Besok pengumuman kelulusan ya Ingih, Bu. Kata Bapak, kalau dalam SMP mau dibelikan sepatu. Yuk, mudah-mudahan ada rezekinya, yuk. Nilai kamu juga harus bagus.
Ingih, Bu. Mas, kalau Mas punya sepatu, aku boleh pinjam gak? Lele, tak kira udah tidur. Ya pastinya kalau gak ada, tapi boleh.
Mas, aku akan doakan mudah-mudahan di rapatnya Mas gak ada nilai merah. Walah, Lele, kalau kita rajin, ya nilai kita pasti bagus, toh. Tapi kalau kau yang enggak rajin, ya pasti nilainya jelek, toh.
Allah itu enggak akan menolong orang yang malas. Bu, nambang lagi, Bu. Kamu sudah di nulis sampai 1 Magetan? Lah ya Lan, Lan.
Kamu tuh loh, buat punya mimpi tuh gak usah tinggi-tinggi. Kak Kita ini loh, haruskan ke pesantren takeran. Iya toh? Iya. Ya udah apa-apa toh, punya cita-cita yang tinggi.
Eh Lan, aku lihat ijazahmu. Ayo, coba. Lah, pengen dulu aja kok.
Gak usah. Alis yang abang ya? Gak usah. Lan, apa itu dah?
Taklan? Taklan? Taklan? Iya, Toiki.
Bagaimana kamu mau melanjutkan sekolah dengan nilai seperti ini? Apa wahai tos yang gue kerjakan, Lan-Lan? Kamu ini, Din? Iki? Apa Iki?
Kok bisa ada tiga kamera dalam ijazahmu? Wisto pak, di ijazahnya kan juga ada nilai sembilan. Dan yang penting, dahalan lulus.
Anak ini terlalu banyak keluyuran. Sudah, jangan dibelok. Nggak bisa kamu terus-terusan seperti ini, Lan.
Mau jadi apa kamu? Le, nanti di SMP, kamu harus lebih rajin belajar, yuk. Iya, Bu. Kamu mau nerus ke kemana, Le? Mas, pengen ke SMP Magetan, Bu.
Katanya kalau nggak ke sana, nggak mau sekolah. Iya, Tumas? Kalau masih mau melanjutkan sekolah, pilihannya cuma satu, Sanawiyah Takeran.
Dari mulai buyutmu, kakekmu, bapakmu sama ibumu, sampai kedua mbakmu, semua dididik di pesantren ini. Bapak mahu kamu jadi murid yang membanggakan di pesantren ini. Yo, Yolan, gue lihat tulisan Singono di Gapura ini.
Gue ngerti apa arti ini. Kalau diartikan, ojo kepingin sugeh, dan ojo wedi melarat. Ngerti apa arti ini?
Jangan harap jadi orang kaya, dan jangan takut melarat. Kau pilih apa? Suci tanpa iman?
Atau melarat tanpa iman? Suci tanpa iman, pak. Loh, Lan.
Kau pilih loh, tulisan yang ada di sini. Nggak ada yang dalam pilih, pak. Dalam cuma mau kaya dan beriman.
Ya, biar bisa beli sepatu. Tak tunggu teman-teman lagi pak? Iya Enak!
Katamu gak mau sekolah kalau gak di SMP negeri Magetan Wah lalanan, kamu tuh loh Mbak Iyo punya mimpi tuh gak usah tinggi-tinggi Nanti kan gak enak jatuhnya, sakit-sakit tuh Mimpi itu memang harus tinggi. Tapi kan, tetep toh, mencoloknya ya di pesantren takeran, toh. Dimanapun sekolahnya, yang penting itu apa?
Apa? Niat belajarnya. Bener, Kelan. Itu kata ibu kuron.
Nono, rumus yang betul. Eh, yang gak kalah penting, di sini, bucai. Wahyu-wahyu, gitu.
Ya, Iko. Harus setuju, kakak. Kredit.
Mari hati di kaum awar pesantren tak keran Mari hati di kaum awar pesantren tak keran Nih, apa-apa dicengkekesan? Waduh, Lan. Kau ini dicemburuin, ya? Ya bukan gitu.
Nggak baik ngeliatin perempuan seperti itu. Nah, yuk, Lan. Jaga matamu.
Matamu kan cuma buat kau maria. Ini untuk bayar kuliah dan pondokannya Atun sama Sokwati. Yang ini buat bayar sekolahnya Dahlan sama Senudin. Ini untuk bayar sekolah...
Nggak cukup, Tobu, kalau kita mau belikan sepatu untuk Dahlan. Tapi kan kita udah janji sama Dahlan, kalau lulus SD kita akan belikan dia sepatu baru. Piyo Pak, apa kita jual satu kambing punya kita?
Loh, jatah kambing kita itu masih cilik-cilik, Bu. Lagi pulakan itu juga buat persiapan uang kuliahnya, Atun, sama Sofwati. Ibu coba bicara sama Pumantri. Toh Ibu bisa nyicil dengan upah Mba T. Jangan berhutang.
Nggak usah memasakkan diri. Bu, soal sepatu nggak usah dipikirkan. Dalan sudah senang bisa sekolah. Mau turnun, Pak?
Bu? Hai miterin rambang buka sekolah ya buka tiap yelen lagu papandor bonggol Pak sekolah dulu ya Pak jalan pamit mau ke sekolah ya hai hai Kemenangan yang sejati menang melawan diri Dengar-dengarkan kata hati tentang jati diri Kemenangan yang sejati menang melawan diri Selamat datang anak-anakku di Pondok Pesantren Sabil Mutahil Sekarang ini Pondok Pesantren Sabil Mutahil Luan Sewo pak, tembang lewat, mau ke sekolah? Oh, yaes.
Mata nuan apa? Tidak ada yang bodoh, tidak ada yang pintar. Yang ada adalah pejuang-pejuang untuk mampu merubah nasibnya menjadi seseorang yang lebih baik. Tapi semua itu tergantung dari apa yang kalian lakukan hari ini. Maka melangkalah.
Berilah sebanyak-banyaknya manfaat bagi kehidupan kita bersama. diri dengan hati diri eh, Tuan Mar mau tak gunceng? gak usah tolong ya Mar, Tuan ya iya dengarkan kata hati tentang hati diri Duduk duduk duduk duduk Monggo monggo silahkan duduk silahkan duduk Eh udah aku siapin dari tadi loh ini Baik sekali kue tir Eh bukan baik nanti biar kita Gak repot repot kenalan lagi Repot repot Udah bosan aku Eh ini kursi Duduk bangku Enak ya jadi pemain voli? Aku pengen jadi pemain voli aku.
Katanya kamu pengen jadi biduan. Kok sekarang berubah? Mencelah-mencelah ya? Iya.
Hei, aku jadi biduan kan biar digemari wanita. Kau doanya tuh jadi pemain voli juga digemari wanita. Loh, dir, ingat kata Giai Irshad, melakukan sesuatu harus penuh hati, jangan nembil-nembil.
Eh, awas bola! Eh, sini kamu. Saya, mas?
Iya, aku beri nih. Maaf, maaf, tadi saya spontan. Naya diapaan ore?
Maaf mas, mas Hei, kenapa kau ikut ketawa? Hormatin mas, ada orang ketawa ya, ikut ketawa Kamu rasa wedi? Aku cuma ngasih tau aja Akan ada seleksi tim bola volley baru Mau gabung ora? Seleksi mas? Iya iya mas, saya mau gabung Biar ya?
Yos Ya bes, nanti bubaran sekolah kita ketemu di lapangan Iya mas Mas mas mas mas mas Aku boleh ikut gak mas? Coba sih, kamu ketawa dulu. Kurang keras. Habis sabah, kita meneliti bahasa Arab Saya suka pelajar ilmi, sampai saya berhasil Ada yang tahu artinya? Anak ohibu tolabal ilmi hatta ohsina Artinya Aku cinta mencari ilmu Sampai pintar Dan menguasai pelajaran Le?
Le? Kenapa, Toh? Kenapa? Capek, Bu.
Ayo, Wes. Kalau capek, kamu minum dulu ya. Ada ubi juga, leh. Lumayan buat ganjel perutmu. Bapakmu lagi ke pasar.
Bawa sapu lidi. Moga-moga pulangnya bawa beras. Ayo, ayo, ayo. Ibu rendam kakimu sama air hangat dulu. Ayo, ayo, ayo.
Udah gitu, kamu istirahat. Tidur, ya. Ya. Tidak, Bu. Udah harus nyapit.
Kambing-kambing belum pada makan. Weh, sekali ini biar ibu aja yang nyapit. Ya. Tidak apa-apa, Bu. Udah masih kuat.
Mas, kenapa ya? Bapak, biar dua kambing air, Mas. Itu loh, buat lewat sepatunya, Mas. Itu kambing bukan punya kita semua, Din. Punya si Sarwo.
Punya kita cuma lima ekor, Wak. Ya, sepunya kita aja yang dijual. Bapak mikir buat ke depan.
Mbak Atun sama Mbak Sof butuh biaya kuliah. Belum lagi untuk Mas dan kamu. Ngerti, Din?
Ngerti, Mas. Darah manisku, kau menjadi pujanku selalu Bilang kau pergi, kau ingin denganku Darah manisku, kau selalu di impianku Darah manisku, kau selalu di impianku Darah manisku Darah manisku kau menjadi pujaanku selalu. Masuk.
Bila kau pergi, ku ingin denganmu. Bagus juga suaramu, Dir. Wah, bagus. Gak kayak Ustadz Jagan, kayak ngambing. Darah manisku.
Gitu yang menurut kamu ya? Iya, toh. Darah manisku.
Oh, apa sih? Enak juga. Nyanyi lagi, Dir. Gak bagus. Kamu bilang apa tadi?
Kambing? Belum pernah tuh dicabar kambing? Belum.
Nah sekarang rasain ini! Aduh, aduh, aduh, amon, amon, amon, amon! Masuk!
Masuk! Masuk, masuk, masuk! Masuk! Ini apa tuh?
Masuk! Apa kalian paham? Bahwa apa yang kalian lakukan sudah mengganggu kelas lain? Kalau tidak ada guru, ya tidak berusaha belajar sendiri. Ke masjid.
Atau wiritan. atau ngeresal Quran Disiplin itu lahir atas kemauan dan kesungguhan kalian sendiri. Lebukan dari peraturan atau guru atau orang tua.
Waduh, paham orang? Paham. Baik, saya sudah lihat sekilas keahlian kalian. Tapi, saya ingin tahu lebih jauh.
Jadi, silakan perkenalkan diri kalian dan apa kemampuan kalian masing-masing. Dimulai dari yang sebelah kanan. Iya, kamu, kamu.
Saya Fadli, Pak. Saya suka smash. Suka smash. Saya, Separto, saya suka smash hilang.
Suka smash hilang. Lha kamu? Saya deram, loncatan saya tinggi.
Jadi saya suka service sambil loncat. Jangan lupa turun kalau sudah loncat. Ya, kamu?
Saya Imron, Pak Ustadz. Saya jago sepak bola. Yang kita cari itu pemain volley, bukan sepak bola.
Sama-sama bola, Pak Ustadz. Saya penting. Saya akan lihat perlatih. Ya sudah, kamu? Saya Rizky, Pak Ustadz.
Saya mau belajar main volley. Wah, ini. Saya suka dengan orang yang mau belajar. Ya sudah, kamu boleh ikut.
Lanjut. Saya Zainal. Saya jago smash, service, nahan bola, juga loncatan saya tinggi. Pokoknya, aku pemain jalan lengkap.
Kita tidak butuh orang yang jago, tapi kita butuh orang yang mau kerjasama. Ingat, dalam tim tidak boleh ada orang yang merasa paling jago. Ya, kamu?
Saya Dahlan, Pak. Saya siap membela dan mengharumkan tim Voli ini. Bagus, bagus ini. Itu tekad yang mulia Lah kamu? Saya kadir pak, saya gak bisa main volley Lah terus nyapok weh nengkenek Saya pengen jadi penggembira Jadi penyemangat saja pak Shhh ya gak apa-apa Penggembira itu juga kan bagian dari tim Kamu langsung lolos seleksi Ya bener pak Ya bener Yah ha ha Hai ya sudah sekarang saya kepingin melihat kalian latihan lagi ayo latihan-latihan Jangan lupa like, share, dan subscribe channel ini.
Jam segini baru pulang. Anu, Pak. Anu, Anu. Lihat itu ibu kamu.
Sampai harus nyapit rumput untuk kambing sendirian. Ego kamu. Jalan minta maaf bu Sampai ibu yang nyapit rumput Jalan janji gak akan mengulangi lagi Wess gak usah dipikir Nyawa ibu pun Akan ibu kasih Buat kamu leh Cuma, ibu pesen.
Kamu harus nurut sama bapakmu. Bapakmu itu emang keras. Tapi itu semua buat kebaikan kamu. Iya, ibu. Udah lah janji.
Ayo, Le. Makan dulu. Udah lama, toh. Udah makan ikan asin sama sambal. Kamu cuci tangan dulu.
Ayo, mas. Mabung masih hangat. Hari ini kita akan memilih tim inti bola volley.
Bagi yang tidak terpilih, tidak usah merasa kecewa atau putus asa. Mungkin kalian punya bakat yang lain. Nah, kita akan mengumumkan tiga pemain inti. dan tiga pemain cadangan. Ayo Adam, diumumkan.
Iya Pak Ustadz. Pemain inti yang pertama adalah Dirham. Pemain inti yang kedua adalah Suparto.
Bau. Dan pemain inti yang terakhir adalah... Dalam! Nah, nah, nah.
Harap nanti, harap nanti gue. Kamu tuh terpilih menjadi pemain cadangan. Nggak Pak Ustadz. Aku nggak mau ikut.
Kamu tuh bisa menjadi pemain inti. Asal kamu nggak merasa lebih hebat. Ya wes, kalau kamu tidak mau, kita tidak meksa. Ya, lanjut, umumkan lagi. Pemain cadangan?
Ya, pemain cadangan. Tidak dijawabkan, buah, naik lambat, bosok, lalu kerja. Lihat dia lah, kerja sih benar.
Makan, dikaih, makan. banyak-banyak Oh kiki lo jeruk untuk kamu biar enggak haus kiki wes rokok-pok soalnya mario gimana ya ya Maria pura-pura ndak lihat hai hai Dia itu kan suka sama kamu, Lan. Aku berteman sejak kecil. Tidak mungkin suka-sukaan.
Terus, kamu sukanya sama Sopo. Dek, dek. Eh, ngopo. Masuk. Oke, Pak.
Oke. Lan, aku masuk dulu ya. Yuk.
Papa, eh, eh, eh, eh, eh Ibu Iya Ibu, Dalan kan sudah bilang Ibu nggak usah nyapit rumput Biar Dalan saja Kamu pasti Capek Karena habis belajar Nggak apa-apa, Ibu kuat, nak Ndak bu jangan bu, Dalan mohon. Nanti habis sholat subuh, Dalan akan nyapit lagi. Ndak apa-apa leh, gimana sekolah kamu leh?
Oh iya bu, Dalan terpilih jadi tim voli bu. Tapi, ndak mengganggu belajarmu kan? Ya boh tento bu. Dalam janji, belajar akan di nomor satukan.
Bagus. Oh iya, Bu. Udin kemana, yuk?
Udin, tadi maksa ikut Bapak ke Madiun. Nengokin Mbak Atun sama Mbak Sofati. Sekalian kirim uang. Ayo, Masuk. Kamu makan, ada ubi rebus, ya?
Yuk. Pemain volley pasti butuh sepatu ya, Le? Nanti ibu batik terus, biar bisa belikan kamu sepatu. Pinggi.
Le? Tolong ambilkan ibu minum, Le. Hai buk dan lo ke pengantri bu cari obat jangan deh hujan Tapi kalau emak sakit, jangan ngerepotin orang. Gak apa-apa, Bu.
Pak, Pak, tolong ibu saya, Pak. Ini proses sesak, Pak. Tolong, Pak.
Tolong dia, Pak. Tolong. Terang, terang, terang, ya.
Nunggu, Pak Mantri. Angga. Bagaimana keadaan ibu, Pak? Gak apa-apa, ibu baik-baik saja Ini ada obat buat ibumu Kau berikan tiga kali sehari, ya? Patunan, Pak Nah, besok Kalau belum ada perubahan Panggil bapakmu Bawa ibumu ke rumah sakit di Madiun Sepatu warna opo dong Sudahlah bu Tidak usah mikir sepatu Dalam juga tidak mikir sepatu lagi Kita tidur dulu Besok Ibu mau ngebut batik, leh.
Biar ibu bisa ngumpulin uang buat kamu. Ibu janji, aku akan membelikan kamu sepatu, leh. Lebih baik istirahat saja. Ibu kan lagi sakit. Jangan kerja keras dulu, bu.
Aku mau beliin kamu sepatu supaya kamu bisa jalan lebih cepat Akhirnya lebih bisa main poli Bagus, Le Le ini titur semua ibu gue eh ya Hai hati-hati O, utama O, uraki O, uraki O, uraki Suami omtu Suami omtu Di Di Isi jahat, punamu aku Aih, pulang dari Ibu! Ibu! Wow!
Wow! Kamu gak usah khawatir, orang usah sumelang. Ibumu sudah diantar bapakmu ke rumah sakit. Minum dulu, Lan.
Ayo, minum. Mas, ibu dibawa, Mas. Hai Din Din makan dulu yuk makan Tadi sore makan ubi, sekarang makan ubi lagi. Kapan makan nasinya, Mas? Yowes, disyukuri saja.
Ini ubi Mas Jari susah payah dari sisa panen. Bapak akan bercerita tentang seorang sahabat Rasulullah SAW yaitu Bilal bin Rabah. Bilal adalah seorang budak berkulit hitam yang dilahirkan di Hapsyah atau sekarang yang kita kenal dengan Ethiopia. Ia dilahirkan dari keluarga budak milik bangsa Qurais yang kejam sekali, yaitu keluarga Bani Abdudari. Namun para sandri, ketika cahaya Islam mulai menerangi Mekah, kalian tahu?
Bilal adalah salah seorang yang pertama sekali memeluk agama Islam. Subhanallah. Penganiayaan demi penganiayaan pun dialami Bilal.
Lebih dari segalanya. Penyiksaan demi penyiksaan dialami. Bilal dicambuk, disayang.
Lalu salah seorang bangsa Qurais yang kejam itu menindih dada Bilal dengan batu yang sangat panas. Mereka meminta Bilal untuk memaki-maki Rasulullah SAW, tapi Bilal tetap tegar. Dia cuma menyebutkan, Ahad, Ahad.
Bangsa Qurais terus menyiksa Bilal. Lalu bilang, lehernya diikat oleh tali yang sangat kasar sekali. Lalu memberikannya ke anak-anak dan menyeretnya di sepanjang jalan seperti... Tapi lagi-lagi Bilal cuma berseru Ahad! Ahad!
Sampai kemudian datanglah Abu Bakar Asyidik Yang membebaskan Bilal sebagai budak Bilal pun selamat Begitulah Bilal Walau dalam kesulitan Ia tidak goyah sedikitpun Semangat pantang menyerah, itulah yang harus kalian tanamkan dalam hidup. Mulai saat itu, Bilal pun menjadi pengikut Rasulullah SAW. Mas, papar mas.
Papar mas. Mas lagi usaha cari makanan. Tahan dulu ya. Aku udah gak kuat lagi mas. Tahan ya, Din.
Ketika Rasulullah SAW selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah. Ia meminta Bilal, seorang budak berkulit hitam, untuk mengumandangkan azan pertama sekali dalam sejarah Islam. Subhanallah.
Mulai saat itu, Bilal menjadi muazzin dimanapun. Sampai satu ketika, wafatlah Nabi Besar Muhammad SAW dan di depan jasadnya. Bilal teringat perjuangan Rasulullah dalam menanamkan hidup bermertabat. dengan ahlak mulia dan menjadikan manusia bermanfaat untuk sekalian alam. Bilal pun menangis.
Dan pada saat kalimat, Ashadu anna Muhammad Rasulullah Bila terhenti, kaum muslimin yang berada di situ pun tak sanggup menahan air matanya. Maka meledaklah suara tangis yang membuat suasana menjadi haru biru. Mulai saat itu, Para santri, Gilal tidak sanggup lagi melakukan aset. Di saat kalimat, Ashadu anna Muhammadur Rasulullah. Ia pasti terhenti, menangis, tersuduh-seduh.
Lalu ia pun datang kepada Abu Bakar yang menggantikan posisi Rasulullah SAW Ia meminta agar ia tidak lagi melakukan azab Kenapa Din? Aku ingat ibu mas Sudah Gak usah nangis Din Ibu sedang diobati Sudah sudah Rosen lapar mas Perih Din Nggak ada yang bisa dimasak, nggak ada yang bisa dibeli. Bapak mungkin panik nggak ninggalin uang. Atau uangnya habis untuk bayar kuliah Mbak Sof sama Mbak Atun. Kita minta kata tangga aja, Mas.
Din, ingat kata Bapak. Biar kita miskin, kita harus bermartabat. Angkat tanganmu.
Ngapain mas? Ini diikat. Untuk nahan lapar.
Kenapa perutnya yang diikat mas? Ya untuk nahan lapar. Supaya perutmu gak melilih. Ya di sini makanan mas.
Bukannya yang diikat. Mas sering lakukan ini kalau lagi lapar dan mau jarap. Kamu tunggu sini. Jangan kemana-mana.
Mas Maosa dulu. Kita setoran kurang lagi, dek mben di tage nggak ada, dek ini dek ada, dek meng nggak ada. Itu naik setoran itu sih bener. Ikut ngurusin apa?
Orang kok segitu banyak? Tuh loh ada pisang jauh-jauh, ngap aja. Eh dilihat kalau busuk jangan diterima Ruki Nih Nyun, Sewu, kalau ada, apa saya bisa bekerja di sini, Pak? Nggak ada, nggak ada.
Eh, eh, kokek, kokek. Eh, eh, eh, sini, sini, sini. Kamu yang kemarin, Samandu Maryati, ya? Ini, Pak, saya Dahlan, kawan Maryati. Kuyo, kuyo!
Wah, geng, geng! Awas ya! Jangan dekat lagi dengan Mariati!
Sana! Pergi, pergi! Ngapain?
Jelok apa? Jelok apa? He?
Jelok apa? Kerja! Oh, ngap, oh, oh! Kerja rugi, lo ngerti? Lek, bayarin senso Nage, belum ada uang Rugi, diteliti Sen baik, kalau Kerja nggak ada yang bener Gaji minta naik, goblok abek Hayo Apa ya mas?
Ibu mungkin Pak Mandor, ada apa? Orang popok, oleh. Orang popok.
Nah, ini ada makanan buat kalian berdua. Ayo ambil. Ambil. Makan dulu, Pak.
Ya, udah-udah. Talang, jaga adikmu baik-baik, ya. Ini, Pak Mandor.
Yaudah, Pak Mandor pulang dulu, ya. Masih mas Doaku panjur loh mas Eh Berdoa dulu sebelum makan Ayo berdoa yang bener Ya Allah Kirimkan aku sepatu ya Allah Amin Malah minta lagi Makasih Tuhan Sudah dikasih segini Jangan minta lagi Oh iya Lihatku mas Ya Allah Makasih makanannya Ya Allah Besok jangan lupa Batu Eh Oh, cuci tangan dulu. Kan? Cuci tangan dulu. Ayo!
Kamu itu sudah dipilih jadi pemain inti. Jadi harus sungguh-sungguh. Pak Ustadz, saya kan sungguh-sungguh Saya kasih waktu sampai minggu depan Kalau kamu masih seperti ini, tak ganti kamu Yowes, ayo mulai lagi Bangat! Loh, lantai, lantai, lantai! Kan Neto, saya sudah bilang berkali-kali Kalau mau latihan itu, perut jangan kosong Yowis, yang penting kamu sudah siuman Oke, apa sudah enakan?
Ya sudah, sekarang kamu makan dulu Makan. Apa boleh saya bawa pulang, Pak Ustadz? Soalnya adik saya sendiri di rumah.
Buat adikmu ada. Yang penting kamu makan dulu. Makan.
Kom! Bak! Aku ganjeng orang apa ketek!
Hehehe, kecantalan Hehehe Mau turun ya Mar? Ya, ada pada Iki, eh Juali Iki, nasi mu Jual Mar, aku pulang dulu ya Cepat sembuh Din, Din! Heeh, jangan berisik.
Din lagi tidur. Mbak Sof, kapan datang dari Madiun? Sejam yang lalu.
Kau ingin diwet, toh? Din lagi sakit, tuh. Dia kelaparan. Kamu pulang sekolah, bukannya langsung pulang.
Malah geloyuran. Iya, maaf mbak. Yowes, yowes. Kamu makan aja sana.
Wajah kamu pucat. Nanti semaput kamu. Sudah semaputnya di sekolah. Nih, ada makanan untuk Din.
Din sudah makan. Perut Zain masih kuat kok mbak Din, kok orang kenyang-kenyangnya Mbak, ini pembelinya sudah ada Lo betarumin geng, mau go? Oke, matahun pak Lama, mbak Zain beli sepatu Duh, saya mikir sepatu, Din.
Yang penting ibu sembuh. Eh, ini yang lain pada kemana ini? Masih di pusola, Mas.
Bagian masih, mesrakan tugas. Waduh, pertandingan sudah semakin dekat, loh. Mas. Apa?
Saya boleh izin pulang. Lan, pertandingan sudah semakin dekat. Dan kamu belum ada kemajuan sama sekali.
Kue ini jadi minat orangnya jadi pemain volley. Minat mas. Tapi ibu saya lagi sakit. Adik saya sendiri. Saya gak bisa ninggalin adik lama-lama.
Iya aku ngerti Lan. Tapi kalau kayak gini terus, kamu bisa ganggu persiapan kita loh. Sekarang gini aja wis.
Kamu boleh pikir lagi. Kamu mau lanjut, apa mundur, terserah. Kalau disuruh milih, Saya pilih mundur dari tim Folly. Buat saya keluarga nomor satu, Mas. Mas, ibu kok gak pulang, Mas?
Tunggu, Dik. Pasti ibu pulang. Sabar, ya. Namanya, ibu sakit apa mas?
Kamu berdoa saja, supaya ibu sembuh. Sekarang kamu tidurnya. Wah, apa itu mas? Mas, ibu Aku akan berjalan dulu ya Ayo berjalan Tio, Tio Teguh, Teguh Teguh Tidur Terima kasih telah menonton Kita harus belajar kehilangan.
Jangan menangis Jadi laki-laki harus kuat Gak gampang menangis Terima kasih telah menonton Hesju menengah adikku Kae bulane teteri Kaya buta ngakilane Lagi kore itah nangis, Wester menengok adikku. Kau bulan ini terdiri, kau yang butuh kegilaan. Lagi kau lecah nangis.
Ayo, naik sepeda. Nggak, Mar. Aku nggak bisa. Aku ajarin. Ayo.
Mudah kok. Aku aja yang perempuan bisa. Ya, masa kamu yang laki-laki nggak bisa?
Takut jatuh, Mar. Uh, belum naik, udah takut jatuh. Penakut. Jatuh sini gak takut, rusaknya itu loh Mar, aku ganti dari mana.
Ya aku wiat ini takut juga. Ayo tolan, kalau kamu yakin pasti so. Ayo lan, ayo lan, ayo.
Dah, gak usah malu. Ayo lan. Ayo, ingat ya, genjotan pertama harus kuncil.
Siap ya Lan? 1, 2, 3 Ayo Lan! Kamu bersisa!
Aduh! Ulan! Ulan!
Monggo! Lan! Turunkan!
Tuh kek! Monggo pak! Untung apa pak?
Sampen bisa didek anak sampen gak? Saget pak Saget, saget Sekolah dipesan tren Kelakuan Celintisan, berandal Bunga pak melepet berian Gak perlu Koke, koke, koke Tuh, tuh, tuh Sini kamu Lan! Wih, wih, eh, eh! Keluar, keluar!
Kamu sini! Lan! Dah, Lan!
Pelunga, pelungo! Bapak bisa menjelaskan, salah nipunan aku lo apa? Sampai ngerti nggak? Di desa ini, yang punya sepeda, bagus kan hanya aku!
Terus satu-satunya! Nah sekarang dirusak ke anakmu, Gede. Lan.
Tapi pak. Diam! Ini urusan orang tua.
Betul dah Lan, kamu bener bawa sepeda ini. Maaf pak, saya enggak sengaja. Tidak sengaja, kalau sengaja itu namanya kurang ajar.
Ayo. Ince pak, kalau tanggung jawab, ribun pak. Tanggung jawab, tanggung jawab.
Bagaimana penyelesaiannya? Kados pundi, kalau sagat gantos, yang jendelaan sepeda ini. Kerserah! Kados pundi, kados pundi. Itu udah sampai antar.
Ince pak. Pak, saya minta maaf. Saya siap dihukum apa saja. Tidak usah merasa bersalah sama Bapak.
Kami itu toh punya kamu. Jatah sekolahmu. Perbuatanmu ya tanggung jawabmu Tapi pasti ibu sedih kalau tahu perbuatanmu Ya?
Yowes, jangan disesali Yang penting gimana caranya supaya kamu bisa mendapatkannya lagi Itu yang harus dipikirkan Ya? Ya? Akhirnya kita punya sepeda juga ya mas. Selain fisik dan mental, kelengkapan juga harus kita persiapkan untuk menghadapi pertandingan.
Dakhlan, kamu belum juga pakai sepatu. Memangnya harus Ustadz? Ya, kadang dalam pertandingan itu ada yang mewajibkan pesertanya untuk pakai sepatu. Tapi ada juga yang tidak.
Tuan. Lagi kok sakit Jo? Biasa cuma lecet Terus sepatu orang?
Maksudnya apa tuh? Tapi ini rahasia kita berdua loh Jo Kau ingin sepatu? Aku ingin bermain di tim inti.
Aku tidak memberi kau sepatu, tapi aku ingin menariknya. Waktu pertandingan, kau perlu sakit atau apa saja, saya harapkanmu, yang penting, aku bisa menggantikanmu bermain di tim inti. Bagaimana? Buatku, kemenangan tim volley lebih penting dari sepatu, Nal.
Hah? Soal cuci kamu? Apa yang kau lakukan?
Pelan, besok Bapak ke Mediun. Ada kerjaan, mungkin 3 atau 4 hari bermalam. Sekalian ketemu Atun sama Sofwati.
Jaga adikmu ya. Inggih, Pak. Kita harus fokus. Sudah 10 tahun pesantren kita dikalahkan oleh SMP 1 Magetan.
Lah kali ini kita harus beraih kemenangan itu. Setuju? Setuju! Ingat moto kita. Ilmu, amal, takwa.
Ilmu, amal, takwa. Lah begitu. Maaf, Ustadz.
Tadi adik saya badannya agak panas. Jadi saya buat makanan dan menyiapkan obat. Itu bukan alasan.
Kamu kan bisa melakukan itu lebih pagi. Sekarang kamu dihukum. Tak boleh ikut pertanding kali ini.
Ustadz, Pak saya mohon Pak. Saya mau bertanding, Pak. Saya ingin membela tim volley ini. Tidak bisa! Coba, kamu lihat ke belakang sana.
Ambil. Ambilan. Sekarang buka.
Hei! Sepatu ini hadiah dari teman-teman dan guru di sini. Mereka patungan. Walaupun hanya mampu membelikan sepatu bekas. Dan usulan dan sumbangan terbesar dari Mariyati.
Ini juga berkat kemaria kok Pak Ustadz Iya dari kita semua Ayo pake Pake Pake Pake Pake Dah lan selamat menikmati Kau itu ngapain? Dapat sepatu kau malah nangis. Saya memang menginginkan sepatu, Pak Ustaz.
Tapi bukan begini caranya. Saya sudah menyusahkan banyak orang. Sekarang saya malu.
Tuhan saya mengajarkan untuk lebih baik memberi daripada menerima. Ya, Bapakmu itu benar. Lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah. Tapi beginilah, ya. Sekarang...
Kita balik posisi ini. Kamu memberi seseorang, tapi orang itu tidak menerimanya dengan baik. Kamu kecewa, toh? Lan.
Kamu harus menghargai teman-temanmu yang begitu ikhlas. Lagi bukan bentuk kasihan, tapi bukti cinta kasih teman-temanmu kepadamu. Dan dinggul.
Jadilah orang yang bisa menghargai cinta kasih dan selalu bersyukur. Ya, Chris. Apus air matanya. selamat menikmati Din, Yeay!
Din, Din, kok enggak iso gini terus? Kau enggak tahu tuh, Mas banyak tugas sekolah. Ada pertandingan volley. Belum lagi Masa, terus nyabit. Lagi?
Aku lagi nyabut, Mas. Iya, iya Din, iya, iya, Mas tahu. Tapi kau enggak bilang sama Mas.
Kalau udah apa-apa, emas lah yang disalahkan sama bapak. Yuk, mas, mulai-mulai. Mas, aku bukan anak kecil lagi.
Aku segede. Aku pengen... Mas Gine, sekarang David jadi tugas aku. Jadi, mas nggak usah bingung lagi untuk tugas sekolah dan pertandingan volley. Aku pengen jadi laki-laki kuat, mas.
Kalo bapak. Aku ingin ibu di surga bangga sama aku, seperti bangga sama mas. Sebentar lagi, sepatu ini muat kok mas. Longgar dikit. Buat Din ya mas.
Kan kalau mas pake kesempitan. Din, ini sepatu pemberian. Mas gak mungkin kasih ke siapa-siapa lagi Itu sama saja gak menghargai Orang yang memberikan sepatu ini Yowes Kalau ada pergantinya Nanti mas kasih ke kamu ya Ya Allah Dirimkan aku sepatu ya Allah Amin Kamu harus menghargai teman-temanmu yang begitu ikhlas.
Bung So... Besok pengumuman kelulusan yuk. Ingih bu.
Kata bapak, kalau dalam SMP mau dibelikan sepatu. Yuk, mudah-mudahan ada rezekinya yuk. Nilai kamu juga harus bagus.
Ingih bu. Mas, kalau Mas punya sepatu, aku boleh pinjam gak? Lele, tak kira udah tidur. Pastinya kalau gak ada, tapi boleh.
Mas, aku akan doakan mudah-mudahan di rapatnya Mas gak ada nilai merah. Walah, Lele, kalau kita rajin, ya nilai kita pasti bagus, toh. Tapi kalau kau enggak rajin, ya pasti nilainya jelek, toh.
Allah itu enggak akan menolong orang yang malas. Bu, nambang lagi, Bu. Tak ada pisau urep mulia Lan, kamu sudah menulis sampai 1 Magetan?
Lah, ya Lan. Kamu itu loh, punya mimpi itu tidak usah tinggi-tinggi. Kita ini loh, haruskan ke pesantren takeran. Iya, toh? Iya.
Ya, tidak apa-apa, punya cita-cita yang tinggi. Eh, Lan. Aku lihat ijazahmu.
Oke, oke. Wah, mengendalikan kok. Tidak usah. Aleskan abangnya, loh. Tidak usah.
Lan. Tahu tidak? Tahu tidak?
Tahu tidak? Tahu tidak? Tidak tahu. Bagaimana kamu mau melanjutkan sekolah dengan nilai seperti ini?
Apa wajahnya saya kerjakan lalu-lalu? Kamu ini... Din? Iki?
Apa ini? Kok bisa ada 3 angka merah dalam ijazahmu? Wisto pak Di ijazahnya kan juga ada nilai 9 Dan yang penting dahlan lulus Anak ini terlalu banyak keluyuran Sudah Coba tuh Kamu rela mengorbankan diri kamu Demi orang lain Kak bilang, jangan sampai perbuatanmu ini mengorbankan tim kamu sendiri.
Coba kamu pikirkan. Kalau sampai kalian kalah. Saya tidak ingin melatih kalian lagi. Saya ingin pensiun. Saya ingin menyepi saja.
Sabar. Yang penting, anak-anak tetap semangat ya. Lho.
Semangat ya. Lho. Lho. Dahlan, perut kamu sudah tidak sakit. Pak Ustadz, saya tidak bisa luluskan pertandingan.
Kaki saya masih sakit, Pak Ustadz. Biar jangan saja menghentikan posisi saya. Gimana, Lan? Lebih semangat? Kembali ke lapangan.
Ayo, ayo, ayo. Loh, Lan. Sepatumu, saya lagi nyaman kalau nggak pakai sepatu, Ustadz.
Gimana, toh? Ya dipakai, ya seragam. Ayo.
Jangan lupa like, share, dan subscribe channel ini. KAMU MENINGGAL Oleh pesantren tatran dengan 15-13 Jalan, jalan Selamat ya oleh Sepurani bapak tidak bisa lihat pertandingan kamu tadi Ini Bapak bawa kemini untuk kamu. Din, tolong pegang sebentar. Ibu janji, Ibu akan membelikan kamu sepatu, ya, Le.
Pak, maturnuan pak. Bapak telah memberikan dalam sepatu. Teman-teman juga memberikan dalam hadiah.
Tapi kecil. Wah berarti ini buat aku mas. Maturnuan mas. Iya Din. Akhirnya, aku dan Din mempunyai sepatu yang sangat kami impikan.
Tapi ini bukan mimpi terakhir kami. Masih banyak mimpi-mimpi kami yang akan kami rai. Dan bukan sepatu ini yang kami andalkan untuk melangkah.
Tapi niat dan tekad kami. yang bisa membawa langkahku ke arah yang lebih baik. Siapa? Jangan merasa ada ibu, pak.
Ibumu selalu ada bersama kita. Makani, Din, Lan, kalian harus belajar jadi anak yang rajin, soleh dan beriman, supaya ibumu bahagia diatas anak. Enggeh, sukihanan ing iman, Pak.
Yo, sukihanan ing iman.