Transcript for:
Mengenal Kiai Haji Zainal Mustafa

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam. Alhamdulillah. Alhamdulillahi lalzi ja'alana minan ahdiin. Wassalatu wassalamu ala sayyidil mursalin, sayyidina muhammadin, wa ala alihi wa asli. dimanapun berada. Sampurasun, Wilwujeng, Enjing, Alhamdulillah pada pagi menjelang siang ini kami bisa menemani Dulur dan Baraya, Nadiyin semuanya dalam melalui media virtual NU Jabar Channel untuk membedah buku Ajangan Singaparna Sukamana biografi Saya Haji Jainal Mustafa As-Sahid. Mudah-mudahan acara ini bisa memberikan manfaat khusus bagi kita para muhibin kiai, khusus bagi nahdiin yang selalu merindukan pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu tentang bagaimana perjuangan para ulama. Alhamdulillah pada kesempatan pagi ini saya ditemani oleh Penulis, peneliti, ilmuwan, sejarawan yang namanya sudah kakon cara, kamasur, kamana-mana. Beliau yang meneliti dan menulis buku ajangan Sukamana ini, namanya tentu tidak asing lagi yaitu Kang Iip Jul Kipli Yahya. Assalamualaikum Kang. Waalaikumsalam. Bila lo jeng enjing, sambur rasuan. Sampai sekarang aku. Haturnuhun karena adongkapan anak, haturnuhun oke karena kintunan buku nak ya. Terima kasih, ini buku yang luar biasa yang sudah saya pribadi baca sampai tamat. Membaca ini membuat saya seperti melanglang buana dan seperti seolah-olah menyaksikan bagaimana perjuangan seorang asahid, Kiai Haji Jendal Mustafa dari pesantren Sukamana, Singapurna, Tasikmalaya. Pada kesempatan... Pagi hari ini saya ingin berbincang dengan Akang Tentu kita akan membedah buku ini dari berbagai macam aspek Yang mudah-mudahan nanti pembicaraan kita, perbincangan kita ini menjadi trigger Agar supaya Nahdin semuanya atau siapapun yang punya kepentingan untuk berkenan membaca Sebelumnya membeli dulu tentu ya buku ini Pertama begini Kang, yang ingin saya tanyakan ke Kang itu adalah bagaimana awalnya Kang bisa meneliti dan bisa menulis buku ini? Baik, terima kasih Kang Agung. Selamat pagi, Widhojong Njing, Kak Sadayana. Pada awalnya saya diminta oleh keluarga pesantren Sukamana Dalam hal ini, Ketua Yayasan Kehaji Zainal Mustafa, Kehaji Atam Rustam, yang kebetulan juga Ketua PCNU Kabupaten Tasikmalaya. Sebab ada keinginan besar di tengah keluarga Sukamana, supaya ada sebuah buku yang lebih komprehensif tentang Kehaji Zainal Mustafa. Sebagaimana kita tahu? Tokoh yang satu ini sudah ditulis, diteliti oleh banyak sekali sarjana, baik dari Indonesia maupun dari mancanegara. Amerika, Malaysia, Jepang, dan lain-lain. Nah, tetapi rupanya keluarga menganggap belum ada satu buku khusus. yang bisa menjelaskan secara utuh siapa itu Kihajiz Zainal Mustafa. Lalu seorang kawan baik di Tasik Malaya, Kasat Korcap Banser, di Kabupaten Tasik Malaya, Kang Imam Mudhofar itu merekomendasikan nama saya, karena saya dianggap sukses ketika menulis Ajangan Cipasung, biografi Kiaji Muhammad Ilyas Ruhyat. Nah, maka kemudian ketika saya dikontak, berhubungan pertama kali, Saya mengiyakan itu dalam arti saya sudah ketemu judulnya dulu, judulnya pasti Ajangan Sukamana. Setiap biografi Kiai Sunda yang saya tulis, saya akan pakai judul Ajangan. Seperti halnya buku sebelumnya? Sebelumnya, jadi nanti yang membedakan di bawahnya saja, biografi Kiai Haji Siapa. Ini saya ingin... jadikan ciri khas supaya istilah ajangan juga tidak naik ke pentas nasional sama setara dengan Kiai. Nah itu dengan Tuan Guru mungkin ya di tempat lain, dengan Buya juga di tempat lain. Begitu, tetapi perkenalan saya dengan sosok ini sebetulnya jauh sekali. 2002 ya? Ada momen apa? 2002 itu saya masih di Jogja menemani istri saya S2 kemudian ada kolega kami dari UNPAD yaitu Kang Teddy Muhtadin beliau itu tau saya dari pesantren, kemudian Kang Teddy ini menyampaikan Ip, iu cena aia catetan pun aki lalu saya baca Dan ternyata itu adalah memoanya Kiai Haji Lili Shadili, Santri Sukamana tahun 1931-1934. Berarti memang Santri yang pernah mengalami... Bertemu, bertemu langsung dan tidak mengalami masa klas fisik itu. Jadi dia betul-betul Santri saja. Dia melihat... Bagaimana Sukamana berkembang dan tumbuh sebagai salah satu pesantren yang disegani pada masa itu, tahun 1931-1934. Dan catatan ini yang segera saya ingat ketika mandat dari KI Atam itu datang. Wah, saya sudah punya simpanan nih. Saya segera cek di semua riset, ternyata buku ini belum pernah dikutip siapapun. Memuarnya Kiyelil Shadili, bahkan buku ini sebetulnya sudah siap terbit tahun 2019, tapi kok belum ada gitu, belum beredar. Sudah ada, dummy-nya saya sudah dapat dalam bentuk pdf sudah siap dicetak gitu, gak tau ini. Dan akhirnya ya di buku saya inilah cerita Kiyelil Shadili ini memberikan apa ya, fondasi yang sangat kuat bagaimana Ajangan Sukamana itu membangun dan mengembangkan pesantrennya. Baik, menarik ini. Jadi memang sudah ada bekal awal gitu kan ya? Ya betul. Ketika diminta oleh pihak pesantren, kemudian sudah ada bekal awal dan siap untuk dieksekusi begitu? Ya, artinya tidak ada nol lah. Ketika saya menulis Ajangan Cipasungkun kan harus menyinggung Ajangan Sukamana. Baik, baik. Tadi Akang mengatakan bahwa sebenarnya Kiai Haji Jinal Mustafa ini sudah ditulis banyak orang ditulis banyak peneliti dari berbagai kalangan, dari berbagai negara bahkan nah pertanyaannya adalah distingsi perbedaan buku ini pada akhirnya nanti dengan buku-buku yang lain, itu seperti apakah? Nah betul, ini yang sebetulnya Ketika saya, jadi Imam Mudhafar itu mengontak saya, Kang, ini ada kemungkinan akan diminta menulis Ajangan Sukamana. Saya tidak mengiakkan dulu, saya langsung melakukan riset online selama satu bulan. Selama satu bulan saya membuka semua informasi terkait dengan Ajangan Sukamana yang sudah online. Termasuk beberapa tesis, skripsi, itu kan kita bisa lihat di... Rapi story kampus-kampus ya, termasuk di UIN Bandung ada setidaknya ada tiga tesis, kemudian di YIN Jogja ada satu skripsi, ada juga yang menulisnya sebagai bagian dari tesis di UGM dan lain-lain. Kemudian saya juga mendapatkan informasi menarik bahwa Gizena Mustafa ini mungkin salah satu ulama yang mendapat perhatian sajana internasional. Ben Anderson menyinggung sedikit, kemudian... Miki Hiro? Belum. Heri Jebenda. Bukunya yang sangat klasik Dan menjadi babon Dalam memahami sejarah pergerakan Islam Di Indonesia Itu juga cukup banyak Menyinggung Soal Kejana Mustafa Yang bulan sabit dan matahari terbit Di buku itu memang Kemudian Ada satu penulis Disertasi lagi yang agak jarang Dikutip di Indonesia yaitu Kanahale Dari, sama kampusnya dengan Harijaya Benda, nanti saya ingat-ingat kampusnya, dia memang tidak banyak menyinggung Kijal Mustafa, tapi dia ada bagian sedikit. Nah memang yang paling komprehensif tentang Kijal Mustafa itu adalah Ibu Aiko Kurasawa, karena beliau datang ke Sukamana, kemudian masih... menemui sejumlah santri langsung kaya Jendral Mustafa. Nah, beliau misalnya bisa berdialog intensif dengan kaya Wahab Muhsin. Itu salah satu santri kesayangan kaya Jendral Mustafa. Karena juga adalah putra kakaknya, putra kaya Jendral Muhsin. Nah, kemudian juga masih bertemu dengan Istri, salah satu istri Gejena Mustafa. Jadi, Ibu Aiko ini sangat beruntung. Masih menemukan saksi-saksi yang pada waktu itu baik ada di pihak pesantren, di pihak pemerintah desa, kecamatan, bahkan di pihak IDHAR. Kalau di Tasik itu kita tidak bisa menyampingkan fenomena NU lalu ada IDHAR. Ibu Aiko ini ketemu semua Nah apa bedanya dengan buku Nah ini yang kemudian nih kalau saya tulis Saya mau nulis apa kan gitu Bedanya adalah Saya mencoba Menampilkan sosok Hizan al-Mustafanya Sementara para peneliti sebelum saya Itu hanya fokus pada Peristiwa perlawanan suka manahnya Nah disitu titik tekannya yang berbeda mungkin informasinya itu sama ya, beberapa hal mungkin ada pengulangan tentu saja tetapi cara memposisikan atau memframing keizana mustafanya yang beda, kalau para peneliti lain fokus pada peristiwa 18 Februari atau 25 Februari tahun 1944 sementara saya lebih ke personalnya Bagaimana beliau belajar kemudian membuka pesantren, membina santri gitu. Dan peristiwa pelawanan. Aktif DNU juga. Aktif DNU juga. Dan peristiwa itu hanya salah satu bagian saja dari kehidupan beliau. Nah itu yang membedakan apa yang saya tulis dengan apa yang sudah diteliti oleh para sarjana sebelumnya. Baik. Berarti. Jika kondisinya seperti itu dan memang juga seringkali saya rasakan ketika membaca buku-buku tentang atau bab-bab dalam sebuah buku tentang Kihajel Mustafa termasuk yang diajarkan di sekolah-sekolah juga pasti tidak jauh dari peristiwa perlawanan fisiknya peristiwa perlawanan terhadap pendudukan Jepang Saya mau bertanya begini Kang, menurut tanggapan A Kang apa yang sebenarnya terjadi pada diri para peneliti itu atau mungkin begini sebenarnya mengapa para peneliti itu lebih hanya condong kepada peristiwa itu, sementara sebenarnya ada banyak penggalan-penggalan kehidupan Ki Hajaril Mustafa yang tentu bisa diungkap selain daripada peristiwa itu menurut Pak Nakang gimana itu? kok mereka lebih fokus ke sana? ya, kalau penelitiannya berupa sebuah proyek seperti dilakukan oleh sebuah kampus di Bandung, memang fokusnya itu pada perlawanan rakyat gitu ya jadi ya mereka kesitu Nah, ini yang sebetulnya titik berangkatnya memang sudah mau ke situ. Sudah mau ke situ. Sudah mau membahas bagaimana perlawanan itu terjadi dan kenapa itu terjadi. Jadi memang tidak punya bayangan. Misalnya yang kemudian saya bangun, saya rekonstruksi tentang Kizana Mustafa. Itu saya membangun... Makanya di buku ini saya bagi dalam tiga bab saja. Saya ingin menegaskan jika buku ini dibaca itu bisa terpisah gitu. Bab satu, bab dua, bab tiga itu masing-masing bisa dibaca secara terpisah. Yaitu ketika sebelum peristiwa, kehidupan beliau dari awal lah begitu, dari kecil kemudian sampai mendirikan pesanten. Yang kedua perlawanan Sukamana ketika peristiwa perlawanan terjadi dan yang ketiga itu setelah perlawanan terjadi ketika akhirnya beliau setelah ditangkap lalu dieksekusi dan kembali ke Sukamana. Saya ingin menunjukkan bahwa di ketiga tahapan kehidupan beliau itu bahkan setelah wafatnya beliau itu tokoh penting. Tokoh penting? Iya. Jadi bahkan saya tegaskan kepada pihak keluarga ketika saya presentasi sejak awal bahwa Gizela Mustafa itu adalah tokoh besar ketika beliau hidup sebagai kiai, pengasuh pesantren. Santrinya tidak pernah kurang dari 600 sampai 700 setiap angkatan ketika melakukan perlawanan beliau tokoh yang sangat disegani. Dibuktikan dengan penghargaan sebagai pahlawan nasional oleh negara. Dan saya katakan bahwa beliau tokoh yang jauh lebih besar justru setelah beliau wafat. Setelah kematiannya. Setelah beliau wafat. Iya, setelah beliau wafat. Karena saya sampaikan beliau adalah tokoh sipil. Tapi ketika makamnya dikembalikan ke Sukamanah dari Ancol, itu dihantarkan oleh empat angkatan. Dulu zaman order baru itu polri masih angkatan ya, masih di bawah TNI. Jadi angkatan darat, udara, laut, dan kepolisian. Ini tokoh sepil mana yang ditangkap oleh 4 angkatan dari Jakarta, kemudian dimakamkan di Sukamana secara militer. Secara militer, proses pemakamannya di tahun 1973 itu secara militer? Ketika dipindahkan dari Ancol ya? Ancol, oke. Jadi ketika, jadi beliau ini luar biasa ditangkap oleh Ken Petai. dan dikembalikan oleh negara oleh negara negara asal asmi jadi saya katakan dia jauh lebih besar justru setelah wafat nah saya melihat ketiga itu secara seimbang gitu tidak hanya bagian yang kedua saja gitu Kang Akung ya oke ini menarik lagi ini kemudian akan ada di pengantar dituliskan bahwa kita masih berbicara di aspek metodologis ya Kang ya Katanya ada satu orang yang awalnya siap membantu kemudian tiba-tiba mundur. Boleh diceritakan apa dan siapa, bagaimana hal tersebut, dan apakah mengganggu dan menjadi kendala bagi penelitian akal? Ya, ini gimmick aja ya. Gimmick. Gimmick aja. Misalnya saya menulis buku Otto Iskandar di Natas, saya sampaikan ada orang yang sebegitu bencinya kepada Pak Otto, seorang budayawan saya bilang. Lalu orang bertanya siapa sih? Tidak pernah saya jawab kan. Ya itu bagian dari apa ya, seni lah ya di dalam mengantarkan sebuah buku. Tentu dalam perjalanan menulis buku Yudhjana Mustafa ini kan tidak mulus-mulus saja kan. Ada kendalanya, ada orang yang tadinya mau bantu tiba-tiba ngejelas gitu kan. Tapi semua hambatan itu saya anggap sebuah dorongan kuat ya. Justru ketika hambatannya besar tuh... Saya semakin yakin bahwa ini akan jadi. Dan target saya, Kang Agung, sebetulnya sederhana. Ketika mulai menerima ini, buku saya punya arti. Kalau saya menemukan fotonya, ke Zanil Mustafa. Betul itu, Kang. Saya rasa, Kang sebagai penulis akan merasa seolah-olah menemukan harta karun ketika mendapatkan foto itu. Karena kami pun yang membaca, yang mungkin tidak mendapatkan momentum ketika pertama kali menemukan foto itu. Ketika melihat foto ini, ternyata kok beda dengan yang selama ini digambarkan. Saya ingat kan waktu kecil itu kalau baca-baca buku yang punya bapak atau punya kakek saya itu. Suka ada tuh riwayat-riwayat para ulama atau misalkan G.H.Mustafa yang tentu yang tadi hanya berkaitan dengan masalah perang dan sebagainya. Nah kemudian disitu kan suka ada gambar, gambarnya seolah gambar siluet seperti gitu ya. Atau misalkan lukisan-lukisan yang sering ditampilkan dalam foto-foto pahlawan nasional. Ketika melihat ini kok beda gitu. Jadi ini sesuatu yang baru ini. Bagi saya ya atau mungkin bagi Dulur, bagi Nahdin, bagi Baraya semuanya yang nanti ketika membaca buku ini, Bukan hanya secara isi dan subsansi yang akan didapatkan secara bermanfaat, tetapi secara visual juga kita akan menemukan sesuatu yang baru. Ini seperti foto ini contohnya. Ini di luar interpretasi yang selama ini ada dalam pikiran kita. Oke, lanjut Kang. Nah, sebagai orang NU, ketika Kang nulis... Dan melakukan penelitian selama berapa tahun? Satu tahun? Satu tahun setengah. Satu tahun setengah. Ya sebagai orang NU yang mungkin sering berziaroh, juga sering bertawasul dan sebagainya, ada momen-momen spiritual gak Kang selama menulis ini? Ya tentu saja ya. Kita kan diajarkan untuk tawasul, minimal membaca surat al-fatihah gitu. Dan itu saya lakukan. secara kontinu selama riset dan selama penulisan, saya merasakan satu energi yang sangat besar. Dan itu yang saya pikir mendorong saya mendapatkan banyak kemudahan setelah saya melepaskan tadi ya, bantuan yang gagal itu. Jadi saya percaya bahwa ini pasti jadi. Dari situ saya seperti sprint ya. Bulan puasa tahun kemarin sebetulnya. Mulai mendapatkan energi yang sangat besar itu. Ketika kita dilanda COVID awal. Tidak boleh kemana-mana. Kemudian bayangkan saya harus menulis tokoh yang seperti ini. Saya tidak bisa ke Arsip Nasional. Tidak bisa ke perpustakaan nasional, harusnya saya sudah pustasi ya. Karena mau kemana lagi kan ketika dua tempat ini tidak boleh didatangi. Nah, tapi justru blessing-nya itu atau minhai sulayah tasibnya itu adalah banyak situs sejarah yang kemudian open. Bisa diakses secara online? Iya. Nah diantaranya yang selama ini mungkin agak diabaikan ya, NIOD itu sebetulnya menyimpan dokumen Jepang sangat banyak. NIOD itu. NIOD.NL. Ketika saya baca buku akan lalu menemu itu saya coba buka, ternyata betul. Yang layoutnya merah putih ya, keren itu. Itu dokumen Jepang, hampir semua peninggalan Jepang itu bendera, plakat segala macam itu kan ada, mata uang dan lain-lain itu ada semua. Nah, kemudian saya betul-betul mengandalkan kontak online kepada semua narasumber kan. Nah, hampir semua narasumber yang saya kontak itu menjawab. Alhamdulillah. termasuk misalnya ketika Kang Mikihiro Moriyama saya minta pengantar itu langsung bengak dia online? iya, via email via email bengak, sentosan, sekedap itu semua itu sangat dimudahkan yang paling dramatis sebetulnya ketika saya mengisi bab ketiga karena saya akhirnya menemukan bahwa Di Jenderal Mustafa sebelumnya dimakamkan di Ancol, di LVL Ancol. Kita tuh bayangannya kan... Yaitu Taman Makam Pahlawan. Ini makam pahlawan siapa? Kita sejarahnya itu kan tidak pernah mengungkap. Diminahkan dari Ancol saja. Nah, ternyata ada situs pengelola makam itu. Jadi itu adalah pemakaman yang dianggap sebagai pahlawan atau korban perang Pasifik. Jadi korban Jepang. Itu semua etnik. Ada Belanda. Indonesia, Cina, Arab, dan lain-lain Dan itu ada datanya Di web itu bisa kita akses Di webnya itu bisa diakses Nah, saya cari Kontak Indonesia-nya Ada alamat emailnya, lalu saya email Jadi modal kita sebagai peneliti itu Adalah Jangan pernah segan bertanya Karena kemungkinan hanya dua Dijawab dan ditolak Kalau dijawab lanjut, ditolak Ya cari lagi kan atau mungkin coba lagi dicari narasumber yang lain itu aja, jadi kalau bilang, aduh gak ada datanya sudah dicoba belum nah, terus saya email saya email, saya menyampaikan sejumlah pertanyaan dan ketika email itu memang saya diuntungkan sekali karena saya mendapatkan mandat resmi saya mendapat tugas dari keluarga G.H.Z.M. itu keyword yang yang sakti itu punya legalitas punya legalitas Dan saya memang ada surat tugas dan lain-lain Nah itu seminggu kemudian saya dapat jawaban Kenapa lama? Saya akhirnya baru tahu Si petugas ini harus konfirmasi ke kantor pusatnya di Belanda Jadi dia menerjemahkan dulu email saya itu ke bahasa Belanda Dia email ke Belanda Belanda kemudian menjawab Lalu dikirim ke Indonesia Dia terjemahkan dulu ke bahasa Indonesia Dia mau berusaha payah melakukan itu kan Itu kalau tidak ada Bantuan-bantuan yang Apa Yang katakanlah Ruhaniah Bisa menggerakkan orang Kemudian Si Petugas yang menjawab itu Saya tanya lagi Atau jadi email-emailan yang cukup Intens, saya tanya Karena di jawaban pertama ada informasi bahwa ada saksi mata yang melihat eksekusi Gajiz Zainal Mustafa. Saya tanya siapa yang eksekusi itu? Kami tidak tahu, pokoknya kami tahu bahwa itu adalah penjaga kelenteng. Saya searching kelentengnya gitu kan, kemudian ada dua kelenteng di Ancol itu saya pastikan. yang saya cari adalah kelenteng yang paling tua dan itu memang kelenteng yang sudah berabad-abad bahkan disebut sebagai kelenteng tiga agama saya coba cari di jumlah media informasi tentang kelenteng saya dapat informasi humas kelenteng itu tentu tidak ada nomor kontak saya coba cari lewat facebook pokoknya kalau mencari informasi itu harus tangguh semua media itu dilacak lewat facebook ada namanya saya kirim lewat messenger ternyata dia jawab nah itu dia padahal orang sekarang itu kalau messenger itu gak pernah dipake karena dipisah oleh facebook kan kalau dulu menyatu sehingga ada notif ketika kita mendapatkan sekarang kalau kita gak download messengernya kita gak tau ada info disitu ternyata dia jawab saya minta nomor WA langsung kontak dapatlah jadi saya dapatlah nama Mpegagu itu ternyata dia adalah Satpam yang meninggal tahun 1972 dan teman bapaknya si Humas ini Hmm begitu Yang apa menurut catatan akang beliau orang yang monop, tuli dan Ya dan tidak bisa ngomong Tapi dia pendekar Ah ya Mungkin pendekar Wing Chun kali ya Ya dia katanya itu Empek ya Empek itu panggilan untuk pendekar Jadi dia memang Cina Benteng ya. Cina Benteng. Di sana lah. Di kawasan Tangerang sana. Oke. Jadi momen spiritualnya ternyata mengarahkan kepada kemudahan. Betul. Ada barangkali nih. Barangkali pernah mimpi didatangi oleh Kei Haji Jalan Mustafa? Enggak. Datangnya ke ibu saya. Oh ke ibu. Iya. Jadi ketika... Eh... Pertama mendapat mandat ini saya mohon izin ke Ibu Menta Astu, kemudian tidak lama kemudian Ibu saya bilang Ayat senenu dikupiah hideng jangkung alit Kaya-kaya saya Mencoba Bahwa Saya udah membayangkan nanti kalau ketemu Fotonya berkupiah hitam Dan betul Ketika Ditampilkan dan secara jelas Bisa kita lihat beliau Berpeci hitam Dan ini mungkin foto pertama yang akan temukan tentang sosok asli Kejelang Mustafa belum menemukan foto yang lain? belum, tapi saya sangat yakin insyaallah ya akan ditemukan foto kedua, ketiga, dan selanjutnya amin, insyaallah jadi nanti semakin lengkap dengan visual nanti buku ini nah kemudian, masih di sekitar awal-awal pembahasan dalam buku ini menarik, Mikihiro Moriyama Dalam pengatarnya mengatakan bahwa katanya membaca buku Akang ini sama dengan kalau diikutkan atau dibarengi dengan membaca buku Benedict Anderson, itu seolah-olah dapat membuka kembali pikiran sejarah Indonesia. Itu ada tertulis pengakuan yang menurut saya itu jujur ya dari seorang peneliti. Jadi jika seandainya kita membaca buku Ajangan Sukamana ini, dibarengi dengan membaca bukunya Benedict Anderson yang Imagine Community itu, kata Mikihiro Moriyama seolah-olah itu akan membuka kembali pikiran kita tentang sejarah Indonesia. Ini maksudnya seperti apa nih? Tanggapan kepada? Ya, saya sih lebih memahami pada bagian-bagian awal yang Mikihiro jelaskan ya. Bahwa sejarah itu gak pernah mati. Sejarah itu selalu hidup. Orang menganggap bahwa General Mustafa itu sudah ditulis lah, sudah lengkap lah, tinggal baca bu Aiko selesai kan. Selalu ada dimensi lain dan setelah saya melakukan proses ini selama setahun setengah, banyak sekali aspek yang bisa digali dari seorang General Mustafa Sukamana ini. Misalnya tentang rintisan ngelogat Sunda dalam membaca kitab kuning. Ini perlu diteliti lebih jauh oleh para ahli bahasa Sunda karena Kizinal Mustafa itu dianggap mampu menciptakan atau mengkreasi logatan Sukamana yang itu tidak hanya menerjemahkan Kang Agung, tapi juga memindahkan Zawqul A'lobinya gitu. Menjadi Zawqul Sundawi gitu. Nah itu yang... Sehingga santri itu ketika dilogatan kitab itu oleh kejenderal Mustafa itu gak perlu dijelaskan lagi. Karena terjemahannya itu sudah nyelamun, suksundanama gitu. Jadi mudah paham. Nah ini masih ruang kosong karena ya sekarang santrinya semua sudah tidak ada. Bagaimana kita mau menggali kembali apa yang pernah beliau lakukan selama 17 tahun ya. ngasup pesantren Sukamana jadi memang unik Toko Keajelan Mustafa ini ngalogatnya pakai logat Sunda nah pertanyaan saya sebenarnya ini pertanyaan untuk nanti di tengah ya Kang tapi gak apa-apa ini berhubung tadi akan sudah menyinggung itu pengaruhnya dari mana? apa dari Sukamiskin ketika beliau berguru kepada Keajelan RA Dimjati? ya betul saya menduga begitu karena menurut sejumlah kesaksian Di Cilenga itu memang pre-Jawa. Beberapa gurunya yang lain itu pakai Jawa. Pakai Jawa. Termasuk Kiai Sabandi. Kiai Sabandi itu Jawa juga. Nah, kesaksian misalnya dari keluarga Cipasung menjelaskan bahwa ketika Kiai Rohiat mengajar di Cilenga itu pakai bahasa Jawa. Padahal Kiai Rohiat itu di bawahnya Keizanal Mustafa. Keizanal Mustafa lahir tahun 1901. Oke, Uriatu 1911, jadi dia juniornya. Nah, ini yang kemudian membuka lebih jauh sebetulnya ada satu fenomena Kanggung dalam tradisi pesanten pada masa itu. Jadi seorang santri pada masa itu, kalau santri Kelana sekarang masih ada lah. Kita masih menemukan sejumlah santri yang di sini setahun. Kemudian pindah kemana, pindah kemana begitu, sejumlah pesanten itu masih kita temukan. Karena di Jawa Barat ini pesanten salafiyah yang tidak ada sekolah itu masih cukup banyak jumlahnya. Jadi pesanten itu kalau pemula nanti misalnya di Keseg, kemudian menengah pindah kemana, pindah kemana terus gitu. Nanti khusus Jamul Jawami misalnya ada di Cianjur khusus gitu. Itu, yang unik pada masa itu adalah seorang santri itu punya pesantren yang apa ya, istilahnya itu kita sebut sebagai base camp atau sebagai terminal. Dan si Kiai ini menjadi mentor. Nah, dalam istilah psikologi nanti bisa dibedah posisi mentor dalam pertumbuhan seseorang calon pemimpin itu ya. Sangat penting sekali, dia pada suatu fase akan ketemu dengan pembimbing yang tepat dan mengarahkan dia ke tujuan yang benar. Dan ini tidak hanya unik, tidak unik ya. Saya menemukan juga misalnya Kiri Maksum Lasem itu mesantren di Termas. Pulang, kembali lagi ke Termas. Sampai mengajar di Termas, lalu setelah dianggap cukup oleh Kiri Dini, dia berkata, sudah sekarang kamu saatnya mukim. Baru mukim. Kemudian sejumlah kiai juga begitu, melakukan hal yang sama. Nah di Tasik pesantren yang saya tahu mendapatkan itu adalah pesantren Cilenga. Jadi kejanaan Mustafa itu pertama pesantren di Gunung Pari dia ke Cilenga. Kemudian dia pindah ke Sukaraja ke Cilenga lagi, ke Sukamiskin. ke Cilengah lagi gitu, ke Jamanis, ke Cilengah. Ke Rohiat juga sama, bahkan Ke Rohiat itu setelah menikah, mesantren lagi di Cilengah, sampai kemudian mukim tahun 1931. Nah, Kezina Mustafa itu sudah ikut mengajar, tahun 1925 itu dia kembali ke Cilengah, ikut mengajar kemungkinan Madrasah Matlaun Najah. Itu sudah kemarin saya mendapatkan informasi bahwa ada modernisasi pengajaran di Cilengga itu dan studi bandingnya itu ke Majalengka, ke Kiai Abdul Halim. Kan beliau yang terkenal mengawali pelajaran klasikal itu. Maafkan, siapa nong? Kiai Haji Abdul Halim Lui Munding atau PUI? PUI. Dan kita tahu juga Di Tebu Iyeng, Ki Walid Hasim juga memulai tradisi klasikal itu, memasukkan bahasa Belanda, ilmu bumi, dan lain-lain. Ini sama sebetulnya, ini masa yang pada waktu itu harus kita teliti. Apa yang mendorong sejumlah pesanten besar itu melakukan, bukan rekonstruksi, tapi semacam pembaruan. Betul, tapi semacam alternatif lah Alternatif Yang Salafiyah tetap, tapi yang ini juga Jadi ada tambahan metode Ada tambahan, ya betul Nah, itu Di Cilengah Nah, kira-kira Kisahnya itu semacam ini General Mustafa membawa ide itu Lalu, kemudian Kiai Sabandi itu memanggil Santi-santi senil Kejana Mustafa, ke Uriyat, ke Dahlanticaulang, Sokjena cobaan diulik ngalogat Sunda teh. Kita kira begitulah. Nah maka ini yang para santri senior ini kemudian mencoba mengkreasi ngalogat Sunda itu. Dan Kejana Mustafa yang mukim lebih awal, tahun 27, dia mukim di Sukamana dibekali 60 santri. Pekali 60 santri, kemudian membuka pesantren dan memulai dengan Ngalogat Sunda yang dia ciptakan. Kenapa itu dikreasi sendiri? Karena tip asung nanti beda. Artinya tidak plak besis Ngalogatnya suka mana. Kezal Mustafa memang punya concern yang sangat dalam ya dengan proses Ngalogat ini. Makanya nanti bisa ditemukan di... Catatan saya itu nanti ketika tahun 36 NU Tasikmalaya itu membagi-bagi Kiai ini ahli apa, kini ahli apa, sesuai dengan keahlian masing-masing. Jadi ada satu tim ad hoc yang dibentuk oleh NU Sabang Tasikmalaya. Kijen dan Mustafa ini bagian kurikulum, karena beliau memang punya concern di situ. Beda misalnya dengan Kiai Ruhiyat itu bagian apa itu... Agitasi dan propaganda. Tapi justru malah yang melawan secara fisik malah yang di bidang pendidikan. Nah itu yang sebetulnya masalah yang berbeda. Kaitannya tidak semacam itu. Ada konteks lain. Termasuk selain tadi menerapkan pola kreasi logat Sunda juga. Pola atau metode klasikal juga sudah mulai diterapkan ketika beliau langsung diterapkan Nah makanya ini yang harus diteliti Saya bilang setelah meneliti ini banyak hal yang ini harus dilacak lebih jauh Jadi Kizina Mustafa itu Kita baca ya di bukunya Ki Wahid Hasim misalnya, Ki Wahid Hasim itu kan tahun 28, muktamar di Kalongan atau Cirebon ya, itu sudah ketemu dengan Ki Yahya Hiat kan? Karena Ki Yahya Hiat itu sudah ditugaskan oleh Kiesa Bandi untuk ikut, walaupun Sabang Tasiknya belum ada. Nah, jadi sudah awal sekali Ki Yahya Hiat itu untuk aktif di NU-nya, ditugaskan aktif di NU-nya. Tapi Kizena Mustafa ini dalam catatan majalah Al-Mawahid yang mengutip Koransi Pertahunan. Itu baru muncul tahun 1934. Jadi kemana saja selama tujuh tahun. Nah saya kemudian mencoba mencari ini apa, kenapa baru tujuh tahun kemudian. Nah ini saya mendapat jawaban misalnya dari salah satu santri yang mengaji cukup lama ya, ke Kirjana Mustafa yaitu Kiri Faqih dari pesantren di Ciranjang, Al-Musri. Miftahul Huda al-Masri itu, Miftahul Huda, Kifakih. Kifakih ini santainya 12 tahun, mengajik ke Kejana Mustafa itu 12 tahun. Jadi sejak di Cilenga, jadi dia adalah termasuk satu di antara 60 santri yang dibekal oleh Kejana Mustafa di bawah dari Cilenga. Jadi makanya dalam catatan biografi Kifakih menyebutkan, Beliau mengaji ke Kizana Mustafa itu sejak tahun 25. Pada akhir Kizana Mustafa baru mukim tahun 27. Berarti yang 2 tahun ini di Cilengah. Dia itu jadi santri kecilnya lah. Yang santri dewasanya itu seperti ke Mahmud Zuhudi. Yang kemudian mukim di Sumedang. Nah, kifakir 12 tahun itu berarti beliau sampai tahun 37. Nah, beliau... Kemana-mana gitu tidak langsung mukim di Cianjeng karena berbagai peristiwa barulah pindah ke Cianjeng. Kebanyakan para Kiai Tasik itu pindah ke berbagai wilayah di barat itu karena peristiwa DTI. Dan juga ada yang karena peristiwa pendudukan agresi militer Belanda. Itu kemudian pindah ke Bandung. Nah, Kivakeh ini tadinya 7 tahun pesantrennya. Jadi kira-kira pembagiannya itu Ibtidaiyah, Sanawiyah, Aliyah, dan Tahkhosus. Tahkhosus setahun. Dua tahun, dua tahun, dua tahun, dan setahunnya Tahkhosus. Baru kemudian santri boleh pulang, boleh mungkin. Walaupun kemudian di Miftahul Huda ini dipercepat lima tahun setengah, karena susah katanya santri sekarang itu disuruh tujuh tahun. Untuk berlama-lama itu? Ya, makanya dicepatkan ya. 5 tahun setengah, tapi ada informasi itu. Saya membayangkan, oh kemungkinan besar di Jalan Mustafa itu uji coba kurikulum. 7 tahun nanti itu jadi kira-kira begitu ya. Jadi tidak iya, Sanawiyah, Aliyah dan Taha Surus. Tiga empat ternyata mungkin dianggap berjalan baik, beliau baru mau aktif di NO. Sehingga... Di dalam beritanya itu kan disebutkan Engalan Medal Dina Panggung NU Ini kan menandakan beliau ini baru muncul Ini luar biasa Berikutnya kita agak mundur Kalau tadi sudah aktif di NU dan sebagainya Kita agak mundur ke belakang Saya ingin mengkonfirmasi ini kan Perihal genealogis beliau Umri Atau nama kecil dari Ki Haji Nal Mustafa itu adalah Umri Lahir dari pasangan Bapak Nawawi dan Ibu Ratma. Nah, cuma mohon maaf nih, di buku Akang tidak dijelaskan secara spesifik siapa kedua orang tua beliau. Nah, barangkali Akang bisa menjelaskan. Ya, kita melihat gini lah, biasanya kalau orang hebat itu punya silsilah dan sangat genealogis yang merujuk kepada orang-orang besar juga. Adakah mungkin temuan Akang yang menemukan bahwa dia ini sebenarnya keturunan siapa? Keturunan orang besar siapa? Aaaaah... Informasi awalnya saya sudah dapat ya, cuma saya sampaikan, betul-betul saya sampaikan dan saya omat-omat gitu ya kepada pihak keluarga bahwa untuk silsilah ini bukan tugas saya. Ini saya minta dari pihak keluarga membuat tim khusus kalau memang berkenan untuk melacak silsilah Gizana Mustafa ke atas. Saya mohon ditawakuf kalau saya tidak sanggup. Karena cukup berat ya Kang Agung untuk penelitian silsilah ini. Jadi akan lebih baik kalau yang punya genetik langsung yang melakukannya. Seperti yang dilakukan oleh tim khusus misalnya keluarganya Sekholil Bangkalan. Yang tiap tahun rajin keliling menemui santri-santri Sekholil. Nah itu bisa berjalan karena memang ada timnya dan memang itu... orang dalam gitu ya, dari keluarga gitu, sehingga tidak akan ada pertanyaan dari siapapun saya cicitnya Kiziana Mustafa gitu, itu akan langsung dijawabkan gitu tidak akan disahakan gitu nah, tapi saya memang menangkap tradisi di pesanten di Tasik memang memenggal sana, memenggal silsilah oh gitu Kiai Ilyas, Muhammad Ilyas bin Ruhyat Bin Abdul Gofer sudah. Jadi sampai tujuh turunan kaluhur gitu ya? Iya. Sampai jangan ada yang udah gendel gitu? Enggak. Iya, iya. Siapa ya... Waktu itu juga ketika saya tanya ke keluarga, ya, ah gitu ya. Jadi memang... Itu ya, apakah mungkin disembunyikan? Dalam tanda kutip disembunyikan. Atau memang apa hal keluarga kayak gitu? Saya menyimpan, saya pikir disimpan ya. Disimpan? Tidak perlu lah. Ya ini kita lah. Ini kami yang dikenal. Oh begitu. Ini saja. Nah ini saya tidak tahu ya, kalau misalnya kita bandingkan dengan tradisi di Cerbon, kalau Cerbon kan masih menyimpan ya, jadi misalnya pesanten-pesanten seperti Kempek, Babakan, kemudian Buntet, itu kan semua tersambung ke Sumeran Gunung Jati. Betul, betul. Hanya mereka kemudian tidak mau masuk dalam konflik rebutan kekuasaan di Kraton, lalu keluar. membangun pesantren-pesantren yang ada di seputar Cirebon tapi mereka masih menjaga silsilahnya sehingga ketika ditanya seperti keisai Agil itu ada kan nyambung atau ke Abdul Abbas atau misalnya dari ulama yang ada di Babakan juga ada misalnya ke Zamzami itu bisa menyebutkan dengan fasih silsilah atasnya nah yang di Priangan ini saya menduga kira-kira begitu juga kemungkinan besar sambungannya ke Sehabdul Muhyiddin Tapi bagaimana nyambungnya, hubungannya itu sebaiknya memang masing-masing keluarga melakukan penelitian sendiri. Oke, siap pak. Jadi ini tawakub lah. Iya, ini menyerahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga. Nah, kemudian ketika Umri nanti menuntut ilmu, berganti nama menjadi Hudaimi. Jadi Hudaimi ketika selesai menuntut ilmu lalu membuka pesantren, beliau mengubah namanya menjadi Kejirun Mustafa. Perubahan-perubahan nama seperti itu artinya seperti apa? Artinya bagaimana itu? Kok ada perubahan-perubahan apa memang diberi? Atau memang inisiatif sendiri? Kelajiman ya. Kelajiman? Ya, namanya juga anak kecil. Ya samalah keponakan saya. Awalnya namanya Nazil, lalu ah pengen Alvin sih katanya. Karena namanya Alvin. Itu ya, kita anggap... Kalau di Mekahan tradisi yang sudah mungkin sekarang sudah tidak terlalu ini ya. Karena sekarang kan nama orang Indonesia sudah Arab ya. Jadi tidak perlu diganti lagi. Kalau dulu padahal Hudaimi juga nama A bahasa Arab kan. Tapi tetap diganti menjadi Zainal Mustafa. Nah ya biasa aja pergantian nama itu. Jadi tidak ada momen-momen tertentu yang melatar belakangi, akhirnya ganti gitu? Saya pikir ya, saya pikir mungkin kalau misalnya meminjam Kang Acep peristiwa Kang Acep Jam-Jam Nur ya, ya iseng aja gitu. Jadi dia namanya Abdul Wahid kan, Abdul Wahid Ramadan. Terus gurunya manggilnya Jam-Jam kan, karena anak Kiai dia panggil Acep gitu. Tiba-tiba namanya jadi Asep Jam-Jam sampai sekarang. Ya kan, ini aja biasa aja gitu. Ya itu. Memang tidak semua orang merubah namanya, tapi ada orang yang kemudian menjadi tokoh besar, merubah namanya. Lalu kita melihat, jangan-jangan ini perubahan namanya ada sesuatu. Ya padahal, ya biasa saja sih. Kelumrahan lah ya? Kelumrahan, iya. Barangkali gitu tadinya ada Feng Shui-nya, kalau nama ini gitu ada keberuntungan. Mungkin ya, mungkin. Tapi saya melihat itu lazim lah. Apalagi mungkin waktu itu belum ada akte Jadi gak usah ngurus ke pengadilan Tidak repot Oke Kita lanjut Ke beberapa pertanyaan, masih banyak ini kan pertanyaan saya Silahkan Meskipun tentu tidak semua harus ditanyakan Nanti semua harus dijawab, nanti jadi spoiler Agar supaya nanti Banyak yang penasaran dan berkenan Untuk membaca buku ini Nah begini Yang ingin saya tanyakan itu, Gijal Mustafa mengikuti tarekat, pengaruh tarekat juga? Ada temuan barangkali ke arah sana? Saya tidak yakin kalau beliau mengikuti tarekat. Memang ada satu peneliti dari Jogja, Dr. Nurul Haq itu mengatakan bahwa Gijal Mustafa mengikuti tarekatnya Kiyai Umar, yang dari Banjar itu. Bahwa beliau mengamalkan, saya mencoba menanyakan ke sejumlah... Peneliti taikat untuk kepentingan buku ini yang saya tanyakan adalah proses beliau bertahan nus selama 40 hari sebelum kejadian perlawanan itu. Jadi beliau kan sebelum perlawanan itu awal Januari lah begitu memanggil ketiga istrinya. Mengatakan bahwa akan berjuang, jihad, namun nyanyi, balik, disenengkah, imah, sok, disenengah, gitu. Tapi ketiga istrinya itu tidak ada yang menjawab. Maka Vizana Musra kemudian memberikan kertas dan potlot lah. Saku isi kagok, masuk, tulis, gitu. Tapi ketiganya betul-betul setia menunggu. Jadi itu beliau pamit, kemudian beliau memang ada tajuk di atas kolam ya di belakang rumahnya itu. Kemudian beliau di situ selama 40 hari. Saya mencoba tanya, mungkin nanti para pemirsa, pendengar ada yang bisa membantu saya juga. Atau mau melakukan penelitian tentang ini ya, saya senang sekali. Ini tradisi tarikat apa? Itu. Nah. Salah satu narasumber yang saya tanya, ini tidak ada, bukan tradisi tarikat manapun. Jadi saya sementara berkesimpulan bahwa Gindal Mustafar memang melakukan ritual, ritual yang sangat sungguh-sungguh, mujahadah di dalam awal ini, tapi tidak menggeruti tarikat tertentu. Bahwa kemarin saya mendapatkan informasi Sholawat yang banyak dibaca di Sukamana pada tahun 40-an ya, itu adalah sholawatnya yang sering dibaca Kibalap itu, sholawat Nurul Anwar itu. Allahumma sholi ala nuril anwar, nah yang itu. Wasir asro dan sebagainya. Itu salah satu sholawat yang banyak dibaca di Sukamana waktu itu. Jadi sejauh ini kesimpulannya beliau tidak mengikuti Tarek? secara formal lah gitu ya betul, karena tradisi itu tidak diikuti oleh santri manapun jadi kalau itu memang beliau ikut, pasti kan ada fatwa atau ada ini ke para santrinya, dan itu tidak ada misalnya kita lihat Ki Wahab Musin yang dekat di Sukahideng juga tidak gitu kan atau Ki Bahrum di Cilenek juga tidak, Ki Fakih di Ciranjang juga tidak gitu nah Bahwa beliau bergaul dengan banyak ahli hikmah dan ahli taikat, iya. Jadi ketika bulan Agustus tahun 1943, peristiwanya bersambungan kan, ada tusyekh ditangkap, ini sebetulnya kagungnya sedikit ya. Tidak pernah ada penelitian yang sungguh-sungguh di antara kita nih, anak muda NU, agung anak muda. Saya anak tua. Masih, masih muda. Tidak pernah ada penelitian semalah apa para ulama NU ketika Hadrat Hussain ditangkap. Tidak pernah ada catatan gitu. Nahak amat, dituliskan jadi puisi gimana atau apapun gitu. Padahal kan harusnya ada. Punya rasa ketakutan yang berlebih mungkin kan? Kalau memberikan reaksi yang terlalu menonjol, mungkin takut mengalami hal yang sama. Jadi mungkin pikirannya Hadratus Yehwaya Gede Tewa Komau Urang. Nah, iya betul. Tapi kan harusnya ada catatan. Sebenarnya mah, ada yang kayak amat. Gimana lah. Ini sama sekali kita nggak temukan. Bahkan tanggal berapa sampai, kita tuh lupa. Tanggal berapa Hadratus Yeh ditangkap, itu tidak ada. Tidak ada. Nah ini ada hal-hal yang... bahkan sebesar harta tushah aja ada momen-momen yang kita abai gitu ya baiklah kita membayangkan Setidaknya ketika saya ditangkap 5 bulan di penjara dan disiksa ya, dan berkibat pada fisiknya itu, pasti kan keambak itu aja. Dan kita bayangkan, kejalan musuh ini usia 40 tahun ya. 40 tahun, matang-matangnya kan, lagi berkesentang gitu ya. Nah, jadi lagi betul-betul on fire ya. Beliau punya jamaah ribuan, punya santri tidak kurang dari 700 setiap angkatan. Alumninya sudah ribuan ya, tahun 1943 itu. Ini ketika pemimpin besarnya ditangkap Jepang itu kan, kebencian pada Jepang ini kan semakin memuncak ya. Ada. Kiai yang mampu menahan ekspresinya dan ada yang kemudian mengekspresikannya dengan frontal seperti Gizena Mustafa. Misalnya dalam pertemuan di Singapura, beliau jelas tidak mau saya kirim. Dan dari situ kemudian dia mulai menjadi perhatian Ken Petai. Bisa jadi, Penangkapan dari Hadotusikei Yasemasa'ri oleh Jepang itu salah satu trigger ya, dari perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh Kijal Mustafa berarti ya. Kita bisa menginterpretisikan itu bahwa Kijal Mustafa itu ngelawan ke Jepang itu salah satu alasannya karena ambak gitu, pemimpin-pemimpin besarnya ditangkap. Bisa jadi seperti itu. Kemungkinan itu sangat besar ya, walaupun dalam konteks lokal itu ada peristiwa lain. Iya, seperti misalkan pemungutan padi ya. Pengumutan padi, pengumutan padi, kemudian khusus kan begini, sama ngajinya di Cilengak, gurunya kisah bandi, kitabnya sama. Suka mana melawan, kenapa Cipasung enggak. Cipasung itu kita tahu, pinggir jalan, sangat dekat dengan jalan rayang. Jadi kalau santri itu datang, Tidak sampai 10 menit sudah sampai di pesanten. Kalau di Sukamana, ini cukup jauh kan? 10 kilo ya, 7 kilo. Jadi kalau jalan itu lumayan, setengah jam paling tidak. Jalan dari depan ke pesanten itu. Nah, di Sukamana ini karena ada aturan dari Jepang bahwa santri tidak boleh ada lalu lintas beas atau padi, lintas ke bupaten. Jadi AKDP ini gak boleh nih, si pare itu ya, atau beras itu gak boleh. Sehingga banyak santri suka mana yang bawa bekal, itu di ngajalan dirampas. Di rampas. Kalau saiker itu sudah, kalau melawan itu kan hipdudin ya. Nah pemungutan padi itu sudah hipdulmal kan. Jaga harta. Nah ini kalau dirampas begitu kan ini sudah sampai ketingkatan. Ibn Nafs Jadi banyak santri itu yang datang ke pesantren Udah berangkat dari rumah Kemudian bawa beras, dirampas Pesantren gak bawa apa-apa Hanya baju aja yang ada di badan Betul kan? Ya Ma, Itur Majuholla Biasanya suka ada sebutan, kan? Biasanya santri diimah datang ke kobong Mauwa dadahari dan sebagainya Biasanya suka ada sebutan Sebutan ada Adrahi, Ecet, atau Halawa Biasanya di pesantrenya ini Apa biasanya namanya? Saya kurang tahu. Mungkin ada rahi ya, mungkin. Atau mungkin ada istilah lain nanti. Oke. Kita... Ini lebih lanjut lah. Iya, iya. Kita telusuri lebih lanjut. Siap. Lanjutkan. Iya. Nah, jadi udah ada tiga alasan dari lima... ...itu ya, lima makosidus syariah itu. Jadi ini yang tidak ada di sepasung. Gitu, sehingga... ...Rijana Mustafa memutuskan bahwa... ...ya kita harus melawan. Oke. Karena kalau... Guru itu ya, Kiai itu tidak ada kecintaan yang lebih tinggi selain melihat misalnya santrinya di Aniaya itu kan sudah luar biasa gitu. Kalau kepada dirinya dia masih akan mentoleransi ya, tapi kalau sudah ke santri itu akan jauh lebih katakanlah emosional ya. Nah dari situ sebetulnya ya. Ini juga informasi ini masih harus digali ya Kang Agung, gimana? bahwa di Sukamana kemudian ada latihan pencaksilat nah ya itu sebetulnya kan tidak hanya di Sukamana di pesantren-pesantren sekelilingnya itu juga melakukan hal yang sama gitu karena mungkin ada apa ancaman keamanan ya dari perampok dan iya betul konteksnya memang waktu itu tidak aman ya iya iya jadi ini yang menarik kenapa menarik dari penelitiannya Jadi ada sebuah lembaga yang ini kita selama ini tidak tahu bahwa ada lembaga itu. Namanya Sanyo Kaigi. Lembaga apa itu? Sanyo Kaigi. Sanyo Kaigi itu kemudian yang menjadi Chungos Sangiin. Oh iya. Kalau Sangiinnya tidak tahu ya. Tapi Sanyo Kaiginya kita tidak tahu. Nah Sanyo Kaigi itu anggotanya sama. dipimpin oleh Skwarno, anggotanya ada Otto Iskandar, Duryata, Hata, dan lain-lain. Ini penasehat keamanan, jadi penasehat keamanan tentara Jepang. Setelah peristiwa Sukamana terjadi, ini salah satu yang menurut saya nofum dalam penelitian saya itu. Sanyo Kaigi ini diminta untuk melakukan penelitian oleh pemerintah Jepang. Kenapa terjadi perlawanan di Jawa khususnya. Di Sukamana, lalu di Indamayu. Lalu di Aceh juga? Iya, di Aceh sebelumnya. Tengku Abdul Jalil? Iya. Nah, kemudian dilakukan penelitian. Ini menarik. Ketua tim penelitinya itu adalah Otto Iskandar Dinata. Menunjukkan betapa pentingnya peristiwa Sukamana sampai dibuat tim. Sanyo Kaiginya sih data-data saja, melakukan penelitian, menyimpulkan kemudian bahwa kewajiban menyetel padi ini sistemnya belum baik. Intinya sih itu. Tapi yang menarik sebetulnya analisa Ben Anderson-nya. Ya Sanyo Kaigi disuruh penelitian itu karena peristiwa Sukamana. Jadi karena ada peristiwa Sukamana. Jadi dari laporan Sanyo Kaigi ini menjelaskan bahwa salah satu pemicu dari perlawanan Sukamana ini adalah kasus kewajiban setor padi. Ini yang kemudian luput ya kakak aku selama ini dari sejumlah riset itu ini tidak menyampaikan informasi cuaca. Jadi pada tahun itu terjadi kemarau panjang. Paceklik. Ya, gitu. Gresma panen goreng gitu di kudu setor kene. Itu dari seorangan kayak, oh iya kok. Manya kudu dibikin kapal marintah kan gitu. Nah ini kan berlipat-lipat ya, kemudian tambah ada santri dirampas, kewajiban untuk saikere. Nah ini saya melihat ada tiga alasan kenapa Gajah Jalan Mustafa kemudian melakukan perlawanan. Sebelumnya itu kan terlebih dahulu Gajah Jalan Mustafa dan para santrinya itu melakukan semacam pelatihan-pelatihan, pencaksilat, bela diri dan sebagainya. Berarti pelatihan-pelatihan seperti itu memang ditujukan untuk suatu saat nanti melawan Jepang atau memang untuk mengantisipasi ketidakamanan di sekitar itu? Itu kemudian juga pada waktu itu, Oktober 1943 kan sudah dibentuk peta. Lalu Hezbollah, Sabilillah. Ini adalah respon pesanten-pesanten terhadap itu. Jadi mereka juga melakukan semacam self-defense. Aku dapat pelatihan itu. Kemudian juga dengan begitu mereka lebih merasa aman di lingkungannya, apalagi Sukamana yang lebih ke dalam, kemungkinan untuk dirogah hala tinggi, maka itu dilakukan itu. Makanya nanti di laporannya Miyoshi itu, yang dikutipkan Hale, tapi diragukan oleh Aiko. Oke. Mengatakan bahwa, ah itu kan PETA salah intel kan gitu. Orang cuma latihan keamanan lingkungan kok dianggap memberontak. Oh gitu ya. Ada kan, ada data itu. Memang menunjukkan bahwa pelatihan di Sukamana itu bukan untuk secara langsung melawan Jepang. Kemudian kenapa saya katakan itu sebagai respon terhadap dimulainya PETA dan Hezbollah? Ya karena di banyak pesantren juga melakukan hal yang sama. Ya, oke. Cuma kebetulan setelah beberapa kali melakukan pelatihan secara masif mungkin terjadi peristiwa itu. Sehingga mungkin ada orang yang menafsirkan bahwa termasuk mungkin mata-mata keempatnya itu pada akhirnya menduga bahwa oh kemarin latihan silat dan sebagainya untuk melawan iut. Nah makanya saya coba melakukan satu klasifikasi. Peristiwa suka mana itu berbeda-beda. pandangannya sesuai dengan posisi orang pada waktu itu oke iya iya menurut Kiri Zainal Mustafa dan para santrinya menurut Ken Petai menurut pemerintah Jepang begitu ada tujuh cara pandangannya bahkan ada pandangan dari seorang bupati ya yang Menyayangkan peristiwa itu terjadi. Bisa diceritakan? Jadi, ini salah satu temuan yang sangat saya senangi ya. Dan ini belum dikutip di buku manapun. Karena saya memang punya metode khusus, Kang Agung, dalam penelitian ini. Luar biasa ya. Nanti kita bahas lebih khusus. Saya harus belajar ini. Lebih khusus. Nah, saya menemukan data itu. Saya menduga ini adalah... Bupati Bandung, tapi disitu disebutkan sebagai pegawai kementerian dalam negeri kalau sekarang itu di seduk capil jadi dia sebagai kementerian dalam negeri membuat laporan bahwa dia menyesalkan terjadi peristiwa Sukamana sepanjang pengalaman saya 30 tahun sebagai pegawai negeri kata dia Saya hitung-hitung yang 30 tahun menjadi pegawai negeri dari sampai tahun 1944 itu ya Bernadakusumang Dan memang dia di kementerian dalam negeri Bernadakusumang V? Iya Sehingga kemudian dia nanti menjadi mendagri yang pertama Nah itu catatannya menarik Kata dia sepanjang pengetahuan saya ini pemberontakan kedua Yang pertama adalah Cimareme Sarkat Islam Abdel Lingbe Kemudian ini Sukamana Sarkamana Orang Sunda mah balaget Tarang ngelawan ke pemerintah Lama nepi ke orang Sunda ngelawan Berarti pemerintahan salah Ini menarik nih, pernyataan beliau ini menarik Cuma memang namanya gak disebut Tapi saya menduga dengan sangat kuat Bahwa ini adalah Wira Nataku Summa ke-5 Dan kenapa beliau laporannya sangat mendalam itu Karena anaknya terlibat ikut menyebur ke Sukamana Jadi anaknya Bionatakos Kulimanipa, Raden Male Bionatakos Kulimanipa, itu kepala polisi di Tasik nah dia yang kemudian ketempuhan untuk menyebu ke Sukamana, termasuk diantara satu kompi yang dikirim ke Sukamana itu sehingga dia dapat laporan langsung dari pelaku nah ini juga yang harus jadi pengetahuan kita bersama ya selama ini sering ada anggapan atau mungkin pemikiran bahwa anu nyerangkah pasantren ke Haji Mustafa orang-orang Jepang, padahal ternyata tidak semua yang dikerahkan oleh Jepang itu semua orang Jepang ada orang-orang yang waktu itu bertugas sebagai polisi yang Anggotanya adalah bangsa kita sendiri, orang pribumi lah gitu ya, orang pribumi. Nah itu yang harus kita paham bersama, mungkin karena si polisi itu, ya karena bisa jadi mereka dalam pikirannya menjalankan tugas, tidak ada tendensi keberadaan. kebencian atau apa mungkin mereka yang melakukan itu ikut penyerangan itu atau bisa jadi ada dilema dalam diri mereka itu ada dilema setelahnya setelahnya ya ketempuhan apalagi ketika kemudian Gezihan Lamausapanya dipahlawankan mereka, aduh, bahaya newak pahlawan yang ujungnya stigma untuk dia adalah pemberontak aduh, oke ini kita masih berbicara di sekitar perlawanan ya menarik ini bahwa ada perbedaan tanggal ini kan, ada perbedaan tanggal ini juga perlu kita ungkap disini laporan resmi bala tentara Jepang mengatakan 18 Februari 1944 Itu peristiwa Yang secara resmi dari pemerintah Jepang Disebutkan tanggal segitu Kemudian buku pertama mungkin Yang mengupas Kehajilan Mustafa Dari Pak Saripidayat Santrinya, santri beliau Itu menuliskan 25 Februari 1944 Kemudian buku itu diterbitkan Tahun 1961 Nah kemudian yang ketiga peristiwa itu disebutkan Maret 1944 dari laporan kepentai Nah dalam buku ini Akang sendiri kemudian menyetujui atau mengambil yang pertama. Alasannya kenapa? Alasannya karena... Dilaporkan paling awal. Paling awal? 18 Februari 1944? Iya, laporannya kan 10 Maret. Oke. Jadi orang melaporkan pada 10 Maret, ada kejadian tanggal 18 Februari. Iya. Nah, secara jarak itu lebih dekat. Iya, iya, iya. Saya juga konsultasi dengan Mikihiro. Saya tidak, menurut saya, saya bilang, saya tidak membaca ada niat dari Jepang untuk mengolah tanggal ini. Ya, ya, ya. Gak ada kepentingannya ngapain. Kemana kejadiannya 18, ya dia lapor tanggal 18. 18, betul. Dan dia lapornya setengah 10 Maret, kan? Betul, betul. Hanya 2 minggu lah. 2 atau hampir 3 minggu ya. Berarti berapa hari? 12, ya 3 minggu lah setelah kejadian. Sementara Pak Saripidayat itu melaporkannya kan tahun 59 ya. Kemudian yang diambil oleh pesantren, oleh pihak keluarga yang sekarang dijadikan hari peringatannya, itu adalah yang tanggal 25 itu. Dengan temuan akang ini, nggak ada perubahan? Bagaimana sinkronisasinya? Sinkronisasinya itu peringatan ke Izana Mustafa jadi seminggu. Jadi seminggu, lumayan. Dari tanggal 18 sampai 25. Bisa, bisa. Jadi kita kompromikan saja. Karena begini, ini soal benar dan salah dalam sejarah ini kan rumit ya. Jadi yang kalau bisa diakomodasi kita akomodasi saja. Betul, betul. Nah jadi diakomodasi dan pesantren juga sudah bilang karena ini merubah tradisi juga tidak mudah. Ya betul. Saya bilang ya silahkan. Jadi nanti peringatan dari 18 nanti puncaknya tanggal 25. Oke. Sedikit saja ini perihal peristiwa pertempurannya pas hari H-nya. Tentu tidak semua, jangan dibahas semua kan biar penasaran nanti. Biar beli. Peristiwanya kan hari Jumat. Dari pukul 16.30 sampai kurang lebih pukul 18-an lah ya. 17. 17, 90 menitan gitu. Iya, 90 menitan. Jalannya peristiwa seperti apa nanti Dulur dan Baraya semuanya baca saja buku ini. Cuma saya mau bertanya saja, korban dari pihak Jepang, berapa orang? Ada ya, saya angkanya lupa tapi di situ ada. Jadi Pak Sari Pidayat mencatat dengan baik soal-soal itu. Itu saya kutip. Yang dari pesanten 86an Ada 24 atau berapa ya Yang asli tentara Jepangnya kan? Kalau polisnya gak masuk dulu ya? Nah yang Jepang asli ini memang tidak tercatat resmi ya Jadi yang Jepang asli ini kemungkinan kan yang meninggal sebelumnya Jadi begini, peristiwa itu aksi-reaksi Jadi Kizena Mustafa ini sudah dipanggil berkali-kali oleh Kenpetai ke Tasik Tapi dia tidak mau datang lewat lurah, lewat camat, lewat wadana bahkan sampai ada polisi yang nah hari kamisnya lalu si Ken Peta ini mengutus polisi, satu regu polisi yang 4 orang itu? bukan, belum, jadi satu regu ini iya satu regu, regu polisi alih-alih polisi itu bisa membawa Kejana Mustafa malah polisinya berbalik pikir diceramahas dia di brainwash sama Kejana Mustafa malah kemudian Menyerahkan senjatanya, ikut sholat, ikut makan, lo pulang ke kampung masing-masing. Nah, maka si Ken Petai ini nunggu. Ken Petai di Tasik itu menurut dugaan kita itu paling banyak itu satergu. Satergu. Katakanlah 12 orang ya, katakanlah. Kemungkinan itu lebih sedikit lagi. Nah, maka Jumat itu kemudian kira-kira... Cing, di mana kasur kamu? Di mana polisi kamu? Di situ, di hati kamu. Datanglah, berempat orang Jepang dan satu penerjemah. Pas setelah Jumatan. Kan, puntenya, kan orang Jepang kalau bicara biasa-biasa saja kan, tiga sesentak. Tiga dina film. Nah ini kan agak beda dengan kita. Kita mungkin punten, badan pangan, pangerasa, kejana Mustafa, oh Jepang, wah, wah. Oh, jena Mustafa. Begitulah kira-kira. Lalu berkumpul, terjadi dialog kira-kira lewat penerjemah. Nah itu namanya juga masa berkumpul. Apakah ceritanya itu si ini mengangkat senjata ya. Ada satu tentara Jepang mengangkat senjata lalu bisa dihindarkan. Ditangkis oleh santrinya. Iya santrinya. Polontong-polontong itu cekok gitu, ditenggel mawat gitu. Ini dua orang Jepang ini meninggal sama... Yang dua? Yang dua bisa. Berhasil pulang? Berhasil pulang. Laporan? Laporan, gitu. Maka, waduh ini sudah membunuh orang Jepang nih. Udah polisi senjatanya diambil, berarti ada senjata kan di Sukamana. Kemudian orang Jepang meninggal di situ dan dikuburkan di Gunung Bentang. Yang dua ini pulang. Nah ini Ken Petra tidak punya alasan lagi. Maka kemudian dia mengirimkan satu kompi itu ke sore harinya. Jadi kira-kira setengah jam perjalanan dari Tasik hitungan kita. Makanya saya betul-betul meriset karena ada satu data dari Belanda itu menyebutkan 10 panser yang dikirim ke Sukamano. Ini panser jenis apa yang bisa ke Sukamana dalam waktu cepat dari Tasi? Kalau yang panjang itu nggak mungkin. Maka ini ketemulah panser yang dibuku itu. Mungkin bisa dilihatkan ya kan? Ya, ada gambar. Nah, disitu kemudian... Nah ini, kenapa kemudian kita yakin bahwa yang datang kebanyakan orang Indonesia? Dan cuma terus terang aja, saya sampai saat ini belum bisa... Siapa saja yang datang, 100 itu siapa saja gitu. Oke lah Jepang berarti 12, meninggal 2 tinggal 10. Nanti ke satu kompi itu 120-an ya. Nah itu siapa aja yang sisa 100 lainnya itu saya belum tahu. Yang pasti itu mungkin regu polisi ya. Ya polisi itu clear ya bahwa polisi terlibat. Tapi ada polisi nggak punya panser pak. Iya, di fasilitasi mungkin. Nah ini siapa yang punya? Ken Petai nggak punya. Ken Petai juga nggak punya. Ini panser siapa ini masih belum jelas. Nah ini perlu penelitian lebih lanjut Yang pada tahun itu Punya pansar 10 di Tasik Siapa? Pasti tidak tiba-tiba dari langit kan? Pasti ada yang punya Nah ini yang perlu penelitian lebih jauh Tapi membuktikan bahwa kebanyakan orang Indonesia Itu karena sesuai Oh sudah begitu akan Pasti Jepang datang, persiapan segala macam Gijana Mustafa dikelilingi oleh 20-an santri utamanya seperti kisah di perang Nabi itu, Nabi dikelilingi oleh sahabat kan. Nah ini kemudian, ini lucu dalam kutip itu, begitu Jepang datang tidak menyerang duluan. Karena memang kejadian nomor satu tidak ada niat melawan. Betul, betul. Kalau mau datang Jepang langsung tenggel, kalau mau datang bangsa orang tinggal dihelak kan. Nah jadi kan begitu yang datang bangsa kita ngangkog kan. Kan ini jelas bukan mau melawan Ngelawan, datang sawek Tengang gitu kan gitu Jadi semua skenario itu gagal Buber skenario nya Untuk melawan, kepung dari sana, kepung dari sini Itu gagal semua karena ngangkau Karena melihat Melihat karena yang datang bangsa sendiri Gitu Tapi kan yang namanya sudah ada kerumunan, sahan maledok dihela, tapi kemarin gitu. Sama lah kan, temwe. Demo ayana kan, dihela, dan terjadilah gitu, keles. Nah, itu dalam 90 menit, 10 pansar melawan, ada yang menyebut 1000, ada yang menyebut 3000. Itu seperti killing field ya, 86 meninggal, kemudian ada beberapa meninggal di tempat lain karena sakit, karena tatu, karena luka dan lain-lain. Dan diselamatkan oleh hujan. Jadi hujan, sekitar jam 5 sore, jadi gak kelihatan mana kawan dan mana lawan, akhirnya berhenti. malam Jepang datang lagi mengambil mayat-mayat yang di pihak mereka. Karena mereka pakai saragam kan gampang kelihatan, nanti semua pakai sarung kan. Kenapa pakai sarung? Ya ini hikmahnya untuk tahan pukulan sebetulnya. Mereka akan membayangkan akan dipukulnya sama-sama dengan bambu juga kan. Karena mereka latihan pakai bambu. Maka pakai sarung disilang. Karena ada datanya mau nyelitih. Tapi hikmahnya juga ketika kemudian. Jepang sudah pulang, pagi-pagi jam 6, ya, langsung disitu terjadi gerakan yang sangat cepat oleh Santi Sukamana dan masyarakat yang selamat. Itu karena Santi yang ngambang-ngambang di sawah atau di kolam itu gampang ngambilnya. Karena ada sarung di pedang. Jadi pakai bambu itu dikait, gampang. Lalu cepat dibikin pemakaman masal. 80 itu yang sekarang jadi pemakaman Taman Pahlawan itu. Nah disitu dimakamkan. Sehingga ketika jam 9 siang Jepang datang lagi, itu sudah gak ada mayat. Dimakamkan secara syahid ya, tidak disolatkan, tidak dimandikan. Dan Jepang kemudian lalu menyasar semua, pesantren dibakar, dikejar-kejar ke... rumah penduduk dan sebagainya dari sekilas penggambaran itu kita bisa lihat perang yang dikumandangkan yang digelorakan oleh KJL Mustafa itu seperti perang Rasulullah tidak ada istilah nyerang Tihullah mungkin karena etika Islam dalam perang memang seperti itu ya dan lebih karena kondisional menurut saya, kondisional ya itu tadi, komandonya itu aneh juga ya Harusnya kan siapapun yang datang sikat. Ini nggak lemon batang bangsa orang, tinggal diri lah. Ini sekian detik dalam peperangan itu kan fatal. Nah karena ngangkau gini, kemudian mudah diantem. Karena saking tidak inginnya melawan bangsa sendiri. Nah disitu jelas sekali bahwa yang ingin dilawan Roky Zia Musafat itu adalah Jepangnya. Tapi keagung ya, saya tuh aneh juga kenapa peneliti Indonesia Sampai 2010 ya, tidak pernah ada yang menyimpulkan bahwa perlawanan Sukamana adalah perlawanan terbesar. Kita dengan korban jelas banyak sekali ya, dengan korban sebanyak itu. Nah ini beruntung tahun 2010, Barbara Clifford, namanya agak susah ya, dia mengumpulkan dokumen Kenpetai, dan termasuk juga mempublikasikan catatan Kenpetai Tasikmalaya. Nah Kenpetai Tasikmalaya itu... Menyebutkan bahwa ini perlawanan Sukamana adalah perlawanan sipil terbesar terhadap tentara Jepang di Jawa. Di Jawa. Ini jadi yang mengatakan orang Jepang. Nah ini saya kira perlu di blow up ya bahwa ini adalah perlawanan sipil terbesar terhadap tentara Jepang di Jawa. Oke. Nah bahkan saking apa ya saking besarnya. perlawanan itu mungkin sampai pada akhirnya waktu itu ketika tentara-tentara Jepang mencoba menyerang pesantren Singaparna itu dengan kekuatan penuh tentu ini menjadi sebuah indikasi bahwa ini memang perlawanan yang besar dan sehari setelah perlawanan dua pesawat Jepang itu mau Nyingxianan lah gitu, di atas langit suka mana. Seperti yang terjadi peristiwa Bojongkokosan mirip-mirip seperti itu. Ketika tentara Inggris lewat di sekitar Bojongkokosan paru kuda, kemudian terjadi pertempuran di situ, sore hari juga. Kemudian esok harinya orang-orang Inggris mengirimkan pesawat untuk menggempur Cibadak dan sebagainya. Ada-ada peristiwa mirip lah ya, seperti itu. Nah, kemudian yang ingin saya tanyakan itu akan menyinggung sebuah peristiwa di Jepang, peristiwa Iki Iko. Iko Iki Jadi Ada kemungkinan bahwa Jepang Begitu besar mengerahkan Kekuatannya itu karena Menurut Kang Ip itu adalah Ada rasa traumatik di Jepang itu Di tentara Jepang itu tentang Takutnya terulang sebuah perlawanan Yang mirip dengan Perlawanan Iko Iki Kita tanyakan Iko Iki itu Apa dan seperti apa? Seperti saya jelaskan sebelumnya Para pelaku peristiwa Sukamana ini, perlawanan Sukamana ini, masing-masing punya pandangan yang berbeda. Nah sekarang kita lihat bagaimana sebetulnya pandangan Ken Petai. Kenapa Ken Petai begitu ketakutan dengan eskalasi Sukamana. Sehingga mereka mengirimkan 10 panser ke sebuah pesantren. Padahal pesantren Ayah Nawan sih. Dan di pesantren itu pada waktu itu, kok non itu tidak ada besi sama sekali. Jadi besi itu semua dikumpulkan oleh Jepang dibuat senjata. Makanya latihan di Sukamana itu pakai bambu dan kayu. Karena memang tidak ada besi sama sekali. Itu bukan peso-peso acan lah, kira-kira seperti itu. Nah, ini mungkin unik ya. Dalam artian Kenpe Taitasik ini siapa-siapa ini perlu kita teliti ya. Mereka ini punya semacam catatan bahwa di Jepang Itu pernah ada kelompok namanya Ikoiki. Ini satu sektor tarekat di agama Buddha di Jepang. Yang ini petani dan melawan pemerintah dengan tidak membayar pajak. Nah ini punya kewibawaan besar, makin lama makin besar, sehingga sangat susah ditumpas. Siken Petai yang ditasik ini, membayangkan itu. Ini kalau dibiarkan, Sukamane ini akan bisa seperti Ikoiki itu dan akan... Susah dibantas kalau sudah besar. Mumpung masih kecil, kebetulan ada kejadian membunuh orang Jepang, maka disebu dengan sederhana. Ada rasa traumatik kemudian ya? Iya, betul. Traumatik yang diwariskan tentu ya, karena peristiwa Iko Iki itu jauh sebelumnya. Jadi banyak perspektif dan cara pandang orang dalam melihat peristiwa ini ya, sehingga tafsiran-tafsiran pun muncul. Kenapa dan... Apa penyebabnya sehingga orang-orang Jepang itu sedemikian beringas waktu itu untuk menyerang pesantren yang ya sebenarnya pesantren ini tidak ada kekuatan apa-apa ya kalau dilihat dari kondisi yang ada begitu. Saya ingin menanyakan tentang naga awik, saya ingin menanyakan tentang pesa murai, saya ingin menanyakan tentang pedang katana. Ini kita ada beberapa pertanyaan lagi Kang. tentang ini ketika beliau dieksekusi di Ancol nah Kenapa beliau itu dimakamkan dalam tanah petik secara layak lah gitu ya? Biasanya orang yang sudah dicapem berontak kemudian dieksekusi yaudah dibuang aja ke laut. Apalagi dieksekusinya deket laut gitu kan. Apakah ini sebuah pengakuan tersirat dari Jepang tentang keberanian seorang Kejelang Mustafa? Sehingga beliau ketika setelah dieksekusi nggak dibuang begitu saja lalu dimakamkan secara layak. Ini yang miss disini ya Kak Agung. Ini juga luput dari penelitian. Jadi makanya saya... sejak awal membagi dengan ketat sebelum peristiwa, ketika peristiwa dan setelah termasuk bagaimana beliau dieksekusi dan dimakamkan nah ini ya disini banyak miss dan belum diteliti belum diungkap ya belum diungkap secara lebih jauh jadi ada ensiklopedi Pacific War yang terbit 2010 Itu menyebutkan bahwa itu encyklopedi 800-an halaman, tapi lemah tentang Singaparnanya, jadi kalau mau nyari peristiwa Sukamana itu lemahnya Singaparna, nanti keluar ke Jenderal Mustafa. Jadi jangan Sukamana yang diketiknya, jadi Singaparna nanti keluar Sukamana. Nah, ada sekitar 10 peristiwa Sukamana ini di dalam encyklopedi itu, ada 10 tempat lah. Salah satunya menjelaskan bahwa Kijana Mushova itu diadili di pengadilan militer, ini yang kita belum tahu selama ini. Kemudian dieksekusi mati di Ancol. Jangan membayangkan bahwa pada saat itu Ancol sudah ada makam. Ancol pada waktu itu rawa. Jadi beliau itu dibawa malam-malam ke Ancol di sebuah pohon besar. Dijajarkan begitu lalu dieksekusi lalu dimakamkan di bawah pohon itu Tapi setidaknya ada prosesi yang lebih terhormat daripada sekedar dibuang lah gitu Nggak ada memang dibuang disitu Oh disitu Nah memang dibuang di bawah pohon itu dan ditumpuk dengan mayat-mayat yang lain Dan ada eksekusi lagi disitu lagi gitu Nah disinilah fungsinya si Mpe Gagu Si mata-mata yang Saya kenal banget lah si penjaga kelenting yang menjadi saksi eksekusi gitu ya. Dia tuh walaupun ya karena dia penjaga malam kok ada mobil bolak-balik atau apa gitu setiap ada. Nah dia melihat. Lalu. Jepang kalah nih, itu terjadi pada 25 Oktober, eksekusi itu, tahun 1944. Kemudian Jepang kalah pada tanggal 15 Agustus. Kemudian Jakarta itu kan wilayah yang paling awal jatuh ke nikah. Nah itu Januari kan sudah jatuh ya, tahun 1946 itu sudah jatuh, kemudian terjadi proses hijrah ke Yogyakarta. Nah setelah nikah ini kan macam-macam, maka untuk urusan administrasi udahlah ini dulu juga Belanda yang urus, serahkan aja ke Belanda. Nah untuk administrasi pemerintahannya itu, administrasi sipil ya itu Belanda yang urus. Nah sudah dalam dalam kutip stabil di Batavia ini, kemudian... Pak Gagun ini lapor gitu ya, mungkin dia dibantu sama orang kelenteng atau apa bahwa disitu tuh dulu tuh suka ada itu, suka ada apa, eksekusi, pembuangan nah dari laporan itu kemudian digali oleh Belanda, loh kok banyak sekali mayat disitu Jepang tuh dulu berfikirnya simple, ah udah dikubur di pinggir pantai nanti sebentar juga akan hilang gitu kan gitu, nah Dilalah, ini saya tidak mengerti jalan pikirannya atau alasannya. Apakah ini juga keberkahan seorang Kizana Mushova dan lain-lain. Belanda itu memutuskan, sudah ini kita jadikan taman pahlawan saja. Taman makam. Pahlawan saja gitu. Maka kemudian tidak hanya yang dikuburkan di situ, tapi juga yang di Lembang, di Sumatera, di mana semua dibawa, dipindahkan, dimakamkan di situ. Nah kemudian yang 18 orang ini, jadi tadinya 23, yang 5 meninggal di penjara. Nah 18 orang ini ada datanya. Tapi karena sudah tidak jelas, selalu dimakamkan di satu blok gitu. Di ada, saya lupa bloknya, nah itu dan datanya ada. Ini, ini, ini. Nah kemudian tahun 73 itu setelah Gizena Mustafa sebelumnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional, keluarga ingin ini dipindahkan ke Sukamana. Kemudian bekas ini kemudian menjadi taman. Karena kan tidak ada penambahan lagi kan. Ya, ya. Lalu ini dijadikan taman. Tapi kalau kita napak tilas nanti bisa. Oh. Kalau ke Ervel, lokasi eksekusinya dimana? Yaitu yang sekarang berdiri tembok Ervel itu. Ervel Ancol. Nah itu dulu latak pohonnya disitu. Sayang pohonnya udah gak ada. Diabadikan. Ada? Diawetkan lah. Ada replika pohonnya. Ada replika pohonnya. Oke. Sampai pada akhirnya nanti tahun 1973 dipindahkan. Berangkat tanggal 24 Agustus. Lalu tanggal 25 Agustus. Eh 25. Itu dimakamkan, jadi hari Sabtu 25 Agustus. Makanya saya menutup buku itu seolah-olah dia pergi hanya satu hari. Pergi Jumat sore dan kembali Sabtu siang. Pernyataan beliau itu yang ngkege aing balik dey. Ya, itu ada pernyataan semacam itu dari salah satu narasumber, itu saya pakai. Oke. Nah, ketika di akhir-akhir masa kekuasaannya, Jepang kemudian bisa kita lihat akhirnya merangkul umat Islam yang awalnya represif terhadap umat Islam, semua ormas dibubarkan termasuk NU, kemudian pada akhirnya mereka kemudian merangkul beberapa tokoh-tokoh Islam, kemudian membentuk berbagai macam organisasi yang mungkin dalam tanda kutip bisa dimanfaatkan oleh umat Islam. Nah perubahan sikap Jepang yang menjadi dari asalnya represif menjadi akomodatif itu kira-kira ada nggak pengaruhnya dari peristiwa ini gitu ya? Ya, betul. Ini dengan sangat bagus Hari Jaya Benda mencatatkan, informasinya sebetulnya kita bisa lacak di Asia Raya, bahwa setelah peristiwa Sukamana, Jepang dengan sangat repot mengumpulkan 1.500 ulama priangan dalam 5 pertemuan. Jadi selama beberapa hari, setiap pertemuan dihadiri 300 kiai. Untuk menjelaskan dan mencari, ya membaca peta lah dengan Sukamana ini seperti apa. Sebelum nanti tanggal 10 April Jepang kemudian mengumumkan secara resmi bahwa Sukamana adalah begini, begini, begini. Jadi mereka langsung turun dan tokoh-tokoh Masyumi yang kemudian mewakili pemerintah Jepang ini mendinginkan suasana. Dan menemui 1.500 kiai pada tahun 1944. Pada bulan, masih bulan Februari itu. Jadi bisa jadi ada ya ada conditioning supaya dan mungkin janji-janji Jepang yang menarik adalah sebelum peristiwa itu memang Hadratu Sheikh sudah ditetapkan sebagai kepala sumubu mengertikan Dr. Husein Jadiningrat tapi itu sifatnya di pusat saja dengan peristiwa Sukamana menurut Harijaya Benda Pemerintah Jepang merubah drastis. Jadi dari Sumubo yang hanya di pusat, kemudian dibuka juga Sumuka, yaitu kantor kementerian agama di daerah. Yang salah satu aturannya, 3 dari 2 orang pengurusnya harus kiai. Oke, jadi efek dari peristiwa itu ada. Ya ini, sebesar apa sih? ketakutan Jepang dengan peristiwa Sukamana ini itu memang harus diteriti lebih jauh ini yang selama ini masih luput masih belum secara mendalam diungkap dalam penelitian-penelitian tentang Sukamana oke kita beranjak kepada sesi terakhir mungkin ini Kang tapi masih ada yang harus saya tanyakan adalah tentang satu ini biar ada kaitannya dengan NU begitu Pernyataan beliau yang pernah menyampaikan kepada santrinya yang kurang lebih mengatakan Areka Muhammadiyah aktif hug, Areka Persis aktif hug Mau ke Muhammadiyah boleh, mau ke Persis boleh, mau ke PUI silahkan begitu kepada santrinya Asalkan kalau memang sudah punya keilmuan yang kuat Kamanamanawa egem walsasar begitu Nah ini bagaimana akan menangkap pesan ini begitu ketika seorang ulama NU Kemudian memberikan semacam kebebasan kepada para santrinya untuk mengabdi di banyak tempat, tidak hanya di NU mungkin, asalkan ya itu tadi, tetap pada koridor ilmu yang sudah diajarkan. Pertama ini harus kita pahami dalam konteks waktu itu. Kemudian nasihat itu disampaikan kepada keleli Sadili, yang memang menjadi tokoh Muhammadiyah di Bandung. Kemudian prinsip yang saya pahami, adalah yang lebih utama itu adalah keilmuannya kita, sanat keilmuannya. Sebab kalau sanat keilmuannya sama, Itu satu garis aktif di olmas manapun nanti gampang ketemunya kalau ada konflik. Jadi bisa disatukan oleh tunggal guru, tunggal ilmu lah gitu. Jadi harus kita baca secara cermat nasihat yang beliau sampaikan. Tapi saya sepakat soal ini dan Kang Agung sebagaimana kita tahu Baik Cipasung, Sukapanah, maupun Cilengah, ini santrinya aktif di berbagai ormas. Dan itu biasa. Jadi pada masa itu sangat biasa. Jadi alumni Sukamanah ada yang, atau sekarang lah contohnya, ketua ansur Tasi Kemalaya itu, Kang Asep Muslim itu alumni Sukamanah. Tapi alu... Ketua EPI juga alami sekalian Jadi kalau ada masalah, sudah selesaikan Sama alami Kira-kira begitu Kepentingan sosialnya ke depannya Segera ilmu itu tidak ganggu Makanya di Kabupaten Tasik Malaya ini Salah satu contoh Ketika semua almas Termasuk EPI ini ngaji bersama Ada di Tasik itu Jadi memang tidak eksklusif Ya tidak eksklusif. Nah kemudian perihal ini kan dari beberapa ungkapan-ungkapan ya atau amanat-amanat yang disampaikan oleh beliau kepada istrinya sebelum perlawanan. Kemudian kepada santrinya sebelum perlawanan juga bahkan ketika menasehati si polisi itu ada ungkapan-ungkapan yang selalu mengatakan kemerdekaan, bangsa kami, kemudian tanah air kami dan sebagainya. Ada ungkapan-ungkapan seperti itu. Dari sini kita bisa melihat bahwa beliau itu sosok yang nasionalis kan ya? Ya, betul. Sosok yang nasionalis. Makanya ada pelajaran bahasa Indonesia di pesantren Sukamana. Tiap hari Rabu itu wajib bahasa Indonesia. Oke, jadi perlawanan yang beliau gelorakan itu bukan semata untuk... kepentingan beliau pribadi, sama sekali tidak. Bahkan untuk pesantrenya juga mungkin lebih dari itu. Tapi pikirannya sudah jauh untuk kepentingan bangsa. Maka bisa kita lihat di buku ini nanti ada banyak pernyataan-pernyataan beliau yang menyiratkan bahwa beliau itu adalah seorang nasionalis sejati. Yang terakhir, dua terakhir ini kan. Beliau orang yang besar, terutama setelah wafatnya. Sepengetahuan akan ada berapa banyak buku yang sudah membahas beliau? Baik yang mungkin sifatnya karya ilmiah atau mungkin karya sastra dan lain-lain? Untuk disertasi di Cornell University di Amerika ada tiga yang saya tahu. Harijai Benda, kemudian Kanahale, Aiko Kurasawa ya. Kemudian tesis di Leiden ada yang apa... Siapa namanya? Yang Siddiq Kuy itu. Kemudian ada penelitiannya Pak Ahmad Mansur, ada penelitiannya tim UNPAD, kemudian ada tim pelestarian nilai-nilai yang di Cina Mbok itu, ada penelitian tesis. Kalau karya sastra ada? Karya sastra yang saya tahu baru satu, yaitu... Carpon ya, cerita pondok dalam bahasa Sunda yang ditulis oleh Yus Rusyana tahun 1973. Jadi tidak lama setelah pemakaman kembali, dia menceritakan dan dia mengambil rujukan dari bukunya Pak Syarif Hidayat. Setahu saya itu baru satu cerita pondok dalam bahasa Sunda. Nah berarti itu bisa dieksplorasi ya, barangkali mau bikin novel sejarah. cerita sejarah yang berkaitan dengan perjuangan beliau, itu masih banyak ruang. Sementara kalau untuk karya ilmiah, saya rasa untuk sejauh ini, ini sudah komprehensif sekali. Jadi salah satu yang saya lakukan di sini adalah mengumpulkan semua laporan utama tentang peristiwa Sukamana. Yang pertama laporan Jepang, ini tidak pernah dimuat lengkap di buku manapun. Jadi laporan Jepang dulu dimuat di... harian Asia Raya dan di majalah Kanpo 10 April itu tahun 1944 eh sorry 10 Maret kemudian respon pertama negara terhadap peristiwa Sukamana ini ada dalam pernyataan Wakil Presiden Muhammad Hatta tahun November tahun 1945 kemudian ada Laporan dari pegawai Kementerian Dalam Negeri itu, yang saya duga adalah Wironata Kusuma ke-5, lalu laporan Kenpetai. Jadi empat laporan ini saya muat utuh. Sengaja supaya para peneliti selanjutnya ini mudah untuk mengeksplorasi, mau dari sisi Kenpetai, mau dari sisi kementerian dalam negeri itu, mau dari sisi Jepang atau dari sisi pemerintah Republik Indonesia. Lengkap sekali ini, sangat lengkap. Jadi bisa berangkat untuk menemukan temuan-temuan baru ya. Meski demikian, meski sudah ada bocoran dari Kang Ip, tentu. Saya ingin mempertegas kembali Kang, kira-kira nih, apalagi yang bisa digali dari, dan belum digali dari kejajaran Mustafa? Sisi sofistik. Kaitan dengan tarekat tadi ya? Bukan, tapi lebih ke perilaku sofistiknya ya. Belum tentu tarekat kan? Ya, tasawuf ahlaki lah ya. Ya, itu kan lebih luas ya. Nah, begini. Ini kan dalam sejarah kita membaca bahwa para nabi itu sering disebut gila oleh umatnya. Nah, kalau ada seseorang kiai itu disebut gila, secara resmi ditetapkan gila oleh negara. Pemerintah Jepang kan menetapkan bahwa Gijana Musabu seorang yang gila. Itu tingkat kewalianya seperti apa? Kan kalau nabi sudah tidak mungkin kan? sudah selesai. Tapi ini kan karena Nabi salah satu ciri Nabi itu dianggap gila oleh umatnya. Ini kalau ada orang, ada seorang kiai disebut gila bahkan oleh negara. Ini tingkat kewaliannya seperti apa? Ini lahan penelitian yang sangat terbuka. Silahkan saya tidak sanggup, saya bukan ahlinya. Ini para peneliti kewalian seperti Mama Dasuki ini, ini perlu meneliti ini. Bahkan ada tujuh sesat segala macam itu ditetapkan oleh negara. Diberikan stempel oleh negara kepada seorang Kiai. Ini tingkat spiritualnya semacam setinggi apa kan? Ini kan luar biasa. Luar biasa ya? Iya, luar biasa. Ini lahan... Penelitian yang sangat terbuka, kemudian tindakan beliau yang begitu heroik itu dalam dunia tasawuf itu apa? Ini apa? Bahasa Inggrisnya itu menyebutkan syifari dan altruism ya. Atau di dalam bahasa Arabnya itu al-isar wal-futuwah. Ini kan kita masih asing itu dengan istilah-istilah itu. Ini seperti apa? Ini mudah-mudahan ada peneliti, tesis, maupun disertasi yang mau mengungkap ini lebih jauh. Ya mungkin tidak hanya unik, Gizana Musofa bisa menggambungkan dengan Tengku Abdul Jalil di Aceh, dan ini Gizana Musofa termasuk salah satu tokoh yang diriset untuk meneliti Al-Isa wal-Fetuhah itu. Sifari and Altruism. Ya bisa jadi kalau sudah Mencoba diteliti ke arah itu pertanyaan saya yang tadi bahwa beliau mengandung tarikat apa, ya siapa tahu terjawab gitu ya. Mungkin, mungkin. Atau pertanyaan kita bahwa dia 40 hari ketika khalwat wiridnya wirid apa mungkin bisa terjawab gitu ya. Oke, terima kasih Atur Nuan Pisan Kang Iip. Banyak hal yang harus kita terima kasih kepada beliau. Mulai dari pencapaian buku yang bisa kita nikmati, baca, resapi. Sampai pada penjelasan-penjelasan di pagi dan siang hari ini, tentu ini semacam tambahan ilmu buat kita, terutama di bulan puasa, di bulan Ramadan yang berkah ini. Jadi, untuk lebih lengkapnya, untuk lebih rincinya, Dulur, Baraya, Nahdiyin, Sadayana, semuanya bisa membeli buku ini ke mana, Kang? Ke Pesantren Sukamana. Oh, langsung ke Pesantren Sukamana. diterbitkan dan didistribusikan langsung oleh pesantren Sukamana pesantren Sukamana yang judulnya pun sangat nyunda pisan lah ajangan Sukamana karena memang pesantrennya memang memakai bahasa Sunda berarti, ini sebelum ditutup ada lagi pertanyaan saya kenapa pesantren-pesantren dulu kalau memberi nama pesantren pakai bahasa daerahnya saja nggak kayak pesantren sekarang yang Arab-Arab banget Darul Hikmah, Darul Marib dan sebagainya kalau sekarang, kalau dulu dibuat tebu ireng, sukamanah, cipasung gimana kan itu? untuk memudahkan karena kalau semua pakai alihlas, susah masjid alihlas itu yang mana kan? kalau misalnya masjid sukamanah itu gampang jadi untuk memudahkan saja walaupun sukamanah sendiri banyak diadopsi di sejumlah tempat di sejumlah tempat dan makanya disebutkan sukamanah, singapana, tasik malaya ya sudah pasti disitu Oh begitu ya, terima kasih Kang sekali lagi. Mudah-mudahan apa yang kami bicarakan bisa menjadi sesuatu hal yang bermanfaat dan memberikan tambahan wawasan, keilmuan, keberkahan terutama mari kita niatkan. Baik kami yang berbicara di sini ataupun Dulur Barayan Hadin yang sedang menonton, kita niatkan ini sebagai bentuk takdim kita kepada guru-guru kita. Khususnya kepada G.H. J. Mustafa As-Sahid Amin tutup Diskusi dan perbincangan hari ini Bertemu mungkin nanti di berbagai macam acara lain Tentunya masih di NU Jabar Channel Wallahul muafikila komitorik Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam