Intro Bagaimana terlihat dalam gambar? Kita biasanya membaca lima sila ini satu per satu secara berurutan. Seperti dinyatakan dalam Instruksi Presiden nomor 12 tahun 1968, pelafalannya adalah sebagai berikut. 1. Ketuhanan yang Maha 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh dunia seluruh rakyat Indonesia dalam buku berjudul urayan Pancasila 1984 yang ditulis bersama empat tokoh lain yakni Ahmad soebarjo amaramis Sunarjo dan ag-pringgodigdo Hatta memberikan tambahan penjelasan mengenai cara memahami dan mengamalkan Pancasila menurut Hatta karena Pancasila adalah lima asas atau prinsip yang merupakan dasar dan ideologi negara pemaknaan penerapannya tidak bisa bisa dipisah-pisah. Sebagai sila pertama, ketuhanan yang Maha Esa hadir menjadi sila yang memimpin atau menjiwai seluruh sila-sila lainnya.
Untuk itu, pengamalan sila ketuhanan di dalam Pancasila tidak hanya dilihat sebatas pada bentuk-bentuk peribadatan agama, keyakinan seseorang, tetapi lebih luas dalam bentuk sikap mengasihi sesama manusia, membangun persatuan bangsa, aktif berdemokrasi, hingga mewujudkan kesejahteraan bersama sebagaimana diajarkan oleh sila kedua sama. sampai kelima. Begitupun sebaliknya, pengamalan seseorang terhadap sila kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial dalam Pancasila, mesti dilihat sebagai bentuk keimanan dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana diajarkan oleh sila pertama. Jika diurai lebih detail lagi, kita akan mendapati bentuk-bentuk keterhubungan antar sila Pancasila sebagai berikut. Pertama, Hubungan Sila Pertama dan Kedua Dengan keterkaitan atas keduanya, Pancasila tidak hanya menghendaki setiap orang yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia untuk meyakini dan menjalankan ajaran-ajaran agama yang dipeluknya, tetapi juga mengamalkan ajaran-ajaran tersebut dalam bentuk cinta atau kasih sayang kepada sesama manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Demikian juga sebaliknya, Kasih sayang kita pada sesama manusia, sebagaimana yang diajarkan sila kemanusiaan yang adil dan beradab, harus dilandasi oleh keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana ditegaskan oleh sila pertama. Kedua, hubungan sehat dengan Tuhan. Sila ketuhanan yang Maha Esa dengan sila persatuan Indonesia, kebangsaan, juga seperti itu. Hubungan kedua sila ini melahirkan prinsip ketuhanan yang diimani dan diamalkan dalam bentuk rasa cinta kita kepada tanah air dan bangsa Indonesia. dengan segala macam upaya di dalamnya, baik untuk menjaga kelestarian alamnya maupun untuk merawat persatuan dan kesatuan bangsa di tengah keberagaman suku, agama, bahasa, dan budaya yang ada.
Oleh karena itu, dalam kaitan inilah ajaran ketuhanan di semua agama dan kepercayaan di Indonesia harus dilihat sebagai ajaran yang memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa kepada para pemeluk-pemeluknya. Ketiga, hubungan sila kemanusiaan yang adil dan berkaitan dengan kemampuan manusia. dan beradab, kedua, dengan sila persatuan Indonesia, ketiga.
Seperti yang disampaikan Soekarno dalam pidato 1 Juni 1945, bahwa Pancasila menghendaki terjadinya keseimbangan status dalam diri setiap manusia Indonesia antara menjadi bagian dari umat manusia, global, dan menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Dengan itu, identitas kebangsaan yang diajarkan oleh sila ketiga pada dasarnya merupakan bagian dari identitas kemanusiaan sejarah. secara universal sebagaimana dikehendaki oleh sila kedua.
Karena itu, bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang menganggap status dirinya lebih tinggi dari bangsa lain. Ia mengakui dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia yang memiliki agama, suku, dan bangsa yang berbeda-beda. Pada saat bersamaan, ia dituntut untuk selalu hidup harmonis dalam relasi yang setara sebagai sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Keempat, hubungan sila persatuan Indonesia. Ketiga, dan sila kerakyatan. Keempat, Dalam hal ini, sila ketiga yang melahirkan prinsip kebangsaan, mesti dipahami sebagai paham yang di dalamnya memiliki nilai-nilai demokrasi atau kedaulatan rakyat. Dengan demikian, seluruh upaya yang dilakukan negara ataupun masyarakat dengan mengatasnamakan bangsa Indonesia, tidak boleh bertentangan dengan keberadaan hak-hak asasi manusia yang tertanam dalam prinsip demokrasi. Selain itu, Keberadaan hubungan antara sila ketiga dan sila keempat ini juga menghendaki agar semua orang yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia harus dilihat dalam posisi yang setara dan sama-sama bisa berperan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia.
Seperti yang disampaikan oleh Soekarno dalam pidato 1 Juni 1945, negara Indonesia bukanlah negara yang lahir dan dijalankan oleh sebagian kelompok tertentu dari bangsa Indonesia, melainkan negara yang dijalankan oleh semua negara Indonesia. dan untuk semua bangsa Indonesia. Kelima, hubungan sila kerakyatan.
Keempat, dan sila keadilan sosial. Kelima, sila kerakyatan dan sila keadilan sosial memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini berarti bahwa prinsip demokrasi yang semestinya dijalankan di Indonesia tidak hanya dimaknai sempit dalam aspek politik yang biasa dicontohkan melalui penggunaan hak atau suara rakyat dalam pemilihan umum ataupun menyuarakan aspirasi pendapatnya di ruang-ruang publik. Lebih luas dari itu, prinsip demokrasi yang dijalankan juga harus mengikut sertakan aspek kesetaraan di bidang sosial ekonomi yang berujung pada terciptanya kesejahteraan hidup seluruh masyarakat Indonesia. Artinya, dalam konteks hubungan antara sila keempat dan kelima, pelaksanaan demokrasi di dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat tidak hanya mengarah pada hadirnya kebebasan atau kedaulatan rakyat semata.
Tetapi juga terwujudnya pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai keadilan sosial atau kesejahteraan rakyat yang menjadi bagian dari hak sosial ekonomi warga negara. Dari urayan di atas dapat disimpulkan bahwa lima sila Pancasila sesungguhnya memiliki sifat saling terkait dan tidak dapat berdiri sendiri. Jika salah satu sila dihilangkan, hilanglah makna kesatuan yang terkandung dalam Pancasila.
Dengan demikian, ketika kita hendak memahami dan mewujudkan Pancasila, Sejatinya kita tidak boleh menganggap bahwa satu sila dalam Pancasila lebih penting dari sila-sila yang lain karena kelimanya merupakan satu kesatuan yang bulat dan padu. Sebagai anak bangsa yang baik, kita mesti mengamalkan seluruh sila-sila tersebut dalam kehidupan sehari-hari.