Transcript for:
Dampak Negatif Maksiat dalam Kehidupan

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. anna muhammadan abduhu wa rasuluh da'ila ridwani allahumma salli alaihi wa ala alihi wa ashabihi wa ikhwani hadirin dan hadirat yang dirahmati oleh subhanahu wa ta'ala pada siang hari ini insyaallah kita akan membahas tentang dampak maksiat atau dosa-dosa dalam kehidupan kita dan saya akan membacakan dari kitab Adda'wa'd-Dawa'atau Al-Jawabul-Kafi karya Alimam Ibn Khaym Rahimahullah Ta'ala beliau membuat suatu fasal yang sangat luar biasa judulnya faslun min adraril ma'asi lil'abdi fi dinihi wa duniyahu wa akhiratihi diantara bahayanya maksiat-maksiat terhadap hamba yaitu kemudaratan yang akan menimpa hamba terkait dengan agamanya terkait dengan dunianya dan juga akhiratnya sampai Ibnul Wazir dalam kitabnya Al-Awasim wal-Qawasim memuji fasal ini ulama lain memuji fasal yang dibuat oleh Ibnul Qayyim ini, beliau berkata wa min ahsani man jama'a fidhalik dan diantara yang paling bagus dalam mengumpulkan dampak-dampak maksiat adalah Ibnu Qayyim Al-Jawziyah Tilmidhu Syekh Al-Islam Ibnu Taimiyah itu Ibnu Qayyim Al-Jawziyah muridnya Syekh Al-Islam Taimiyah dan dari Hustamadda Dan Ibnul Qayyim mengambil dari Ibn Temiyah. وَذَلِكَ فِي كِتَابٍ لَهُ سَمَّاهُ الْجَوَابُ الْكَافِي Yaitu dalam kitabnya yang beliau beri judul, Al-Jawabul Qafi. فَرَحِمَ اللَّهُ Semoga Allah merahmati Ibnul Qayyim. لَقَدْ جَوَّدَ فِي الزَّجَرْ عَنِ الْمَعَاسِي وَأَجَادَ وَأَبْدَعِ Sungguh beliau telah bagus dalam memberi peringatan akan bahayanya maksiat. Dan telah baik serta telah... inovatif dalam menjelaskan beliau memberikan faedah dan luar biasa menyenangkan faedah yang disampaikan dan beliau mendatangkan faedah-faedah yang belum ada seorang ulama pun sebelumnya mendatangkan faedah-faedah seperti dalam kitab tersebut ini pujian ulama terhadap kitab Ibnul Qayyim terutama fasal ini fasal tentang bahayanya maksiat dalam kehidupan seorang hamba kemudian beliau sebutkan banyak sekali dampak buruk terkait dengan dunianya, agamanya maupun akhiratnya maka saya akan bacakan sedikit demi sedikit sambil kita merenungkan dan kita hayati, karena siapa sih diantara kita tidak melakukan masyiat, setiap kita sering melakukan masyiat, terutama di zaman sekarang dengan adanya medsos, maka kita semoga Kita semua mudah terpapar dalam maksiat, baik maksiat mata, maksiat telinga, maksiat hati, maksiat lisan. Banyak hal ya, dosa-dosa yang kita sering lakukan. Ini bahaya, dosa-dosa punya dampak, dosa-dosa kecil maupun dosa-dosa besar. Terkadang seorang hanya memandang dosa-dosa besar yang berbahaya, dosa-dosa kecil juga bahaya dan pasti punya dampak. Tidak ada dosa kecuali punya dampak. Tidak ada dosa kecuali punya dampak Terlebih kalau dosa-dosa kecil tersebut dilakukan Berulang-ulang Makanya Rasulullah SAW pernah bersabda Iyakum wamuhakaratidhunub Waspadalah kalian dari dosa-dosa yang Diremehkan Sungguhnya dosa-dosa tersebut Idashamakna ala rajul yuhliknahu Kalau dosa-dosa tersebut yang diremehkan Sudah berkumpul pada seorang Maka dosa-dosa tersebut akan membinasakan orang Tersebut Meskipun kecil-kecil tapi banyak berulang-ulang Maka akan membinasakan dan dosa pasti punya dampak Baik, saya bacakan Maasiat-maasiat itu punya dampak yang buruk Yang tercelak, yang memberi mudarat kepada hati Kepada agama, kepada badan Hati, agama, badan Dunia dan akhirat Yang tidak ada yang tahu seluruh dampak-dampaknya kecuali Allah Dampaknya sangat banyak Yang tahu hanya Allah SWT Tapi Ibn Al-Qayyim berusaha menguraikan sedikit demi sedikit Walaha minal ukubati syara'an wa qadaran a'jilan wa a'jilan ma la ya'lamu illallah azza wa jalla Demikian juga Maasyiat-maasyiat juga memiliki hukuman-hukuman Yang ditimpakan pada pelaku maasyiat Baik secara syariat Maupun secara Kenyataan itu secara qadar Secara hukum kauni Secara sunnatullah Yang segera maupun diakhirkan Dan yang tahu semuanya hanyalah Allah subhanahu wa ta'ala Kemudian beliau mulai menyebutkan sebagian dari dampak maksiat Artinya beliau ingin menyampaikan dampak maksiat sangat banyak Tapi yang tahu semuanya siapa? Allah subhanahu wa ta'ala Maka beliau hanya menyebutkan sebagian yang Allah bukakan ilmu bagi beliau Rahimahullah ta'ala Yang pertama adalah Hirmanul ilm Yaitu terhalangi dari ilmu Kata beliau Faminha Hirmanul ilmin nafi Allah kumaksiat terhalangi dari ilmu yang bermanfaat kenapa bisa demikian? artinya mungkin saja dia punya ilmu tapi tidak bermanfaat kalau dia pelaku maksiat tapi kalau dia berusaha menghindarkan diri dari maksiat maka ilmunya akan bermanfaat kenapa? karena ilmu adalah cahaya yang Allah lemparkan dalam hati seseorang dan maksiat memadamkan cahaya tersebut Ketika Imam Syafi'i berguru di hadapan Imam Malik Kemudian dia duduk di hadapan Imam Malik Maka Imam Malik takjub dengan Imam Syafi'i Karena Imam Syafi'i luar biasa cerdasnya Digambarkan seakan-akan kecerdasannya menyala-nyala Saking cerdasnya Imam Syafi'i 7 tahun hafal Al-Quran Kalau tidak salah 10 tahun hafal Muwatta'Muwatta'Imam Malik, kitab hadis yang isinya ribuan hadis bagaimana sang guru tidak terpesona dengan sang murid dan kecerdasannya yang luar biasa dan sempurnanya pemahaman syafi'i maka dia berkata imam malik kepada imam syafi'i wahai sang pemuda aku melihat sungguhnya Allah telah melemparkan dalam hatimu ada cahaya yaitu meletakkan cahaya dalam hatimu dalam hatimu maka jangan kau padamkan cahaya ilmu tersebut dengan kegelapan maksiat maka kau akan terjebak dalam kegelapan tersebut hari dimarah dimana para penuntut ilmu para ahli ilmu sedang berusaha berada di cahaya ilmu mereka yaitu orang-orang yang penuntut ilmu para ilmu mereka Mereka di dalam cahaya. Mereka terus dalam jalan yang terang-benerang. Sementara kalau seorang melakukan maksiat, maka dia dalam kegelapan. وَقَالَ الشَّافِعِ Shafi'i berkata, شَكَوْتُ إِلَىٰ وَقِئٍ سُوْأَحِفْذِي فَأَرْشَدَنِي إِلَىٰ تَرْكِلْ مَعَاصِي Aku mengeluhkan kepada wakil, yaitu gurunya. Wakil Ibn Jarrah al-Ru'asi. Aku mengadukan kepada guruku tentang buruknya hapalanku. فَأَرْشَدَنِي إِلَىٰ تَرْكِلْ مَعَاصِي Maka dia arahkan aku agar meninggalkan maksiat. dan wakil berkata ketahuilah bahwasanya ilmu adalah kemuliaan dan kemuliaan Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat ini yang pertama jadi orang yang menuntut ilmu tapi dia orang pelaku maksiat maka dia dihalangi dari ilmu yang bermanfaat bisa jadi sulit bagi dia memahami ilmu ini yang pertama sulit bagi dia memahami ilmu atau dia Tidak tertarik dengan ilmu Atau kalau dia diberi ilmu maka tidak Tidak bermanfaat Kita dapati sebagian orang Ketika memiliki menuntut ilmu dengan niat yang buruk Mungkin untuk ria Untuk bangga-banggaan Ketika mereka punya ilmu mereka hanya bikin masalah dimana-mana Bikin apa? Masalah Dia ingin tampil, ingin nomor satu Ini bikin masalah dimana-mana Ini contoh bahwasannya ilmu yang dia pelajari Tidak bermanfaat bahkan menjadi bumerang Yang akan menyerangnya pada hari kiamat kelah Baik Terima kasih. Yang kedua, di antara dampak bermaksiat, hirmanu rizq, terhalangi dari rizki. Wa minha katibnul qaym rahimahullah ta'ala, hirmanu rizq, laku maksiat terhalangi dari rizki. Rizqul abdan wa rizqul adiyan, walqulub minal ma'arif walmahabbah wasobar wattawakul wa goyri dhalik. Beliau mengatakan terhalangi dari rizki. Rizki tersebut terkait dengan rizki badan atau rizki terkait dengan agama. Rizki terkait dengan hati, ya rizki secara umum ya, jadi bukan maksudnya Rizki secara materi saja, tapi yang terkait dengan badan, mungkin kesehatan, mungkin apa, terkait dengan hati Ya seperti Al-ma'rifat kepada Allah Allah menjadi terhalang baginya, kemudian juga terlepas darinya kesabaran, dia tidak sabar, kemudian dia tawakkal kepada Allah SWT. Dan dalam musnad, misalnya Imam Ahmad dari Nabi SAW, beliau bersabar, sungguhnya seorang terhalangi dari rizki gara-gara dosa yang dia lakukan hadis ini secara sanat dia lemah tetapi maknanya benar karena kata Ibn Al-Khayyam setelah itu sebagaimana bertakwa sebab datangnya rizki maka meninggalkan ketakwaan sebab datangnya kemiskinan Dan tidaklah Begitu mudah didatangkannya Rizki dari Allah seperti dengan sebab Ketaatan kepadanya dan meninggalkan Maasiat Allah subhanahu wa ta'ala Siapa yang bertakwa kepada Allah Maka Allah akan memberikan Solusi baginya dan Allah beri dia Rizki dari Allah yang tidak dia sangka-sangka Jadi ini rizki umum Termasuk rizki materi Maupun rizki terkait hati itu sabar Tabakal terkait dengan agama, ini semua rizki dari Allah subhanahu wa ta'ala. Maka diantaranya sabar, makanya dalam hadis kata Rasulullah s.a.w., وَمَا أُوتِيَ أَهَدٌ أَطَعًا أَوْسًا Tidak ada seorang diberi pemberian yang lebih luas daripada sabar. Daripada apa? Sabar. Sabar itu rizki dari Allah subhanahu wa ta'ala. Jika seorang sering bermaksiat, maka bisa jadi rizki tersebut terhalang darinya. Oleh karena kalau kita sudah berusaha, sudah berusaha, sudah berusaha, ternyata rizki secara materi tidak dapat-dapat, kemudian kehidupan semakin seret, kemudian kita tidak sabar, ini biasanya karena tidak takwa. Tidak takwa, kurang takwa Dan diantara ciri orang yang bertakwa Dia diberi rizki dari arah yang tidak dia Sangka-sangka Rizki ada dua, ada rizki yang kita persangkakan Dan ada rizki yang tidak kita persangkakan Kalau seorang bertakwa Dia diberi rizki dari arah yang dia sangka, dan diberi rizki dari arah yang tidak dia, dia sangka. Rizki itu banyak ya. Bila Ismail tau-tau dapat rizki anak soleh, dapat rizki yang jomblo, dapat rizki istri soleh. Kalau dapat rizki kebahagiaannya, dapat rizki ilmu, banyak rizki ya. Semakin bertakwa, semakin sering diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Karena itu janji Allah subhanahu wa ta'ala. Baik, yang berikutnya yang ketiga. الْوَحْشَةُ فِي قَلْ بِالْعَاصِ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهُ Ada kesenjangan. bagi pelaku maksiat, dia mendapatkan hukuman berupa merasa kesenjangan, yaitu merasa keterasingan antara dia dengan Allah subhanahu wa ta'ala diantara dampak maksiat Ada kesenjangan atau ada keterasingan Yang didapati oleh pelaku maksiat dalam hatinya Antara dia dengan Allah s.w.t Tidak ada keterasingan yang paling menerita seperti keterasingan ini Dan ini tidak bisa dibandingkan dengan kelezatan manapun Mau dikasih kelezatan apapun Tapi kalau seorang hatinya merasa terasing dari Allah subhanahu wa ta'ala, sungguhnya dia menderita bahkan kata Ibn Al-Qayyim rahimahullah ta'ala seandainya seluruh kelezatan dunia dia dapatkan kekayaan, jabatan makanan, wanita semuanya dia, harta dia miliki tapi ternyata ada keterasingan hatinya dari Allah, maka tidak bisa menambal keterasingan tersebut namun ini, hal ini tidak bisa dirasakan kecuali orang yang hatinya masih masih hidup, kalau hatinya masih hidup dia tahu ketika dia bermaksiat, dia merasa ada kesenjangan antara dia dengan Allah subhanahu wa ta'ala dia ingin menjauh dari Rabb dia ingin menjauh dari Allah, dia tidak merasa nyaman dengan Allah subhanahu wa ta'ala dan ini kesengsaraan yang dia rasakan dalam hatinya berbeda kalau orang hatinya sudah mati kata Ibn Al-Qayyim, ma li jurhin Ada pun mayat kalau dilukai maka dia tidak merasa sakit Artinya hati yang sudah mati dia tidak merasakan Tapi orang kalau Masih ada iman, kemudian dia terjerumus dalam maksiat. Masih dia pasti merasakan hal tersebut. Ada keterasingan, ketidaknyamanan, kekhawatiran, ketakutan. Dia tidak ingin dekat dengan Allah. Mau dekat dengan Allah, ragu-ragu. Tidak ada kelesetan dalam beribadah. Mau ke masjid aja gak enak. Mau ikut pengajian gak enak. Dia ada keterasingan luar biasa. Antara ini dengan Allah subhanahu wa ta'ala. Akibat maksiat yang dia lakukan. Yang dia lakukan. Maka beliau berkata, فَلَوْ لَمْ يَتْرُكِ الْعَاقِلُ الذُّنُوبَ إِلَّا حَذَرًا مِنْ وُقُوءِ تِلْكَ الْوَحْشَةِ وَوُقُوءِهَا بَيْنَ وَبَيْنَ اللَّهِ لَكَانَ الْعَاقِلُ حَرِيًا بِتَرْكِهَا Seandainya seorang berakal mengerti, sadar bahwasannya, kalau seadainya maksiat sebabnya cuma menimbulkan akibat ini saja, cuma menimbulkan akibat membuat dia tidak nyaman dengan Allah. maka sudah cukup dia harusnya meninggalkan apa? maksiat dia tidak berasa nyaman dengan Allah subhanahu wa ta'ala baik yang berikutnya, berapa? empat Al-wahsyatu fiqal bil-asri bayna wa bayna al-nas. Kemudian ketidaknyamanan itu juga, keterasingan itu juga, dia rasakan antara dia dengan manusia, terutama orang yang bertakwa. Dia tidak nyaman duduk sama orang bertakwa, dia merasa tidak nyaman, tidak tentram, karena maksiat yang bergojolak dalam dirinya. Kata Ibn al-Qayyim, Al-wahsyatu lati tahsululahu bayna wa bayna al-nas. Keterasingan, kesenjangan hati yang dirasakan antara dia dengan orang-orang. Walasiya ma'a. Ahlul khairi minhum Terutama orang-orang soleh diantara mereka Fa innal asiya Yajidu wahsyatan baynah wa baynahum Lakum asiat Merasakan adanya kesenjangan antara Dia dengan orang-orang Soleh tersebut Kenapa? Limunafaratil kulub Karena hati mereka tidak singkuran Antara hati-hati orang Soleh dengan hati orang yang tidak Tidak soleh Fa innal qalbal asiya La yalta'imu ma'a qalbi ta'i'Limabainhamu minal bu'di Sungguhnya hati pelaku maksiat, kolbu pelaku maksiat tidak sinkron, tidak bisa nyaman dengan hati orang yang salih. Karena di antara keduanya ada perbedaan yang sangat jauh. Besar kesenjangan tersebut Semakin dia sering bermaksiat Maka dia semakin Tidak nyaman duduk dengan mereka Dan tidak nyaman Bermajelis dengan mereka Karena tidak nyamung satu bicara ketakuan Satu bicara akhirat sementara dia Kecenderungan ingin maksiat Dan akhirnya dia terhalangi Dari mendapatkan keberkahan Mendapatkan manfaat dari orang-orang Saleh Ini diantara Dampak dari maksiat. Kemudian Ibn Qayyim berkata, وَقَرُبَ مِنْ هِزْبِ الشَّيْطَانِ بِقَدْ رِمَى بَعُودَ مِنْ هِزْبِ الرَّحْمَنِ Dan dia semakin dekat dengan golongan syaitan, sebagaimana dia semakin jauh dari... Dari golongan Allah subhanahu wa ta'ala. Dari Hizbullah, Hizbur Rahman. Dan kesenjangan ini, Keterkesan ini semakin kuat, Sehingga sudah bercokol, Dan semakin kokoh. Bahkan itu bukan cuma kepada orang lain Kesenjangan tersebut Bahkan kesenjangan tersebut terjadi antara dia dengan istrinya Antara dia dengan anaknya Ada ketidaknyamanan antara dia dengan kerabat-kerabatnya Bahkan dia tidak nyaman dengan jiwanya sendiri Kau berdapat diri merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri Tidak nyaman dengan dirinya sendiri Ini jika kegelapan wahsyah, kesenjangan, keterasakan itu semakin kuat, dia merasakan dampaknya, bahkan hubungan dia dengan istri dan anak-anaknya. وَقَالَ الْفُضَيْلِ بِنْ إِيَادِ Berkata Fudhail bin Iyad, رحمه الله تعالى, إِنِّي لَأَعْصِلْ لَهَا فَاعِفُ ذَلِكَ فِي خُلُقِ حِمَارِ وَخَادِمِ وَمْرَأَتِ وَقَرِيبَتِ Sungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, dan aku melihat dampak maksiat tersebut, pada perangai tungganganku, yaitu himarku, ledaiku, dan aku melihat pada perangai pembantu, istriku dan kerabatku hal ini disebutkan oleh Ibn Abidunya dan Abu Nu'aym dari Fudail bin Iyad Hai, jadi maksiat menyebabkan hubungan tidak nyaman, tidak nyaman sama orang soleh, tidak nyaman duduk sama mereka, maunya duduk sama orang pelaku maksiat, gelisah. Kalau duduk sama orang-orang soleh, pinginnya bermajelis sama pelaku maksiat atau bersendirian dalam dunia maya maksiat, dia tidak nyaman. Bahkan ketidaknyamanan tersebut sampai muncul antara dia dengan istrinya dan anak-anaknya. Hubungan tidak nyaman. Ini hidup seperti ini tidak bahagia. Tapi yang berikutnya yang berapa? Lima. Ibu sudah hafal. Satu, dua, tiga, empat. Kalau ujian bisa insya Allah ya. InsyaAllah gak lulus. Yang berikut yang kelima, ta'asirul umur. Pelaku ma'asiat, urusan menjadi ruwet, menjadi susah. Waminha, diantara dampak ma'asiat, ta'asiru umuril asi. Pelaku ma'asiat, urusan menjadi susah. Alayhi. Fala yatawajjahu li amrin illa yajiduhu muglaqan dunahu. Tidaklah dia melakukan satu kegiatan, kecuali tertutup pintunya. Au muta'asiran alayhi. Bisa, tapi ternyata sulit. Terima kasih. Banyak hambatan-hambatan. وَهَذَا كَمَا أَنَّ مَنِ تَقَى اللَّهَ جَعَلَهُ مِنْ أَمْرِي يُسْرَى Dan ini sebaliknya, orang yang bertakwa kepada Allah, Allah mudahkan urusannya. فَمَنْ أَطَّلَتْ تَقْوَى Siapa yang membuang ketakwaan, جَعَلَهُ مِنْ أَمْرِي يُسْرَى Maka Allah bikin urusannya sulit. وَيَا اللَّهِ الْعَجَبُ Sungguh menakjubkan. كَيْفَ يَجِدُ الْأَبْدُ أَبْوَابَ الْخَيْرِ وَالْمَصَالِحَ مَسْدُودَةً عَنْهُ وَتُرُقَهَا مُعَصَّرَةً عَلَيْهِ Demi Allah sungguh menakjubkan bagaimana seorang hamba melihat pintu-pintu kebaikan tertutup darinya. Kemasalahan-kemasalahan kemudian buntu kepadanya. Jalan-jalan menuju kebaikan, sulit semuanya, kemudian dia tidak tahu sebabnya apa. Menakjubkan. Kenapa dia tidak tahu sebabnya? Yang jelas sebabnya karena dia bermaksiat. Bal huwa mungkabbun ala ma yazidu umurahu alaihi ta'siran. Dan dia semakin menuju pada perkara yang semakin mempersulit dirinya. maka kita harus sadar bahwasanya kita dalam urusan-urusan terkadang kita tahu ini baik kok sulit bagi kita kok sulit ya jelas karena maksiat makanya kalau seorang sudah merasa sulit sering beristighfar ada ikhwan nadhor ditolak melulu itu itu pasti maksiat kalau jomblo nadhor ditolak apa kurangnya saya ganteng-ganteng pakai mobil kok ditolak ada masalah ini segala macam Segera istighfar. Dekarenanya, maka aneh kalau seorang, ketika ingin melakukan kebaikan, jalan-jalannya tertutup, pintu-pintu tertutup, jalan buntu semua, terus dia tidak sadar, kok bisa? Sebagai firman Allah SWT Itu semua dari diri kalian sendiri Yang mempersulit adalah kalian Coba kalau banyak istighfar Banyak istighfar, banyak bertobat InsyaAllah jalan-jalan terbuka Yang berikutnya yang berapa? Yang keenam Kata Ibn Qayyim Yaitu ada kegelapan dalam hati Merasa kegelapan Di antara dampak maksiat Seorang orang pelaku maasiat mendapat di dalam dirinya ada kegelapan kegelapan yang hakiki yuhisu biha kama yuhisu bi zulmatil layl al bahim idad lahamma dia benar-benar merasakan kegelapan tersebut sebagaimana jika dia berada di dalam kegelapan malam yang gelap gulita ada kegelapan tersebut dirasakan fatasiru zulmatul maasiat li kolbih ke zulmatil hissiyat li basarihi maka jadilah kegelapan dalam hatinya seperti kegelapan yang nyata di depan matanya semakin besar kegelapan tersebut, maka semakin besar kebimbangannya orang tersebut semakin bingung sehingga dia terjurumus dalam bid'ah-bid'ah, kesesatan-kesesatan... wal umuril muhlikati wa huwa la yash'ur dia terjurumus dalam perkara-perkara yang binasakan dan dia tidak sadar ka'a ma kharaja fi zulmatil layl yamshi wahdahu seperti orang buta yang keluar di tengah malam gelap gulita kemudian dia berjalan sendiri Taib, beliau mengatakan bahwasannya bahaya, orang terlalu maksiat, akhirnya dadanya menjadi gelap, hatinya menjadi gelap. Kalau sudah gelap, dia sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ada kecenderungan, sehingga dia cenderung melakukan bid'ah, cenderung melakukan kesesatan, cenderung mengikuti hawa nafsunya, sehingga terjermus dalam hal yang membinasakannya, dan dia dalam kondisi tidak sadar. Taib. Berikutnya, diantara sebab atau dampak maksiat yang berapa? Yang ketujuh, وَحْنُ الْقَلْبِ وَالْبَدَنِ Membuat lemah hati dan badan. Hati menjadi lemah, badan juga menjadi lemah. وَمِنْ هَأَنَّ الْمَعَاصِي تُهِنُ الْقَلْبَ وَالْبَدَنِ Maksiat menjadikan... hati menjadi lemah dan badan juga menjadi lemah adapun membuat hati menjadi lemah maka perkara sangat jelas tidak seorang pun yang tidak tahu akan hal ini bahkan terus menerus maksiat melemahkan hatinya sampai menghilangkan kehidupan hatinya lemah-lemah sehingga mati kemudian iman lepas dari dirinya yaitu orang kalau suka maksiat, mulai seudon pada Allah, mulai tidak sabar mulai berprasangka buruk kepada Allah SWT mulai malas beribadah, mulai tidak tertarik baca Al-Quran, terus lemah-lemah lemah, lemah, lemah, lemah, lemah, sampai mati. Kalau sudah mati, berarti sudah kafir. Makanya disebut, al-ma'asi baridul kufur. Atau, apa namanya, ma'asiat, ad-dhunub, dhanil, dhamben, baridul kufur. Bahwasanya, ma'asiat itu pengantar kepada kekufuran. Karena setiap berma'asiat, hatinya lemah. Lemah, lemah. Kalau tidak ditolong oleh Allah SWT, tidak kembali kepada Allah, bisa mati apa? Hatinya. Kemudian Ibn Al-Qayyim menjelaskan, kalau masalah hati menjadi lemah, agar-agar, Gara-gara maksiat jelas, sekarang bagaimana penjelasan Bahwasannya badan juga Melemah gara-gara maksiat Wa amma wahnuha lil badan Adapun maksiat Menjadikan lemah badan Fa innal mu'mina quwwatuhu Min qalbihi Karena seorang mu'min kekuatannya dari hatinya Wa kullama qawiyah qalbuhu Qawiyah badanuhu, semakin kuat hatinya Semakin kuat jasadnya Wa amal fajir Adapun fajir Fa innahu wa inkana qawiyah badan Adapun fajir Meskipun badannya kuat Tapi badannya tersebut menjadi sangat lemah Ketika dia membutuhkan badannya tersebut Maka kekuatan badannya akan berkhianat kepadanya Ketika dia sedang membutuhkan kekuatannya Perhatikan tentang kekuatan Romawi dan Persia Siapa yang ragu tentang kekuatan mereka Orang-orang Eropa Tubuh besar-besar Tinggi-tinggi Kuat Bagaimana mereka berkhianat? ahwajamakanu ilaih bagaimana kekuatan mereka berkhianat kepada mereka ketika mereka sangat membutuhkan kekuatan badan tersebut waqoharahum ahlul iman bikuwatikulubim, mereka kalah dengan ahlul iman, para sahabat yang mereka mungkin makannya sedikit badannya tidak sebesar orang-orang rumawi, tetapi hati mereka kuat ma'anna abnanahum kana ta'ifah padahal para sahabat badan mereka lemah badan mereka lemah, kalau kita lihat bagaimana kisah Bisa Khalid bin Walid berperang melawan orang Romawin dan Persia berlipat-lipat. Jumlah mereka berlipat-lipat ganda. Ya, ternyata bagaimana Khalid bin Walid bisa mengalahkan mereka? Kenapa? Karena kekuatan hati mereka. Sementara makanan mereka terbatas. Badan mereka lemah. Kuda-kuda mereka juga lemah. Kamu muslimin. Persenjataan mereka juga lemah. Namun, Para sahabat bisa mengalahkan mereka dengan apa? Kekuatan iman, iman mereka. Maka ini bukan, sekarang kan Ibn Lukai mengatakan, bukan omong kosong. Kalau orang hatinya kuat, dia bisa mengalahkan fisik yang kuat. Meskipun fisik dia mungkin lemah, tapi dengan kekuatan hati yang kuat, fisiknya menjadi kuat untuk mengalahkan yang secara kasat mata fisik musuh lebih kuat, namun bisa kalah. Dia sebutkan contohnya seperti ini. Para sahabat jalan jauh, bayangkan. Pergi ke negeri Romawi, ratusan kilo, Bahkan ribuan kilo Seribu kilo lebih mereka berjalan Bawa perbekalan yang seadanya Kuda-kuda yang sudah mungkin keletihan Kemudian jumlah yang sedikit Kemudian sampai di negeri musuh Melawan musuh yang berlipat ganda Ternyata sahabat menang Apa yang buat mereka menang? Hati mereka yang apa? Yang kuat Secara fisik mereka menang Mereka perang secara fisik Dan mereka menang Makanya ketika Khalid bin Walid ditanya Siapa kau datang? saya datang dengan siapa? kata Khalid bin Ali, saya datang dengan kaum yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan. saya datang dengan kaum yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai apa? kehidupan. repot. lawan dengan musuh seperti ini, repot. akhirnya kalah mereka. jadi benar bahwa seingin iman yang kuat membuat tubuh juga menjadi apa? menjadi kuat. Dan saya sudah sampaikan tadi dalam pengajian, lihat kita dapat di para ulama kita. mereka bukan olahragawan tapi mereka kuat kadang mereka kesana kemari kesana kemari kemudian sampai dipanjangkan umur oleh Allah subhanahu wa ta'ala mungkin mereka tidak pikun luar biasa ya Allah beri apa? kekuatan apa? hati mereka apa? hati mereka kuat sehingga diberi kekuatan badan oleh Allah subhanahu wa ta'ala yang berikutnya yang keberapa? yang ke ke 8. Hirmanu ta'ah. Pelaku maksiat terhalangi dari ketaatan. Dari karya bermaksiat, dia tidak melakukan ketaatan. Wa min hirmanu ta'ah. Falau lam yakun li dhambi uqobatun, illa annahu yufawwitu ala fa'ilihi ta'atun. Kalau seandainya tidak ada dampak buruk dari maksiat, kecuali maksiat tersebut membuat dia terhalangi dari maksiat. dari melakukan ketaatan. Kadang satu ketaatan, kadang ketaatan yang banyak. Yaitu efek domino. Gara-gara satu maksiat ini, dia terhalangi satu ketaatan, akhirnya berlanjut ketaatan-ketaatan yang lain juga terhalangi. Seandainya waktu misalnya, gampang. Seorang nonton film Korea, film Korea berapa menit biasanya? Saya ingin tahu. Film Korea berapa menit? Berapa menit? Jangan pura-pura tidak tahu. Dalam Korea berapa menit? 60 menit. Taruhlah 60 menit ya. 60 menit dia duduk di Korea. Seandainya dia gunakan untuk baca Quran, tentu ada. Dia terhalangi dari maksiat, terhalangi dari ketaatan. Gara-gara nonton apa? Maksiat. Satu jam hilang, seandainya digunakan untuk ketaatan. Maka ini sudah cukup. seorang hendaknya meninggalkan maksiat. Karena dengan maksiat tersebut, dia terhalangi dari ketaatan yang harusnya dia bisa dilakukan di waktu tersebut. Yang jadi masalah, ketaatan yang terhalangi darinya terkadang bukan satu ketaatan, tapi ada efek domino. Ada ketaatan-ketaatan lain yang akhirnya... Akhirnya terhalangi gara-gara satu maksiat ini. Maka Ibnul Qayyim seorang yang berakal, Seandainya tahu bahwasannya dampak dari maksiat cuma satu ini saja, Maka sudah cukup dia meninggalkan maksiat. Karena ketaatan ini luar biasa dampaknya di akhirat kelak, Di dunia maupun di akhirat. Dan dia butuh dengan ketaatan tersebut, Di saat-saat dia sangat butuh kepada kebaikan, Itu di akhirat kelak. Ternyata ketaatan tersebut tidak dia lakukan. Sungguhnya maksiat menghalangi seorang dari melakukan ketaatan yang harusnya Dia melakukan ketaatan, dia malah melakukan apa? Maksiat Sungguh, sudah cukuplah bagai seorang pelaku maksiat Dia melakukan maksiat, maka dia dihukum Selain terhalangi dari ketaatan Dia juga dikasih hukuman akibat tidak melakukan ketaatan tersebut Wayaqatakwa Dan juga akhirnya yang buat dia terhalangi Dari ketaatan yang lain Dan kemudian ketaatan yang lain Yang ketiga Dan ketaatan yang keempat juga terhalangi Ketaatan yang kelima juga terhalangi Gara-gara satu maksiat Dan seterusnya Jadi satu maksiat terkadang efek domino Terkadang efek domino Maksudnya Seorang misalnya Dia satu jam dia baca sesuatu, dia baca Quran Maka kemudian dia baca Quran tersebut tersebut, dia baca mungkin tertarik untuk sedekah, gara-gara ada ayat dan sedekah atau silaturahmi, akhirnya dia melakukan ketaatan yang berikutnya mungkin akhirnya malam dia sholat malam karena dia tadi sebelum tidur baca apa? Al-Quran, akhirnya malam dia sholat malam, akhirnya dia sholat subuh, coba kalian nonton maasyiat ketaatan lewat semua dia tidur, sholat malam gak sholat malam subuh lewat, sholat duha sholat subuh di waktu apa? duha, sholat qobli beliah jadi bakdiah. Lanjut. Pagi-pagi bangun hati menjadi apa? Kering. Lupa silaturahmi, lupa sedekah. Ini contoh maksudnya satu maksiat bisa menghalangi dari ketaatan efek domino juga terkadang panjang. Fayangkatu alaihi bidhambit wa'atun kafira Gara-gara satu dosa, maka terputus darinya rantai ketaatan yang panjang Kulu wahidatin minha khairun lahu minad dunya wa ma'alaihi Setiap kebaikan yang terhalangi darinya lebih baik daripada dunia dan seisinya Gara-gara nonton film Korea, dia tidak sholat malam. Sholat malam ini lebih baik daripada dunia dan seisinya. Yang dia lakukan mungkin setengah jam, seperempat jam, satu jam, lebih baik daripada dunia dan seluruh seisinya. Sholat subuh di masjid, sholat qobliya subuh yang dia lakukan, akhirnya terhalangi. Yang kedua qobliya subuh ini lebih baik daripada dunia dan seisinya. Apalagi sholat subuh berjamaat. Setelah subuh, zikir setelah subuh, kemudian dia sholat duha, semua lewat gara-gara tadi malam dia bermasiat. Betapa banyak ganjaran yang hilang darinya. Faya futuhu al-ajr ma'a hamli al-wizr. Maka pahala luput darinya dan dia harus memikul dosa. Wa tata da'afu fi haqqihi al-qubah. Wa hadha kahrajulin. Dan kemudian hukuman semakin bertumpuk. ini gambarnya sederhana seperti seorang makan suatu racun Bikin dia sakit Gara-gara dia sakit dia gak bisa makan yang enak-enak Yang baik-baik sekian lama Kira-kira seperti itu Ketika dia bermaksiat Terhalang dari banyak kebaikan-kebaikan yang lain Intinya dia jadi terhalangi Allah bikin dia terhalangi dari kebaikan-kebaikan yang lain Gara-gara satu maksiat yang dia lakukan Bagaimana kalau berbagai macam Maksiat Al-Hasan al-Basri berkata, إِنَّ مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةَ بَعْدَهَا Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan yang selanjutnya. Orang melakukan kebaikan, Allah berikan dia untuk lanjut ke kebaikan berikutnya. وَمِنْ أُقُبَتِ سَيِّئَةِ سَيِّئَةَ بَعْدَهَا Hukuman terhadap keburukan adalah... keburukan yang selanjutnya dia lakukan seorang kalau tidak menyibukkan hatinya untuk kebaikan maka hatinya akan menyibukkan dia untuk kebatilan Ini yang kata Disipir-sipirkan dari sebagian orang Al-waktu kaseif illam taqta'uhu qata'aka Waktu itu seperti apa? Pedang Kalau kau tidak patahkan pedang tersebut Pedang tersebut yang akan menebasmu Artinya waktu kalau kau tidak gunakan untuk kebaikan Maka kau bisa gunakan dia untuk apa? Keburuk Dia akan menjebakmu untuk melakukan kemaksiatan Maka dalam hidup ini Kita berusaha bikin jadwal Yang menjebak kita pada kebaikan-kebaikan Jika tidak Nongkrong melamun Akhirnya mulai kepo Akhirnya terjumlah Coba seorang kalau lihat maksiat Setengah jam, satu jam Saya coba cek hatinya Hatinya tadi sebelum nonton maksiat Dengan setelah nonton maksiat pasti sudah berubah Pasti sudah berubah Ada kesenjangan dengan Allah subhanahu wa ta'ala Ada ketidaknyamanan dengan Allah subhanahu wa ta'ala Pasti sudah berubah Dan itu sebagai contoh Bahwa sebenarnya dampak maksiat itu secara langsung Dampak maksiat secara langsung Langsung. Sementara kalau dia satu jam dia baca Quran. Coba dia cek hatinya sebelum baca Quran. Pasti ada kebahagiaan. Pasti. Langsung. Tidak terlambat. Langsung dia bahagia. Dampak ketaatan yang langsung dia rasakan. Seketika itu juga. Tapi sekarang keberapa? Sembilan. Ini banyak puluhan, sampai subuh juga gak selesai. Tebal ya, tebal. Ini dampak maasiat setebal ini. Baik, yang berikutnya, yang ke sembilan. Kisar al-umur wa mahku barakatihi. Pendek umur dan dihilangkan keberkahan umur. Wa minha, katibul khaym, diantara dampak maasiat. Annal maasi tuqassir al-umur wa tamhaq. maksyiat memendekkan umur dan menghilangkan keberkahannya sebagaimana kebajikan dan ketakwaan menambah umur dan maksyiat maka maksiat dan kefajiran mengurangi umur waqad ikhtalafa annasu fi hadhal mawzi para ulama telah berselisih, apa maksudnya maksiat mengurangi umur taib, waqalat ta'ifatun pendapat sebagian ulama, sekelompok manusia nuqsanu umril asi huwa dhahabu barakati umrihi wa mahkuha alihi, maksudnya berkurang umur, bukan umurnya berkurang, tetapi keberkahannya hilang hidupnya itu hilang, gak ada nilainya gak ada yang dia lakukan untuk untuk keluarganya, untuk orang tuanya, untuk dirinya, untuk imannya, umurnya habis itu saja, buat jalan-jalan, buat ini, buat nonton, buat tawakti, buat turahura, buat, gak ada nilainya, gak ada nilainya, anak-anaknya tidak merasakan keberkahan keberadaan bapaknya, keberadaan ibunya, orang tuanya tidak merasakan ada keberkahan anak-anaknya, gak ada, habis umurnya, kenapa? Habis dengan maksiat, habis dengan maksiat, ini maksudnya berkurangi umur, dan ini benar. Dan ini benar kata Ibn Al-Qayyim. Dan ini sebagian dari dampak maksiat. Sekelompok ulama lain berpendapat lain. Menurut sebagian ulama, umurnya benar-benar berkurang. berkurang secara hakikat sebagaimana rizki berkurang secara hakikat karena Allah membuat sebab-sebab Yang bisa menambah umur, menambah rizki Dan menambah keberkahan Jadi ketika mereka maksiat mengurangi Umur, mengurangi rizki Benar-benar rizki berkurang, umur juga berkurang Harusnya dia mungkin hidup 70 tahun jadi 50 tahun Harusnya 90 tahun jadi berkurang Rizkinya berkurang dan keberkahan juga berkurang Sebagaimana umur bisa bertambah dengan sebab Maka juga bisa berkurang dengan sebab fal arzak wal ajal wa sa'ada wa syaqa wa siha wal marad rizki ajal, kebahagiaan, penderitaan, kesehatan, sakit, miskin, kaya semuanya dengan takdir Allah tetapi Allah mentakdirikannya bi asbabin ja'alahak dengan sebab-sebab yang menimbulkan akibat benar semua sudah takdir tapi ada Allah menjadikan sebab yang menimbulkan akibat berikutnya berkata sekelompok yang ketiga Ya ini mirip dengan yang pertama Itu bukan hakiki tapi majazi Bahwasanya dampak dari maasyiat Dalam menghilangkan umur Menghilangkan keberkan umur Kenapa? Karena hakikat kehidupan adalah kehidupan hati Bukan kehidupan badan Oleh karena Allah menjadikan orang kafir itu mayat Orang mayat Kafir itu dianggap mayat oleh Allah, bukan orang hidup Mereka adalah orang mayat-mayat bukan hidup Karena yang Allah tinjau adalah hatinya Bukan jasadnya Kehidupan yang sungguhnya adalah kehidupan hati Dan umur manusia adalah sepanjang hayatnya, sepanjang hidupnya Faleisa umruhu illa alqawatu hayatihi billah Sa'atu umrihi. Maka kehidupan yang sungguhnya, jika hatinya bersama Allah. Jika hatinya tidak bersama Allah, berarti dia tidak sedang ada umurnya. Jadi seakan-akan pendapat gue mengatakan, kehidupan sungguhnya itu kehidupan hati. Nah kalau mau dibilang hati yang hidup, adalah hati yang bersama Allah. Kalau hati gunakan ma'asiat, itu hati sedang mati. Hati sedang mati. Maka orang melakukan ma'asiat, sungguhnya kehidupannya semakin pendek. Karena kehidupan hatinya, banyak digunakan untuk ma'asiat kepada Allah SWT. maka dengan demikian maka kebajikan, ketakwaan ketaatan menambah umur yaitu dalam waktu-waktu yang digunakan untuk taqwa itu Itulah hakikat kehidupan manusia. Dan tidak ada umur bagi manusia kecuali dalam rangka ketaatan. Kalau bukan untuk ketaatan berarti dia sedang apa? Sedang mati. Wabil jumlah. ma'asi, ketahuilah kesimpulannya, jika seorang hamba berpaling dari Allah, maka dia sibuk dengan ma'asiyah, do'at alaihi ayamu hayyatihi, maka akan hilang, pergi, sia-sia hari-hari kehidupannya al-haqqiyah, itulah kehidupan yang sungguhnya, hilang semuanya yang hari-hari yang hilang tersebut, dia akan merasakan dampak buruknya, pada hari kiamat telah, tak kala dia berkata ya alaihi taniqa Nikodam tulihayati, seandainya dulu aku beramal Soleh ketika di dunia Oleh karenanya Seorang berusaha untuk Menghemat-hemat umurnya untuk ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Jika umurnya habis buat kemaksiatan, maka sungguhnya dia telah mengurangi kehidupan yang hakiki. Karena kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati bersama Allah subhanahu wa ta'ala. Maka disini kita renungkan, sudah betul banyak umur yang sudah kita buang. Terlalu banyak. Terlalu banyak umur yang kita buang tidak ada manfaatnya. Itu bukan kehidupan yang sungguhnya. Ini masalahnya medsos zaman sekarang. Terlalu banyak musim-musim di zaman kita. Musim politik, musim artis, musim ini. Terlalu banyak. Akhirnya kita melihat yang tidak perlu. Akhirnya kita melihat maksiat. Akhirnya kita komentar. Setiap hari kita buang umur kita. Kita browsing. Kita berpindah dari satu klip ke klip berikutnya. Akhirnya kita buang umur, umur kita. Hanya kita nanti sesali pada hari kiamat kelam. Type yang berikutnya, yang keberapa? 10 Waminha al-ma'asi tuwallidu amthalaha Ma'asiat itu menimbulkan Ma'asiat-ma'asiat yang sepertinya Waminha anal-ma'asi Tazra'u fil kulubi amthalaha Sungguhnya ma'asiat yang dilakukan Oleh seorang hamba, menanamkan dalam hati Hamba, ma'asiat-ma'asiat sebagian maksiat yang lain sampai sulit bagi seorang hamba untuk meninggalkan maksiat tersebut Dan sulit dia keluar dari maksiat tersebut. Maksudnya sudah kecanduan. Dia sudah tertawan oleh maksiat tersebut. Dia jadi tawanan. Dia tidak bisa keluar dari maksiat tersebut. Karena maksiat sudah bertumpuk dan saling munculkan satu dengan yang lainnya. Dan sebaliknya yang buat dia semakin mudah melakukan maksiat tersebut. Sebagaimana perkataan sebagian salaf. Semuanya diantara. hukuman maksiat adalah maksiat yang berikutnya diantara balasan kebajikan adalah kebajikan selanjutnya ini dampak maksiat karena kamu kalau maksiat bukan itu saja yang kau lakukan pasti giring maksiat yang lain sederhana orang kalau musik emang musik aja yang dia maksiatin banyak udah musik pasti ya disco-disco kemudian niru-niru orang-orang kafir kemudian sama cewek-cewek kemudian syahwat kemudian teller kemudian Kemudian bisa terjun pada zina dan yang lainnya narkoba Dan yang lainnya Dan itu Sering sekali artisannya seperti itu Sering sekali Mereka buat senang orang mereka sendiri tidak senang Tidak bahagia Narkoba, keluarga berantakan Tidak ada kebahagiaan Gonta ganti pasangan Dan seperti itu Komar Zina Zina Jika seorang yang melakukan kebaikan Maka kebaikan lain di sisinya berkata Saya juga kebaikan, lakukan dong kebaikan tersebut Ini dampak melakukan kebaikan bukan kebaikan. Jika luar kebaikan, kebaikan lain, menggelia. Saya juga kebaikan, lakukan dong. Fa'idha amilaha qalat ukhra. Kalau dia melakukan kebaikan yang berikutnya, kebaikan yang lain juga ngomong. Iqmal nih, lakukanlah aku juga. Wa thalithatan wa rabiatan. kemudian kebaikan yang ketiga kebaikan yang keempat dan seterusnya dan seterusnya maka keuntungan yang didapatkan pahala berlipat ganda maka kebaikannya bertumpuk-tumpuk kebaikannya bertambah-tambah namun sebaliknya demikian juga sisi keburukan ya Fala wa attala al-muhsin ta'ala baqat alihi nafsuhu Kata beliau, Ibn Qayyim rahimahullah ta'ala, bahwasannya ketika seorang melakukan kebaikan-kebaikan, kebaikan seolah-olah akan bertumpuk-tumpuk, bertumpuk-tumpuk sehingga menjadi suatu kondisi yang kokoh, dan sifat yang melazimi. Demikian pula keburukan. Ketika melakukan maksiat yang satu, maksiat yang lain, mengatakan saya juga maksiat, kenapa kau tidak lakukan? Maksiat juga melakukan, saya juga maksiat, kenapa kau tidak melakukan? Kenapa kau hanya melakukan maksiat yang itu? Saya juga dong, saya juga dong. Akhirnya bertumpuk-tumpuk maksiat yang satu dengan yang lainnya. Aman lah kalau gak ganti Aman ya Sampai Ibn Taymiyyah Ibn Taymiyyah mengatakan, perhatikan disini Sampai kalau seorang yang baik Dia meninggalkan satu kebajikan Atau dia meninggalkan kebajikan Ladhokat alaihi nafsuhu Maka dia merasa sesak kenapa saya tidak melakukan kebaikan Artinya dia sudah kecanduan apa? Kebaikan Dia hari ini tidak sholat malam, dia aduh kenapa saya tidak sholat malam Kenapa tadi sudah Alarm bunyi tapi saya tidur lagi Kenapa saya tidak berbuat baik sama dia? Kenapa saya tidak bersedekah hari ini? Kenapa saya tidak sholat Tuhan hari ini? Kenapa hari ini lewat saya tidak baca Quran? Dia merasa sesak dirinya. Dia merasa bumi yang luas ini terasa sempit baginya ketika sudah terbiasa melakukan kebajikan, kemudian dia tidak melakukannya. Dan dia merasa dirinya seperti ikan jika lepas dari air. Sudah sulit hidup ini, ikan tanpa air susah. Sampai dia kembali kepada air tersebut. Kalau dia sudah melakukan kebajikan lagi, maka dia tenteram lagi. seperti ikan yang dikembalikan ke air sebaliknya kalau pelaku maksiat yang sudah terbiasa melakukan maksiat ketika diajak melakukan ketaatan maka dirinya menjadi sempit sulit mudah-mudahan salat berat suruh baca Quran berat hatinya menjadi sempit semua jalan keluar tertutup sampai dia melakukan maksiat lagi Hattai inna kathiran minal fusaq. Perhatikan. Sampai sebanyak dari pelaku maksiat, Layuwaqi'ul maqsiatim min go'iriladzatin yajiduhak. Perhatikan ini melukai perkataan indah. Wala da'iyatan ilahi innalimayajiduhu min alam bimufarakatiha. Sampai sebagian pelaku maksiat, ketika melakukan maksiat, dia bukan karena dapat kelezatan sudah ada tidak ada kelezatan lagi cuma kalau dia tidak maksiat dia menderita dia maksiat sudah saking biasanya ini maksiat yang dilakukan bukan karena kelezatan lagi, tapi kalau dia tidak lakukan dia menderita ngeri Kama sarraha bithalika sheikhul qawm, sebagaimana ada di antara mereka bos pelaku maksiat yang mengaku akan hal ini tukang minum bir. Dia berkata, wa ka'sun sharibtu ala laddatin, wa ukhra tadawaytu minum bir. Habihah, satu gelas Bir saya minum untuk kelezatan Satu gelasnya lagi untuk Pengobatan, karena kalau saya Tidak minum saya, tersiksa Saya tersiksa Kecanduan Ini bukan karena kelezatan lagi Tapi karena tersiksa kalau tidak melakukan apa? Maksiat. Sama. Perokok, minum khamar, bercandu film yang porno misalnya, atau narkoba. Apa dia bilang? Kalau tidak konsumsi narkoba, mengalami apa namanya? Sakau apa? Sakau. Sakit tidak? Sakit itu. Sakit. Kasian. Jadi dia minum markopo bukan untuk kelezatan, tapi untuk menghilangkan apa? Sako yang dia rasakan. Jadi masyarakat seperti itu. Dia bukan apa, tapi harus dia lakukan. Jika tidak, dia kayak ada yang hilang. Jadi dia harus melakukannya. Sudah kecanduan. Bukannya kelezatan, gak ada lagi. Khamar satu saya minum untuk kelezatan, benar. Khamar berikutnya saya minum untuk berobat. Karena kalau saya tidak minum, saya menderita. Itu dampaknya masih terus sampai pada tahapan seperti itu. وَلَا يَزَالُوا الْعَبْدُ يُعَانِي الطَّاعَةَ Senantiasa seorang hamba berusaha, sulit menjalankan ketaatan. Tapi dia jalani-jalani, وَيَأْلَفُهَا Sampai dia terbiasa, bahkan وَيُحِبُّهَا Kemudian dicinta ketaatan tersebut. Baca Quran pertama, malas. Tapi lama-lama senang, lama-lama Pengen tadabur, lama-lama pengen menghapal Itu butuh perjuangan sampai tahapan tersebut وَيُؤْثِرُهَا حَتَّى يُرْسِلَ اللَّهُ سَبَحَانَهُ بِرَحْمَةِ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةَ تَأُزُّهُمْ Zuhu ilaiha azan Sampai dia mengutamakan Ketaatan tersebut daripada kenikmatan-kenikmatan Yang lain, sampai Allah dengan Kasih sayangnya, mengirim malaikat Untuk mendorongnya, ayo Taat, ayo bangun malam, ayo Baca Quran, ayo sedekah Ada malaikat yang mendorong Waktu harriduhu alaiha, buat dia segera ayuh melakukan ketatan. Waktu za'ijuhu anfirasyi wa majlisi ilaiha, membuat dia gelisah, hari ini dia belum baca Quran, orang ngobrol, dia ingin segera pergi, ingin segera pulang, kenapa dia belum baca Quran? Dia ingin segera tidur, kenapa? Supaya bisa bangun malam, kalau sudah bangun malam dia gelisah, sudah jam berapa ini dia ingin bangun sholat malam? Ada mana yang kata yang buat dia gelisah untuk melaksanakan apa? Kata atas. Sebaliknya, وَلَا يَزَالُ يَأْلَفُ الْمَعَاسِ Sementara seorang senantiasa melakukan ma'asiat, melakukan ma'asiat, وَيُحِبُّهَا Sampai cinta kepada ma'asiat tersebut, وَيُؤْثِرُهَا Sampai mendahulukan maksiat atas segalanya Dia tidak peduli Apakah ini berdampak kepada istrinya Berdampak kepada anaknya Berdampak kepada ekonominya Dia tidak peduli Apakah kesehatannya juga ditumbalkan Dia tidak peduli Karena dia sudah jatuh cinta sama maksiat tersebut sudah kecanduan. Hatta yursilallahu alaihi syayatin, fata'uzzuhu ilaihi azzan. Sampai Allah kirim bagi dia siatan-siatan, mengiring dia, buat dia gelisah kalau tidak bermaksiat. Sehingga dia harus bermaksiat. Falawalu qawwa jundata'a bilmadad, fasawru min akbari a'wanihi wal'aasi, qawwa jundal ma'sia bilmadad, fakano a'wanan alaih. Baik, lanjut apa sudah? Sudah keberapa ini? Sudah 10. Sudah 10 cukup ya? Nanti lain kali ya. Gimana ibu-ibu, lanjut apa sudah? Dua lagi, dua lagi ya. Biar apa, satu lusin, dua belas. Yang ke sebelas, المعاصي تطعف القلبة نرادته Maksiat, menjadikan hati lemah, keinginannya menjadi lemah. ومنهم وهو من أخوافها على الأبد Dan ini diantara dampak yang paling dikhawatirkan menimpa seorang hamba sehingga dia melemahkan hati untuk ingin melakukan kebajikan lemah, semakin lemah ada pun keinginan bermaksiat semakin besar pengen taubat semakin lemah kepingin tobat tadinya awal pengen tobat lama-lama semakin tidak ingin bertobat semakin tidak ingin bertobat semakin lemas semakin lemah ila antan salih amin qalbih iradatutawba bilqul liyas sampai keinginan tobat hilang sama sekali sudah enjoy dengan maksiat di tenggelam dalam maksiat follow mata makanya akhirnya Pak betapa kalau seandainya hatinya mati setengah kita sudah sulit mengatakan dia bertobat kepada Allah kenapa? dia mungkin bilang istighfar mungkin dia bilang saya bertobat dengan lisannya sering hatinya sudah mati setengah Bagaimana kalau mati seluruhnya? Mereka mengatakan seandainya setengah hati sudah mati. Dia kemudian beristighfar. Taubat itu pun kita ragukan taubatnya. Kenapa? Sebagaimana taubatnya? Kazzabin. Seperti para pendusa yang kami bertobatkan beristighfar. Sementara hatinya ingin melakukan maksiat. Hatinya berazam untuk maksiat. Masih rindu dan candu untuk maksiat. dan bertekad untuk melakukannya kapan bisa bermaksiat dan ini adalah penyakit yang paling berbahaya yang menjerumaskan dalam kebinasaan, ini hati-hati orang bermaksiat akhirnya tidak berpikir tobat akhirnya lupa untuk bertobat dan tidak terbetik hatinya untuk bertobat sikit pun, ini bahaya kalau sudah begitu kemudian mati, selesai Yang terakhir, yang ke-12. Al-ma'asi tuzhibu minal qalbi istiqbahaha. Maksiat-maksiat itu menyebabkan tidak ada lagi dari hati rasa memandang maksiat itu buruk. Artinya kalau orang beriman lihat maksiat itu buruk. Tapi karena dia sering bermaksiat, akhirnya bagi dia maksiat itu tidak buruk. Ini berbahaya. Wa minha, yang ke-12. Anahu yan salikhu minal qalbistikbahul maksiat. Gara-gara maksiat, maka hilang dari hati, dan tidak bisa berbahaya. Rasa memandang buruk kemaksiatan. فَتَصِيرُ لَهُ عَادَةً Jadilah maksiat itu adalah tradisi dia. Kebiasaan dia. فَلَا يَسْتَقْبِهُا مِنْ نَفْسِ وَلَا مِنْ غَيْرِهِ Sehingga dia tidak memandang maksiat yang dia lakukan buruk. Apa yang dia lakukan atau maksiat orang lain yang tidak. Dia lakukan biasa saja. Dia lihat orang lain juga biasa saja. Ini benar. Coba bayangkan. Tidak usah orang melakukan. Orang yang sering nonton film Korea misalnya. Lihat cewek berdua buka aurat. Pacaran. Dia biasa saja. Dia lihat anaknya akhirnya buka aurat. Biasa. sering lihat, gak ada masalah padahal bukan dia melakukan, cuma nonton cuma nonton, lihat orang pacaran pacaran, anaknya pacaran, biasa aja karena dia sering lihat orang apa? pacaran jadi baru melihat maksiat tanpa mengingkari apalagi kalau dia sendiri yang melakukan, lama-lama biasa selama-lama dia tidak menang itu, buruk bahkan lebih parah, orang tahu dia melakukan mahasiswa, dia santai-santai aja, ini udah parah lagi dia mandang dirinya tidak mengapa akhirnya ketika orang tahu dia melakukan mahasiswa dia biasa-biasa aja, tidak ada rasa malu, santai aja Walakalamahumfih dan tidak perlu orang ngomong tentang dia Ini zaman dulu ikhwan Zaman sekarang orang melakukan maksiat, ketahuan-ketahuan maksiat tetap jadi tokoh Tetap jadi tokoh Tetap jadi bintang, tetap jadi artis Karena rakyatnya seperti itu Ini ngomong-ngomong apa? Ini ikhwan bicara zaman dulu Zaman sekarang melakukan maksiat, ketahuan ini, ketahuan ini Tetap aja jadi artis Tetap aja dipuja-puja Tetap aja di di sanjung-sanjung tetap aja di bindang iklan karena masyarakatnya seperti itu dan hal ini di kakak-kakak yang berfusuk adalah cara berhenti dan membuatnya enak Kondisi seperti ini, di sisi para pembesar tukang maksiat, ini adalah puncak dan kesempurnaan kelezatan. Hata yaftakhiru ahadum fil majali. Sampai di antara mereka ada yang membanggakan kemaksiatan. Lagi kumpulkan masing orang, dia bangga dengan maksiat. Wa yuhadithu biha malam ya'lam annaha annahu amilah. Bahkan dia cerita maksiat yang orang-orang tidak tahu dia lakukan. Saya begini, saya begini. Dia berkata, ya fulan amil tuqadha wa qadha. Taukah kamu saya melakukan ini begini-begini. Ini Ibn Al-Qayyim bercerita zaman dulu. dulu ke majelis, sekarang bukan majelis di youtube, dimana di terang-terangan bahkan antara mereka ada yang bangga-banggaan membanggakan maksiat yang tidak dilakukan oleh orang lain emang ante bikin apa, saya sudah begini-begini bangga Wabi'ayy shay'in hadhayta, apa yang sudah kau lakukan? Kau belum bisa seperti saya. Anna hadhaytu bi fulana wa fulana, saya sudah bersin dengan si fulana, si fulana, bangga. Wabi'ayy fulana wa fulana, minal murdanil hisan, saya telah... bukan homoseksual dengan ini dan ini. Bangga-bangga. Wa anfaqtu ala dhalika minal amwal kaita wa kaita. Saya sudah keluarkan uang untuk ini, untuk ini. Oh, saya sudah jalan sana, saya sudah main judi. Dia bangga dengan yang masih dilakukan. Wa itabadjahu bithalika bainajula sa'ihi. Dan dia merahmati. merasa bangga di hadapan teman-teman duduknya. Bahkan di antara mereka, cerita 40 tahun kemudian, dia masih banggain. Padahal dia sudah tua, sudah lemah, sudah bangkrut. Masih bangga dengan maksiat yang dia lakukan dahulu. Sudah mau selesai, tenang aja. Jadi kalau maksiat sudah masuk dalam hati seorang, maka dia bahkan bangga dengan maksiat, maksiat tersebut. Hatinya sudah benar-benar rusak. Tadinya malu, malu hilang. Tadinya memandang maksiat buruk, sudah nggak buruk lagi. Melihat orang melakukan keburukan, dia tidak menganggap buruk. Bahkan dia akhirnya membanggakan kemaksiatan yang dia lakukan. Kalau dia tidak bertobat, maka binasara dia. وَهَذَا الضَّرْبُ مِنَ النَّاسِ لَا يُعَافَوْنَ مِنْهُ وَتُسَدُّ عَلَيْهِمْ تَرِيقُوا التَّوبَةِ Kelompok model manusia seperti ini tidak akan selamat, tidak diampuni oleh Allah. Akan tertutup darinya pintu taubat. maka pintu-pintu taubah tertutup dari mereka maka salah seorang dari mereka mati tanpa bertawabat setiap umatku yang pelaku laku maksiat akan selamat, akan diampuni, kecuali yang terang-terangan, bangga-banggaan dengan maksiat yang dia lakukan. وَإِنَّ مِنَ الْإِجْهَارُ أَنْ يَسْتُرَ اللَّهُ عَلَى الْأَبْدِ Di antara bentuk terang-terangan melakukan maksiat, adalah seorang hamba melakukan maksiat, Allah sudah tutup maksiatnya, ثُمَّ يُصْبِحُ يَفْضَهُ نَفْسَهُ Kemudian pagi hari dia ceritakan maksiatnya, وَيَكُلُ يَا فُلَانَ عَمِلْتُ يَوْمَ كَدَى وَكَدَى Dia bilang, wahai fulan, dia ceritakan sama temannya, saya telah melakukan hari ini, maksiat ini dan ini. فَيَهْتِكُ نَفْسَهُ dia membongkar tirai yang menutup aibnya, dia bongkar, dia robek. Padahal tadi malam Allah sudah tutup apa? Maksiat yang dia lakukan. Tapi inilah selusin dampak dari maksiat. Seharusnya sudah cukup buat kita berpikir seribu kali ketika melakukan apa? Kemaksiatan. Terlalu banyak kerugian yang kita rasakan di dunia, terlebih lagi di akhirat. Intinya, orang ingin cari kebahagiaan dengan maksiat, itu hanya kebahagiaan. bahagian yang sembuh. Ingin bahaya, jangan maksiat. Kalau dia maksiat, tadi berkata Ibnul Qayyim rahimahullah indah, dia mengatakan, siapa yang melawan hawa nafsunya? Karena hawa nafsunya ingin satu kelezatan, maka Allah akan ganti dengan kelezatan yang banyak. Saya ulangi, siapa yang, saya baca ini. Ibu al-Qayyim rahimahullah dalam raditul muhibbin berkata Mukhalafatul hawa Tukimul abda Fimakami man lau aksama ala Allahi La abarrahu Fayakzi lahum Aku kenal ya Hawa nafsu Maka menyelisih hawa nafsu Menjadikan seorang hamba Berada di kedudukan Yang tinggi Yaitu Seorang yang kalau bersumpah Senama Allah Allah akan kabulkan Sumpahnya Maka Allah akan akan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Berlipat-lipat ganda dari kesenangan hawa nafsu yang tadi dia tinggalkan. Makanya yang kita kebayangkan adalah kenikmatan sementara. Saya ingin gini, ada nikmat. Sebentar, setelah itu, tapi kalau kita lakukan ini, terlalu banyak kesenangan yang akan hilang. Kesenangan dunia, belum kesenangan akhirat. Sebenarnya, seorang kalau misalnya dia tidak jaga pandangannya, lihat macam-macam, akhirnya apa? Akhirnya dia hidup sendiri, menderita banyak. Dia lihat cewek cantik, Di medsos, cewek cantik. Terus mau diapain? Lihat aja, ngiler juga, ngiler mau diapain. Gak bisa apa-apa. Akhirnya istrinya jelek. Akhirnya hidup menderita sama istrinya bertahun-tahun. Akhirnya apa? Apalagi istrinya pesek misalnya. Dia menderita gak? Tadi padahal istrinya sebelumnya kelihatan mancung. Kelihatan mancung. Kelihatan indah. Tapi gara-gara dia tidak menjaga pandangannya, akhirnya jadi jelek istrinya. Istri yang cantik pun bisa jadi apa? Akhirnya yang menderita siapa? Menderita dia. Menderita dia. Di dunia belum, di akhirat dia yang menderita. Akhirnya dia selalu ingin melihat cewek cantik, dan dia tidak pernah meraihnya. Dia tidak pernah merasakannya, dia tidak bisa mengicipinya. Gak bisa. Yang makanan dia pakai, depan dia tidak mau dia incipi karena sudah tidak ada kelezatan. Artinya ini bahayanya hawa nafsu seperti itu. Dia menghayalkan kita mendapatkan kelezatan padahal kelezatan yang semu, kemudian akhirnya menghilangkan banyak kelezatan duniawi. Belum kelezatan akhirat, belum. Kata Ibnul Qayyim, seandainya seorang melawan hawa nafsunya, ini Allah akan membuat dia kebahagiaan yang lain, yang banyak. Yang banyak dia dapatkan dengan melawan hawa nafsunya. Tapi demikian saja. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh