Halo semua, pada kesempatan kali ini kita akan membahas proses ekspresi gen paling awal, yaitu transkripsi DNA. Proses ini adalah penyalinan DNA sebagai salinan asli menjadi bentuk RNA. Sebelum kita lanjutkan, perkenalkan terlebih dahulu saya Cecep, selamat datang di Ceherang. DNA merupakan molekul yang menyimpan informasi genetik dari suatu makhluk hidup. DNA menentukan identitas dari makhluk hidup, misalnya apakah makhluk hidup itu bakteri, tanaman atau manusia, serta berisi instruksi respon makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Misalnya, apakah makhluk hidup itu dapat berfotosintesis, menghindari zat berbahaya, atau melakukan perkembang biakan, semua instruksi tersebut informasinya berada di molekul DNA. Nah, bagaimana cara sel membaca dan mengeksekusi instruksi tersebut? Langkah awal dari cara tersebut adalah melalui transkripsi.
yakni seperti disebutkan sebelumnya, menyalin DNA ke dalam bentuk molekul RNA. Kenapa DNA harus disalin terlebih dahulu ke RNA? Terdapat beberapa penjelasan.
Pertama, bahwa saat sel membaca instruksi dari DNA, tidak berarti seluruh segmen DNA harus dibaca, hanya sebagian dari DNA saja yang disalin. Kita ketahui di dalam sel, DNA disusun mulai dari bentuk kromosom, kromatin, Dikemas demikian rupa sehingga informasi yang sangat banyak ini dapat muat di dalam sel. Jika terdapat sinyal tertentu dari luar dan sel harus berespon, maka sel hanya mengambil sebagian dari informasi di DNA untuk melakukan respon terhadap sinyal tersebut. Seperti ada buku mengenai resep masakan, apabila kita ingin membuat menu makanan tertentu, kita hanya cukup membaca bagian buku yang berisi resep cara membuat makanan tersebut.
Begitu juga dengan DNA di dalam sel, di mana terdapat bagian DNA tertentu yang berisi instruksi khusus untuk melakukan respon khusus. Bagian DNA yang berisi satu instruksi khusus dinamakan gen. Ketika gen diaktifasi, maka istilah khusus untuk ini adalah ekspresi gen. Nah, langkah awal ekspresi gen inilah di mana gen yang terdiri dari susunan DNA kemudian ditranskripsikan atau disalin. menjadi bentuk RNA. Jadi jelas, penyalinan ini sebagai bentuk efisiensi agar sel dapat memilih dengan tepat instruksi khusus yang dijalankan dari sekian banyak informasi yang terkandung di dalam DNA.
Kemudian kenapa harus disalin baru? Kenapa tidak dibaca langsung di tempat saja? Alasannya tadi untuk aktivasi. Terkadang dalam aktivasi diperlukan segmen informasi genetik yang harus dipakai secara cepat.
Jika kita melakukan penyalinan, maka kita dapat menyalin salinan tersebut dalam jumlah yang sangat banyak. Jika tidak dilakukan penyalinan, maka kita hanya punya satu salinan saja berupa DNA, sehingga kecepatan aktifasi tidak bisa ditambah. Begitu pula apabila kita akan menghentikan aktifasi atau ekspresi dari gen, sel cukup menghancurkan salinan RNA yang dibuat sebelumnya.
Ketika salinan ini semuanya hancur, maka gen yang sebelumnya aktif, menjadi tidak aktif. Selain itu, pada eukaryota, gen terdapat di inti sel. Agar dapat diekspresikan, diperlukan informasi genetik ini dibawa ke dalam sitoplasma.
Dengan melakukan replikasi, maka informasi genetik ini dapat dibawa keluar dari inti sel dan kemudian informasi yang dibawa akan dijalankan sesuai dengan tujuan dari gen tersebut. Nah, setelah jelas mengenai tujuan dari transkripsi tadi, Mari kita lanjut ke pembahasan aktor utama pada proses transkripsi DNA, yaitu RNA polimerase. RNA polimerase merupakan enzim yang tersusun atas beberapa subunit protein. Struktur utama RNA polimerase ini terdiri dari 2 subunit alpha, subunit beta, subunit bayangan dari beta atau beta aksen, dan subunit omega. Yang dimaksud bagian utama adalah bagian RNA polimerase.
yang bekerja dalam menyusun reaksi katalitik utama, yaitu pembentukan ikatan kovalen fosfodiester. Ikatan fosfodiester ini menghubungkan dua nukleotida, yaitu antara atom oksigen di posisi karbon ketiga dan gugus fosfat yang berada di posisi atom karbon kelima. Ada pun perbedaan antara RNA dengan DNA adalah terletak di cincin gula dari kedua molekul ini.
RNA memiliki struktur cincin gula berupa ribosa, sedangkan DNA memiliki cincin deoksi ribosa di bawah. dimana ribosa kehilangan satu atom oksigen di posisi karbon nomor 2, sehingga namanya berubah menjadi deoksiribosa, yang artinya ribosa yang kehilangan atom oksigen. Perbedaan lain adalah gugus basa, dimana pada DNA, gugus basa biasanya berupa guanin, adenin, timin, dan sitidin, sedangkan pada RNA, timin diganti dengan urasil. Sebenarnya, antara timin dan urasil walaupun tidak jauh berbeda bentuk molekulnya seperti yang tampak pada gambar di layar. Struktur utama dari RNA polimerase ini terjaga atau identik di antara berbagai kingdom makhluk hidup.
Di sini kita bisa menduga bahwa struktur utama ini sangat penting sehingga tidak mengizinkan terjadinya perubahan struktur akibat mutasi. Hampir bisa dikatakan bahwa mutasi pada bagian struktur utama ini bersifat letal atau mematikan. Kita lihat di sini, antara bakteri Archaea dan Eukaryota memiliki bangun struktur utama RNA polimerase yang identik.
Tampak pada gambar diwakili bagian berwarna biru. Strukturnya sama baik di Prokaryota, Archaea, maupun Eukaryota. Ada pun perbedaan yang muncul terjadi dikarenakan pada organisme yang lebih kompleks yakni Archaea dan Eukaryota mendapat penambahan subunit tambahan di mana Eukaryota memiliki struktur tambahan subunit yang paling banyak.
Dari perbandingan ini, kita dapat melihat bagaimana evolusi struktur RNA polimerase dari makhluk sederhana ke makhluk yang lebih kompleks. Seperti dijelaskan tadi bahwa reaksi yang dikatalisasi oleh RNA polimerase adalah dengan membentuk ikatan fosfodiester antara dua gugus nukleotida. Di sini pada kristalografi tampak bagaimana enzim menempatkan dua gugus nukleotida di situs katalitik enzim.
Dengan menempatkan reaktan sedemikian rupa dan dibantu oleh kofaktor berupa ion magnesium, maka reaksi pembentukan ikatan kovalen phosphodiester dapat dibentuk oleh RNA polimerase. Mari kita lanjutkan pembahasan kita ke tahapan proses transkripsi DNA. Secara umum tahapan transkripsi DNA terdiri dari 3. Pertama adalah tahap inisiasi, di mana proses ini terjadi saat RNA polimerase berikatan ke bagian promoter dari gen. Kejadian ini merupakan sinyal untuk DNA dibuka, sehingga enzim bisa membaca urutan basa dan membuat salinan basa DNA dari gen menjadi RNA.
Kedua adalah elongasi, yaitu proses pemajangan RNA hasil transkripsi. Satu persatu nukleotida ditambahkan dan RNA bertambah panjang. Pada tahap inisiasi, proses sintesis RNA akan berjalan lambat, namun setelah masuk fase elongasi, reaksi ini akan berlangsung lebih cepat. Ketiga, fase terminasi, yaitu yaitu penghentian proses transkripsi DNA.
Hal ini terjadi saat RNA polimerase menemui kode kodonstop yang menandakan tempat berakhirnya dari gen. Mari kita lebih detail membahas mengenai fase inisiasi. Untuk lebih mudahkan, kita mulai dari tahap sederhana yaitu inisiasi transkripsi DNA pada bakteri. Di tahap awal inisiasi, pada dasarnya, sel harus mengetahui letak dari gen yang harus ditranskripsikan dari serangkaian kode informasi di dalam DNA.
sel harus memilih bagian DNA yang tepat untuk ditranskripsikan. Ternyata terdapat sistem kode di dalam DNA yang menjadi petanda awal mula dari suatu gen. Kode ini terdapat di bagian DNA non-coding. DNA non-coding adalah bagian DNA yang tidak ditranskripsikan. Dahulu bagian non-coding ini dinamai sebagai DNA sampah atau junk DNA. Karena waktu itu, fungsi dari DNA non-coding ini belum diketahui.
Tentu saat ini kita tahu bahwa hal ini merupakan istilah yang salah. Bagian DNA non-coding ternyata memiliki banyak fungsi penting, terutama sebagai regulator ekspresi dari gen. Fungsi dari DNA non-coding ini tergambar dari proporsinya berbanding dari DNA yang dikodingkan. Sebagai gambaran, 20% dari total genom DNA prokaryota dari bakteri adalah DNA non-coding. Padahal genom manusia 98% berukuran. DNA non-coding.
Dampak regulasi dari DNA non-coding ini dapat terlihat pada individualisasi setiap manusia. Kita tahu bahwa setiap orang memiliki karakter yang khas. Hal ini diperankan oleh fungsi DNA non-coding. Misalnya mengatur perbedaan antara individu seperti warna rambut, tinggi badan, kontur kulit, bentuk wajah, dan sebagainya.
Banyak dari mekanisme khusus ini yang masih perlu diteliti dan dipelajari. Nah, seperti disinggung sebelumnya, pelanggan yang tersebut akan mencari Pada DNA non-coding ini terdapat petanda alamat atau letak dimulainya gen. Jadi ketika sel mencari tahu letak dari gen yang akan diaktivasi, maka sel akan mencarinya di bagian non-coding dari DNA yang letaknya tidak jauh dari gen tersebut berawal. Selain sebagai petanda letak gen, bagian non-coding yang paling dekat dengan suatu gen juga menandakan titik dimulainya transkripsi.
Ini adalah bagan yang mengembarkan hubungan posisi gen dengan area DNA non-coding di sekitarnya. Di sini perhatikan bagian strand DNA yang di atas yang merupakan coding strand, sedangkan yang di bawah adalah template strand. Kode yang menandakan titik awal suatu gen dinamakan promoter. Promoter letaknya di sisi sayap lima aksen dari gen. Promoter ini terbagi menjadi dua segmen, di mana posisi promoter terdekat dengan gen sekitar 10 basa nukleotida, Dinamakan Tata Box.
Dinamakan demikian karena di tempat tersebut terdapat pola nukleotida yang terdiri dari susunan nukleotida timin dan adenin yang berulang. Tata Box ini penting karena bagian ini yang akan dikenali oleh faktor transkripsi. Pada bakteri, faktor transkripsi ini dikenal dengan faktor sigma, sedangkan pada eukaryota dinamakan TBP atau Tata Binding Protein.
Ada pun pada bagian yang kedua merupakan sinyal lanjutan dari tata box yang digunakan oleh faktor transkripsi untuk menandai awal mula dari gen yang akan ditranskripsikan. Di sini akan diperlihatkan proses urutan inisiasi transkripsi DNA pada bakteri, dimulai dengan saat faktor transkripsi yaitu faktor sigma mengenai regiopromoter dari gen. Saat faktor sigma mengikat bagian promoter, maka faktor transkripsi ini akan membantu docking atau penempelan enzim utama dari proses transkripsi DNA yaitu RNA polimerase. Setelah docking, RNA polimerase kemudian akan menjalankan fungsi enzim helikase untuk membuka DNA. Jadi berbeda dari DNA polimerase, RNA polimerase dapat menjalankan proses helikase secara mandiri tanpa dibantu onzim helikase yang khusus.
Setelah terbuka, kemudian proses sintesis RNA dapat dimulai. Setelah itu akan masuk ke fase elongasi. Saat inisiasi, waktu beberapa rantai RNA baru dibuat, kecepatan reaksi yang dijalankan oleh RNA polimerase berjalan lambat.
Apabila tidak ada hambatan dan RNA yang baru terus memanjang, faktor sigma kemudian akan melepaskan diri. Setelah melepaskan diri, maka transkripsi masuk ke fase elongasi. Fase elongasi ini, reaksi pembentukan dan pemajangan RNA akan berjalan jauh lebih cepat.
Kemudian transkripsi DNA akan masuk ke fase terminasi. Fase ini dimulai ketika RNA polimerase membaca bagian ujung dari gen. Bagian ujung dari gen ini unik karena RNA yang dibentuk dari salinan ujung gen ini akan membentuk struktur hairpin seperti pada gambar. Struktur ini akan mengubah struktur RNA polimerase seakan-akan mempersiapkan proses transkripsi untuk berhenti.
Transkripsi DNA akan benar-benar berhenti ketika RNA polimerase sampai ke kodon stop yaitu antara UAA, UAG, atau UGA. Setelah sampai di kodon stop maka RNA polimerase maupun RNA yang dihasilkan akan dilepas. Baiklah, sekarang kita akan mencoba melihat bagaimana transkripsi DNA terjadi pada Eukaryota.
Sebetulnya tahapannya secara garis besar sama, namun ada perbedaan yang cukup mencolok. Kita mulai dengan melihat proses inisiasi transkripsi. DNA pada eukaryota untuk promoter pada eukaryota juga terdiri dari dua bagian dimana di bagian yang paling dekat dengan gen berupa tata box perbedaannya terletak di faktor transkripsi pada bakteri Dari atau prokaryota, faktor transkripsi ini, seperti telah dijelaskan sebelumnya, hanya berupa satu protein tunggal yaitu faktor sigma. Adapun pada eukaryota, terdapat paling sedikit 6 jenis protein yang dinamakan kelompok faktor transkripsi umum atau general transcription factors.
Pada tahap awal, faktor transkripsi umum yang masuk ke promoter dan berikatan dengan tata box adalah protein TF2D yang memiliki domain TBP. atau tata box binding protein di protein tersebut. Setelah protein ini berikatan dengan DNA, kemudian diikuti dengan rekrutmen protein lain, yaitu TF2B yang ikut mengikat DNA bersama-sama dengan TF2D.
Setelah itu secara bersamaan masuk RNA polimerase 2, protein TF2F, TF3E, dan TF2H. Di gambar ini kita lihat bahwa RNA polymerase II memiliki ekor atau ekstensi protein yang dinamakan CTD atau C-terminal domain. CTD ini pada manusia berupa 52 tandem repeat dari 7 sekuens asal.
amino yang memanjang dari struktur inti RNA polimerase II. Setelah kompleks besar ini tersusun, akan terjadi dua hal. Pertama adalah fosforilasi atau penambahan gugus fosfat pada CTD, dan yang kedua mulainya aktivitas helikase dari RNA polimerase II. Setelah itu, terjadi pelepasan sebagian dari faktor transkripsi umum, sehingga tersisa RNA polimerase II.
dan protein TF2D yang kemudian akan memulai aktivitas sitesis RNA. Kita lihat di sini bahwa faktor transkripsi di eukaryota terdiri dari banyak subunit protein. Lebih jauh lagi, pada eukaryota juga terdapat protein lain yang ikut mengatur inisiasi dari transkripsi DNA.
Protein ini berupa mediator yang dipengaruhi oleh protein aktivator dari transkripsi di mana protein aktivator ini mengikat terlebih dahulu bagian lain dari DNA. Jadi disini tampak bahwa ekspresi gen ini juga dipengaruhi oleh bagian DNA lain yang jauh letaknya dari gen tersebut. Selain itu, pada mediator juga menyediakan tempat menempelnya dari histone modifying enzyme dan chromatin remodeling kompleks.
Hal ini dikarenakan transkripsi juga harus berhadapan dengan kompleks chromatin dan protein histone yang bersama-sama berikatan dengan DNA di inti sel. Jadi jelas bahwa proses inisiasi transkripsi DNA pada eukaryota jauh lebih kompleks daripada inisiasi transkripsi pada bakteri atau prokaryota. Perbedaan selanjutnya adalah bahwa pada eukaryota, mRNA yang dihasilkan terpidahulu mengalami modifikasi atau pematangan. Kita lihat perbandingannya di layar pada prokaryota.
Setelah mRNA terbentuk, maka proses selanjutan berupa translasi atau sintesis protein dapat langsung terjadi. Tetapi pada eukaryota, sebelumnya mRNA mengalami proses modifikasi, yaitu berupa pemasangan keping di ujung 5, splicing dari intron, dan poliadenilisasi di ekor 3 dari mRNA. Selain itu, pada eukaryota, mRNA yang telah mengalami modifikasi tadi, juga harus ditranspor dari nukleus ke sitoplasma untuk diteruskan ke proses translasi menghasilkan protein.
Mari kita bahas bentuk modifikasi pertama, yaitu penambahan keping di ujung 5 dari mRNA. Nah, ini adalah bentuk umum mRNA dari eukaryota. Kita lihat di ujung 5 terdapat keping, yaitu berupa ditambahkannya gugus metil guanosin. Kita perbesar ujung 5 dari mRNA. Dan di sini, metil guanosin terlihat menempel pada gugus fosfat dari mRNA.
Nah, metil guanosin sendiri merupakan guanosin yang dimodifikasi dengan menambahkan gugus metil ke molekul guanosin tersebut. Apa tujuan penambahan keping ini? Salah satu peranannya adalah bahwa keping membedakan mRNA dengan RNA lain hasil dari RNA polimerase 1 dan 3. Dijelaskan secara singkat sebelumnya.
bahwa RNA polimerase pada eukaryota ada 3, yaitu RNA polimerase 1, 2, dan 3. Ketiganya memproduksi RNA, namun untuk mRNA yang akan ditranslasikan menjadi protein, seluruhnya diproduksi oleh RNA polimerase 2. Adapun RNA polimerase 1 dan 3 tidak ditranslasikan menjadi protein, akan tetapi diarahkan baik menjadi ribu protein, atau menjadi ribozim, misalnya RNA ribosome. Untuk lebih detil tentang ketiga RNA polimerase pada eukaryota ini, dapat disimak di link atau tautan artikel di pojok kanan atas dari layar. Kita lanjutkan ke modifikasi kedua yaitu splicing intron. Maksudnya adalah membuang bagian intron dari pre-mRNA.
Saya gunakan istilah pre-mRNA di sini untuk menunjukkan pada mRNA yang belum dimodifikasi. Intron adalah segmen gen yang tidak ditranslasikan. Kita lihat di bagian ini bahwa gen ada bagian yang tidak ditranslasikan, dinamakan exon, dan bagian yang dibuang atau splicing yaitu intron.
Ada pun banyaknya exon dan intron bervariasi dari satu gen ke gen lainnya. Di sini contohnya ada 2 gen, pada gen beta globulin pada manusia hanya ada 3 exon, sedangkan gen faktor koagulasi faktor 8 pada manusia terdapat sampai 25 exon. Nah, Bagaimana cara melakukan splicing?
Terdapat alat khusus berupa kompleks protein, yakni spliceosome yang dinamakan SNRNP atau Small Nuclear Ribonucleoprotein. SNRNP ini merupakan ribozim di mana situs katalitiknya berupa molekul SNRNA dan dilengkapi dengan SNRNP. dengan molekul protein penyerta sehingga membentuk kompleks ribonukleoprotein. Adapun mekanismenya adalah SNRMP akan mengenali kedua ujung intron, kemudian melakukan reaksi pemutusan, dan dilanjutkan penggabungan kedua ujung exon. Sedangkan intron akan dikeluarkan membentuk molekul glupa lariat atau RNA yang membentuk simpul seperti tali lasso dengan nukleotida adenin yang khusus berada di titik simpul dari lariat tersebut.
Bagaimana SNS? SNRNP mengenali kedua ujung intron ini. Seperti sebelumnya terdapat kode unik khusus di kedua ujung intron sebagai penanda, ditambah satu kode di tengah yang menandakan nukleotida adenin yang khusus yang menjadi tempat simpul dari lariat. Ketiga tempat ini akan dikenali oleh subunit dari spliceosome seperti pada gambar, yang kemudian diikuti perubahan bentuk yang memungkinkan ujung utama dari intron didekatkan ke nukleotida adenin yang khusus di tengah dari intron.
Setelah itu SNNRP akan memotong perbatasan intron dengan exon di ujung 5 Dan ujung tersebut ditransfer ke nukleotida adenin membentuk simpul Setelah itu ujung 3 dari intron yang berbatasan dengan exon juga akan diputus Dan SNNRP kemudian menggabungkan kedua ujung dari exon Sedangkan intron akan dilepas berupa lariat Kenapa ada intron pada eukaryota? Sebenarnya, laria tersebut difungsikan sebagai regulator gen. Selain itu, pada genom eukaryota, terdapat fenomena alternatif splicing yang bertujuan untuk efisiensi dari genom. Maksud alternatif splicing yaitu bahwa satu gen dapat melalui beberapa jenis pola splicing. Tampak pada gambar contoh adalah gen alfa-tropomyosin manusia yang memiliki beberapa pola alternatif splicing. Setiap alternatif splicing ini terjadi pada sel yang berbeda dan menghasilkan jenis protein yang berbeda.
Jadi satu gen dapat menghasilkan berbagai jenis protein. Nah ternyata ada kemungkinan adanya kesalahan atau error pada splicing RNA. Terdapat dua jenis kesalahan yaitu exon skipping, di mana satu exon ikut terpotong dan terbuang, dan yang kedua, cryptic site splice selection yaitu kesalahan tempat terjadinya memilih tempat splicing ada beberapa strategi sel mengurangi tingkat kesalahan ini dimana salah satunya adalah strategi definisi exon maksudnya sel akan segera mengenali exon karena terdapat bentuk khusus atau penanda khusus pada exon pertama adalah keseragaman bentuk exon jadi kebanyakan ukuran exon ini relatif lebih seragam dibandingkan dengan nitron seperti tampak pada data bahwa ukuran exon X1 relatif lebih seragam dibandingkan dengan intron. Misalnya terjadi kesalahan splicing, tentu akan menghasilkan X1 yang lebih pendek atau lebih panjang dari biasanya, sehingga sel akan mengenali mRNA yang defektif tersebut dan mRNA akan dihancurkan. Selanjutnya dengan memanfaatkan protein SR.
Jadi protein ini bertugas mengenali exon. Bagian intron tidak dikenali oleh protein SR. Dengan cara ini sel akan mengenali mRNA yang salah melakukan splicing. Namun, kesalahan ini ada yang terjadi akibat mutasi pandagen, sehingga ujung antara exon dan intron menjadi salah. Terdapat penyakit yang disebabkan kesalahan splicing, di mana salah satunya yang banyak adalah penyakit thalassemia.
Akibat dari proses ini, adalah mRNA dari cincin globulin rantai beta dari hemoglobin akan defektif. Akibatnya sel akan menghapus mRNA ini, dan pada akhirnya protein beta globulin menjadi sedikit atau tidak dihasilkan sama sekali, sehingga timbulah penyakit thalassemia. Kemudian kita lanjut ke modifikasi ketiga, yaitu poliadenilisasi di ujung tinggi dari mRNA eukaryota.
Proses ini menghasilkan struktur ekor mRNA berupa nukleotida adenin yang berulang sehingga dinamakan polyethyl. Prosesnya adalah ujung tinggi dari pre-mRNA akan dipotong. Ujung yang dipotong ini tidak sembarangan namun sudah ada ciri bagian yang harus dipotong. Ujung ini biasanya kaya akan susunan nukleotida guanin urasil atau urasil. Ujung ini dibuang dan didegradasi sedangkan di ujung tinggi dari pre-mRNA tanpa pemotongan akan ditambahkan ini secara berulang membentuk polyethyl dengan panjang sekitar 250 nukleotida.
Nah, tidak lupa bahwa proses modifikasi mRNA, struktur yang berperan penting adalah CTD atau C-Terminal Domain dari RNA polimerase II. CTD sempat disinggung di bagian inisiasi transkripsi dari eukaryota dan merupakan protursi atau bagian yang memanjang dari inti RNA polimerase II. Pada modifikasi mRNA, baik capping, splicing, maupun pembentukan polietil, CTD merupakan tempat menempelnya enzim yang mengerjakan proses ini.
Di gambar ini adalah bagian yang menjelaskan skema CTD pada proses capping dan splicing. Sedangkan pada bagian ini menjelaskan peran CTD pada poliadenilasi. Semua proses modifikasi serta peran jari CTD ini secara lebih detil dapat disimak di link artikel mengenai transkripsi DNA baik di layar kanan atas atau bagian deskripsi di bawah dari video ini. Baiklah, kita lanjutkan ke proses transfer mRNA yang terjadi di eukaryota. Jadi dikarenakan eukaryota memiliki inti sel, maka produk dari inti sel berupa mRNA harus ditranspor ke sitoplasma untuk diproses lebih lanjut.
Digambar ini tampak proses transport sedang berlangsung. mRNA yang sudah matang dan kualitasnya sudah dicek akan ditransport ke sitoplasma melalui NPC atau Nuclear Core Complex. Proses ini diperankan oleh berbagai jenis protein termasuk protein yang terlibat di modifikasi mRNA seperti HNNRP serta diperankan pula oleh bagian-bagian mRNA hasil modifikasi.
Jadi struktur yang dibentuk oleh sel ternyata memiliki banyak fungsi dalam hal transport. struktur protein ini berperan sebagai label untuk menyatakan bahwa mRNA telah matur dan siap ditranspor, serta sebagai sistem guiding yang membimbing mRNA ke NPC. mRNA kemudian akan dibentuk sedemikian rupa agar dapat ditranspor melewati NPC ke sitoplasma. Sebagian dari protein yang menempel ke mRNA akan ikut ditranspor, sedangkan sebagian lain tetap berada di inti sel atau dilepas dari mRNA.
Nah, setelah di listoplasma, mRNA juga akan dikemas ulang, diberi label, dan dibimbing agar mengarah ke pusat translasi atau sintesis protein, yakni kompleks ribosome. Untuk proses selanjutan dari transkripsi DNA, yaitu translasi dan sintesis protein, akan kita bahas di video yang terpisah. Nah, akhirnya sampai juga kita di akhir dari pembahasan mengenai transkripsi DNA, serta proses sintesis RNA pada sel.
Semoga memberi manfaat dan jalan. jangan lupa memberi dukungan ke channel Caharang ini dengan like, subscribe serta memberi komentar terima kasih atas atensinya, saya Jacep undur diri dan sampai jumpa kembali di kesempatan yang akan datang