Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat jumpa kembali Hari ini kita akan membahas bagaimana cara mengisi Faktor strategis yang ada di analisis SWOT Nah seperti kita ketahui Di dalam faktor strategis itu ada namanya Internal Factor Analysis Summary Artinya faktor strategis internal Di dalam faktor strategis internal itu ada strength, artinya kekuatan, ada weakness, artinya faktor kelemahan. Kedua ini adalah disebut faktor strategis internal. Yang berikutnya ada faktor strategis eksternal, atau disebutnya external factor analysis summary. Faktor strategis internal itu ada opportunity, artinya peluang, ada threats, artinya ancaman. Nah, yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara kita mengisi faktor strategis tersebut?
Ada beberapa cara ya, nah diantaranya kita berpedoman kepada 6M, yaitu MEN, artinya merujuk kepada sumber daya manusia, MESIN, MONEY, artinya keuangan, METHOD, artinya... metode atau prosedur atau sistem. Material artinya bahan baku, market artinya pasar.
Kalau kita berbicara pasar, maka tidak terlepas dari bagaimana cara memasarkannya. Nah, ke-6M ini akan mendukung faktor strategis internal. Nah, teknisnya seperti ini. Yang pertama, men, artinya kita berbicara kompetensi.
Bagaimana kompetensi pegawai yang ada di sana? Apakah kompetensinya sudah baik atau masih rendah? Kalau kompetensinya sudah baik, maka dia masuk kepada strength.
Tetapi kalau kompetensinya masih rendah, maka dia masuk ke weakness. Nah, selain kita berbicara kompetensi pegawai atau karyawan, Kita juga bisa melihat dari aspek kepemimpinan. Perlu diketahui, pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang berbeda.
Pemimpin adalah orangnya, kepemimpinan adalah gaya dia memimpin. Nah, faktor kepemimpinan ini juga strategis. Jadi, perlu menjadi sebuah pertimbangan di dalam analisis SWOS. Kalau kepemimpinannya sudah baik, maka kita tempatkan ke strength. Tapi kalau kepemimpinannya kurang baik, maka kita tempatkan kepada weakness.
Nah, ukurannya bagaimana baik dan buruknya? Nah, baik dan buruknya kita lihat aja kinerja perusahaan. Kalau dia baik, berarti kepemimpinannya baik. Tapi kalau kinerja perusahaannya turun, berarti ada permasalahan di kepemimpinan tersebut. Maka dia masuk kepada weakness.
Berikutnya adalah mesin. Nah, kalau kita bicara mesin, maka kita harus melihat faktor mesin yang ada. Apakah sudah tua mesinnya atau masih baik atau tidak. Untuk di pabrik tekstil, mesin ini menjadi faktor strategis yang sangat kuat. Tetapi untuk destinasi wisata, mungkin bukan mesin yang menjadi perhatian, tapi peralatan.
Jadi, faktor mesin ini bisa saja kita ganti dengan peralatan. atau fasilitas ya, kita lihat apakah fasilitas di destinasi itu baik atau tidak seperti apakah ada mosola, apakah ada tempat toilet, nah ini menjadi penilaian kalau ada mosola tapi mosolanya jelek maka dia weakness ya, nah itu kira-kira M yang ketiga adalah money, artinya kita berbicara tentang keuangan nah kalau kita berbicara tentang keuangan ini Bukan saja pada banyaknya uang yang didapat, tetapi juga bagaimana distribusi uang di dalam melaksanakan operasional. Misalnya begini, anggapnya sebuah perusahaan ini menghasilkan uang yang begitu banyak, tetapi uang ini akan disetorkan ke pusat.
Nah, pada saat bagian operasional membutuhkan uang, maka dia harus melalui birokrasi-birokrasi yang panjang. Nah, kalau birokrasi ini menghampat, operasional, maka sistem keuangannya dapat dianggap weakness tapi kalau sistem keuangannya atau sistem distribusi keuangan terhadap operasional lancar maka dia masuk kepada strength itu kira-kira Nah yang berikutnya adalah metode. Kita lihat apakah di perusahaan tersebut sudah ada prosedur atau belum. Atau sistemnya sudah baik atau belum.
Kalau dia masih jelek maka dia masuk weakness. Tapi kalau sistem atau prosedurnya sudah lengkap, sudah baik, maka dia masuk kepada strength. Kita lihat lengkap atau tidak.
Atau metodanya sudah jalan atau tidak. Bisa saja. Contoh begini. prosedurnya lengkap, tetapi tidak pernah bekerja berdasarkan prosedur, maka dia masuk kepada weakness, itu kira-kira. Tetapi kalau prosedur yang ada efektif di dalam mendukung operasional, maka dia masuk kepada strength.
Berikutnya adalah material, material atau bahan baku. Bagi perusahaan-perusahaan, seperti perusahaan tekstil, perusahaan pembuat, tas, sabar. atau membuat roti, maka bahan baku ini menjadi sangat penting. Kalau distribusi bahan baku ini serat atau sering sekali terhambat, maka dia masuk weakness. Tetapi kalau punya lancar, dia masuk strength.
Tetapi untuk destinasi wisata, mungkin bahan baku ini tidak terlalu penting. Jadi kalau dia tidak dianggap penting atau tidak dianggap strategis, maka tidak perlu dimasukkan di dalam sebuah penilaian. Selanjutnya yang terakhir adalah market atau pasar.
Nah kalau kita berbicara market maka tentunya kita akan berbicara bagaimana cara kita memasarkan sebuah produk itu. Apakah pemasarannya sudah baik atau tidak. Nah di dalam konsep pemasarannya ini bukan dihitung banyaknya promosi. Tetapi sejauh mana promosi itu efektif di dalam meraih pasar.
Oleh karena itu, manajer pemasaran itu harus mengevaluasi apakah konsep yang diterapkannya sudah efektif atau belum. Dengan cara apa? Tentunya dengan cara survei.
Maksudnya kita tanyakan kepada customer kita, maaf Bapak, Bapak tahu hotel ini dari mana? Apakah dari internet, apakah dari iklan, atau dari mulut ke mulut? Sehingga kita bisa mengukur apakah konsep pemasaran kita efektif atau tidak. atau tidak. Nah, kalau dia efektif, pemasarannya maka dia masuk kepada strength.
Tapi kalau dia tidak efektif, atau tidak pernah dilakukan evaluasi, maka dia masuk ke dalam weakness. Nah, itu cara kita menilai menggunakan indikator 6M. Pertanyaan berikutnya, apakah indikator 6M itu tadi mutlak?
untuk semua analisis. Tidak juga ya, tergantung kebutuhan. Misalnya kalau kita menilai destinasi wisata, bisa saja kita tadi menggunakan 6M, atau 6M plus 4A, termasuk atraksi, akses, amenities, ancillary, ini bisa saja kita masukkan.
Nah, atau hanya 4A ini saja, tergantung kebutuhannya. Nah, tapi perlu menjadi catatan di antara 4A ini, khusus untuk akses itu masuk kepada faktor strategis eksternal. Karena akses itu di luar kendali perusahaan ya, karena biasanya akses menuju suatu destinasi itu adalah tanggung jawab pemerintah, bukan tanggung jawab perusahaan. Jadi yang untuk internalnya adalah atraksi, amenity, dan ancillary, itu bisa digunakan sebagai faktor. faktor strategis internal.
Sedangkan untuk faktor strategis eksternal, ada dua komponen. Yang pertama, opportunity artinya peluang. Nah, kalau kita berbicara peluang, misalnya begini, kalau kita memiliki kantin, kantin ini dekat sekolahan, maka sekolahan itu adalah peluang.
Atau kalau kita memiliki sebuah hotel, hotel ini dekat dengan pusat bisnis. maka pusat bisnis itu adalah peluang. Tapi kalau kita membangun hotel di gunung, mungkin sulit kita mencari peluang. Nah, itu kira-kira makna peluang itu. Berikutnya adalah trust, artinya ancaman.
Ini faktor eksternal, ancaman. Nah, kalau kita berbicara ancaman, misalnya seperti kompetitor. Kompetitor itu adalah ancaman.
Karena nah, setidaknya dia mempengaruhi segmen kita diambilnya. Jadi dia merupakan ancaman. Ancaman berikutnya bisa saja, umpamanya kebijakan pemerintah atau umpamanya faktor politik.
Itu juga dapat menjadi sebuah ancaman. Nah, kalau kebijakan pemerintah, misalnya saja PPKM. PPKM itu kan kebijakan pemerintah dan harus dilaksanakan karena terkait dengan kesehatan.
Tetapi setidaknya mempengaruhi mempengaruhi kegiatan operasional suatu perusahaan jadi disebutnya ancaman tapi apakah ancamannya tinggi atau rendah nah demikian cara kita mengisi faktor strategis internal maupun eksternal mudah-mudahan apa yang disampaikan yang singkat ini dapat bermanfaat kalau masih ada yang tidak jelas silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar ya mudah-mudahan saya bisa menjawabnya Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh