Transcript for:
Seni Mencintai Diri Sendiri

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirrahmanirrahim. Nahmadu wa nasta'inu wa nasta'ufiru. Wa na'udhu billahi min shururi an'fusina wa min sayyi'ati a'malina. Mayyahdillah wa la mudillalah wa mayyudlil falahadiyalah. Ashadu an la ilahi Allah wa ashadu anna Muhammadin amri wa rasulina nabiya ba'da. Rabbi shurafli sodrihi wa yasirli amri wahtul akbatan min lisani yafqafu qawli. Barakallah kawan-kawan, Alhamdulillah malam hari ini kita bisa sharing bareng-bareng Semoga Allah ridul majelis ini Semoga Allah jadikan majelis ini adalah majelis yang kita mengingat Allah bareng-bareng disini Sehingga kita juga diingat oleh Allah di majelis yang lebih baik Bukankah begitu kata Allah? Jika kita mengingat Allah di suatu majelis, maka Allah akan mengingat kita di majelis-majelis yang jauh lebih baik Dan kita malam hari ini ngobrolin tentang healing, tapi artinya bukan healing seperti yang biasa kita paham, healing yang membuat kita happy, dalam artian kita menghalau rasa sakit, bukan kayak gitu. Tapi healing disini tuh adalah dimana kita riddle dengan apapun yang udah Allah kasih kepada kita. Dan baik kawan-kawan, malam hari ini temanya tentang seni mencintai diri sendiri. Dan Masya Allah, sudah sepantasnya kita bersyukur sama Allah, karena Allah sudah mengizinkan kita untuk hadir di bumi ini. Apakah dari Anda ada yang merasa bahwa, aduh kenapa sih saya diciptakan kalau memang hidupnya begini? Tapi betapa maha baiknya Allah telah menciptakan kita hadir di bumi, itu artinya sebenarnya akan ada banyak visi-visi penciptaan kita. Dihadirkan di bumi ini nggak asal-asalan gitu kan, dan Allah tidak pernah menciptakan peroda gagal. Jadi semaha detail itu Allah ngatur hidup kita. Begitupun, bismillah kita sebelum mulai malam hari ini, ngobrolnya, sharingnya seperti biasa. Tradisi kalau di kelas, kita akan meet time dulu segenap, kita akan berdoa dulu bareng-bareng, sama-sama. Semoga Allah turunkan banyak rahmatnya kepada kita. Bikin kawan-kawan kita ambil time sejenak ya, kita doa dulu. Allahumma n'awwirqulubana binuri hidayatika manawartal ardu binuri syamsika badani Allah Duhai Allah, wahai zat yang maha menatap, wahai zat yang maha lembut, wahai zat yang maha baik, wahai zat yang maha penuh cinta dan kasih Terima kasih atas betapa banyaknya anugerah yang kau berikan kepada kami Terima kasih engkau tidak pernah lelah Menunggu ke kami untuk ada jalan-jalanmu ya, jalan yang kau cintai, jalan di mana kami bisa merasa betapa rindunya engkau kepada kami sebagai rindu. Allah sungguh di dunia ini jika bukan karena rahmat Tuhanmu dan karena kasih sayangmu. Maka ya Allah, bantu kami, beri kami kesadaran, beri kami hati yang lebut, agar kami bisa merasakan hal ini, hambamu ini ya Allah. Beri kami pemahaman yang baik tentang apa yang kita cinta kepada hambamu ini ya Allah. Beri kami pengertian yang baik bahwa tidak ada satupun yang setia kepada kami, melebihi bagaimana setia. Setianya engkau kepada kami ya Rabu. Melebihi rasa cintamu yang besar kepada kami ya Rabu. Makanya Allah malam hari ini. Turunkan rahmatmu sebanyak-banyaknya. Basuh segala perangka buruk. Basuh segala hati Allah. Basuh segala luka yang ada. Dan sisakan rasa cinta. Sisakan rasa syukur. dan sisakan rasa kasih sayang yang mendalam. Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih sudah nyiptain diri ini. Terima kasih sudah selalu ada. Saya akan memulai dengan satu pertanyaan. Adakah yang mencintai kita selain dirinya? Adakah yang paling ingin kita di jalan-jalan yang terbaik selain dirinya dan kekasihnya? Bukankah dia Allah yang tidak pernah jauh dari kita, meskipun kadang kita jauh? Bukankah dia yang telah menciptakan diri kita dengan sebaik-baik penciptaan, tapi kadang kita masih marah-marah, kita nggak terima dengan disciptakannya kita seperti ini. Kita kadang masih pengen mikir, enaknya jadi orang, enaknya jadi orang. Seolah-olah, seolah-olah nih, rasanya tuh Allah salah ngiptain kita. Allah salah ngasih takdir kepada kita. Padahal bukankah dia yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita. So, malam hari ini semoga dengan kita lebih menyelami diri kita sendiri, kita semakin sadar kawan-kawan, bahwa sebegitu cintanya Allah sama hambanya, sebegitu setianya Allah bikin hambanya untuk terus ada di jalan ini, mungkin kalau kita dikasih hal-hal yang nyenengin aja kita lupa sama Allah, tapi ketika kita dikasih sedikit luka, sedikit dikasih, sedikit kecewa, akhirnya kita balik lagi sama Allah. Dan kita yang kadang masih suka compare, bandingin diri dengan orang lain. Kita yang kadang sering merasa tidak bersyukur bahwa Allah telah mengikytakan kita. Kita akan berlatih, mensyukuri seapa adanya diri kita. Oke, inilah. Boleh di next slide? Buat yang belum kenal, buat yang baru perdana ikut, salam kenal dari saya. Dan Masya Allah, Allah memilih Anda. Dan hari ini untuk... Bisa sharing bareng disini Itu juga bukan terkenal kan Tiba-tiba ada yang ngeliat Tiba-tiba bisa masuk Meskipun dari live youtube Ataupun di zoom Tapi intinya satu adalah Betapa maha baiknya Allah Yang selalu menarik kita Di jalan-jalan yang kebaikan gitu Betapa romantisnya Allah Ingin menyampaikan bahwa Allah tuh sayang banget loh sama kita Cuman karena kita menafsirkan kasih sayang Allah itu dengan sesuatu yang ya kita sering ngerasa tidak pas dengan diri kita jadi sekali lagi semoga malam hari ini Allah curahkan banyak rahmat sehingga kita bisa merasa full merasa penuh dengan cintanya Allah untuk bekal kita menjalani kehidupan oke, di next slide oke Mungkin ini kayak lagi macet ya ini. Kawan-kawan, bismillah. Sudahkah anda mencintai diri sendiri? Menurut anda, sudah gak sih mencintai diri sendiri? Boleh bantu sharing komen dulu ya di kolom chat. Belum, belum. Bun, mencintai diri itu kayak apa sih? Mencintai diri itu, kita menerima diri kita. Kita nggak bilang, terusan mengkritik diri kita dengan kritik yang pedas. Ternyata kawan-kawan, kenapa sih banyak orang, ini kan rata-rata perempuan ya, hari ini yang ikut rata-rata akhwat ya. Karena ini kajian khusus akhwat gitu ya. Kenapa sih banyak orang yang kadang sampai, mohon maaf ya, kayak ngemis-ngemis cinta kepada makhluk sepertinya, kepada pasangan. Karena... Seringkali ternyata kita kurang bisa menerima diri kita, kita nggak mencintai diri kita. Jadi kadang kita sibuk berupaya memberikan cinta terbaik kepada orang lain, tapi kita mengabaikan cinta kepada diri kita sendiri. Kita kadang terlalu keras sama diri, kadang kita terlalu mudah mengkritik diri kita sendiri, kadang kita mudah insetur. Itu kan ciri-ciri bagaimana kita kadang jadi nggak senang cinta dengan diri kita sendiri. Terus kita ngerasa kayak... takdirnya orang itu lebih banyak daripada takdir kita salah satunya bukannya banyak dengan adanya media sosial saat ini orang itu lebih mudah meng-compare membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain membandingkan apa yang telah Allah kasih ke kita dengan apa yang Allah kasih kepada orang lain kadang bahasa-bahasa mungkin bercanda ya, kalau di sosmed itu misal Anda baca komentar-komentar orang kadang aduh Banget ya jadi suruh kan, Masya Allah gimana sih jadi ini, Ya Allah cantiknya apalah aku yang cuman bla bla bla. Seolah-olah, Seolah-olah Allah nyiptain kita tuh kayak gak ada baik-baiknya gitu kan. Seolah-olah, kita itu buruk gitu. Sehingga kita ketika, ketika kita gak nyaman sama diri kita, maka kita berupaya, berupaya mengisi kekosongan diri ini, biar... Mendapat pengakuan dari orang lain dengan mati-matian berupaya menyenangkan atau mengasih diri kita, memberi diri kita kepada orang lain, tapi ternyata diri kita sendiri makin kering, sadar nggak? Akhirnya itu yang bikin betapa banyak orang yang bahasanya dalihnya mencintai, menyayangi, tapi ternyata bukan beri love, bukan benar-benar sayang, benar-benar cinta, tapi semuanya hanya transaksional. Kesannya itu kayak gitu. Contoh kayak saya menyayangi Mbak Diana, tapi saya berharap Mbak Diana juga memberikan feedback kepada saya. Jadi kayak soal-soal transaksional, sebenarnya itu menunjukkan bahwa diri kita tuh kayak lagi kosong gitu. Lagi kosong, tapi kita nggak mau ngisi dengan diri kita sendiri, tapi kita mengais-ngais dari makhluk, dari orang lain. Sehingga ketika kitanya kosong, kayak kita kejar-kejar gitu deh. Kita kejar-kejar makhluk, kejar-kejar dunia, Allah bikin makhluk. Itu semakin jauh dari Lalu gimana bun? Salah satu idola yang menunjukkan bahwa Sangat full dengan kasih sayangnya Sehingga kasih sayang itu bisa mampu menjadi rahmat Buat umat taibah adalah Rasulullah Rasulullah itu Beliau itu begitu Apa ya? Begitu ini dengan dirinya sendiri ya Dalam artian itu Beliau mencintai umatnya itu Bukan untuk dibalas dengan cinta juga, tapi karena beliau emang benar-benar cinta sama umatnya. Dan beliau full dengan kasih tangkinya, tangki batin beliau tuh full dengan kasih sayang, menyadari bahwa Allah semahabai itu. Sehingga yang keluar atau tercemin dari diri beliau, itu adalah bagaimana beliau menyayangi umat-umatnya. Suara saya kurang jelas. Insya Allah aman bun. Mungkin di beberapa tempat aja. Oke, terima kasih. Terima kasih. Sehingga roh Tuhan itu begitu menjadi rahmat. Menjadi rahmat buat semesta ini. Kenapa? Karena diri beliau tangkinya full gitu. Gitu kawan-kawan. So ternyata kita selama ini kalau mau dipikir itu masih banyak ya. Jadi kita tuh yang ngerasa kurang, kurang, kurang, oh saya cuma kurang begini, kurang begini, kurang begini. Sekali lagi, kesan-kesannya itu seolah-olah kita kayak nyalahin Allah, kenapa Allah engkau menciptakan hamba seperti ini. Kayak gitu. Oke, di next slide. Oke, kawan-kawan, kenapa sih banyak orang yang self-love ya? Rasa cinta kepada dirinya itu berkurang, kenapa banyak orang yang sering merasa tidak puas dengan dirinya, kenapa banyak orang yang dia mudah ingin menjadi seperti orang lain. Ini salah satu yang dikatakan oleh Dr. Martin Seligman, beliau adalah salah satu psikolog, beliau menyampaikan bahwa dunia saat ini sedang berkembang pesat dalam segala hal, kecuali dalam kesehatan. Jadi saat ini dunia itu berkembang besar dalam banyak hal. Mudah ya, kayak sekarang kita seribu orang ini di Zoom, belum lagi di Youtube. Kita kumpul dalam satu majelis di satu waktu dari berbagai tempat, itu adalah menunjukkan bahwa dunia itu sekarang begitu berkembang pesat. Kita bisa scroll apapun, kita bisa mendapat informasi apapun, tapi efeknya adalah ternyata yang menjadi korban adalah kesehatan mental kita. Semakin dunia canggih, ternyata masih semakin banyak orang yang stress dan depresi. Berbeda dengan dulu. Dulu itu ketika tidak secanggih sekarang, mungkin HP itu aja fungsinya emang buat telepon doang gitu ya. Nggak bisa kayak main sosmed dan lain sebagainya, hanya benar-benar sesuai fungsinya buat telepon-telepon aja. Maka banyak orang dulu itu tidak badai informasi, tidak terpengaruh banyak hal kayak gitu. Kenapa? Ya memang informasi yang diterima sedikit. Tapi dengan canggihnya kondisi saat ini, apapun, kegiatan apapun di belahan dunia manapun itu kita bisa akses. Ya nggak? Bahkan ketika orang mempublish kehidupan pribadinya gitu, terus kemudian kita juga melihat seolah-olah kita menjadi pengamat buat kehidupan pribadi seseorang, maka rasanya itu tidak ada batasan lagi. Apapun bisa kita konsumsi saat ini. Tapi efeknya adalah... Kesehatan mental kita jadi lebih mudah rentang, lebih mudah rapuh, lebih mudah stres, lebih mudah depresi. Karena kecanggihan teknologi. Oke, next slide. Apa saja ciri-cirinya orang-orang yang saat ini, kalau kita bilang orang-orang modern, yang terjadi fenomena manusia modern? Yang pertama, kita ini manusia modern ya kawan-kawan ya, mudah stres. Itu manusia modern, gampang banget stres. Bener gak sih? Rasanya tuh dikit-dikit gampang banget bilang, aduh stres nih, aduh ada masalah nih, gitu gampang banget. Yang kedua, sumbu pendek. Sumbu pendek itu apa? Sumbu pendek itu gampang tersulut rasa marahnya. Gampang marah, gampangnya. Sumbunya tuh pendek banget gitu. Ada kondisi-kondisi gak nyaman dikit, dia langsung marah kayak gitu. Itu sumbu pendek. Terus fenomena manusia modern juga anarkis, jadi kayak lebih anarkis. Anarkis ini bukan hanya anarkis menyakiti secara fisik, tapi anarkis juga dalam pemilihan bahasa di dalam sosial media, itu juga anarkis. Jadi mudah ngebully, jadi mudah ngomong-ngomong hal yang tidak pantas, jadi mudah menyakiti, baik lewat jari, lewat jari ya, maksudnya lewat bahasa kata-kata. Itu anarkis Jadi kayak menyerang gitu Menyerang orang lain Kayak ada hasrat ingin melukai orang lain Begitu kitanya lagi terluka Rasanya kayak gak enak gitu loh Kalau gak orang lain juga terluka Jadi akhirnya bawaannya anarkis gitu Menyerang, menyerang orang lain Terus selanjutnya overthinking Terlalu banyak kepikiran Terlalu mengkhawatirkan masa depan Terlalu apa-apa itu dikhawatirkan, berdrama sendiri dengan pikirannya, kemudian overwhelm, overwhelm ini kelelahan. Kelelahan karena banyaknya multiperan, kelelahan karena tuntutan zaman, kelelahan karena tuntutan pekerjaan, sehingga tidak bisa menikmati hidup karena sudah bocor energi dengan tumpang tindiknya tugas, itu namanya overwhelm, jadi kayak overload gitu loh. Jadi kapasitas kita misal 10 giga, terus diisinya 20 giga gitu. Jadi kayak loading gitu, itu over well. Terus kemudian overprotective. Overprotective sehingga orang-orang manusia modern sekarang karena banyak informasi, badai informasi. Akhirnya overprotective sama anak salah satunya semisal. Apa dikit kayak, aduh gak boleh, nanti kayak gini, nanti kayak gini, nanti kayak gini. Nah, kira-kira ada gak yang anda? Merasa semuanya, ya overprotective itu positif salah satunya, termasuk juga overprotective menjaga sesuatu gitu, menjaga perasaan, menjaga perasaan. Orang yang baper itu adalah salah satu indikator bahwa punya trauma. Jadi overprotective bahwa kayak perasaan nggak boleh terluka, begitu juga kadang ke anak. Jadi overprotective anak tuh seolah-olah harus seneng terus, anak tuh seolah-olah nggak boleh. merasakan kecewaan jadi kayak harus kita memastikan tuh overprotective banget anak jatuh dikit kita salahin sesuatu yang buat dia jatuh anak kecewa dikit kita salahin sumber kecewanya itu namanya overprotective dan ini adalah fenomena-fenomena manusia modern yang akhirnya ngebuat kayak Kita tuh semakin jauh dari diri kita, gitu kawan-kawan, kita tuh jadi kayak nggak bisa nikmatin kehidupan kita, kita rasanya kayak nggak kenal lagi sama diri kita, kita tuh rasanya kayak hidup itu untuk apa ya, kayak kalau saya bilang banyak orang sekarang tuh hidup tapi kehilangan rasa, kehilangan feel, ya hidup, jadi kayak hidup itu cuma kayak makan, tidur, kerja semisal. Terus kemudian dia melakukan klinitas atau tugas domestik atau tugas pekerjaan, kemudian ya udah selesai. Semakin dia kayak mengejar sesuatu yang nggak ada ujungnya. Kayak apa ya, ya dia melakukan sesuatu tapi nggak jelas nih arahnya mau kemana. Ya dia kan semakin kosong dengan itu, semakin otaknya ngerasanya penuh. Tiba-tiba rasanya kayak otaknya itu kayak, mungkin bahasanya ya kayak udah ngelap. pengen react gitu, dengan overwhelm, dengan semua rutinitas yang saat ini kita dijegelin bahwa semuanya harus serba cepat melakukan rutinitas tapi gak ada feelnya melakukan rutinitas tapi gak ada rasanya hidup tapi kita tidak merasakan atau tidak menikmati kehidupan itu sendiri, kalau bahasa lain kita jadi kayak robot yang hanya sekedar melakukan rutinitas tapi kehilangan hati kita, kehilangan esensi diri kita. Dan itu ngebuat kita semakin jauh dari diri kita. Begitu kita semakin jauh dari diri kita, kita semakin sulit kenal sama Rob kita. Begitu kita jauh sama diri kita, kita jadi kayak apa ya? Kayak ya gak kenal sama dirinya. Kehilangan diri. Kehilangan jejak dirinya. Kehilangan kenikmatan ketika berdua sama diri. Makanya orang-orang sekarang itu kadang banyak yang takut dengan kesendirian. Kesendirian ini dalam artian bukan lantas tidak berkesial ya, tapi hal-hal kondisi di mana dia harus seorang diri, itu kayak nggak nyaman. Dia akan terus menyibukkan diri untuk terlihat sibuk, agar menutupi kekosongan-kekosongan yang ada. Begitu sendiri, kadang yang muncul kan overthinking. Ya nggak, kalau sendirian langsung muncul drama yang ada dalam pikiran. Akhirnya biar nggak berdrama, biar nggak overthinking, lalu menyibukkan diri. Jadi banyak juga hal-hal yang semestinya kegiatan kita, kita niatkan ibadah, itu juga jadi meleceh. Jadi akhirnya kita hanya sekedar penggugur kewajiban, kita melakukan semuanya hanya agar terlihat baik di mata orang. Kita melakukan semuanya karena memang semestinya dilakukan, tanpa kita... punya pegangan yang kuat, kenapa saya harus melakukan tugas ini? Kenapa saya mesti melakukan ini? Belum lagi kadang melakukan tugas, melakukan hal, tapi niatnya adalah untuk nyenengin hati orang, untuk terlihat atau mendapat pengakuan dari makhluk, dari orang lain. Dan itu adalah kondisi yang membuat semakin melelahkan diri kita begitu kita mati-matian berupaya terlihat oke di mata orang, mendapat pengakuan. label, oh dia ini ibu yang baik, oh dia ini istri yang seperti ini, oh dia itu punya rumah yang rapi. Dan itu membuat kita semakin jauh sama diri kita. Kayak gitu, kawan-kawan. Kayak, salah satunya, kayak orang yang flexing. Semakin dia ingin menampakkan, menampakkan kondisi-kondisi privasinya, misal menjadi konsumsi publik, itu kayak ada sesuatu yang kosong. Yang dikejar adalah komentar. Begitu komentarnya orang memberikan feedback tidak baik, tumbang. Begitu orang ngasih komentar baik, berbaga. Jadi geser bukan lagi lillah, bukan lagi karena Allah. Bahkan kita sebagai perempuan, orang kita sebagai anak perempuan, yang memang anak perempuan itu berbeda sama anak laki-laki ya. Lebih banyak mikirin orang tua, lebih banyak mikirin keluarga. Kemudian sebagai istri. kemudian sebagai sebagai orang sebagai seorang ibu itu kayak jadi kehilangan kita kehilangan strong why alasan kuat kenapa saya lakukan ini kalau post-talk pun kita bilang ya kita lakukan ini karena Allah ibadah tapi kadang banyak sekali hal itu kita hanya bisa lakukan di lisan kita bisa bisa ngucapnya tapi gak bener-bener nyampe kesini Sehingga yang kita lakukan ya sekedar melakukan semuanya. Itu fenomena manusia modern yang semakin canggih, semakin banyak orang yang kehilangan kebaikan dirinya. Semakin canggih modern sekarang, semakin banyak orang yang punya komparasi banyak. Oh definisi perempuan cantik, oh dia begini, oh dia seolah-olah ibu yang hebat, oh seolah-olah gini, kemudian kita marah-marah terus sama diri kita. Soalnya lah kita jadi kayak apa ya, seseorang yang tidak beruntung dan lain sebagainya. Itu kawan-kawan. Oke, di next slide. Siapa-siapa yang nyaman dengan dirinya, maka orang lain juga nyaman saat bersamanya. Oke, perlu kita renungkan malam hari ini. Ini kita waktunya singkat ya, kurang lebih hanya satu jam. Kawan-kawan. Di saat kita sendiri belum tuntas luka kita, di saat kita masih kering atau kosong, lalu kita berharap makhluk yang mengisi diri kita, maka mau sampai kapanpun ruang kosong itu akan tetap ada. Berapa banyak orang yang melakukan hal itu demi orang lain, benar nggak? Berapa banyak perempuan yang juga semisal beres-beres di rumah, itu demi penilaian orang. Berapa banyak orang yang kadang pengen menampilkan kondisi-kondisi yang dalam tanda kutip terkesan perfect, terkesan sempurna, dan dia mengorbankan banyak hal. Dalam artian, semisal marah-marah sama anak, kemudian melakukan hal-hal yang tidak semestinya hanya karena ingin menampilkan kepada publik, kepada orang lain, bahwa ini loh yang bisa saya lakukan. Contoh ya, menampilkan kegiatan harian, atau menampilkan sisi-sisi yang, oh rumah saya aste. dan kita pengen publish ke umum gitu. Yang mana kadang kita bisa nyakitin gitu. Bisa nyakitin lisan orang-orang di sekitar kita demi menampilkan publik, orang di luar diri kita. Kita pasang di sosmed misal. Bukankah kadang banyak yang seperti itu? Yang pertama. Yang kedua. Banyak juga orang yang demi orang lain, dia rela melakukan apapun agar diterima, a certain, diterima oleh orang lain. Tapi nyatanya semua yang dilakukan juga tidak akan membuat dia merasa diterima. Apakah nggak heran berapa banyak perempuan yang, tanda kutip ya, seolah-olah mengemis cinta pada pasangan, seolah-olah... telah bilang bahwa aku tuh udah memberikan yang terbaik, aku tuh udah memberikan segalanya. Tapi kenapa video ini seperti ini? Tapi kenapa aku tidak dihargai? Jadi ngasih feedbacknya tuh kayak gitu. Kita mati-matian ingin ngebuat orang nyaman sama kita. Tapi yang perlu kita garis bawah ini, kadang banyak diri kita juga sebenarnya nggak nyaman sama diri kita. Maksudnya gimana, Bu? Bukankah banyak dari kita yang untuk mengejar pengakuan? Itu merangkak jadi ilmu yang menerangi banyak orang, tapi dirinya terbakar. Lalu kalau dirinya terbakar, dia marah-marah sama orang. Jika dirinya terbakar, dia marah-marah sama orang. Dia bilang, ya Allah, kenapa aku terbakar? Dia bilang sama orang lain, aku udah berusaha ngerangin kamu dan aku terbakar. Kenapa kamu biarkan aku terbakar? Berapa banyak dari kita yang ternyata gak nyaman sama diri kita sendiri. Ternyata kawan-kawan, bagaimana dengan diri kita dan orang lain? Itu menurutku. Bagaimana persepsi diri kita sama diri kita sendiri. Bagaimana persepsi kita tentang orang lain itu menunjukkan bagaimana relasi kita dengan diri kita sendiri. Di saat kita nyaman sama diri kita sendiri, orang lain pun akan lebih nyaman sama diri kita. Tanpa kita rasanya berupaya mati-matian. untuk mendapat pengakuan itu, untuk mendapatkan label orang itu nyaman sama kita. Di saat kita nggak nyaman sama diri kita, bagaimana orang lain mau nyaman sama kita kalau kita aja nggak nyaman sama diri kita? Kalau kita aja nggak ngerti sama diri kita sendiri, bagaimana orang lain akan ngerti sama kita? Anda boleh komen di kolom chat. Menurut Anda? Anda ngerti nggak sih inginnya Anda apa? Anda ngerti nggak sih kondisi sebenarnya kelebihan Anda apa? Kekurangan Anda apa? Potensi baik Anda apa? Anda ngerti nggak? Rata-rata dari kita tuh kan pengen di ngertiin orang lain. Ternyata kita sendiri saja nggak ngerti diri kita. Kita pengen dihargai orang lain, tapi ternyata... Kita itu nggak ngehargain diri kita sendiri, bener nggak? Itu kayak pengen orang lain tuh ngehargain diri kita. Tapi ternyata kita tuh nggak ngehargain diri kita. Kita pengen orang lain mencintai diri kita, tapi ternyata kita juga tidak mencintai diri kita. Kita pengen orang lain menerima kita, tapi ternyata kita sendiri nggak menerima diri kita. Emang nyaman sama diri itu gimana, Bun? Nyaman sama diri itu... menerima semua perjalanan diri kita. Nyaman sama diri itu artinya kita ridot pada Allah atas semua cerita hidup kita, ridot pada Allah atas apapun yang Allah kasih sama kita. Entah mulai fisik kita, mulai kita dilahirkan dari rahim yang mana, dibesarkan oleh siapa, bagaimana perjalanan hidup kita, segala lebih dan kurang kita, potensi baik kita, potensi hal-hal yang... Kita terima itu. Ketika kita gak nyaman, pasti kita akan ingin merubah. Anda gak nyaman nih dengan bentuk hidung, misal. Pasti Anda akan mencari orang yang dalam persepsi Anda, oh orang ini hidungnya bagus nih. Dan Anda merutuk gitu, marah. Aduh, kenapa sih hidungku kayak gini? Coba kayak itu. Itu artinya kan gak nyaman. Memang Anda juga nyampe ketika Anda harus berduaan dengan diri Anda. Sekarang itu kelam-kelaman. Anda boleh renungkan ini ya. Banyak orang yang takut sendirian. Itu sebenarnya bukan karena cinta. Banyak orang itu bukan karena benar-benar cinta. Tapi karena dirinya takut sendiri. Karena dirinya... masih butuh sama orang lain. Putus-putus? Oke, saya ulang ya. Oke, suara saya sudah aman? Aman, Bun. Oke, saya ulang ya. Banyak orang yang tidak nyaman ketika sendirian. Banyak orang yang mencari area hiburan. Mencari hiburan, di saat dia ngerasa feel alone, ngerasa seorang diri, ingin ngisi kekosongan di hatinya, tapi ternyata gak isi ke isi gitu. Karena dia takut gitu, dia takut saat dirinya hanya berdua dengan dirinya sendiri. Jadi kalau mau direnungin, sebenarnya di saat orang itu ngerasa kayak bilang aku sayang sama dia, makanya aku gak mau bilang. Kalau bener-bener. mau direnungkan secara mendalam. Bukan karena kita sayang jadi kita takut hilang. Tapi karena kita takut dengan kesendirian kita lah. Jadi kita nggak pengen keluar dari zona-zona yang kita menurut kita itu adalah zona aman zonanya. Kayak kita tuh kalau mau ke negara, misal ada satu ruangan dan Anda hanya dengan diri Anda berdua. 2 kegiatan Itu kayak, apa ya, kayak nggak pas, kayak, aduh nanti saya sama siapa. Kalau toko, Anda nyaman sama diri Anda, tapi Anda kayak takut bertemu dengan luka. Anda mencari pelarian, mencari, kita kayak mencari pelarian-pelarian agar kita melupakan luka kita. Kita takut dengan drama-drama overthinking, sehingga kita sibuk mencari pelarian, sehingga kita sibuk ngobrol sama orang, sehingga kita sibuk scroll sosmed. Kadang sendirian, tapi... scrollsosmeters, itu kan sebenarnya karena gak nyaman sama jadi di saat kayak kita tuh kayak apa ya, kan sih putus-putus boleh komen dulu Kak Diana, selar saya aman nggak sih? Tadi sebenarnya ada beberapa yang keputus-putus, Bun. Oh ya? Nah, Alhamdulillah. Sekarang aku udah aman, Bun, insya Allah. Mungkin di beberapa, iya, masih ada yang kadang putus-putus. Oke, bismillah, bismillah. Oke, baik, kawan-kawan. Itu ya, jadi maksudnya itu adalah... Saat kita nyaman sama diri kita, justru saat kita berduaan sama diri kita, kita berholwat sama Allah, kita lagi mesra ini sama Allah. Itu luar biasa banget. Jadi kita pulang ke dalam diri, bukan selalu sibuk menyibukkan diri, sehingga kita ingin melupakan. Luka-luka itu gitu. Jadi karena banyak dari kita itu yang kadang pengen ngeluka kita. Jadi dengan menyibukkan diri, mencari pelarian, itu kayak pengen ngelupain luka-luka yang kita rasakan. Itu kawan-kawan. So, sebenarnya di saat Anda mudah mengkritik orang lain, bisa jadi adalah Anda pandai mengkritik. diri Anda sendiri. Di saat Anda mudah menghakimi orang lain, mungkin penghakiman Anda kepada diri Anda sendiri itu juga tajam. Begitu Anda melihat orang lain langsung terbersih, kayak gini, iya orang lain kok gitu sih? Kok dia kayak gitu sih cara pakai jilbabnya? Misal. Bisa jadi ketika Anda mengaca, Anda langsung akan komen diri Anda. Ih kok saya kayak gini sih? Kok saya kayak gini sih? Begitu melihat orang lain, oh kok dia kayak gitu ya? Kok dia kayak gini ya? Secara langsung mungkin ketika Anda lagi bercermin gitu, ya Anda langsung juga mengkritik diri sendiri. Bagaimana cara kita merespon orang lain kayak ngasih gambar, bagaimana relasi atau hubungan kita dengan diri kita sendiri. melihat orang-orang yang luka, kayaknya belin tuh, semungkin, kemungkinan besar kita melihat hidup kita juga semakin baik. Dan insya Allah, kawan-kawan, buat yang ngerasa masih punya luka, jenis apapun lukanya, luka batin dan lain sebagainya, maka Anda bisa put kelas spiritual motherhood, ada kelas online dan offline. Insya Allah kalau kelas online akan hadir di akhir Oktober, insya Allah kawan-kawan. Itu ya. Jadi di saat orang semisal mudah menghakimi orang lain, sebenarnya dirinya mudah menghakimi dirinya sendiri. Di saat kita semisal mudah mengkritik orang lain, melihat apa pun langsung kelihatan celanya, orang tuh kok kurang gini ya, kok kurang gini ya. Sebenarnya kita pandai banget mencela diri kita sendiri. Tapi di saat... Ketika diri kita itu cinta, maka kita melihat orang lain akan merangkakan cinta kepada diri kita sendiri. Dan sekali lagi, siapa-siapa yang nyaman dengan dirinya, maka orang lain juga nyaman saat bersama. Jadi kalau ada orang lain yang nyaman sama Anda, nggak perlu sebenarnya mati-matian membuat orang lain suka dan menerima kita. Karena semakin Anda melakukan itu, Anda semakin tidak menjadi diri Anda. Demi diterima oleh orang lain, Anda memanipulasi diri Anda, Anda pakai topeng terus-terusan, maka orang lain nggak akan nyaman sama Anda. Anda menjadi diri Anda versi yang terbaik, Anda menjadi diri Anda yang terbaik, Anda benar-benar mencintai diri Anda, itu orang lain nggak akan comfort, akan nyaman sama Anda. Jadi gak kebalik ya, banyak selama ini kadang kita mendahului orang dulu tapi lupa sama diri. Sekali lagi, ketika kita melakukan itu yang perlu kita renungkan adalah apa niat kita? Apakah pengakuan orang itu yang kita kejar? Apakah pengen dipuji itu yang kita kejar? Pengen dianggap sesuatu oleh orang? Tapi ketika aja benar-benar... memperbaiki diri, Anda memberikan perilaku yang terbaik sebagai cermin dari diri Anda dan itu memang karakter Anda maka orang lain akan nyaman sama Anda jadi tidak perlu memanipulasi tidak perlu kayak oh orang itu harapkan seperti ini maka saya harus seperti ini, akan ada titik dimana Anda akan jenuh ketika Anda tidak menjadi diri Anda sendiri lalu pun kalau ada orang yang gak sepakat sama kita, ya gak masalah Bukankah memang tidak akan ada orang yang selalu sepakat, tapi menurutku ini 100% akan sepakat sama saya. Dan untuk tetap tenang di tengah-tengah kondisi-kondisi yang kadang membuat kita tidak nyaman, saya rekomendasikan Anda ikut kelas spiritual motherhood, kawan-kawan. Di situ nanti ada beberapa hal yang luka-luka Anda diberesin dulu. Kenapa sih muncul keenakan? Kenapa sih kok merasa... kosong, overwhelm kenapa sih capek banget menjalani lukis kita, itu nanti ada release di komputer, itu karena kalau misalnya udah banyak banget yang merasakan manfaat dari kota, semoga kita bisa sama-sama saling mendoakan untuk kota, oke di next slide pertanyaan nanti ya, kawan-kawan ya Gimana pun caranya melakukan self-acceptance, penerimaan diri agar kita juga nyaman sama diri kita, agar kita, apa ya, orang lain juga nyaman sama kita. Bukan menyamankan orang lain dulu, tapi ternyata diri kita tidak nyaman dengan diri kita yang seperti itu. Adaptasi itu penting, tapi adaptasi itu bukan untuk kita membuat ubah total diri kita. Jadi adaptasi itu adalah kita belajar lentur, lentur dengan tak ada. Tapi nilai-nilai karakter dasar, karakter dasar kebaikan-kebaikan yang ada di dalam diri kita, itu yang perlu dirawat. Bukan kita baik karena orang, itu kontrolnya. Tapi Anda baik, ya karena diri Anda. Ya memang karena itu adalah gambaran dari Anda. Mau kepada siapapun, mau bagaimanapun kondisinya, Anda tetap... menjadi the best version of you, menjadi diri Anda yang terbaik. Orang yang berupaya memberikan yang terbaik, tapi niatnya bukan untuk sebagai bentuk terbaik dari dirinya, karena pengen mengini seseorang, maka itu tidak. Ya kan, ada satu titik nanti bahwa kayak itu merasa lelah banget, dan Anda nanti akan menginggit-unggit apa sikap Anda terasa, jadi itu jadi lelah. Jadi korban gitu Tapi kalau ada Menyadari bahwa Masya Allah potensi baik Saya itu banyak dan salah satunya Potensi baik yang Allah kasih Kepada makhluk, kepada manusia Itu adalah potensi baik Terus kenapa bun semakin dewasa kita semakin sulit Mungkin ada trauma di masa kecil Yang masih dirilis dulu di baris Potensi baik yang Allah kasih Kepada manusia itu adalah yang semestinya itu kita pupuk lebih banyak daripada kita mengumpul-umpul kesalahan. Jadi Anda berikan yang terbaik dari diri Anda, itu bukan karena siapa, tapi karena sebagai persembahan kepada Allah bahwa Allah telah menciptakan kita dengan baik-baik ciptaannya dan kita menjadi baik sebagai persembahan diri kita. Dimanapun kondisinya, Anda menjadi baik bukan untuk siapa. Bukan untuk menilai orang, tapi memang sebagai mempersembahkan diri. Sehingga itu menjadi karakter Anda. Apa yang kita bisa lakukan untuk menerima diri kita sendiri? Yang pertama adalah sadar diri. Sadar bahwa kita itu manusia. Sadar bahwa kita itu posisinya adalah hamba. sadar dengan potensi-potensi baik kawan-kawan kita akan praktek sebentar aja ya kita berhenti tajuk diri anda tarik nafas sejenak oke kalau udah tembuskan anda boleh tulis di alat tulis jika anda memang bawa alat tulis kalau enggak anda boleh Hai putus-putus jaringannya bagus ya oke Anda boleh panjang kembuskan pelan-pelan kemudian Anda ambil satu kertas dan Anda tulis di kertas itu potensi-potensi baik yang Allah tekan ke dalam Anda. Kelebihan apa? Anda boleh tulis di kertas itu. Sifat-sifat baik yang terasa bahwa itu adalah kekuatan sistem Anda, kelebihan Anda, dan Anda silakan tulis. Oke, sudah. Boleh tarik nafas panjang lagi. Pelan-pelan. Kira-kira Anda boleh yang open cam, Anda boleh pakai isyarat tangan aja ya, biar nggak numpuk banyak chat. Kira-kira Anda bisa menuliskan berapa potensi baik yang Anda miliki, yang Allah titipkan kepada Anda. Lima, Bunda Fani. Tiga. Oke, empat. Ada yang 5, 6, 7, 8, 9, 10 Menurut Anda Lebih mudah Mengingat potensi baik Anda Atau lebih mudah Melihat kekurangan Anda Menurut Anda lebih mudah mana? Lebih mudah melihat kelebihan atau kekurangan Anda Selama ini Lebih mudah ngerasa kurangnya atau sudah penuh syukurnya karena ngerasa banyak banget lebihnya? Kekurangan. Oke, kekurangan. Nah, inilah yang ngebuat hati kita jadi sempit ya kawan-kawan ya. Jadi, kita tuh lebih mudah banget untuk ngelihat sisi kurangnya daripada kita sibuk. mensyukuri kelebihan-kelebihan yang sudah Allah titipkan kepada kita. Ini bukan hanya soal sifat sebenarnya, tapi dalam hal ibadah sekalipun, kadang kita lebih mudah melihat kekurangan kita daripada kebaikan-kebaikan ikhtiar kita untuk kita sudah lebih baik. Contoh, Anda, Allah izinkan bisa sholat tahajud dua rokaat. Kadang seringkali yang muncul itu lebih kita mudah kayak, aduh kok cuma dua rokaat sih? Aduh telat nih. Aduh mepet banget nih. Daripada kita mensyukuri bahwa Alhamdulillah, terima kasih Allah hari ini dikasih kesempatan masih bisa sholat hajj dua rokaat. Ya Allah, terima kasih hari ini masih bisa dikasih kesempatan untuk bisa melakukan pekerjaan rumah. Tapi yang dipikir kayak, aduh aku mah apa, cuma ibu rumah tangga. Aku mah apa, caranya gini, aduh masakanku gak enak. Sering gak kayak gitu. Jadi kita tuh kayak pandai banget mengkritik kekurangan kita dan fokus kita pada di situ. Tapi kita tidak mensyukuri ketika ada orang yang bilang, tapi kan kamu begini. ya itu mah apa, gak ada apa-apanya kita seolah-olah kayak mengkerdilkan potensi-potensi baik yang Allah titipkan kepada diri kita itu kawan-kawan, jadi kayak mahir banget gitu loh, ngungkit kekurangan sehingga coba apa yang terjadi ketika kita lebih pandai melihat kekurangan diri kita sendiri kita juga akhirnya terlatih atau pandai melihat kekurangan orang lain. Benar nggak? Ngelihat anak yang melihat kekurangannya. Ngelihat pasangan yang terlihat kurang-kurangnya. Baiknya 10, kurangnya 3, yang dibaca terus, diungkit terus, jadi sumber tengkar, 3. Anak potensinya 10, tapi kurangnya 4, yang dimarahin terus, itu kan yang terjadi. Kenapa? Karena kita juga mahir ngeliat kekurangan kita. Itu kan soal. Di saat kita kayaknya melihat, contoh ya, sholat aja. Kita bisa sholat, sebenarnya itu kan karunia dari Allah. Kita masih bisa sholat. Bukan langsung connect sama Allah, bukan berterima kasih sama Allah, bukan bersyukur atas itu. Maka ketika melihat anak sholat, tapi mungkin tidak khusyuk, tidak di awal waktu. kita langsung kayak marah-marah harusnya kamu, harusnya kamu bukan kita syukuri dulu dan ini akhirnya konsep dimana Allah berfirman begitu kita pandai bersyukur menjadi orang yang minasyakir yang terbersyukur Allah limpahkan bertubi itu lebih banyak nikmat lagi tapi kalau kita jadi orang yang kukur fokus dengan kekurangan banyak komplainnya, maka Allah kasih adab yang pedih. Adab itu artinya siksa. Siksa itu bukan hanya di akhirat, kawan-kawan. Tapi memulai siksa dengan karena kita tidak bersyukur, itu dimulai dari dunia. Salah satunya adalah sengkitnya hati. Mudahnya gemerungsung. Dan kalau menurut ilmu otak, begitu kita gampang ngeluh, gampang kritik, itu yang keluar itu adalah hormon-hormon stress, hormon-hormon kortisol yang itu bisa menyebabkan akan banyak sekali penyakit. Termasuk kalau kita juga menyimpan marah terlalu lama, menyimpan dendam terlalu lama, maka yang terjadi adalah di otak kita, yang namanya toxic mind itu, racunnya asumsi, bilang sama jantung, wah ini marah nih. Di situ hanya muncul banyak-banyak penyakit. Dan ini akan dipelajari lebih rinci di kelas spiritual motherhood. Salah satu juga contoh. Ketika Anda gampang nyalahin, Anda gampang nyalahin orang lain Anda yang sering ngerasa bersalah Perempuannya kadang ngerasa gampang bersalah Aku kenapa sih selalu salah? Gitu gak sih? Gak suka banget Kenapa sih aku selalu salah? Yang nyalahin itu sebenarnya siapa sih? Diri kita sendiri Kata Bunda Eva, Bunda Fadi Diri kita sendiri Sebenarnya yang sering nyalahin yang bilang kayak, nggak bener sih, kok kayak gini sih, kok gini terus sih, kok gini sih, kok gini sih, itu adalah diri kita sendiri. Begitu orang lain sedikit saja memberi tahu bahwa ada hal yang harus kita perbaiki, lalu kita langsung marah dengan bilang, kenapa sih aku selalu salah, kenapa sih aku salah terus. Padahal sebelumnya, yang terpikir di sini bahwa kamu salah, kamu salah, itu adalah diri kita sendiri. Itulah yang dikatakan kawan-kawan bahwa Bagaimana relasi kita dengan diri kita Itu menunjukkan Bagaimana relasi kita menghadapi dunia Di luar diri kita Begitu Anda terlalu keras sama diri Anda sendiri Ini di poinnya selanjutnya ya Lamah pada diri sendiri Kalau Anda sudah lebih tahu Potensi baik Anda kekurangan Anda Begitu ada orang yang masukkan sama Anda Anda akan lebih jelas melihatnya Anda akan begini itu kekurangan saya, berarti saya mesti memperbaiki seperti ini, itu gak akan ngerasa disalahin, yang pertama yang kedua, kalau benar menurut Anda itu kekurangan yang yaudah, memang saya adanya kayak gitu maksudnya Ya memang saya nggak sama sama orang, kekurangan salah satunya ya, sebenarnya bukan kekurangan sih, sifat lelet. Banyak orang sekarang menganggap lelet itu, padahal kalau dalam kacamata saya, lelet itu adalah yang memang orang itu nggak sama. Bukan kekurangan itu kalau menurut saya, tapi di mata orang-orang yang gercep, orang yang lelet itu adalah kekurangan. Akhirnya kadang melakukan gercep agar terlihat seperti orang lain tapi kelelahan. Karena basically orang itu memang ada yang tipenya lebih lambat, lebih pelan menjalani ritme hidup, ada yang cepat. Jadi itu bukan sesuatu yang dibilang bahwa orang yang cepat itu pasti baik, enggak. Belum tentu. Orang yang lele masuk neraka itu enggak ada. Nggak ada, ya itu sesuatu yang dibuat-buat. Jadi kayak sekarang tuh kita gampang di-judgment bahwa ketika orang tidak sama seperti kita, itu berarti dia salah. Padahal itu tidak secara syariah. Kayak tadi ya, orang lelet, pelan, tenang, gitu-gitu. Itu langsung kayak kita, ini nggak sakset, what what? Kita kayak ngomel-ngomel dan lain sebagainya. Soalnya Allah itu yang sakset, what what? Seolah-olah kesannya seperti itu. Jadi ketika kalau Anda sudah punya self-acceptance yang baik, begitu orang bilang, ini lelet banget, dan Anda tidak akan tersinggung dengan itu. Anda akan singgung dengan bilang, ya memang adanya saya seperti itu. Tinggal Anda perbaiki di momen mana Anda boleh lelet, di momen mana Anda mesti tepat waktu. Jadi memperbaikikan, karena gini kawan-kawan, ini yang, jadi tidak semua harus sepakat dengan saya. Pengalaman saya di dunia healing, kurang lebih sekitar 12 tahun, begitu orang yang sama-sama Allah karakternya dikasih agak lambat, maksudnya itu lebih tenang menjalani suatu, dia dipaksa sekuat-kuat, dia akan gampang stres. Gampang stres dan dia akan semakin jauh dari dirinya sendiri. Jadi orang-orang yang lambat itu sekali boleh kasih spare, mana sesuatu yang tidak syariat gitu ya. Misal, ya nggak harus kan semua itu langsung satu-satu. Ya tapi dia mesti juga belajar mempunyai titan di mana dia jahit sama orang, di mana dia mungkin ketika ada meeting atau ada apa-apa, dia berlatih sempat waktu. Tapi untuk hal-hal yang ketika dia sedang lelah dan lain sebagainya, itu akan menjaga stabilitas dirinya. Karena orang yang modal seperti itu ketika dipaksa harus menjadi orang lain, itu akan kehilangan diri. Begitu orang sudah kehilangan dirinya, nanti orang nggak mau. Gampang sembuhkan deh. Jadi gampang kayak emosi. Gampang marah. Gampang merasa berkorban demi orang. Balik dari tadi. Itu ya. Dan orang yang ramah pada dirinya. Maksudnya apapun. Penerimaan diri. Self-acceptance. Di poin yang kedua. Ramah sama diri sendiri. Ramah sama diri sendiri itu artinya adalah. Dia tidak memaksa menjadi orang lain. Oke. Ramah sama diri sendiri itu. Jadi dalam kemudian kalau lagi capek ya istirahat dan materinya akan dibahas lebih dalam kelas spiritual motherhood. Bukan yang kita bilang aku harus kuat, aku harus kuat. Begitu anda sering diri anda di kondisi-kondisi anda bilang anda harus kuat, maka coba perhatikan anda akan lebih mudah memaksakan orang lain juga harus kuat. Begitu Anda tidak mentolerir diri Anda ketika capek untuk berpikir, maka ketika orang lain itu capek, Anda akan bilang, masa gitu aja capek? Mama aja loh yang kayak gini tidak ngeluh gitu kan. Ya nggak sih? Begitu kita memaksakan diri terus, maka ketika ada orang lain tidak memaksakan dirinya untuk sesuatu yang menurut kita harus dipaksakan, maka kita akan marah. Dan itu bukankah itu banyak terjadi kepada diri kita? Ya kan? Di saat kita bilang nih, capek. Kita terbila, wah harus kuat. Begitu anak kita bilang, mama aku capek. Kayak gitu aja capek. Mama tuh lebih capek. Begitu pasangan pulang, suami pulang dari kantor, aku lagi capek. Emang dipikir aku gak capek di rumah? Kenapa? Saat kita gak bisa ramah sama diri kita, maka kita gak bisa ramah sama orang. Maksudnya di saat kita terlalu menekan diri kita, maka menekan. Di saat kita pandai mengkritik diri kita, kita kritik orang lain juga. Jadi kesannya itu, sebenarnya itu kita sendiri yang bikin, kawan-kawan. Kesannya itu kita tidak boleh istirahat, dan ketika ada orang lain yang istirahat, kita kayak marah juga, enak banget dia istirahat, kayak gitu loh. Itu fitrahnya kegitu. Makanya semakin anda memanjakan diri anda, anda memanusiakan diri anda, anda menerima regulasi emosi yang kadang enak, gak enak, sebaliknya sedih, kekewa, anda nerima itu dengan baik, anda akan menerima orang lain. Aku dikondisi seperti itu. Coba yang perlu kita lihat. Saat orang tidak ramah sama dirinya. Misal dia mau nangis. Tapi dibilang. Aku gak boleh nangis. Aku harus kuat. Masa gini aja aku nangis? Aku harus jadi ibu yang tangguh. Aku harus jadi ibu yang kuat. Begitu anak nangis. Kita marahin. Agar dia diem. Coba anda perhatikan. Tapi ketika anda memanusiakan diri. Anda mengizinkan diri anda. Sebagai manusia. Jadi kayak anda cap. Anda mengizinkan diri Anda untuk istirahat, Anda sedih, Anda mengizinkan diri Anda untuk nangis. Maka ketika anak Anda sedih, Anda juga akan mengizinkan dia untuk regulasi musnya dengan nangis. Di saat kita tidak boleh, tidak boleh, tidak boleh sama diri kita, maka kita juga keras sama orang lain. Terus yang poin ketiga adalah fokus perbaikan kepada diri sendiri. Banyak dari kita yang berpikir bahwa saya akan pulih jika orang lain... Saya akan pulih kalau orang lain yang harus seperti ini, seperti itu. Tapi tidak seperti itu, kawan-kawan. Kita memulai pulih itu keputusan dari diri kita. Dan ya mesti kita mulai dari diri kita sendiri. Ya mesti kita juga memulihkan diri kita. Jadi bukan memulih dari orang lain. Tapi memang kita fokus pada pembenahan perubahan-perubahan kebaikan diri kita. Demi apa? Demi menyembahkan yang terbaik dari diri kita. Dan ketika orang sudah melakukan perhatian dengan tiga hal ini, dia akan nyaman sama hidupmu. Waktu itu dia tidak akan tergampang terombang-ambing dengan omongan orang. Omongan orang itu ya didengerin, kemudian kalau baik ya diinya, kalau cocok ya dikelan, kalau ternyata omongan orang tidak pas-pas ya cukup didengarkan. Dan itu tidak membangun orang yang gampang tersulut dengan omongan orang. persepsi orang itu karena masih sadis. Dirinya tidak mengenal dirinya sendiri. Dirinya jauh dari dirinya sendiri. Sehingga aku harus kayak apa sih gitu. Jadi contoh kayak gini kawan-kawan, hewan lah, misalnya hewan. Ikan tahu kalau dirinya adalah ikan yang sama Allah dikatakan berenang. Maka ketika ada orang bilang, iiih kamu tuh nggak kayak burung tuh bisa terbang. Maka dia akan tetap enjoy. Karena dia sadar diri. bahwa dirinya menjanjikan yang tugasnya berenang. Benar nggak? Tapi ketika dia tidak sadar diri, dia akan gini, Ya Allah, kenapa sih aku nggak bisa terbang? Dan semakin dia ingin terbang, semakin dia jatuh. Karena memang bukan konteksnya di situ. Dan dia ini nyalahin takdir. Dia akan melihat bahwa anak yang terbang itu berpikir bahwa yang terbang itu lebih baik daripada dirinya. Itu maksudnya, kawan-kawan. Semakin Anda kenal. feel enough jadi orang lain mau ngomong apa ketika anda sudah sadar potensi diri anda lebih kurang anda anda akan enjoy dengan itu, anda gak akan terganggu dengan orang lain oke, kita slide tidak usah mencoba menjadi slide diri sendiri Tidak usah mencoba menjadi lain diri, fokus di the best version of you, fokus menjadi diri Anda yang terbaik, mulai sekarang, mulai hari ini, mulai malam hari ini, fokus pada kebaikan-kebaikan yang Allah titipkan. Bentar lagi Anda syukuri dulu, Alhamdulillah malam hari ini masih bisa belajar bareng, syukur dulu, nanti mau tidur, ya Allah terima kasih, begini. Besok subuh bisa sholat. Terima kasih hari ini kau izin. Sambal untuk bisa salat subuh. Fokus terus dengan bagaimana. Setiap waktunya kita sebenarnya berproses. Untuk lebih baik. Alhamdulillah ya Allah. Hari ini saya sudah bisa berpikir. Anda akan merasakan. Gimana diri Anda itu kayak full. Full dengan rasa syukur. Rasa keberlimpahan. Kawan-kawan, so tidak usah mencoba. Jadi aja diri anda yang teru. Dengan semua potensi yang anda miliki. Oke, di next slide. Oke, kawan-kawan. Terima kasih. Semoga kita bisa menerima kenyataan hidup seapa adanya. Dan ribu atasnya. Sehingga Allah. Oke, kawan-kawan. Sekali lagi. Be the best version of you. Jadi diri Anda yang terbaik, jadi lakukan peran yang Allah titipkan kepada Anda, baik-baik respon, sebaik-baik sikap, bukan karena orang lain, bukan diri Anda yang terbaik untuk Allah. Karena Allah nggak pernah nyiptain produk gagal, ingat, Allah nggak pernah nyiptain produk gagal, dan kita semua sama Allah diciptain, itu udah dengan sebaik-baik penciptaan. Maka bersyukurlah atas itu, maka bertuah. Bertumbuhlah dengan semua kebaikan diri. Jadi, Tansilau dengan cahaya orang lain. Anda sadar bahwa kita sama-sama makhluk. Kagum boleh. Tapi kalau terus lantas kagum ngebuat kita jadi marah sama diri sendiri. Maka itu tidak lantas. Kagum itu boleh. Maksudnya, Oh ya Allah terinspirasi sama orang ini. Itu boleh. Tapi ketika kita terinspirasi. dan kita jadi kayak pengen jadi kayak orang itu maka rasanya kita jadi kayak menafikan Allah telah menciptakan kita itu kawan-kawan baik terima kasih saya kembalikan ke ke MC ya