Legen! Legen! Budaknya!
Tuhan memanggil saya. Apa kamu tidak dengar? Yang saya dengar, Tuhan memanggil Legen. Nama saya bukan Legen.
Makanya saya tidak mau berhenti. Baiklah, saya yang salah. Alhamdulillah. Tuhan bisa mengaku salah. Biasanya orang kaya mau menang sendiri.
Berapa harga lekenmu? Tidak saya jual. Ini pesanan untuk seorang ibu yang sedang ngidam.
Aku beli semuanya. Berapa harga lekenmu? Berapapun yang kau minta pasti aku bayar.
Aku tahu petani miskin seperti kau pasti butuh uang. Buat apa uang? Tidak ada orang mati yang membawa harta dan uang. Alah, omong kosong. Di dunia ini semua orang perlu harta.
Perlu kepen. Perlu emas. Tuhan mau emas. Saya beri emas. Kalau Tuhan menginginkan lebih banyak emas lagi, datanglah ke pesantren saya.
Di sana semua gunung adalah emas. Pohon-pohon pun terbuat dari emas. Bahkan di sana, emas lebih murah daripada beras dan segayung air.
Dia pasti bukan orang biasa. Cepat sekali jalannya, Gusti. Subhanallah. Subhanallah.
Masih kurang, emas yang Tuhan dapatkan. Kalau boleh, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan kepada Kisana. Sebelum Tuhan banyak bertanya, boleh saya bertanya dulu? Tentu saja, silakan.
Untuk apa sebenarnya Tuhan mengumpulkan begitu banyak harta? Sampai-sampai untuk memperolehnya, Tuhan tega menyengsarkan orang lain. Terus terang saja, sebagai seorang adipati, saya ingin dihargai dan dihormati oleh para adipati yang lainnya, juga oleh rakyat saya sendiri. Karena harta tua? Iya, tentu saja.
Apa Tuhan pikir, orang lain akan menghargai Tuhan karena Tuhan kaya raya tapi tidak pernah berderma? Bersedekah pun tidak, orang akan mengutuk Tuhan. Paling tidak, saya telah mempersiapkan masa depan putra-putri saya.
Mereka bisa terlindungi oleh kekayaan saya. Mereka tidak akan menjadi miskin, karena warisan yang saya tinggalkan berlimpah-limpah. Dan itu adalah kewajiban saya sebagai orang tua.
Tuhan telah menghina Gusti Kang Mubeng Jaka. Sang Pencipta yang Maha Agung Karena sebelum putra-putri Tuhan lahir Busti Allah telah menuliskan suratan nasibnya masing-masing Sekarang silahkan Tuhan bertanya Kisanak sepertinya tidak suka dengan kekayaan Dengan harta benda yang melimpa ruah. Bahkan terkesan melecahkan kekayaan.
Kenapa? Bukankah sudah saya katakan tadi? Bahwa tidak ada orang mati yang membawa harta. Beras Tuhan banyak.
Tapi usus Tuhan hanya mampu menampung satu piring. Sebenarnya Tuhan sedang menderita penyakit hati yang namanya serangga. Penyakit ini bisa membuat orang lebih kejam daripada binatang.
Bahkan lebih jahat daripada dedemik. Tuhan menangis. Artinya Tuhan ingin sembuh dari penyakit hati Tuhan. Penyakit Tuhan bisa sembuh.
Kalau Tuhan tahu tentang sangkan para nintu mati, dari mana kita lahir, untuk apa kita hidup, dan kemana kita kembali setelah kita mati. Terus terang, selama ini saya tidak pernah mendapatkan ketenangan hidup. Saya selalu dikejar-kejar, berasaan untuk mencari dan terus mencari harta dan kejayaan.
Padahal, sesudah hidup yang fana ini... Akan ada kehidupan yang lebih abadi, kehidupan yang lebih sejati. Untuk mendapatkan kebahagiaan di sana, kita bisa mulai dari kehidupan di alam fana, yang sangat singkat ini.
Kehidupan pada saat awal Bapak Adam dan Ibu Hawa menempati surganya.