[Musik] Indonesia sukses bernegosiasi dengan Amerika Serikat. Diplomasi negosiasi berjalan lancar dan akhirnya pemerintah Amerika Serikat setuju dan tertarik dengan proposal perdagangan yang ditawarkan Indonesia. Presiden Prabowo Subianto bahkan dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia tidak akan berlutut dan mengemis perdagangan ke Amerika Serikat. Negosiasi tim delegasi Indonesia selama sepekan di Washington DC telah bernegosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat. Indonesia secara resmi menawarkan berbagai kesepakatan untuk perdagangan yang adil, setara, dan berimbang untuk keuntungan kedua belah pihak. Dalam negosiasi intensif tersebut, Indonesia berhasil menarik kesepakatan Amerika. Proposal perdagangan yang ditawarkan Indonesia disetujui dan mendapat apresiasi Menteri Perdagangan Amerika Howard Lutnck, Kepala Kantor Dagang Amerika Serikat Jameson Greer, serta US Secretary of Treasury Scott Bason. Hasil negosiasi tahap awal ini dinilai cukup memuaskan. Presiden Prabowo Subianto pun dengan tegas mengatakan Indonesia all out bernegosiasi dengan Amerika Serikat menangkal kebijakan tarif resipokal atau timbal balik yang diterapkan Presiden Donald Trump. Presiden menegaskan Indonesia tidak akan berlutut dan mengemis menghadapi kebijakan tarif terah. Kita sekarang punya kemampuan. Kita akan menggerakkan ekonomi dengan kekuatan kita sendiri. Kita tidak akan memaki-maki negara lain. Kita dihantem tarif berapa pun kita akan berunding, akan negosiasi, kita hormati. Tapi kita percaya kepada kekuatan kita sendiri, Saudara sekalian. Kalaupun mereka tidak membuka pasar mereka kepada kita, kita akan survive. Kita akan tambah kuat. Kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri. Kita tidak akan pernah menyerah. Kita tidak akan pernah berlutut. Kita tidak akan pernah mengemis. Presiden Prabowo meyakini Indonesia tetap menjadi negara kuat dan mampu berdiri di kaki sendiri. Meskipun seandainya Amerika Serikat tidak membuka pasarnya, Indonesia berharap hubungan dagang antar kedua negara tetap terjaga dengan kerja sama yang saling menguntungkan. Dari Jakarta, IDX Channel. Ya pemirsa, untuk membahas tema kita selanjutnya, Indonesia pantang menyerah dari tekanan perang tarif global. Kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Prof. Nur Hidayah. Beliau adalah Kepala Center Foria Economic Development. Halo, Prof Nur, apa kabar? Halo, alhamdulillah baik. Baik, terima kasih atas waktu yang disempatkan. Kemudian sudah ada juga Bu Santi Samdasani, Ketua Perdagangan Internasional Kamar Entrepreneur Indonesia atau Kanin. Halo, Bu Santi, apa kabar? Baik, Pak. Baik. Terima kasih juga atas waktu yang disempatkan. Dan sebelum membahas lebih jauh ini, Prof. Kita akan mer-review terlebih dahulu sih bagaimana Anda melihat proses negosiasi perdagangan Indonesia nih dengan Amerika Serikat yang saat ini masih terus berlangsung di tenggat waktu pemberian sekitar 3 bulan begitu oleh Pak Presiden Donald Trump. Silakan, Prof. Ya, terima kasih. Eh, ya memang kalau kita melihat ya ee progresnya cukup memberikan harapan ya. Progres negosiasi saat ini memperlihatkan bahwa Indonesia semakin berani bertransformasi dari diplomasi berbasis kebutuhan atau needbased diplomacy ke arah diplomasi yang berbasis daya tawar atau powerbased diplomacy. Oke. Dalam konteks eh perang tarif global pasca Trump dan keberlanjutan trade restriction di Era B dan Indonesia terus menempuh jalur negosiasi yang lebih resilien dengan memperkuat bergaining position lewat kinerja surplus deraca perdagangan, mengoptimalkan leverage komoditas strategis seperti nikel, sawit, dan batubara, dan juga meningkatkan daya tarik domestik lewat potensi market yang besar. kita punya 273 juta penduduk kelas menengah yang tumbuh sekitar 52%. Artinya negosiasi kita bukan lagi posisi defensif tetapi diplomasi mempermainkan titik tumpu geopolitik Asia Tenggara untuk merindungkan ee merundingkan keuntungan ekonomi. Bisa dikatakan posisi tawar Indonesia cukup kuat dalam proses negosiasi ini, Prof? Iya. secara relatif Indonesia memiliki posisi lebih kuat daripada satu dekade lalu ya. Namun memang ee belum optimal. Saat ini kita adalah salah satu negara G20 anggota Apek, pemegang posisi strategis di jalur perdagangan Indo Pasifik. Namun memang kelemahan kita adalah ketergantungan pada komoditas mentah ya. Jadi Indonesia harus bergerak ke bergaining yang bersifat lebih komprehensif. Bukan hanya menawarkan barang tetapi juga akses ke pasar digital seperti fintech, Green Blunch halal ekonomi dan juga menjual ekonomi hijau dan industri halal sebagai kekuatan baru bergaining Indonesia. Hm. Baik Prof. Nah, lantas Bu Nanti Anda melihat bagaimana dari sisi pelaku usaha begitu review hubungan dagang Indonesia dan Amerika selama ini begitu seperti apa kira-kira? Baik. Ee kalau saya melihat ee dari pemerintah ini kan ada beberapa apa tahap negosiasi yang dilakukan ya. Pertama adalah negosiasi ekonomi, ee yang kedua adalah dialog tingkat tinggi, yang ketiga adalah pendekatan multilateral, dan yang keempat adalah penguatan people to people connect. ini yang saya lihat cukup ee jelas kelihatan pada saat tim ini berada di Washington. Karena sebelum bertemu dengan pemerintah Amerika, mereka sudah bertemu dengan chamber dan asosiasi-asosiasi lain yaitu one on one. Kayak misalkan kami melihat juga ee bertemu dengan asosiasi soyabin ya Amerika. Karena ketergantungan kami terhadap soyabin dan Indonesia itu kan adalah ee pemakan tahu tempe lumayan besar ya di sini ya gitu. Jadi saya fokusnya lebih ke ee apa basic needs kita gitu ya ee yang benar-benar kalaupun ini misalkan deal ini tidak jadi kita tidak ketemu sebuah titik-titik ee temu eh dari segi basic needs kita apa sih yang yang paling kritikal yang terpukul misalkan kalau cuman elektronik keset kaki dan lain-lain ya itu bukan basic needs ya tapi soyabin ini justru perhatian saya lebih ke ee lingkup pertanian misalkan. ini yang menjadi sebuah ee hal yang sangat kritikal ya untuk kita melihat bahwa ee apakah bisa Indonesia melakukan negosiasi di bidang ini. Karena kalau saya lihat pergerakan Amerika ee 4 bulan ya sejak Trump Trump terpilih ini memang ee ada indikasi bahwa ee dia menuju ke India gitu ya. Karena banyak sekali kunjungan-kunjungan dan diplomasi-diplomasi soft yang mereka sudah berjalin dengan India gitu. Kebetulan kami punya kantor di Amerika ee ee dari saya sendiri dan saya sebagai wakil ketua K perdagangan juga sangat mengamati ini kira-kira ini arahnya mau ke mana. Sepertinya dunia ini akan terbagi dua, Pak. Dari segi geopolitik dan dari segi geoekonomi. Ya, gitu. Ada kubu Amerika India dan ada kubu Cina dan lain-lainnya. Kalau saya lihat ke depannya seperti itu. Baikbaik. Nah, dari sisi tadi kalau misalnya posisi tawar Indonesia masih cukup kuat seperti yang disampaikan Prof. Nur, Anda melihat bagaimana apakah potensi Indonesia untuk mungkin tadi dalam proses negosiasi ini meskipun sudah mendapatkan hasil yang positif ini juga akan sangat konstruktif nanti ke depannya? Iya. Ee saya rasa ini adalah momentum kita juga untuk berbenah diri ya. ee ee berbagai ee upaya yang selama ini ee ditargetkan oleh pemerintah ya untuk pertumbuhan ee ekonomi yang tinggi menuju ee keluar dari ee middle income trap. Ini juga ee tantangan challenge ya yang mungkin ee bisa kita ee apa lakukan untuk berbenah diri. Ee bisa kita ee selama ini fokus ee pada ee pasar Amerika. Kenapa kita tidak kemudian membuka ee upaya untuk ee membuka pasar ee ekspor kita ke negara-negara lain ya, khususnya misalnya di sektor halal ya, ini ada permintaan pasar global halal yang cukup besar ya. kita bisa men-tapping ee potensi-potensi itu misalnya di ee negara ee Timur Tengah juga di ee regional ASEAN dan juga mungkin ee di Afrika dan kemudian juga ee untuk pembiayaan kita juga sudah ee punya ee green sukook dan ini juga menurut saya ee upaya bagaimana eh global concern terhadap eh sustainability bisa kita tangkap melalui ee apa pembiayaan ee ini. Kemudian juga kita mengembangkan strategic soft power juga di sana. Nah, Prof. Nur tadi Presiden Prabowo juga sudah menegaskan bahwa Indonesia tidak akan menyerah begitu dan juga bagaimana tunduk terkait dengan perdagangan yang tengah berlangsung saat ini dengan tarif resip lokal yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Apakah Indonesia juga ee siap begitu kalau kita melakukan transaksi perdagangan global begitu misalnya dengan pasar Amerika yang agak sulit nanti misalnya ditembus kalau misalnya nanti ee tidak ada titik temu yang ideal begitu antara kedua belah pihak begitu Prof. Nur ya. Ee saya rasa kita ee masih ada ruang negosiasi ya. He. Dan juga misalnya ketika ee kita ya apa dikenakan ee tarif resiprokal yang relatif lebih rendah, mungkin ini juga peluang kita untuk bagaimana mengisi ee ee apa ee nisi parket yang selama ini mungkin di ee gunakan oleh negara-negara lain yang ternyata memiliki tarif resiprokal yang lebih tinggi seperti Vietnam gitu ya. Nah, ini ee mungkin juga ee ee opportunity yang mungkin bisa ee kita manfaatkan gitu. Namun tetap menurut saya diversifikasi pasar ee untuk produk-produk ee ekspor kita ini akan menjadi ee cara kita untuk misalnya exit strategi pada saat misalnya skenario eh negosiasi ini belum e mencapai titik yang ee optimal. H. Baik, Prof. Nun. Nah, Kakin sendiri melihat bagaimana Busanti dengan sikap tegas yang sudah disampaikan Presiden begitu tidak akan bertekuk lutut ataupun tunduk ya terkait dengan ee kondisi global akibat perang tarif ini. Saya rasa saya setuju dengan pernyataan Presiden. Bagaimanapun kita sebagai negara ini punya harga diri dan kita bukan negara kecil. Kita adalah 40% dari ASEAN. Oke. Dan sebagai negara yang 40% dari ASEAN yang punya kekayaan alam yang cukup besar itu kita harus punya bargaining power yang sepadan. Pertama. kedua. Namun, namun ee saya juga setuju bahwa 10 tahun terakhir ini Indonesia sudah banyak kehilangan daya saing. Oke. Kehilangan daya saing contohnya di bidang SDM-nya, kualitas kualitas pendidikan manusianya. Hm. Ee di lain pihak kita ada juga meningkat. Jadi kita ini tidak yang lus-lose ya. Kita enggak totally kalah. Tapi pada saat kita kehilangan daya saing di SDM kita ee katanya demographic bonus. Saya merasa ini bukan bonus, ini demographic liability. Karena kita punya middle class, kita juga lagi menurun nih. Dengan kondisi begini, kita sudah tidak bisa mengatakan lagi bahwa we are good market. Kita bukan pasar yang bagus sekarang karena daya beli kita menurun, daya saing kita menurun. Nah, pada saat kita mendukung pemerintah, kita juga harus realistis. Mendukung membabi buta atau mendukung dengan mata tertutup itu bahaya untuk diri kita juga dan bahaya juga untuk pemerintah, gitu. He. Jadi kita, saya menempatkan diri saya di sini sebagai wakil ketua ee perdagangan KEN melihat semua ini dari makro global dan melihat kelebihan kita apa, kekurangan kita apa, yang kita harus negos negosiasikan apa dan yang tidak boleh kita kompromi di mana. Oke. Karena ee jangan sampai kita menjual semua. Ibaratnya kita membuka aja baju gitu semua. Jangan sampai begitu. Jadi, nah di sini nih permainan balancing semua ini betul memang pasti pasti Amerika dan Amerika sudah tahu Mangga 2 aja Amerika tahu kan mengenai mangga du apalagi yang mengenai lain. Jadi Amerika sudah tahu kondisi Indonesia seperti apa. USA juga sudah ditarik dari sini kan banyak proyek-proyek yang membantu Indonesia juga sudah sudah diambil gitu. Jadi ee sudah ditarik. Jadi kalau saya melihat kita mengakui kelemahan kita. Jangan kita mengatakan tidak kita ya kita bisa berdiri di kaki kita setuju dengan Pak Presiden Prabowo kita bisa berdiri karena apa? Indonesia bisa suasana bada Indonesia bisa punya basic need kita bisa cover sendiri oke gituik tapi di di luar itu mungkin kita harus dependensi ya tapi kalau kita berdiri kaki sendiri dan kita tidak boleh ee kalah ya saya setuju dengan statement it baik dan di satu sisi pemerintah Indonesia juga menuntut adanya hubungan perdagangan yang adil setara dan berimbang begitu ya serta juga saling menguntungkan strategi ee strateginya seperti apa kita akan bahas nanti di segmen berikutnya kita akan jeda dulu sebentar dan pemirsa tetaplah bersama [Musik] kami ya pemirsa, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan hasil pertemuannya dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bsenon saat menghadiri forum G20 dan IMF Spring Meeting 2025 di Washington Diz. Ya, dalam pertemuan tersebut selain membahas hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat, kedua belah pihak juga menyeroti arah kebijakan global Amerika melalui peranannya di lembaga-lembaga multilateral. Sidri Mulyani mengatakan bahwa negeri Pamansam itu saat ini tengah mendorong tatanan perdagangan baru yang lebih resiprokal atau saling menguntungkan. dan Indonesia memperkuat pendekatan diplomasi ekonomi melalui berbagai jalur termasuk kantor perwakilan dagang Amerika Serikat, Kementerian Perdagangan Amerika hingga Departemen Keuangan Amerika Serikat. Dan dengan bekal komunikasi awal yang tadikan Indonesia among the first timer, the first mover itu dianggap akan memberikan advantage atau keuntungan dalam posisi Indonesia di dalam proses perundingan ini. feedback yang positif ini tentu akan dijadikan bekal bagi kita untuk terus melakukan pembahasan di level teknis dengan tentu pada diharapkan akan terjadi sebuah Baik Pira, kita lanjutkan kembali perbincangan ini bersama dengan Ibu Santi dan juga Prof. Nur. Nah, ini menarik kalau dengan informasi yang tadi sudah disampaikan Prof. Nur lantas kalau kita bicara mengenai tadi supaya kondisinya berimbang, setara begitu, strategi apa mungkin pendekatan seperti apa juga yang harus dilakukan oleh pemerintah sehingga benar-benar kita juga tadi dari posisi Indonesia, posisi tawar yang semakin baik, tentu kita juga lebih kuat untuk melakukan negosiasi di sana. Prof. Nur ya eh ada beberapa strategi ya mungkin yang pertama adalah strategi heding dalam diplomasi dagang. Oke. Pendekatan menjaga hubungan baik dengan semua kekuatan besar, tidak hanya Afrika, Cina, Uni Eropa sambil membangun kekuatan nasional sendiri tanpa bergantung eksklusif kepada ee salah satu pihak ya. Ee tentu saja di sini artinya ee kita tetap bernegosiasi dengan Amerika, namun kita tetap juga menjaga hubungan baik dengan ee mitra-mitra dagang ee strategis kita ya. Oke. Ee kemudian juga ee tentu saja kita memperkuat struktur ekspor kita yang berbasis high value product. Ya, memang problemnya adalah 70% ekspor Indonesia masih berbasis komoditas mentah ya. Ee ini membuat Indonesia rentan terhadap shok tarif, volalitas harga global. Maka hilisasi besar-besaran itu misalnya nikah menjadi baterai ya, boksit menjadi aluminium, Sveo menjadi biofault dan kemudian juga promosi ekspor digital juga menjadi salah satu ee apa ee berbagai strategi yang bisa ee kita tempu. Kemudian juga kita perlu ee melakukan diversifikasi pasar beyond traditional market ya. karena memang problemnya adalah ee ketergantungan ekspor pada Amerika dan Cina membuat Indonesia vulnerable dalam rivalitas super power. sehingga kita harus memperluas ekspor ke ee negara-negara ee lain ya yang mungkin memiliki potensi juga ke Afrika ya ee ke Asia Selatan, ke Eropa Timur dan Amerika Latin dan juga memanfaatkan regional komprehensif economic partnership untuk penetrasi pasar non tradisionals. Nah, salah satu mungkin apakah juga kalau kita bicara mengenai ekonomi syariah begitu, Anda melihat ini apakah menjadi potensi yang menjanjikan di tengah e tekanan dari global begitu terkait dengan tarif resiprokal Amerika Serikat. Kemudian kita bisa mencari pangsa pasar baru dengan melakukan eksportasi dengan produk-produk hala Indonesia, Bu? Ya, tentu saja ee ee di tengah permintaan ee global halal yang cukup meningkat dan ee peringkat Indonesia kan hanya e peringkat empat ya berdasarkan state of Global Islamic Report. Ini adalah ee kesempatan kita untuk terus memperluas ee pangsa pasar kepada ee pasar-pasar potensial yang selama ini mungkin belum tergarap secara optimal. Nah, ini ee kita bisa ee melakukan ini. Kemudian tadi saya sudah ungkapkan bahwa misalnya ee instrumen keuangan ee syariah kita yang berbasis ee ee apa pembiayaan ee green ini juga cukup diminati dan bahkan pada saat ee apa isuan pertama itu over subscription. Nah, ini ee adalah juga kesempatan kita untuk memperkenalkan instrumen-instrumen ee pembiayaan atau keuangan syariah yang ee berbasis lingkungan. Kemudian juga tentu saja ee melakukan ee digitalisasi ya, terutama ee terhadap ee ekspor halal untuk mempercepat ee proses dan juga meningkatkan daya saing dari ee produk dan ee jasa halal kita. dan kemudian juga mungkin melakukan Islamic economic soft power diplomacy ya agar kemudian kita bisa ee mempromosikan misalnya Islamic ESG finance kita, green suku kita dan juga ee halal produk kita. Apalagi kita juga ee punya UMKM yang siap untuk mendukung hal tersebut. Oke. Nah, Bu Santi, lantas bagaimana dengan potensi akhirnya perdagangan ekspor Indonesia ke depannya begitu. di tengah juga ee tarif resiprokal yang semakin memanas begitu karena retaliasi juga dilakukan oleh pemerintah China dan ada beberapa negara yang juga mengikuti langkah tersebut. Apakah ini justru menjadi peluang bagi Indonesia? Busanti ee saya melihat begini Pak ee dan izinkan saya untuk sedikit kritis ya. Karena kalau kita tidak kritis kayaknya kita ee tidak bisa mencari jalan keluar yang yang inovatif ya. H. Pertama begini, ada kemung ada dua kemungkinan kita kehilangan pasar Amerika, which is kalau menurut data yang saya dengar itu adalah 10 paling banyak 13% dari total ekspor Indonesia. Iya. Which is kalau saya lihat ini ini bisa kita diversifikasikan yang tadi dengan Prof. Nur sudah katakan ya divarsifasikan ke southsut kansa itu masih belum dieekplore ya masih ada Afrika, Latin Amerika dan lain-lain. That's fine ya. Tapi apakah tidak semua negara justru melihat ke arah yang kita melihat juga? Contohnya begini. Kalau juga Vietnam ee tidak berhasil untuk ee di dalam proses negosiasi ini, Vietnam juga akan ke South oke? Thailand juga akan ke south Philippin juga akan ke south misalkan kan. Nah, sekarang kita semua ini ngejar bola yang sama. Hm. The question is pertanyaannya sekarang adalah dari beberapa negara ini yang ngejar bola yang sama, siapa yang larinya lebih kencang? Hm. Oke, Prof. Nur senyum-senyum kan? Nah, di sini di sini kita lihat Pak kalau misalkan our competitive age, makanya saya bilang kita harus kritis terhadap diri kita sendiri. Kita harus tahu kelebihan kelemahan kita. Dan ke depannya, Pak, saya melihat juga adalah dunia akan berubah. H yang tadi kita kenal dengan FTA, multilateral, bilateral agreement, free trade agreement eh dan mungkin eh instrumen-instrumen dunia yang besar lainnya kayak WTO, UN, World, IMF ini mungkin ke depan fungsinya akan berubah. Kita harus punya plan A, plan B, Pak. Saya sarankan ke pemerintah punya kalau misalkan halal suku yang kita punya yang menurut kita itu pasar yang besar itu tidak berhasil. Kalau kita punya blockchain dan we are not, kita juga tidak terkenal paling unggul di bidang teknologi misalkan karena apa India misalkan yang lebih unggul di teknologi kan di digital technology. Jadi kalau kita misalkan itu semua yang sudah kita pikirkan it doesn't work Hm. What your plan be? Oke. Kalau dunia ini berubah, kalau tatanan perdagangan ini berubah dan kita harus tahu kira-kira berubahnya di mana. Harus ada analis yang berpikir opsi satu, opsi dua, opsi tiga. Kira-kira ini berubahnya bisa kayak begini, kayak begini, kayak begini. Nah, kalau berubah ini begini, kira-kira Indonesia harus bagaimana? Nah, saya belum melihat Indonesia berpikir 10 langkah ke depan. Baik. Saya cuman ini kita baru berpikir what is in front of us dan justru kita jangan terkunci dengan apa yang ada di ada yang di depan hadapan kita karena apa yang ada hari ini depan hadapan kita besok bisa berubah. Baik, itu dia. Kita tinggal menunggu nanti action dari pemerintah sendiri. Bagaimana kita tadi berdiri di kaki sendiri dengan ekonomi yang ada, dengan sumber daya yang kita miliki tapi tentu dengan strategi yang tepat juga tadi ada plan A, B, C dan mungkin seterusnya. sehingga dengan kondisi tadi siapa yang cepat mungkin dia yang bisa beruntung begitu untuk mendapatkan ee manfaat dari situasi yang terjadi saat ini. Sehingga seperti yang Anda katakan bola aja kalau bisa kita dapat duluan begitu ya Busanti ya dan Prof. Nur ya. Baik ini sayang sekali waktu terbatas ini. Terima kasih banyak atas waktu sharing dan informasi yang sudah disampaikan oleh Prof. Nur kemudian Ibu Santi semoga menjadi insight baru juga bagi pemirsa IDX Channel. Selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali dan sampai jumpa kembali. Terima kasih. Terima kasih. Baik pemirsa, 1 jam sudah saya menemani Anda dalam market review. Perbaharu terus informasi Anda hanya di IDX Channel, your taswthy and comprehensive investment reference. Karena urusan masa depan harus ter depan. Aku investor saham. Ya, saya Prasetyo Wibowo beserta seluruh kerabat kerja yang bertugas pamit unduh diri. Terima kasih, sampai jumpa. [Musik] Ye. e [Musik]