena dinilai telah memperburuk stabilitas politik dan ekonomi. Sejak tahun 1967, Soekarno sudah tidak lagi di istana. Soekarno ditahan di Wismayaso dalam keadaan sakit parah. Kini, apa yang dilakukan Soekarno terhadap para aktivis dan teman yang pernah di penjaranya dulu akhirnya benar-benar dirasakan Soekarno. Nasib Soekarno saat itu sangat pilu. Dalam keadaan sakit-sakitan, ia dijaga ketat oleh militer. Dan pada tanggal 21 Juni 1970, setelah dilarikan ke rumah sakit Gatot Subroto, Jakarta, Soekarno mengebuskan nafas terakhirnya. Dari sini kita bisa menyimpulkan, di masa mudanya Soekarno layak dianggap sebagai pejuang. Di masa awal revolusi mempertahankan kemerdekaan, Soekarno layak dianggap sebagai negarawan. Dan di masa demokrasi terpimpin hingga di masa akhir jabatannya, Soekarno adalah diktator yang hampir membawa Indonesia dalam kehancuran. Intro Intro