Kalau ngaji agama Islam hanya setelah sholat, zakat, puasa, nggak perlu beragama. Paham maksud saya? Karena begini, saya khawatir, jamaah itu kalau kajian nggak begini, apa itu nggak penting?
Yang penting itu sholat yang betul, bagaimana mengangkat tangan. Hanya sekedar itu. Kalau itu sudah selesai, ulama kita sudah bahas itu.
Yang begini ini gak pernah dipahami. Ini saya bukan marah ya. Tapi agama itu begitu kompleks.
Hal seperti ini harus dibicarakan. Kalau yang dibicarakan cuma bagaimana cara mengangkat tangan yang betul sesuai dengan sunnah. Itu sudah selesai dibahas. Gak perlu diributkan lagi. Dan gak perlu saling bengkerengan.
Yang begini ini gak pernah dibahas. Ini bukan doktrin ya. Saya gak mau jamaah itu doktrin.
Saya gak mau. Mau saya cerdas paham dokumen. Levanai Adonai Hanya semata-mata untuk Tuhan Kemudian Kolha'am berusselayim Untuk semua ummak Am Untuk semua ummak Berusselayim Yang tinggal di Yerusalem Kenapa ini penting? Agama itu jangan dipahami Pokoknya apa perintah Tuhan Perintah Allah Sholat, zakat, puasa Bukan berhenti disitu Ashabu an la ilaha illallah wahdahu la sharika la wa ashadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh la nabiyyaba'ada Allahumma salli wa sallim wa barik ala habibina wa nabiyyina wa maulana Muhammad wa ala alihi wa sahabihi wa salamu tasliman kathira Qala Allahu Tabaraka wa Ta'ala fil Qur'anil Aziz A'udzubillahiminasyaitanirrajim Bismillahirrahmanirrahim Syahrul Ramadhanal ladhi unzilafihil Qur'an Hudan lil nasi wabayinatin minal huda wal qur'an Al-ayah sodakallahu'l-azim Saudara-saudara, Bapak Ibu sekalian Marilah kita pada Ba'da Subuh ini mengaturkan pujian dan syukur kita kehadirat Allah SWT sehingga pada kesempatan ini kita masih bisa toladul a'ilam dalam rangka untuk mencari rida Allah.
Mudah-mudahan kehadiran kita semua mendapat rahmah dari Allah SWT. Sesuai dengan tema yang diumumkan kepada Bapak Ibu sekalian, saya diperintahkan dalam tanda kutip untuk membahas mengenai puasa dalam konteks lintas tradisi, lintas agama, dan bagaimana Quran berbicara secara utuh mengenai persoalan ini. Karena ini penting. Bahwa cara kita beragama bukan sekedar doktrin.
Sekali lagi, cara kita beragama bukan sekedar doktrin. Tetapi kita harus mengedepankan bukti-bukti. Dengan bahasa sederhana, iman harus dibanggarengi dengan nalar. Jadi bukan sekedar iman, tapi nalar.
Itulah sebabnya di dalam Quran selalu Allah memuanti-muanti kepada kita afala ta'kulun itu berarti Allah ingin menyentuh nalar kita karena kita ini mahluk yang diberikan beban untuk memandu semesta ini karena kita sebagai khalifatullah. Sudara-sudara, kita langsung saja karena waktu sangat mendesak. Ini saya kira merupakan slide yang agak asing.
Kenapa asing? Karena tulisannya saja kita enggak dong. Betul tidak? Tidak tahu. Tapi dari sini kita akan paham bahwa betul apa yang dikatakan Tuhan.
Bahwa para nabi itu, semua nabi diutus di muka bumi ini bukan menggunakan satu bahasa. Semua nabi yang diutus di muka bumi ini menurut Tuhan, bilisani kaumnya dengan bahasa kaumnya. Maka kita mengenal minimal ada Nabi Musa, ada Nabi Islam, ada Nabi Dawud, ada Nabi Muhammad SAW, ada kitab suci Torah, ada kitab suci Zabur, ada kitab suci Injil, ada kitab suci Al-Quran.
Sebagai seorang mu'min yang baik, dan sebagai seorang mu'min yang terus mau belajar, kita akan mendapatkan informasi melalui Tuhan, bahwa nabi-nabi itu diutus, bilisani kaumi, dengan bahasa kaumnya. Itulah sebabnya, slide ini agak asing. Karena ini salah satu contoh, bagaimana tulisan yang dipakai, bahasa yang, yang dipakai oleh nabi-nabi sebelumnya sampai hari ini masih dapat kita saksikan Ini salah satu contoh konkret. Tentu, panjelengan akan bertanya, itu bahasa apa?
Itu aksara apa? Yang kita tahu, bahasa Arab dan aksara Arab. Yang kita tahu, bahasa Jawa, aksara Pegon.
Yang kita tahu, bahasa Jawa, aksara Jawa. Yang kita tahu, aksara Latin, bahasa Indonesia. Tapi bagaimana dengan aksara dan bahasa yang dipakai oleh nabi-nabi sebelumnya? Ini salah satu contoh. Lalu, bahasa apa ini?
Ini yang disebut sebagai bahasa Ibrani. Atau bahasa Ibrani. Atau Hebrew.
Bahasa yang dipakai oleh nabi siapa? Salah satunya nabi Musa alaihissalam. kemudian Nabi Dawud AS, maka nama beliau dalam bahasa ini tidak disebut dengan nama Musa, tapi dengan nama Moshe.
Tidak disebut dengan nama Dawud, tapi disebut dengan nama David. Itu salah satu bentuk contoh. Maka kita pasti akan mendapatkan pengetahuan baru. Bagaimana hubungan bahasa Nabi sebelumnya dengan bahasa Arab itu?
Itu ibaratnya saudara kembar. Bahasa Arab dengan bahasa Ibrani itu saudara kembar. Sebagaimana bahasa Jawa dengan bahasa Madura itu saudara kembar.
Sebelum saya bicara ini, saya ambil contoh. Bahasa Madura kalau mengatakan lawang itu apa? Labeng Bahasa Jawa Lawang Kalau bahasa Jawa mengatakan bawang Bahasa Madura mengatakan bebeng Orang Jawa mengatakan waktu Orang Madura mengatakan beto Itu menandakan bahwa orang Jawa dengan Madura itu satu saudara Nenek moyangnya satu Sebagaimana bahasa Arab dengan bahasa ini Ini bahasa Ibrani, bahasa Arabnya, itu satu saudara kembar, dan cara pengucapannya banyak kemiripan. Tadi saya ambil contoh Musa dengan Moshe, Dawud dengan David, Tauhah dengan Torah.
Itu salah satu contoh. Huruf-hurufnya juga sama. Cara pengucapannya banyak kemiripan.
Abif bahasa Arab, Ibrani disebut Alef. Ba bahasa Arab, Ibraninya Bet. Jim bahasa Arab, Ibraninya Gimel.
Nal bahasa Arab, Ibraninya Dalet. Inilah kekayaan, kekayaan dokumen yang sampai sekarang masih dapat kita saksikan. Nah, lalu apa hubungannya ketika kita bicara mengenai puasa?
Nah, jodoh yang ingin saya sampaikan itu berkaitan dengan sejarah puasa Ramadan. Dokumennya itu melalui dokumen yang disebut Quran dan Quran. Ini agak asing. Apa itu Quran?
Apa itu Quran? Kalau Quran kita tahu, Quran itu adalah kitab suci terakhir. Sedangkan Quran, itu dokumen kitab-kitab sebelumnya yang ditemukan di gua Quran.
Selisihnya hanya satu huruf. Quran dan Quran. Nah, kita mulai pada slide yang kedua.
Nah, tadi tulisan yang agak aneh itu ditulis dengan tangan. Kalau dibuat dalam bentuk cetak, tulisannya seperti ini. Tidak ada perubahan, tidak ada perbedaan. Hanya yang satu cetak, yang satu tulisan tangan.
Nah, inilah yang dimaksud sebagai dokumen pemeran yang berbicara mengenai perintah kuasa. Sayang, saudara nggak bawa kitab suci yang lain, kecuali hanya mendengar dan melototin saja. Tapi minimal ini sudah bisa mewakili.
Nah, sekarang, ini kalau disebut sebagai dokumen kumran, ditemukan di mana? Ditemukan di Israel. Tersimpan di mana?
Tersimpan di Israel. Itu ditulis tahun berapa? Ditulisnya tahun, atau lebih tepatnya abad. Abad ketiga sebelum Masyahi.
abad ketiga sebelum masehi beda dengan abad ketiga masehi ya kalau abad ketiga sebelum masehi dibandingkan dengan abad ketiga masehi selisihnya berapa abad 2101236 abad Jadi abad ketiga sebelum masehi dengan abad ketiga masehi selisihnya 6 abad alias 600 tahun. Dokumen kumran itu abad ketiga sebelum masehi. Sudah bicara mengenai perintah puasa dan itu teksnya tercantum pada angka 9. Kelihatan dari jauh ya. Nggak kelihatan. Ah, sayang ini.
Ini, angka 9. Cara bacanya, saya berdiri nggak apa-apa ya. Cara bacanya itu dari kanan ke kiri. Sama seperti bahasa Arab. Kanan ke kiri.
Kalau angka 9 ini dibaca dari sini, ya. Kalau dibaca, wa yahhi bishana ha hamishid leho yakhim wa yahhi bishana dan pada tahun, shana kok sudah tertawa? Mirip dengan bahasa Arab. Bahasa Arabnya kalau tahun itu apa?
Shin Bahasa Ibraninya? Shin Ini hurufnya Shin Nun Hei. Bahasa Arabnya Shin apa? Ya Shin, sama.
dan pada tahun yang kelima pada tahun yang kelima ini nama orang ben ben bahasa arabnya bin apa itu? anak atau keturunan? kalau jawa ben itu apa? Jadi, dan pada tahun yang kelima, bagi Yoyahim putra, artinya, bentuk putra, Yesyahu, utra yosiyahu meleh yehuda raja orang yahudi atau raja bangsa yahudi bekhodesh hatashi'i bekhodesh sama aratnya kudus artinya kuduskanlah sucikanlah hatashi'i bulan ke sembilan Tersiri, kita ada kuasa, tersua.
Apa itu? Puasa tasu'ah apa itu? Puasa hari keberapa?
Nah, jadi ini Be'hadeh hatashirai Kuduskanlah bulan ke-sembilan Tahu bulan ke-sembilan itu bulan apa? Bulan ke-sembilan bulan apa? Saya tanya sekarang Dulkok Dulkok dah bulan berapa?
11, hingga 12. Kalau ramadhan bulan keberapa? Bulan keberapa? Lu masa gak paham? Behodesh ha-teshya'ib, kuduskanlah bulan ke-9. Memang tidak disebut Ramadan, hanya disebutkan kuduskanlah bulan ke-9.
Untuk apa bulan ke-9 perlu dikuduskan? Bagi Bapak. saya hudu, waktu itu untuk apa?
karo som serulah mereka untuk som som sode vaf min sode Ibrani. Arabnya Som Vav bahasa Arabnya Waw. Min, bahasa Arabnya Min.
Sot Waw Min dibaca apa? Som. Karena ini bukan bahasa Arab, ini bahasa Ibrani, tidak menyebutnya Som tapi menyebutnya Som. Jadi, serulah mereka untuk Som. Artinya apa?
Wih, sepaham? Ini bukan doktrin ya, saya nggak mau jamaah itu doktrin, saya nggak mau. Mau saya cerdas paham dokumen.
Levanai Adonai, hanya semata-mata untuk Tuhan. Kemudian, kolha'am berusselayim, untuk semua ummah, am, untuk semua ummah, berusselayim yang tinggal di Yerusalem. Kenapa ini penting?
Agama itu jangan dipahami pokoknya apa perintah Tuhan, perintah Allah, sholat, zakat, puasa. Bukan berhenti di situ. Tapi agama itu begitu kompleks.
Hal seperti ini harus dibicarakan. Kalau yang dibicarakan cuma bagaimana cara mengangkat tangan yang betul sesuai dengan sunnah. Itu sudah selesai dibahas.
Tidak perlu diributkan lagi. Dan tidak perlu saling bengkerengan. Yang begini ini tidak pernah dibahas. Kalau ngaji agama Islam hanya sitar sholat, zakat, puasa.
Tidak perlu beragama. Paham maksud saya? Karena begini, saya khawatir, jamaah itu kalau kajian gak begini, apa itu gak penting? Yang penting itu sholat yang betul, bagaimana mengangkat tangan. Ya sekedar itu.
Kalau itu sudah selesai, ulama kita sudah bahas itu. Yang begini ini gak pernah dipahami. Ini saya bukan marah ya.
tadi sampai mana tadi? jadi ringkasnya ini kalau diterjemahkan dan pada tahun yang kelima bagi Yoyahim Raja Bangsa Yahudi kuduskanlah bulan ke-9, serulah mereka untuk berkuasa, semata-mata hanya untuk Tuhan, bagi semua umat yang tinggal di Yerusalem. Ini perintah kuasa. Satu, perintah kuasa bukan pada bulan sembarangan, tapi bulan yang disakralkan.
Bulan berapa? Sembilan. Memang tidak disebut Ramadan, disebut bulan ke-9.
Untuk semua... semua umat yang tinggal di Yerusalem. Ini umat penganut agama apa? Yahudi.
Ini penganut Torah. Kitabnya sampai sekarang masih ada. Tertulis bulan ke-9.
Ini dokumen abad ke-3 sebelum masehi. Saya tanya sekarang, Quran itu diturunkan abad ke-berapa? Saya tanya saja, Nabi Muhammad SAW lahir tahun berapa? 571 Masyahi alias abad ke-6.
Kita hitung secara matematik. Yuk belajar matematika. Abad ke-3 sebelum Masyahi, ada perintah puasa di bulan ke-9.
Perintah Quran, melalui Nabi Muhammad SAW, itu paling kini, abad ke-6 Masyahi. Abad ketiga sebelum Masyahi, kemudian lanjut dengan abad ke-6 Masyahi. Ini berapa abad?
Sepuluh abad. 10 abad berarti itu sama dengan 1000 tahun. Bayangkan, dokumen 1000 tahun itu bertahan. Saya ulangi lagi, dokumen 1000 tahun itu bertahan. Artinya perintah puasa yang dilaksanakan di bulan sakral, bulan ke-9, itu dokumennya bertahan 1000 tahun.
Agama apa yang punya dokumen kayak begini? Inilah Quran. Jadi Quran ketika mengatakan Ya ayyuhalladina amanu kutiba alaikumusiam kama kutiba alalladina minkablikum la'allakum tattakun bukan sekedar kita diperintahkan berpuasa tapi Allah me...
menunjukkan kepada kita perintah puasa itu sudah dibebankan kepada umat sebelum kamu, ungkapan ningkabilikum sebelum kamu bukan sekedar samikni wa ato'na tapi Allah ingin menampakkan ningkabilikum sebelum kamu, ini loh dokumennya abad keberapa? ketiga sebelum masehi itu cara kita beragama jadi kalau kita ngomong kepada orang, siapapun orangnya ketika kita bicara soal puasa bisa menunjukkan data-data seperti ini bukan sekedar menjawab misalnya begini, kamu kenapa kok puasa? ya ini perintah Tuhan saya, ayatnya ada Ya'al-Halabina Amanu Kutiba'alikumusya'amu Kama Kutiba'alikbadina minqablikun Ini perintah Kamu gak percaya CIS ini kafir Bukan sekedar itu cara berdalih Orang lain butuh penjelasan yang bernalar Bukan sekedar data Quran Kalau orang kafir tidak percaya Quran, itu wajar.
Karena mereka ingkar atau tidak ingkar? Ingkar. Bagaimana supaya pesan itu sampai?
Sampaikan hal kayak begini. Siapa yang bisa bantah kalau ini perintah di bulan ke-9? Perintah itu ada nggak dalam kitab mereka?
Ada. Di mana? Ini.
Kalau nggak percaya nanti catat. Ini dokumennya di sini. Sefer Yerimia. 36 ayat 9 ini bukan kitab kita ini kitab mereka sendiri Kalau mereka menyingkari Quran, biasa. Tapi kalau mereka menyingkari kitab ini sendiri, kira-kira biasa atau luar biasa?
Nah, begitu cara kita menjelaskan. Masih ingat nggak? Da'wah pertama yang betul-betul menggoreskan sejarah, itu adalah da'wah kepada kaum yang ada di mana? Hijrah pertama di mana? Hmm?
Hijrah para sahabat generasi awal, di mana? Ethiopia. Ethiopia itu di mana?
Di Afrika. Siapa yang memimpin waktu itu? Hijrah pertama.
Ja'far ibn Abi Talib. Ja'far ibn Abi Talib itu orang Arab. Keluarganya Nabi, kakaknya Saya Abi Ibu Abi Talib Dia pimpinan rombongan untuk migrasi, hijrah pertama ke Ethiopia Orang Ethiopia itu bukan pakai bahasa Arab Tapi pakai bahasa bahasa Ethiopia seperti sahabat Bilal bin Raja itu orang Ethiopia bahasanya bahasa Amharic nyambung antara bahasa Amharic dengan bahasa Arab tapi kenapa dakwah bisa sampai karena mereka mengerti bahasa Ethiopia itu makanya ketika dibaca Surah Maryam Raja Najasyi itu menangis Kalau dia mengerti bahasa Arab, tidak mungkin. Karena dia bukan orang Arab. Tapi kenapa bisa menangis?
Karena dia diterjemahkan ayat-ayatnya itu ke dalam bahasa mereka sendiri. Jadi menyentuh itu. Inilah Islam yang seharusnya kita sebarkan mulai sekarang. Jadi kita harus ramah dengan dokumen. Karena kalau sekedar doktrin, yang percaya dakwah kepada sesama muslim saja.
Jadi hanya muter di situ aja. Coba kalau pakai dokumen seperti ini, ngambil keluar dengan siapapun kita bisa ngomong. Ya, ini satu.
Jadi catatan tadi saya mengatakan, kalau Quran itu abad ke-7, sedangkan dokumen itu abad ke-3 sebelum masehi, jadi ada selisih zaman seribu tahun. Masih bertahan. Seribu tahun bukan masa yang singkat, itu masa yang amat panjang. Oke, slide berikutnya.
Nah, ini tadi saya bilang. Jadi kalau ayat Quran, dalilnya di surah al-Baqarah. Ayat 182 sampai kemudian ayat berikutnya. Tapi lebih khusus ayat 182 sampai kemudian 185. Nah, yang menarik begini Bapak Ibu sekalian.
Itu ayat 182, kita semua hafal. Ya ayuhal ladhina amanu, kutiba alaikumusya mukama, kutiba ala ladhina minkablikum la'allakum tattakun. Kalau diterjemahkan biasanya kutiba itu diwajibkan, betul? Ya, diwajibkan.
Tapi disitu yang muncul satu kata diulang dua kali. Kata kutiba. Arti harfiahnya yang telah tertulis.
sebagaimana yang telah tertulis bagi umat sebelum kamu kalau umat sebelum kita ada perintah itu, dokumen tertulisnya ada tidak tadi? ada tidak? ada! berarti Allah menjaga tidak itu? seandainya dokumen itu hilang, bisa tidak?
bisa, tapi kenapa sampai sekarang dokumen itu masih ada? abad ketiga sebelum masehi, saudara-saudara Allah masih menjaganya. Supaya apa?
Ketika hujah Quran itu dihadapkan, mereka tidak bisa berpaling lagi. Ibarat kalau kita punya perkara, sedangkan perkara kita itu dipersoalkan. kemudian diajukan dokumen, ketika itu muncul, hujah kita kuat atau tidak? Kuat. Jadi bukan pokoknya berdalil, tidak.
Dokumennya mana? Mana dokumennya? Kamu ngomong begitu, klaimnya. Dokumennya mana? Kalau enggak, cuma dokumennya.
Ayat yang ke-185 justru membuat kita semakin tersentak lagi. Apa itu? Allah menggunakan dua kata kunci. Satu kata syahr, dua kata Ramadan. Dua kata kunci.
Apa maksudnya? Begini, syahr itu arti harfiahnya bulan. Bulan. Ramadan itu nama bulan. Apa maksudnya?
Kata syahir dalam Quran itu kalau dihitung dengan komputer saya tanya sekarang komputer itu ditemukan baru abad keberapa? abad 20 iya kan? Quran itu abad keberapa?
7 coba hitung 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 berapa? 13 abad 13 abad itu berapa tahun? 1300 tahun ya, catat itu 1300 tahun tadi hanya 1000 tahun ini 1300 tahun antara ketika Quran diturunkan sampai ditemukannya komputer Ya, perhatikan sekarang.
Ungkatan syahr dalam Quran, itu kalau dihitung dengan komputer, ternyata hanya terdapat pengulangan sebanyak 12 kali saja. Tidak kurang, tidak lebih. Padahal itu tersebar dalam seluruh surah, seluruh ayat-ayat yang berbeda. Hanya 12 kali saja. Kenapa tidak terulang 15 kali?
Kenapa tidak terulang 13 kali? Kenapa tidak terulang 21 kali? Kok persis terulang sebanyak 12 kali?
Dalam Quran. Kalau nggak percaya, hitung sendiri nanti pulang dari sini. Hitung bukan komputer.
Cari kata syahr dalam Quran. Berapa? Nanti akan muncul. Celing!
12 kali disebutkan. Artinya apa? Bayangkan, saat itu komputer belum ditemukan.
Quran ketika turun, apa sempat Nabi itu menghitung, pokoknya ini harus tercantum 12 kali, tersebar di berbagai tempat. Sempat Nabi menghitung begitu. Sangat mustahil.
Sangat mustahil. Tapi kenapa kok persis? Sebagaimana jumlah bulan dalam satu tahun.
Itu, nalar kita disentuh di situ. Yang ngomong begini itu bukan saya, Bapak sekalian. Ini Quran dalilnya.
Kenapa hanya tercanggung 12 kali? Dan kemudian disebutkan salah satu nama dari 12 bulan. Salah satu nama dari 12 bulan itu adalah bulan Ramadan. Artinya apa?
Ramadan itu sebagai kepala dari semua bulan dalam rangkaian satu tahun. Dan ketika bicara mengenai Ramadan, itu terkait dengan ayat sebelumnya, yakni perintah... Hai puasa berarti puasa itu di bulan Ramadan dan itu terkait dengan apa bukti nanti tentang al-qur'an makanya disebutkan Syahirah Madonna lebih unzi levihan Quran jadi antara puasa kemudian Ramadan kemudian Quran itu membentuk semacam merata mata rantai informasi Hai dan itu urutan Dengan demikian, kita bisa pastikan bahwa Quran itu sebagai sebuah upaya untuk disampaikan kepada manusia.
Bahwa ini bukan main-main. Oke, lanjut berikutnya. Ini enggak usah, yang seterusnya aja.
Nah, ini. Sekarang saya tanya, Quran yang kita baca itu tulisannya ada fatha, tasra, doma, enggak? Fatha, tasra, doma. Ya? Fatha, tasra, doma.
Ada sukun, ada tasdik, dan lain sebagainya. Ya? Apakah tulisan model seperti itu sudah ada pada zaman Nabi kita Muhammad SAW?
Belum. Berarti sudah cerdas banget. Nah, bisa bayangkan tulisannya kayak apa zaman Nabi kita itu? Tulisannya kayak apa? Kalau misalnya ada orang tanya, kamu kan Musa?
Iya. Punya kitab suci? Iya. Ada enggak dokumen yang menyebutkan bahwa kitab suci itu terjamin?
Aslinya pada zaman Nabi masih ada enggak? Saya ingin tahu. Kalau ada pertanyaan begitu, jawaban kita apa? Pertanyaan tak mutu, tak penting, pokoknya iman, percaya, titik.
Apa begitu jawaban kita? Kalau jawaban begitu, Islam tak punya daya tarik. Islam tak punya daya tarik, percuma.
Kenapa? Karena kita kekeh dengan jawaban yang tidak rasional. Tapi kalau sudah begini, mana dokumennya yang ditulis pada zaman Nabi?
Mana dokumennya? Ingin tahu? Ini loh, ini zaman Nabi sudah ada kayak gini. Disimpan di mana? Yang menyimpan bukan Saudi Arabia.
Yang menyimpan itu perpustakaan Birmingham di Inggris. Sezaman-zaman Nabi, tulisannya kayak begini, ini yang ditemukan. Makanya disebut sebagai fragment Quran Birmingham. Bisa bayangkan, kita nggak pernah ketemu dengan Nabi. Kita nggak jangankan Nabi, ketemu dengan sahabat saja nggak bayangkan.
Tapi dengan melihat ini, seakan-akan kita bersama dengan para sahabat Nabi, dan seakan-akan kita bersama dengan Nabi. Dengan hanya melihat dokumen ini. Inilah yang dimaksud sebagai pertanggung jawaban dokumen itu.
Mana ada agama yang punya dokumen sezaman dengan pencetus dari pewahyuan mereka sendiri. Ada nggak? Agama Buddha aja, dokumen tertua itu ratusan tahun setelah Buddha mangkat. Agama Hindu lebih jauh lagi. Agama Nasrani juga jauh sekali.
Dokumennya abad keberapa. Tapi kalau Islam ditanya, dokumennya mana? Ini. Sezaman dengan siapa? Dengan nabinya sendiri.
Ini. Sampai sekarang masih ada. Ini kalau bukan karena penjagaan Allah subhanahu wa ta'ala, tidak mungkin. Kalau ini hilang, kita bisa punya hujah tidak? Nggak ada hujah lagi.
Tapi kenapa nggak hilang? Allah mau menjaga. Sama seperti kita. Kalau kita ingin hujah kuat, hujah kita kuat, dokumen harus terpelihara.
Kalau tidak, tercuma kita berdalih. Apalagi ini bicara soal agama, bicara soal warisan saja, kalau nggak ada dokumennya, kira-kira bisa diperdebatkan nggak? Nggak bisa.
Apalagi ini agama. Allah sendiri yang menjaga. Bahkan bukan dengan tangan kita yang mungkin.
Tangan orang kafir pun terlibat. Dan mereka tidak bisa menghilangkan ini. Kalau mereka mau bakar bisa enggak? Mau menghilangkan bisa enggak?
Tapi kenapa enggak bisa dibakar, enggak bisa dihilangkan? Karena Allah sendiri ikut cangkir tangan. Makanya ketika Allah berkata, إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ذُكْرًا وَإِنَّا لَهُ لَحَافِرُونَ Kami yang menurunkan Quran dan kami yang menjaga, inilah salah satu bukti.
Slide sebelumnya. Ini nih, yang bawah. Di perbesar aja. Ini salah satu contoh yang sampai sekarang musimnya sampai terpihar dengan baik.
Dan kampus saya sudah melakukan riset ke sana. kampus Erlangga untuk mendeteksi ini. Artinya apa?
Ini bukan sekedar dongeng. Ini bukan sekedar cerita. Bisa diakses di sini.
Ini berita, newsunair.ic.id. Beritanya, siapa yang datang ke sana, dia melihat apa, dia mereset apa, ada dokumen. Jadi bukan dongeng, bukan sekedar cerita.
Agama itu bukan dongeng. Ustadz yang sekedar dongeng, itu nanti akan jadi persoalan, karena apa? Nggak ada pertanggung jawaban ilmiahnya.
Jadi harus tunjukkan dokumen. Oke, jadi kalau penasaran bisa lihat di situ ya. http://news.unair.ac.id Oke, lanjut yang tadi.
Nah, kalau ini dibandingkan dengan yang tulisan sekarang, ini termaktub di dalam surah Tauhah. Bismillahirrahmanirrahim, ini sama. Bismillahirrahmanirrahim, Tauhah.
Iya kan? Sama dengan di sini. Kalau di sini yang versi yang kita punya sekarang.
Kalau ini, yang zamannya Nabi. Nggak ada fathakas rodoma. Tapi bacaannya sama atau beda?
Sama. Sama bacaannya. Hanya sendiri, kenapa? kenapa ada fathakasrodoma kalau orang Arab tidak perlu pakai fathakasrodoma karena mereka sudah bisa baca karena itu bahasanya mereka sendiri kenapa ada fathakasrodoma titik dan lain sebagainya karena Quran dihadirkan untuk mereka yang non-Arab Nah, kalau tidak dibantu Fathaka Sodoma, nanti salah baca.
Buruf kaf, ta, sorry, alif, kaf, ta, ba. Dibaca apa? Dibaca utuk atau dibaca aktuk? Dua-duanya bisa. Kalau utuk, artinya tulislah.
Tapi kalau aktuk atau aktumu dibaca, aku sedang menulis. Nah, kalau orang Jawa suruh baca, dibaca iktib, dibaca aktib, Bisa salah kan? Makanya perlu dibantu, fathakasro lomwa.
Nah itu, itu ulama kita zaman itu. Ya, gak usah jauh-jauh. Ini, mungkin kalau saya tunjukkan, agak asing.
Huruf fa, huruf fa, itu titiknya di mana? Di atas, satu. Kalau huruf kof, titiknya di atas berapa? Itu Quran yang jenengan punya. Kalau Quran yang saya punya, nggak begitu.
Ini saya bawa dari Maroko. Diterbitkan di Maroko. Dipakai di Maroko, di Al-Jazair, di Tunisia, di Libya, di Sudan, di Mauritania, dan lain sebagainya. Cara penulisannya huruf fa'nggak begitu.
Kalau huruf fa'itu titiknya satu di bawah. Kalau huruf kof, titiknya satu di atas. Makanya ini tertulis, kalau kita nggak akrab dibacanya, Al-Fur'anul Karim.
Padahal ini seharusnya dibaca al-Quranul Karim. Duh, kok tulisannya begitu? Makanya belajar. Kalau nggak paham, nanti dikara, ah ini Quran palsu. Bukan Quran palsu.
Ente yang nggak pernah belajar langsung fonis. Makanya rusaknya umat Islam sekarang, dia nggak punya pengetahuan, pengetahuan tidak cukup, yang taunya cuma serpihan, kemudian ketika ada orang lain yang tampil beda dengan dirinya, dianggap tidak benar. Nah ini, ini masalah. Ini pelajaran sekaligus bagi kita ya. Kalau nggak percaya, datang ke sini, Pak Tunjuk Nun.
Kalau di dengar nanti, ah ini pasti Quran palsu ini. Sampai yang dikatakan kamu itu yang kurang belajar. Bukan saya yang disalahkan.
Saya malah, wah itu benar. Pasti begitu. Jadi, sudahlah.
Sekarang ini cara kita beragama tolong diperbaiki. Jangan merasa paling benar sendiri. Jangan merasa paling suci sendiri. Jangan merasa paling pinter sendiri.
Karena di atas semua, mungkin kita tidak tahu. Rusaknya umat Islam sekarang ya itu tadi. Ini peringatan.
Ini peringatan bukan sekedar peringatan. Peringatan keras. Karena rusaknya umat Islam sekarang ada upaya asobia. Oke lanjut berikutnya.
Waktu, waktunya ini sekarang. Ah sudah gak usah pake ini. Nah, ini contoh sederhana, langsung singkat. Ini saya ambil dari kitab pesantren ya.
Bahasa Arab ada terjemahan huruf jenggotan. Ngerti ya, jenggotan ya. Nah, coba perhatikan tuh.
Di sini saya ambil contoh aja. Ya ayuhalladina amanu, he eleng-eleng wong, kang podo iman. Bisa baca? Bisa ya? Bisa pasti.
Orang Tuhan masih bisa baca. Kutiba den far duaken, ya. Alaikum ing atase sirotabe.
Asyamu opo puwoso. Nah, ya. Puwoso. Jangan sekarang ini ada upaya alergi terhadap tulisan begini. Ini bahasa Jawa, aksaranya Arab.
Ini bentuk budaya bagaimana orang Jawa, supaya mengenal Islam, diberikan semacam perkat dengan hadirnya aksara Pegon. Ini aksara kita, aksara Islam. Islam itu begitu luas, muncul aksara macam-macam.
Di India, orang India bahasa India, hurufnya Arab. Di Turki, bahasanya Turki, hurufnya Arab. Di Jawa, bahasanya Jawa, hurufnya Arab.
Di Sunda, bahasanya Sunda, hurufnya Arab. Di Malaysia, bahasanya Melayu, aksaranya Arab. Di Maroko, bahasanya bahasa Amazik, tulisannya Arab.
Jadi aksara Arab itu berbeda. itu penanda identitas keislaman, meskipun bahasa yang dipakai beragam. Paham?
Jadi ini adalah sebuah budaya kita, sebagai seorang muslim khas di Nusantara, di Indonesia, di Asia Tenggara. Jangan dikait-kaitkan dengan Islam Nusantaranya itu ya. Nanti langsung viral, ini pengajar Islam sesat.
Kenapa? Karena sudah tidak suka. Saya yakin ada di antara kita ini karena beban asobiah itu menjadi penyakit kustara.
Jadi ini, saya mana tadi lagi. Kama kutiba, koyo, apa ini? Koyo olehiden farduaten oposiam. Ya kan? Jadi siam itu sudah masuk sebagai bahasa Jawa.
POSO juga masuk bahasa Jawa. Sekarang, dua-duanya bahasa Jawa itu. Kita kan bertanya, asalnya dari mana kok bisa muncul kata SIAM?
Panjendengang Sampun Siam. Bahasa Jawa bukan? Awak mau wis POSO. Posa, bahasa Jawa bukan?
Poso, Siam. Inilah kearifan lokal. Siam dari bahasa Arab.
Poso dari bahasa Sansekerta. Bahasa Arab ini, bahasa Arab Islam. Siam.
Sedangkan Poso itu bahasa Sansekerta Hindu. Jadi bahasa Hindu masih dipakai sampai sekarang. Mau dibuang?
Mau sampai di bulan, Pak? Kalau di bulan nggak apa-apa, karepnya. Tapi inilah kebijakan para ulama kita.
Masih tetap dipakai. Puwoso. Bahasa Indonesia jadi? Puasa. Jawa jadi?
Puoso. Jendela masih pakai nggak istilah sorga? Suargo. Masih pakai?
Neroko. Masih pakai? Itu bahasa Islam atau bukan? Bahasa Islam bukan, bahasa Quran bukan, bukan itu bahasa kitab apa?
Kitab umroh, tapi kenapa dipakai? Ya gak apa-apa, karena tidak mencibrai syariat, hanya sekedar istilah. Sama seperti santri, kalian tahu apa artinya santri? Santri, dari mana itu diambil?
Dari agama Hindu. Orang yang belajar kitab suciweda disebut santri. Kitab suciwedanya itu disebut syashpra.
Ketika Islam masuk itu diadopsi, wadahnya dipakai, isinya dibuang. Diganti Islam isinya. Tapi wadahnya tetap dipakai. Makanya ada Islam pesantren.
Saya ngomong begini apa adanya loh? Jadi jangan terlalu Arab-minded, tapi jangan terlalu Jawa-minded. Ada kearifan di situ, pengelolaannya itu.
Kejauhan itu salah. Tapi Arabnya juga salah. Karena tidak semua sesuatu yang bahasa Arab itu adalah Islam. Di timur tengah sana, semua pakai bahasa Arab.
Semua pakai antum, ana, ana, antum. Baik itu Kristen maupun Islam. Jangan dikira orang Kristen di sana nggak pakai antum, nggak pakai ana.
Loh, saya serius nampak ini? Waktunya sudah nepet. Ya, oke, ini pemanasan ya. Udah, nanti kita konsentrasi pertanyaan.
Udah, sampai di sini aja dulu. Jadi ini Jawa, ada Islamnya dikupas sedikit. Maaf, maksud saya Jawa dikupas sedikit, Islamnya dipertajam.
Oke, sampai di situ. Ada yang mau tanya? Ya, silahkan, mohon go, Pak. Bismillahirrahmanirrahim. Nama Asvan Effendi, Jawa Majid, yang terkait disampaikan Ustadz H.
ini, itu apakah tidak termasuk Islam Nusantara? Kalau itu, ada budaya masuk? kemudian bahasanya juga hampir masuk, apakah itu tidak termasuk kategori Islam Nusantara. Demikian, terima kasih. Salam laku, tuan-tuan.
Ini pertanyaan bagus. Pasti ini menjadi beban kita. Kalau yang dimaksud apa penjelasan saya itu Islam Nusantara?
Enggak. Ini kan saya basisnya dokumen. Iya kan? Dokumen.
Pertanyaannya sekarang, siapa yang bisa bantah dokumen ini? Saya minta pertanggung jawab. Siapa yang bisa bantah ini?
Jadi ini aksara pegon. Tepannya sekarang, aksara pegon itu apakah aksara Islam Nusantara? Ini saya belum bicara mengenai dokumen Muhammad loh.
Saya punya dokumen Muhammad yang diterbitkan oleh Muhammad tahun 1930. Quran Jawen namanya. Gurufnya Arab, bahasa Arab, sebelahnya terjemahan bahasa Jawa, pakai Hono Coroco. Pertanyaannya, apakah itu Islam Nusantara? Saya dokumennya punya.
Jadi, kalau yang dimaksud Islam Nusantara itu kelemik dan sebagainya, saya tidak sepakat. Tapi kalau yang dimaksud dokumen kayak begini diklaim sebagai Islam Nusantara, saya juga tidak sepakat. Inilah yang dimaksud sebagai Islam yang bisa memadukan bagaimana antara keislaman dan lokalitas.
Islam dengan lokalitas. Bayangkan, ini Maruko ya. Maruko itu bayangan kita itu bahasanya sehari-hari bahasa apa? Arab.
Komunikasinya bahasa Arab. Tetapi masih juga menerbitkan Quran bahasa Amazigh. Bahasa Amazigh itu sama dengan bahasa Jawa.
Hurufnya huruf A. Meskipun mereka Arab, tetep memelihara bahasa lokalnya. Jangan sampai kita sebagai orang Indonesia ini, menjadi Musa ya harus tahu bahasa Arab, tapi jangan hilang jawanya.
Tahu jawanya. Ini sederhananya begini, batik itu dari Arab nggak? Dari Jawa, saya haram gak pakai begini? Saya haram gak pakai begini? Enggak.
Tapi kalau saya pakai kemenyan, boleh gak? Nah, beda kan? Itu harus dipisahkan. Jadi kita harus jeli. Jangan terlalu generalisasi atau orang Jawa gebiah uya.
Kalau ini di gebiah uya, ini haram. Sarung ini, ini bukan islami ini. Ini dari Hindu.
Ini dari Hindu. Jadi kalau pakai begini, saya harus copot ini. Saya harus copot ini.
Saya harus ganti jubah. Makanya ketika saya bercerama, saya harus memberikan contoh. Kadang saya pakai jubah, kadang saya pakai sarung, kadang saya pakai celana. Untuk menghadirkan apa? Ini loh wajah Islam.
Wajah Islam itu bisa tampil bermacam-macam, dengan beragam bentuk, tapi masih dalam koridor syariah. Nah itu. Jadi kalau seandainya dianggap Islam Nusantara, ini harus saya copot.
Kalau dianggap ini Islam Nusantara, ini harus saya copot. Kalau dianggap Islam Nusantara, ini harus saya copot. Saya ganti dengan apa?
Dengan sorban dan sorban itu. Paham apa saya? Di Eropa jangan lihat seperti ini.
Di Jepang yang saya tahu, karena orang-orang Jepang itu orangnya kayak begitu, tidak mau melihat Islam atau agama yang sifatnya itu... tampilannya tidak menyenangkan makanya Islam disana tampilannya itu berdasi berpakaian jas pakai celana dan itu diwakili oleh orang-orang Turki jadi orang-orang Jepang yang masuk Islam itu gara-gara mereka sholat Bukan sholat pertama, hanya datang ke masjid. Itu di lantai atas. Upaya untuk orang-orang non-muslim supaya tahu Islam itu seperti apa. Nanti lama-lama ketika mendengar Islam dari ceramah-ceramah itu dalam bahasa Jepang, mereka akhirnya bersadar.
Dan salutnya apa? Di bagian lantai dasar, itu menghadirkan Islam makanan-makanan yang halal, tapi betul-betul sangat higienis. Paham maksud saya?
Kalau di sini kan dikerubungi lalur kape. Di sana higienis. Makanya orang-orang Jepang itu tertarik dengan Islam model begitu.
Makanya orang Jepang yang masuk Islam, tampilannya itu kayak orang Eropa. Pakaiannya apa? David Nggak pakai jubah! Bukan berarti jubah itu enggak sunnah, sunnah. Tapi kalau kita tampilkan seragam begitu, Islam itu satu warna.
Padahal Islam itu beraneka warna. Tapi dalam koridor syariah. Paham? Sudah, ini kayak ada peringatan. Baik, mudah-mudahan penasaran ini kita lanjutkan suatu saat nanti.
Baik, saya akhiri dengan penutup majelis. Subhanakallahum wa bihamdika syahadu an la ilaha illallah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.