Intro Assalamualaikum sahabat Al-Quran. Bagaimana nih kabar sahabat semua? Sehat kan?
Alhamdulillah. Kali ini kita akan belajar sejarah penulisan Al-Quran dari masa ke masa. Disimak sampai selesai ya sahabat Al-Quran, biar wawasan Al-Quran kita semakin bertambah.
Pada masa Rasulullah Muhammad SAW, Al-Quran belum ditulis menjadi satu mushaf seperti yang kita lihat saat ini. Ayat-ayat Al-Quran di masa itu lebih banyak dihafalkan. Kalaupun ada sahabat yang menulis, mereka tidak bisa menulis.
Mereka masih menulis secara terpisah-pisah, belum disatukan menjadi satu mushaf utuh. Media tulisnya pun berbeda-beda. Ada yang menulis di atas pelepah kurma, di kulit kayu, atau tulang-tulang onta.
Sederhana banget ya sahabat Al-Quran. Al-Quran pertama kali ditulis secara utuh menjadi satu mushaf pada masa Khalifah Abu Bakar pada tahun 13 Hijriyah atau tahun 634 Masehi. Pengumpulan Al-Quran di masa ini dikenal dengan At-Tadwin.
Al-Awal. Pada masa kepemimpinan Sayyidina Usman, Al-Quran kembali dikumpulkan. Pengumpulan kali ini lebih terstruktur sahabat. Sayyidina Usman membentuk panitia khusus pengumpulan dan pengumpulan dan penulisan ulang mushaf Al-Quran.
Tim ini diketuai oleh sahabat Zaid bin Thabit yang dikenal cerdas dan bagus hafalan Al-Qurannya. Tim panitia tersebut berhasil menulis ulang mushaf Al-Quran 30 juz beserta 5 salinannya. Mushaf inilah yang dikenal dengan sebutan mushaf Indo. Sedangkan kaedah penulisannya disebut dengan Rosem Usmani. Oh iya, sahabat Al-Quran udah tahu.
Tahu belum? Tulisan Al-Quran di masa ini belum ada harokatnya lho. Huruf-hurufnya juga belum diberi titik, cuma terlihat batang tubuh hurufnya saja.
Jadi, gundul gitu. Coba sahabat lihat gambar ini. Seperti ini nih contohnya tulisan Al-Quran Rosang Usmani yang asli.
Sahabat Al-Quran bisa baca nggak? Susah kan? Nah, pada tahun 50 Hijri ya, atas permintaan Gubernur Ziyad pada masa dinasti Umayyah, tulisan yang gundul itu disempurnakan. Karena ada banyak umat Islam yang bingung membacanya. Salah seorang ulama yang ditugaskan untuk memberi tanda baca dalam Al-Quran bernama Abu Aswad Ad-Duali.
Bentuk tandanya itu seperti titik bulat-bulat. Tanda baca tersebut gunanya untuk membedakan bulat-bulat. Bunyi huruf atau disebut naktul i'rob.
Huruf yang berharokat fatha diberi titik bulat di atasnya. Huruf yang dibaca kasroh diberi titik bulat di bagian bawah. Sedangkan yang berharokat domba, titik bulatnya diletakkan di samping huruf.
Coba sahabat Al-Quran perhatikan gambar berikut ini. Seperti ini nih yang disebut naktul i'rob atau titik pembeda bunyi. Nah, gimana nih sahabat Al-Quran?
Penasaran kan lanjutannya? Ikuti terus channel ini ya. Jangan lupa like, komen, subscribe, dan share ke teman-teman kalian. Semoga tayangan ini bermanfaat ya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.