InsyaAllah kita keteruskan kejadian kita di surat al-fatihah dan minggu lepas kita telah belajar ayat malikya umiddin sekarang kita keteruskan tindak pada ayat Iyaka na'bud wa iyaka nasta'in Apabila kita perhatikan daripada ayat pertama lagi Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrahmanirrahim Malikya umidin Ia berupa Alhamdulillah atau puji-pujian Berupa puji-pujian Dan objek yang dipuji yakni Ghaib Ghaib maksudnya dalam bahasa Arab yakni Hai ah goib dalam bahasa Arab maksudnya goib dah set person maksud goib ini set person bukan goib mananya seperti jin kan ada mutakallim ada mukhotob ada goib jadi goib mananya set person Kan ada mutakalim, pes-pesan, mukhotob, mutakalim, orang yang kedua, gaib maknanya Gaib itu bukan gaib, maknanya alam gaib Situ bismillahirrahmanirrahim dengan nama Allah yang itu kan objeknya Alhamdulillahirrahmanirrahim, ar-Rahmanirrahim, Malik Yaumiddin Itu adalah gaib Artinya si mutakalim Sedang bercerita tentang Gaib Dia tidak bercakap dengan Mukhotob Kan Apa maksudnya? Kemudian pindah ke Iyaka Na'bud Ini pindah kepada Mukhotob Iyaka Na'bud Akan dikau ya Allah kami sembah Akan dikau ya Allah kami Semutakalim Sudah bercakap dengan Mukhotob Iyaka, ka itu kan sudah jadi Mukhotob Daripada Ra'ib berpindah pada mukhotob ini apa dalam islah balaroh ada yang ingat disini adalah masak bernama yahna saya tidak menangkan tafinya tapi saya akan beri acara balarohnya perpindahan karena pada mukhotob kepada raib pada mukhotob pada mutakalim kepada mukhotob Sudah-sudah itu Ambilan contoh, saya menggunakan contoh yang mudah Coba lihat di dalam ayat pertama Surah Surah Al-Israq Coba lihat ayat pertama daripada Surah Al-Israq Saya akan bagi satu contoh Perpindahan ini Surah Al-Isra' ayat yang pertama Subhanalladzi asra bi'abdihi laylan minal masjidil haram ilal masjidil aqsa Maha suci zat yang asro dia Dengan ayat dalam berinya gaib kan Dia mengisrokan Diabdihi dengan hambanya Ini gaib nih Dia mengisrokan hambanya Pada waktu malam Daripada misal haram kebiasaan aksor Kemudian Alladhi barokna Yang Kami telah Kami itu siapa maksudnya? Kami Kami Kami maksudnya siapa? Allah Yang tadi dia, dia mengisropkan Hambanya, Allah juga kan Tadi Allah sebut dia Gunakan raib Sekarang Allah kata Kami, kami itu pun Allah Allah juga daripada gaib betulkah jadi mutakal mutakallim haulahu di sekelilingnya linuriahu minayatina karena kami hendak memperlihatkan kepadanya sebagian ayat-ayat kami ini apa nih nyanyi Kami, kami itu Allah Kami hendak Mereka daripadanya Sebenarnya ayat kami, kami Allah juga Kemudian penutupnya Innahu huwas sami'ul basir Sehingga dia, dia ini siapa ini? Allah Huwa ini dan berapa ini?
Ghoib, tengok perubahan dia Mulai-mulai Ghoib Tukar menjadi Mutakalim Tukar balik jadi Walha yang dimasukkan Hu, Na, Hua Itu sama Ya ini Allah SWT Nah perubahan-perubahan itu apa namanya dalam bahasa Balakoh Ada yang ingat? Kan berubah, Hua itu pun Allah, kami itu pun Allah Sepatutnya konsisten lah, kalau Hua, Hua aja lah Kalau Nana aja lah Kenapa lah sekejap dia, sekejap kami Allah yang berfirman, Allah yang berkata-kata, mutakalim kan? Ya kalau na-na-na itu senang paham lah, sebab Allah mutakalimnya.
Tapi ketika Allah... menyampaikan firmannya dan untuk menyebut pada dirinya zatnya, bukan hanya kami tapi ada huwa pula sepatutnya bahalladhi barokna haulahu linurumin ayatina inna nah Kan lagi sedap kan Karena kami hendak memperlihatkan Kepadanya sebagian ayat-ayat kami Sesungguhnya kami Kamilah Yang maha Kan konsisten kan Kami, kami, kami, kami Kalau huwa, huwa, huwa saja Ini tidak Huwa, goib Jadi mutakalim Betulkah jadi Goib semula So perubahan Islah balagoh Ya, tahawul. Ada satu yang lebih tepat?
Ada istilah yang lebih tepat? Boleh juga. Tahawul maknanya perubahan.
Perubahan daripada go'e kepada itu dari segi bahasa namanya tahawul. Tapi istilah barangkali namanya? Iltifat. Bagus, ada yang tahu.
Ini namanya iltifat. Sudah panjang lebar lo, istifat lo. Bersiri-siri. Istifat itu bersiri-siri lo. Daripada mutakalim pada mukhotob, mukhotob pada mutakalim, daripada gaib pada...
Banyak itu. Bab al-iltifat. Ketika kita bicara tentang domir-domir dahulu.
Tentang domir-domir. Sebagai mana yang dahulu telah kita pelajari, uslubul iltifat di dalam Al-Quran Banyak contohnya daripada kamu bertukar menjadi mereka umpanya Wahai masalah kamu itu mereka juga, mereka pun kamu Allah katalah berfirman Hatta sehingga Iza kuntum fil fulki Fulki, apabila kamu berada di atas kapal Apabila kamu berada di atas kapal, kuntum Apabila berada di atas kapal, ini orang menunggang kapal ini Wajaroi nabihim Dan kapal itu berlayar dengan membawa mereka Tengok, daripada kum menjadi mereka Wah kum itu mereka, mereka itu kum maksudnya Kenapa tak wajaraina bikum Bikin taibah Jadi perubahan daripada Mukhattabun Kepada gaibun Mukhattab kepada Gaib, banyak sekali Dulu telah kita pelajari itu Wallahu ladhi arsal riyah Allah lah yang telah Hai ahmah arsalariyah Allah telah mengutuskan mengirimkan angin angin dia Allah lah dia yang mutasangin patuh siru sahabat kemudian itu menggerakkan awan selepas itu fasuknah fasuknahu Lalu kami Turunkan hujan Tadi dia Sekarang jadi kami Dari pada gaib, tokal jadi Mutakal Mutakal lem Darsonya itu banyak sekali Itu dalam Quran yang dulu kita pelihari Lihat bab uslubul iltifat Fil Quran Tidak perlu diulangi Disana ada 6 dahulu Belum lagi pembagiannya Belum ada Faidah-faidahnya Jadi Perubahan Al-intiqal Al-intiqal Minat Apa namanya Apa itu goib pada Ada mutakalim. Mutakalim kepada mukhotob. Bukan itu saja.
Bahkan daripada segi tomir. Daripada mufrod kepada jama' semuanya. Seolah-olah macam tidak konsisten grammar-nya. Contoh, Ya Ayuhan Nabi.
Itu juga kan pada seorang nabi, dua orang nabi, atau tiga orang nabi Seorang kan, ya ayuhan nabi, itu untuk nabi Muhammad Ya ayuhan nabi, tapi salah apa, salah pahanya Iza talak tu menisa Sebuah cuman lah Tengok daripada nabi pada tum Itulah yang sama Ini namanya iltifat Sepintas lalu macam salah Sepatutnya Ya ayuh nabi idhal tolaktan Idhal tolaktan Abilah kamu menceraikan istri Tapi ya ayuh nabi Abilah kamu Mulai jadi ramai pula Wah nabi hanya seorang Dan ini khas dalam bahasa Al-Quran Jadi bukan silap nahunya Itu ada Iltifat Iltifat Dan banyak lagi lah Allah ingatkan pada Nabi Adam Dan istrinya Jangan sampai lah Mereka nanti disesatkan oleh iblis. Fala yukhrijannakuma. Fala yukhrijannakuma. Minal jannah.
Jangan sekali-kali iblis berjaya mengeluarkan kamu berdua. Minal jannah daripada surga. Sebab, bila nanti Iblis berjaya mengeluarkan kamu berdua dari surga, ayat selepasnya pula, maka engkau akan celaka. Daripada huma menjadi anta. Jadi, daripada kuma...
menjadi antar. Daripada dua orang menjadi tengok. Daripada mukhotobun, dah menjadi mukhotob. Kan ada sepatutnya, fa layuhrijan nakuma minajannati fatash Qoyani Janganlah Iblis Berjaya mengeluarkan kamu Berdua, Adam dan Hawa Sebab kalau Jika ia berjaya mengeluarkan kamu berdua Maka kamu dua akan celaka Tapi tidak Engkau akan celaka Inilah namanya iltifat Dan disitu ada kehalusan bahasa Tidak perlu diulangi Ulang kaji saja Ini bukan ulang pelajari, ulang gaji saja. sebab akan dibawa terus itulah maksudnya akan dibawa terus jadi kalau tidak nanti seolah-olah semuanya baru wahad semuanya tak baru kalau tidak nih semuanya terasa baru wahad tak tak baru Kalau diulang lah nanti pima-pima Tengtu Jadi akhirnya kita belajar di dewan namanya runabout Bersentuh Jadi karena di runabout ya Runabout lah Apa namanya?
Tak akan apa namanya? Tak akan kemana? Jadi disini, daripada Ghoib Bismillahirrahmanirrahim itu Ghoib Alhamdulillahirrahmanirrahim itu Ghoib Maksud saya, yang muta kalem ini Bercerita tentang orang ketiga Dari segi bahasa, bila kita kata Alhamdulillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Itu kan kita yang mutakalim.
Bercita tentang orang ketiga. Bagi Allah yang wakni. Dia maha pengasih, maha penyayang. Maliki yaumidin. Itu namanya gaib.
Setelah gaib, gaib, gaib. Tiba-tiba iya kanak buduh. Akan dikau ya Allah. Dah jadi kau.
Sebenarnya iya hu lah. Kan tadi sudah hua, hua, hua. Iya hu naqbuduh.
Wa iya hu nasna'in. Kalau ikut sunnah bubiasa lah Nah disini Jadi maknanya ada lompatan Ada pertukaran Ini namanya Al-il-tifat Ingat banyak selilat Al-Quran Il-tifat ni Bukan tidak ada tujuan Nah itu yang pentingnya Bila kita sudah kenal, disitu berlaku iltifat Kemudian pertanyaannya yakni, kenapa ya kena diubah? Atau, nah sajalah, suka-suka lah Nah inilah yang lama masak bayaniyah itu letaknya disitu lah Jadi bukan suka-suka Tapi pertama, kena tahu ada iltifat Pertama sekali, kena tahu di situ ada iltifat, ada perubahan, ada lompatan yang seakan-akan daripada segi nahwu, macam tidak konsisten. Jadi di sini iltifatnya, al-iltifat minal ghaib ilal khitab. Al-iltifat minal ghaibati ilal khitab Itu tajuknya Karena nampak bahwasannya ia berlaku Iltifat daripada ghaibah Orang ketiga Ilal khitab Ghaibahnya mana?
Mulai dari ayat pertama hingga Malik Yahudin Khitabnya mana? Iyaka Na'bud Iyaka Nasna'in Selepas itu khitab belakang itu Ihdina, itu khitab Tunjukkan oleh engkau akan kami Ihdina Oleh engkau, khitab lagi Artinya kita mutakalim Sedang berkata-kata, bercakap dengan Mukhotob Yang seolah-olah di hadapan kita Selepasnya apa di sini juga? Siratullah dinan amta'alaihim Ini namanya al-iltifat minal ghaib ilal Baik, perubahan itu bukan suka-suka Tapi yang saya katakan tadi Ada maklumat yang tidak disampaikan oleh Allah SWT Kepada kita Dengan adanya iltifat tersebut Sebab, tadi saya katakan, kalau lah susunan bahasa seperti ini Kita nilai daripada sudut Nahu, nampaknya tidak konsisten Seakan-akan bahasa Al-Quran tidak konsisten Nahu-nya Tapi ini bukan cerita Nahu, ini cerita Balagoh Cerita Lamasat Bayaniyah Cerita Ilmu Bayan Jadi perubahan itu, lompatan itu, iltifat itu Khasnya dalam ayat ini ini, Daya Fatihah ini, ada misik yang tidak disampaikan.
Ada pengajaran yang tidak disampaikan. Pengajaran disampaikan ialah, dan ini telah dikirakan oleh ulama bahasa, Al-Thana Fil Ghiya Ghabi Ahsan Minathana'i Filhuduri Ini faidahnya Bahwasanya Memberi pujian Filhiyabi Terhadap Orang yang ketiga Memberi pujian kepada orang ketiga Artinya yang dipuji gaib Bukan depan kita Inilah Ahsan Lebih baik Minas sana'i fil khudur Daripada memuji Fil khudur Daripada memuji di depannya Kalau kita, ini pengajaran dia, kalau kita nak memuji, memuji objek yang gaib, itu lebih baik daripada memuji objek yang depan kita. Seseorang yang sanggup mengakui kebaikan orang lain tanpa diketahui olehnya, pasti niatnya ikhlas.
Tapi kalau seorang, kebaikan seseorang karena di depannya Ya mungkin ada apa-apanya lah Kenapa you cakap macam baik sangat? Yalah, takut dia sakit hati pula Tapi betul ke pengakuan awak yang dia tadi baik? Hmm, kirim salam-salam Allah mengajar kita kalau nak menceritakan kebaikan orang itu jangan dihadapan Dia, pertama itu Menurutkan keikhlasan kita Yang keduanya, kalau ini sesama kita mengaku kebaikan seseorang di hadapannya Bak kata Umar ibn al-Khattab Iyakum wal-madha pa'innahu dhabbah Jahui oleh kamu akan memuji seseorang di hadapannya Karena memuji di hadapannya itu adalah menyembelihnya Pujian itu sembelih Sebelum jadi orang yang tak kuat imannya Orang yang tak kuat imannya, orang yang masih lemah imannya Sebelum mendapat pujian atas kebaikannya Sebenarnya hatinya sangat ikhlas melakukan kebaikan tersebut Tapi begitu mendapat pujian daripada orang Ya hatinya sudah mulai dan itu bahaya mengakui kebaikan seseorang di hadapannya itu sebenarnya masih boleh diragukan untuk kejujurannya tapi kalau mengakui kebaikan seseorang di belakangnya yakinlah dia pasti ikhlas Abu Sufyan bin Harbin, musuh Nabi Muhammad sebelum mulai agama Islam Walaupun dia adalah mertua Nabi Ketika masih di Makkah, ketika Nabi membenarkan sebagian sahabatnya hijrah ke Ethiopia Mintalah istilahnya pelindungan, kelamatan, ya semacam suaka politik lah Abu Sofyan mengejar mereka Tujuannya Yanis nak menemui pengetua atau Raja Habasah Supaya, Amr Hayu, supaya sahabat-sahabat Nabi yang datang ke negerinya minta pelindungan ini dihalau balik saja Dihalau balik, jangan bagi pelindungan Lalu Raja Habasah panggil Abu Sofyan Tanya apa-apa, suruh jawab sejujur-jujurnya Beta dengar di negeri kamu ada orang yang mendakwa dirinya nabi Benar tuanku Tolong ceritakan pada beta Watak perangai ahlak keberadian orang yang berdiri nabi itu Katakan sejujurnya Abu Sofyan tidak mampu membuat fitnah dia itu orangnya baik suruh kita mengasihi orang yang menghormat orang yang tua, mengasihi anak yatim, tidak boleh menipu tidak boleh bunuh anak, tak ada satu pun ucapan Abu Sofyan yang menghina Nabi, di luar negeri tanpa diketahui oleh Nabi, walha dihadapan Nabi, dia itu maknanya ikhlas kan ini diajar oleh Allah walha hakikatnya bagi Allah serupa ya kita puji Allah ya Allah engkau ini maha pemurah engkau ini maha pengasih atau ya Allah sesungguhnya Allah Allah itu maha pengasih, sunya Allah itu maha pembohar, sama aja bagi Allah Tidak memberi kesan apa-apa bagi Allah Bukan maknanya kalau kita puji Allah di hadapannya muhatab, ada engkau Kurnia Allah jadi riak, pahamnya Masuci Allah riak Tapi ini pengajaran yang sangat penting Memuji seseorang, memberikan pujian, yakni fil riab, tanpa diketahui oleh orang yang dipujinya, diakui kebaikannya, kelebihannya, jauh lebih baik.
Ima bagi yang memberikan puji-pujian, wa ima yang menerima pujian. Bagi yang memberi pujian, itu menerima keikhlasannya. Tapi kalau puji di hadapan dia, di hadapan orang ramai pula Yang mendengar pula seribu orang Dan kena kami Lah kirim salam lah Ingat ini agama ya bukan budaya Kalau budaya mungkin begitulah Yalah kalau ayah tak kata Agar nanti dia ingat kami tak mengakui Bukan, bukan begitu bukan begitu, itu maksudnya wata berrok minal kuwati wa iklani ta'afil khudri ahsan minhu bilhiyab adapun menyatakan taat setia menyatakan tunduk dan patuh di hadapan orang itu lebih baik daripada di belakangnya kalau kita nak menyatakan taat setia ucapkan di hadapan orang itu Biar dia tahu yang kita Patuh, jangan di belakangnya Sebab itu Ketika kita melafazkan, mengirkan Kita menyembahnya, kita Iyaka, Ya Allah Akan dikau, Ya Allah Disebut, bukan Iyahu Ya Allah akan dikau kami mohon pertolongan Itu jika kita menyatakan taat setia Menyatakan taat setia, menyatakan patuh dan tunduk Nyatakan di hadapannya Fil khudur Itu lebih baik daripada fil riab Beri giap, jangan kita nak menyatakan setia kepada seseorang, tak diberitahu kepadanya.
Yalah sebenarnya saya taat pada dia, saya taat pada dia. Nyatakan depannya. Tapi kalau nak memuji, nyatakan di belakangnya. Ini sebetulnya poin terpenting dalam menjalani kehidupan Walaupun saya ulangi sekali Bagi Allah kita puji Fil khudurga Allah kita puji fil giyab Bagi Allah serupa Kekuasaan Allah tidak akan bertambah keusahalah tidak akan berkurang tetapi dalam iltifat ini ada satu pengajaran yang luar biasa yang sangat-sangat luar biasa sebab itu apa namanya tadi dinyatakan at-thana'u kesimpulannya jadi iltifat daripada ilal-khitab Itu menangis, أَلْثَنَاءُ فِي الْغِيَابِ أَحْسَنْ مِنَ الثَّنَاءِ فِي الْقُدُورِ Memberi puji-pujian, في الغياب, dalam kata gaib, maknanya, di belakang orang yang dipuji, itu lebih baik daripada memujinya di hadapannya.
Ada pun menyatakan taat setia, kepatuhan, di hadapan seseorang lebih baik daripada di belakangnya. Poin ini pun kalau diamalkan selesai. Yang memuji selamat yang dipuji selamat Kalau tidak Boleh jadi Pujian dihadapannya Boleh jadi kedua-duanya Yang memuji menipu yang kena puji Yang ditipu tertipu Boleh jadi Bila orang mengakui kebaikan orang di hadapannya, apa di hadapan orang? Boleh jadi.
Saya tak kata pasti. Ya, boleh katakan kemungkinan besar lah. Kemungkinan besar itu berapa persen? Mungkin 99.99 persen. Yang memuji itu, menipu.
Yang dipuji, jadi dunia penuh dengan penipu dan tertipu. Itu bahayanya. Islam tidak mau umatnya terus menuh menghabiskan umur dalam pembelian yang akhirnya sia-sia.
Sia-sia. Saya itu kenapa ya dalam agama? Contoh kecil kalau kita halusi lah Bila ada orang bagi sesuatu kepada kita Bagaimana surah Al-Baqarah ada, dalam hadis Nabi ada Ada orang bagi pertolongan atau ada orang bagi apa sajalah Kan kita suruh bersolawat pada orang itu Allahumma salli alaiha, Allahumma salli alaihi Kan Yakni kita Sebenarnya tidak berinteraksi dengan orang itu ketika kita menerima sesuatu pemberian Kita terus mengadakan hubungan dengan Allah Ya Allah berilah rahmatmu kepada orang ini Ya Allah berilah rahmatmu kepada dia Kan kita tidak cakap pada orang itu Kita terus kepada Allah SWT Itu adabnya Kita tidak disuruh oleh Allah atau oleh Nabi Bila dapat sesuatu pada orang Ih kasih banyak, engkau sungguh baik hatilah kepada aku Sungguh-sungguh lah Tak ada duanya di dunia Tak ada, cari dalam Quran atau hadis Yang ada dalam budaya Yang sebenarnya belum selari dengan kata Al-Quran Hanya saja, mungkin karena belum banyak yang faham Al-Quran dan hadis Bila tak kata begitu, mungkin kita dianggap Apa ya?
Ucapkan terima kasih pun tak keluar Sonyap aja Langsung dahi katanya Adakah kita bagi malam bersolawat pula? Dengan berzanji apa? Susah memang Islam dahulu datang aneh, asing, dan nanti akan kembali kepada asing lagi.
Tapi jangan khawatir kalau hanya dikata begitu. Asal tidak dikata oleh Allah. Begitu aja prinsip dalam beragama ini.
Asal tidak dikata oleh Allah. Janji malaikat tak bising, sudah. Sudah kalau malaikat tak bising, Allah tak kata, pasti betul.
Tapi kalau orang lain bising, belum tentu betul. Allah tak bising pasti betul lah tapi itulah namanya hidup ya ujiannya sangat berat kadang orang lebih takut bila orang yang bising daripada Kenapa kamu takut orang nanti bising-bisingnya? Tapi tak takut, tak apa.
Kalau orang bising memang rimah lah. Tapi kalau kita buat, malaikat senyap aja. Malaikat tak bising. Kalau malaikat bising pun kita tak dengar. Walau itu, sebetulnya kita telah menimbun-nimbun mengumpulkan kerugian dalam beramal.
Betul, sangat besar kerugiannya. Jadi orang yang rugi dan beramal dalam hidup bukan orang yang tidak beramal Bahkan yang beramal pun boleh rugi Kalau orang yang tidak beramal dan rugi, itu senang faham Tapi kalau dia beramal tapi rugi Udah lah berpeluh-peluh rugi So apa bezanya orang yang beramal dengan orang yang tidak beramal Kalau sama-sama rugi Tidak mudah mengamalkan nilai-nilai yang se-hibat ini Tidak mudah Dan Allah mengajarkan ini Jadi bila baca saja Dari awal hingga Masuk pindah pada Fahami pertama itu Oh iya iya iya Kita tadi memuji Sekarang saya nak menyatakan Taat setia Nak menyatakan ikrar Nak menyatakan patuh Kena sebut Iyaka Ini namanya Al-Iltifat Minal Ghaybah Ilal Khitab Al-Iltifat Minal Ghaybah Ilal Khitab Jadi di, apa itu ya? Di, di lah Dan ini ada ya mas kalian Kalau kita nak menghormati seseorang Kan begitu-begitu kan Muji kan menghormati kan Menghormati Jadi yang dihormati itu tidak Apa kita berikan Di Ghaib Ghaib Ya ini apa namanya Eee Tidak di hadapannya, tidak diketahui olehnya tidak diketahui olehnya dan itu banyak sekali dalam Quran ya dahulu telah kita pelajari boleh rujuk saja bab dahulu al-iltifat uslubul il-iltifat Fil Quran Banyak sekali contohnya Baik, itu Poin pertama, perubahannya Daripada Apa tadi?
Baik, kepada Kemudian, Lamasat yang berikutnya Lamasat yang berikutnya Dalam ayat ini Iyaka na'budu Wa iyaka nasta'in Iyaka na'budu Wa iya kanasta'in Yang ingin saya sampaikan disini Yakni Dhamir jama' dalam na'budu Dan dhamir jama' dalam Nasta'in Sungguh pun kita membacanya seorang-seorang, kita tidak boleh tukar Iyaka a'budu wa iyaka asta'inu, tidak boleh. Walaupun kita baca seorang-seorang, mesti menggunakan domir Apa agak-agak rahasia Mutakallim ma'al ghair Dalam ayat ini Ibadah tidak seorang-seorang Mohon pertolongan tidak seorang-seorang, tapi mutakalim istilahnya Nak budu nasna'inu, itu namanya mutakalim Oh, tak tahu pula. Kalau Ana, Ana mana ya?
Mutakalim? Nahnu, Nahnu? Nahnu mana Mutakalim?
Ma'al ghair. Mutakalim ma'al ghairi. Itu kan sangat basic ya sebenarnya Mutakallim ma'al ghair Maknanya bukan seorang Kan ma'al ghair Mutakallim ma'al ghairi Itu nah nu Jadi yang berkata-kata bukan seorang, yang berkata ada kawannya, kawannya boleh jadi seorang, boleh jadi dua orang, boleh jadi sepuluh orang, boleh jadi seribu orang, yang pasti bukan seorang-seorang.
Jadi Nahnu ini boleh jadi dua dan seterusnya. Tak semestinya tiga. Kalau jama' tiga ke atas. Itu bezanya. Dan bahasa Arab, bila sebut jama' mesti tiga dan ke atas.
Baru sebut jama' dua tidak boleh sebut jama'. Dua tidak boleh sebut jamaat kan? Dua?
Itu kalau kalimat Kalau kalimat, dua itu namanya mutana Contohnya kita bun, kita bani Itu mutana Tapi kalau nahnu Ana itu seorang, nahnu itu udah dua Ke atas Itu namanya mutakalim ma'al ghairi Itu adalah Musana itu kalau dia kalimat, contoh Waladun, Mufrod, Waladani, Musana, Auladun, Jama Itu ada istilah Mufrod, ada istilah Musana, ada istilah Jama Tapi dalam domen tidak begitu Dalam domen lain Satu mutakalim, yang satu mutakalim ma'al ghairi. Bila mutakalim ghairi itu maknanya satu ana atau nahnu. Jadi bila nahnu maknanya bukan seorang. Boleh jadi berdua pun sudah nahnu dalam bahasa Arab.
Tidak perlu tiga orang. Berdua itu sudah nahnu. Katalah nahnu, nadhabu, itu berdualah maksudnya.
Yang pasti bukan seorang. Gitu lah Yang pasti bukan seorang Berdua, bertiga, berempat, dan seterusnya Nahnu Itu disebutnya Ma'al Ghairi Mutakalim itu seorang Ma'al Ghairi bersama yang lain Yang lain itu boleh jadi seorang Boleh jadi dua orang, tiga orang Jadi Nahnu yang dalam bahasa kita Kami ya? Kami, kita, itu dua pun dah nahnu dalam masyarakat Dah kirain-dah kirain nahnu Bukan kalau kita berdua, kalau berdua maknanya Ana wa antar, ya tak payah, bukan begitu Tiga bukan begitu Nahnu itu sudah Sudah lebih dari satu, maksudnya begitu ya Sudah lebih daripada satu Baik, disini digunakan domir jama' domir ma'al ghair nahnu, maknanya lebih daripada satu dalam beribadah jama' sekalian dalam beribadah kepada Allah SWT Dalam mohon pertolongan kepada Allah SWT Pertama sekali dalam agama Yang ini kita disuruh secara berjamaah Tidak boleh nafsi-nafsi Oke, seseorang itu sudah baik Tetapi belum cukup dengan kebaikan dirinya sahaja, belum cukup untuk dia membolehkan masuk surga. Kan baru dia dirinya yang soleh.
Jika dia belum berusaha menjadikan orang lain juga soleh. Maksudnya apa? Masuk surga Tak boleh seorang-seorang Yang penting aku baik Nak masuknya seorang-seorang Yang lain biar Eh tak boleh Soalnya itu kalau kita sudah baik Sementara di depan kita Kanan kiri kita masih ada orang yang belum baik Maka wajib kita Mengajaknya, menyerunya untuk jadi orang baik.
Dalam bahasa agama muda, kita tidak cukup hanya menjadi orang soleh, tapi kita juga mesti menjadi orang musleh. Soleh itu maknanya dirinya sendiri, Musleh itu maknanya dia baik dan dapat memperbaiki orang lain. Itulah. Al-Quran kata, Quanfusakum, itu soleh. Tapi kan ada sambungan dia.
Wa'alikum. Naroh. Jadi jika seorang ketua rumah tangga katalah Ayah Bagi anak-anaknya Orang tua bagi anaknya Atau suami bagi istrinya Tidak cukup Jadi baik dia seorang Dan dia pikir masuk surga Allah kalau kata masuk surga itu rame-rame lah Minimum ajak keluarga kamu Saya nak tukar ayatnya, kalau orang hanya ingin baik sendiri, tapi tanpa usaha untuk memperbaiki orang, tengok apa hukumannya.
Orang ini yang kalau baca fatirah mungkin iya ka akbudu. Mungkin. Dia tak kata iya ka nakbudu, tapi iya ka akbudu. Mungkin. Tengok ayatnya Apa nanti Balasannya, apa nanti hukumannya Lihat firman Allah SWT Di dalam surah Al-A'raf Surah yang ke-7, ayat 1, 6, 3 dan 1, 6, 4 Saya ingin menjelaskan, Nundu, mutakalim al-ghoir itu, itu adalah masyad bayaniahnya.
Ada rahsia yang tidak disampaikan kenapa menggunakan domir. Nahnu, mutakalim al-ghoir, bukan mutakalim sahih. Al-Araf 163-164 Kisah cerita tentang Bani Israel Allah perintahkan Nabi untuk bertanya pada Yahudi Madinah Was'alhum anil qur'yah Bapak Muhammad, tanya kepada orang-orang Yahudi di siling kamu itu Tanya pada mereka, Anil Koryatil Latikanat Hadiratel Bahri Tanyakan pada mereka tentang Negeri kampung Yang ada di tepian pantai maksudnya penduduknya, penghuninya Iyadu Nafis Sabti ketika penduduk kampung di tepian pantai tadi melampaui batas pada hari Sabtu hari Sabtu Allah larang mereka cari ikan dan mereka langgar ketika datang pada mereka, ikan-ikan mereka pada hari Sabtu semuanya timbul di permukaan air Jadi ikan itu ada kalender sendiri Sabtu, public holiday Semuanya Yang selam ini hanya duduk dalam Apa namanya, lubang dia Rumah dia, tiba-tiba keluar semua Semua terapung, muncul Semuanya, jadi penuh Dimana ada Ikan, disitu ada air dan Dan Yahudi Yang ada di depan pantai yang hidup Dia untuk mata pencariannya Bergantung pada ikan Ya geram lah tengok nak tangkap tak boleh, berdosa tak nak tangkap rugi tengok nak tangkap dosa banyak pula tuh Tapi kalau menunggu esok, Ahad, ini salah-salah buhamis, Jum'ah, wa yaumala yasbitun, dan pada hari selain hari Sabtu, latak tihim, ikan itu tak ada.
Tak tahu kemana itu. Semualah dudukkan rumah. Biarlah. Kan macam mengajak ya ikan itu.
Misalkan-mesekan, kalau nak tangkap, tangkap lah, tangkap lah. Tapi Yahudi kata, ya tak boleh, ini Sabtu. Esok boleh, ikan kata tak apa lah esok-esok lah Esok tak keluar Ini ujian nih Benda yang haram Mudah didapat dan banyak Itu apa namanya poin dia Benda yang halal Susah nak dapat Dan kalau dapat pun sikit Ini ujian iman Kadhalikan nabluhum bimakanu yafsukun Demikianlah kami uji mereka Kata Allah Dengan sebab apa yang mereka Fasik Apa yang berlaku Sehari dua mungkin mereka tahanlah Lama-lama Ikan itu memang macam mengejek lah Macam mengejek Di tepian pantai itu, kampung Kutuban Pantai itu, untuk mudah saya menjelaskan, terbagi menjadi tiga kumpulan.
Itulah. Ya, A, B, dan C. Itulah ibaratnya.
A, B, C. Ada tiga. A melanggar larangan Allah. Langgar aja rugi kalau tak tangkap Ini banyak nih Esok, hari, 6 hari selepas ini nanti Tak ada, ada sikit tapi susah Kita tangkap aja lah Kata A Melanggar lah tuh maknanya A B tak nak langgar Eh tak boleh, ini hari Sabtu Haram Jadi I bertahan, B bertahan C tidak tangkap Macam B juga Tidak boleh tangkap, sebab ini haram Tapi C ini lebih prihatin Walaupun dia tak tangkap Tengok kawannya A tangkap, diingatkan Eh jangan buat macam itu Berusaha untuk mengingatkannya Yang B ini tak kisah Yang penting aku tidak tangkap A langgar, dia punya pasal. Masuk neraka biar seorang-seorang.
Saya tak nak. Janji aku tidak maksyiat. Dia punya maksyiat, berpasal.
Tapi C tak begitu sikap dia. C, iyalah kita tak boleh langgar dengan Allah. Tapi ada kawan-kawan.
Terlanggar kita ingatkan lah B pula mengamuk pada C Kata B pada C C, yang awak menyebuk ni pasal apa lah Eh buat salah B aja lah Janji kita tak buat salah sudah Dia yang salah, biar dia tanggung lah Kata bi Allah turunkan, Allah ceritakan ayat 164 ini Wa ilqalat ummatun minhum Dan ingatlah ketika berkata satu kumpulan daripada mereka Katalah satu kumpulan ini dalam contoh yang saya katakan ini, B lah. B berkata, kamu menegur C. Apa kata B?
Lima ta'izuna qauman. C, na'apalah awak terus-menerus menasihati mengaitkan satu kaum. Kaum di sini maksudnya A lah. Si kenapalah kamu Nak iya-iya sangat Nak mengingatkan A ini Allahu muhlikuhum A ini Orang yang Kaum yang Allah akan binasakan Bio jeleh Asal kita tak buat sudah Aumu azibuhum azaban syadidah Atau Allah akan Azab mereka dengan azab yang?
B. Itu kata B pada C. Jadi bagi B, usaha C ini sia-sia saja.
Sebab ikut fahaman B, beragama yang baik itu, janji kita sudah tak buat dosa selesai. Sudah, yang penting kita tak buat Yang C kata tak cukup Ugama bukan macam itu Kita tak boleh masuk surga seorang-seorang Ada kawan nampaknya Jalannya silap Ya kita betulkan lah Dia nampaknya macam minat masuk neraka Kita tarik lah Kata C Jadi dia tak nak ak budu Tapi dia Nak budu Yang B Ya ak budu Apa jawaban si tadi ketika ditegur? Qalu berkatalah si Ma'zirotan ila rabbikum Aku tegur ini ada dua alasan Ada dua alasan kenapa aku berusaha mengingatkan E Alasan pertama Ma'zirotan ila rabbikum Ma'zirotan itu alasan Keuzuran Nanti, bila Allah tanya, aku ada jawaban, ada alasan.
Alasan yang kedua, la'allahum yattaqun supaya mereka mereka ini bertakwa supaya, eh ini sedahlah manalah tahu kalau hari ini tidak sedah mungkin esok lusa harap-harap ia berubah, itu alasan yang kedua tapi alasan pertama aku nak cari makzirah alasan bila ditanya oleh Allah nanti aku ada alasan Alasan kedua, yakni harap-haraplah E ini berubah. Kalau tidak berubah, entah apa. Yang penting aku dapat maklirah.
Nanti ketiga orang ini dibangkitkan di akhirat, ditanya. Wahai kamu E, adakah kamu telah tinggalkan larangan aku? Tidak, ya Allah, aku langgur. Kamu tahu itu larangan aku? Tahu, ya Allah.
Jadi kamu mengaku salah? Iya. Kamu tahu mana tempat kamu karena kamu salah?
Tahu ya lah. Kalau gitu pergi sendirilah. Jangan segan-segan masuk neraka.
Eh masuk neraka! B ditanya, B ada kamu melanggar larangan aku pada Sabtu? Tidak ya Allah Aku tinggalkan ya Allah larangan kamu Aku tak nak tangkap ikan pada Sabtu Bagus Kamu nampak tak ada hamba aku yang lain Selain kamu Langgar laranganku Nampak ya Allah Siapa namanya?
Eh Apa kamu buat? Sonyap jeleh Janji aku tak buat Kamu nampak? Nampak ya Allah Kenapa kamu diam?
Ya, aku pikir yang penting aku selamat. Bimasuk neraka. Dia berdosa.
Apa dosanya? Dosa diam. C, ada kamu melanggar lalu? Tidak, ya Allah. Aku patuh, ya Allah.
Kamu nampak ada hamba aku melanggar lalu? Ada, ya Allah. Namanya A. Apa yang kamu buat? Aku tegur, ya Allah.
Aku tegur, ya Allah. Dia berubah atau tidak? Wallahu aklam.
Aku sudah ingatkan, ya Allah. Bagus, bagus. C, sudah. Soleh dan ibadah.
Dia berusaha untuk jadi Mos Inilah sebetulnya maksud nak budu itu Malangnya kita nak mengamalkan nak budu pakai nun bukan hamzah Kita terhalang dengan hadis Melayu Jangan menyibuk, ayah jaga Akhirnya kita pun, sampai bila kita membaca tapi tidak mengamalkannya. Itulah risiko nak budu. Tapi kalau kita tak nak, ya tak nak buat, ya ubah aja lah. Iya ke-ak budu kalau berani.
Tapi pasti tidak berani menubahnya. Tiga orang tadi yang selamat hanya si di akhirat. Bi walaupun disudah soleh, dia masih berdosa. Mempertahankan dosanya.
Yang ini dosa diam. Man ra'aminku mungkaran fayu'u ghayyirhu biyadi Siapa daripada kamu yang dapat kemungkaran Dalam diaubah dengan kekuasanya Wa ila misalatik bila tak mampu Dengan lidahnya Bila tak mampu dengan hatinya Dan itu selemah-lemah iman Makanya tak buat apa-apa Itu adalah salah Na'bud, na'bud, na'bud Iyaka na'bud Bukan Iyaka A'bud Itu rahasia domir mutakalim ma'al ghair Yang pertama Rahasia yang kedua Kenapa menggunakan domir mutakalim ma'al ghair Inilah masyarakat bayaniahnya Yakni untuk mengelakkan Nama Alisina Anil Kiber Untuk mengelakkan Kesombongan diri Untuk mengelakkan Diri daripada sifat sombong Apa maksudnya? Kalau kita kata, Ya Allah akan dikau aku sembah Akan dikau aku mohon pertolongan Wahai yang menyembah Allah bukan kita seorang Yang menyembah Allah Ramai semua makhluknya Tapi kita aku sembah engkau Kami Bukan aku.
Menyebut dirinya, aku yang menyebah engkau ya Allah. Aku yang menyebah. Wah, itu sombong itu.
Itu sombong. Dan itu engkau. Itu lamassat bayaniah pada pemilihan domir mutakallim ma'al ghairi. Dah, itu poin, dua poin dah, poin kedua. Poin pertama tadi, iltifat minal ghaybah ilal kitab.
Rahasianya sudah dijelaskan. Sekarang, lama sahabat yang kedua-duanya, yakni tentang pemilihan domir mutakalim ma'al ghayri. Mutakalim al-ghairi Bukannya akbudu Tapi na'budu Sekarang yang ketiga Poin ketiga Yang ini sebenarnya sudah kita sampaikan pada seri siang lepas dalam bagian PAKDIM WADTAKHIR Dalam surah Fatiha ini lengkap balagohnya saja mas kalian.
Tadi ada izifahnya ada. Ada penolakan. Dombelnya ada. Dan sekarang bab takdim wa takkhir. Ingat dahulu kita sudah pelajari.
At-takdimu wa takkhiru. Mendahulukan dan mengakhirkan. Ada kadang-kadang kalimat yang sepatutnya didahulukan. Tapi dikemudiankan. Ada kalimat yang sepatutnya dikemudiankan.
Tapi di Dan takdim dan takhir ini adalah Tujuan tersendiri Contohnya di dalam Iyakannabutwayakannasna'in Mana takdim takhirnya ini Mana takdim takhirnya nih dalam Iyaka na'bud wa iyaka nasta'in Kod-kod Ya ini takdim takhir Kita belajar Al-Fatihah lama sebelum ini Karena mau ulang kaji yang kita udah belajar semuanya Saya contohkan surah Al-Fatihah Kenapa? Pertama karena surah pertama Alasan pertama, alasan yang dikeluarkan surah Al-Fatihah Karena semua dah hafal Alasan ketiga, karena surah yang wajib dibaca 17 kali hari semalam. Coba, dalam bab kaitannya dengan takdim dan takhir, dalam ayat iya kanakbud wa iya kanasta ini, mana agaknya?
Maknanya, yang sepatutnya takdim tapi takhir. Atau sebaliknya, yang sepatutnya takhir tapi takdim ada dalam ayat ini. Satu. Apa dia? Ya?
Iyaka. Iyaka, ini sepatutnya ditakhirkan, betul Iyaka sepatutnya ditakhirkan dan Nakbudu ditakdimkan, dia sepatutnya nakbuduka wa nasta'inuka sepatutnya begitu lah nakbuduka kami menyembahmu ya Allah Dan kami memohon pertolongan kepadamu ya Allah Begitulah sepatutnya Tetapi dalam ayat ini ditakdimkan Jadi susunannya tidak biasa Begitulah maksud saya Iyaka jadi apa ya? Iyaka dalam kedua-dua dalam ayat ini, kedua kalimat Iyaka ini, dalam ayat ini Iyaka na'udu Iyaka nasna'in jadi apa ya?
dari seginah bu menjadi maf'ul bih menjadi maf'ul bih akan dikau ya Allah Kami menyembah. Akan dikawal yang. Dan susunan biasa. Susunan nahwub biasa.
Jumlah fi'liyah. Ini kalau susunan biasa lah. Susunan gimana kalau jumlah fi'liyah?
Tidak susunan dia. Dari uslub susunannya. Dari segi.
Kalau saya mesti. Fi'il. Fa'il.
Maf'ulbi. Susunannya mesti begitu. Dari segi nahwub. Pingil. Pangil.
Maf'ul. Pingil, pangil Mapngul Jadi verb dia Kemudian subjeknya Kemudian objeknya Itu susunan Arab macam itu Kalau susunan Melayu mungkin Subjek dahulu Jadi kalau ikut Susunan biasa Yaitu nak, budu, kemuliaan Buka. Nak buduh. Jadi fi'ilnya, fa'ilnya, dan kaf itu. Itu susunan biasa.
Tapi ini tidak. Ini dibalik nih. Ditakdimkan. Maf'ulnya letak depan. Jadi, maf'ulbi, fi'il, dan fa'il.
Itu namanya disitu sudah ada takdim. Dan takhirnya sudah berlaku di situ. Satu. Yang kedua, itu yang pertama sudah betul jawabannya. Yang kedua, mana berkaitan dengan takdim takhir?
Di samping iyaka nakburu dan iyaka nasta'in. Ya. Nakburu ibadah dahulu baru nasta'in.
Didahulukan, ibadah didahulukan atas isti'anah. Al-ibadah mukaddam, didahulukan. Alal-isti'anah. Baik, yang pertama tadi, dan ini karena banyak saya liatamkan, dalam takdim takhir itu paling mudah dipelajari itu.
Takdim takhir itu paling mudah dipelajari dan paling mudah diingat. Ada pun yang iltifat tadi, termasuk pelajaran yang tidak susah untuk diingat. Ini bahasa Balagoh Yang takdim takhir itu paling mudah diingat-ingat Yang usrubul iltifat tadi termasuk yang tidak susah untuk diingat Itu bahasa Balagoh lah tuh Jadi didahulukannya maf'ul bi atas fi'il dan fa'il yakni lil hasri al-hasru alif, lam, haq, sot, ra itu bahasa balagohnya al-hasru al-hasru itu maknanya pembatasan Dari segi balauh namanya al-hasru, pembatasan.
Dari segi maksudnya, daripada maksudnya biasanya disebut sebagai taksis, pengkhususan. Pembatasan. Artinya, kita dicipta oleh Allah, tujuannya ibadah.
Dan ibadah itu kita batasi. Yani hanya kita tujukan pada Allah, itu maksudnya. Jadi didahulukan iyaka itu untuk membatasi ruang lingkup ibadah.
Artinya, jika orang sudah kata, ia kanak budu, maknanya dia mengatakan, ya Allah, aku ibadah. Dan ibadahku ini, ya Allah, aku batasi hanya untuk kau. Nah, macam itulah.
So, itu bila orang sudah kata, ia kanak budu, tetapi, realiti dia masih menyembah, selain sia-sialah ia kanak budu. Itu namanya Al-Hashru Ha-Shot-Roh Ini-ini dari segi lama sahabayaniahnya Berbeza dengan Nak buduka Bila lain Kalau nak buduka Kita kata Kami menyembah engkau ya Allah Ya Asal kita sudah menyembah Allah Kita boleh kata nak buduka Tapi Orang yang kata nak buduka Karena dia menyembah Allah Dia tidak bercakap bohong Bila pada masa yang sama Menyembah selain Allah Dia tak bohong Tak boleh katakan bohong Karena dia telah menyembah Allah Walaupun dia juga menyembah selain Allah Sebaliknya Jika dia kata Iyaka nakbudu Kemudian ia sembah Allah, tapi masih juga menyembah. Nah ini kita dikira bohong. Itu namanya al-hasru, pembatasan. Bermakna ini adalah kalimat tawhid yang Masya Allah.
Tauhid ini, iya kanakbut, iya kanakbut. Itu tawhid itu, kalimat tawhid. Karena ibadahnya hanya dikhaskan kepada dia. Jadi jangan cepat gembira ya. Jangan cepat gembira jika orang sebelah kata Uhibbuki Itu jangan cepat gembira Jangan tersenyum Manjang Kan dia baru kata Uhibbuki Jadi tak salah jika Dia Ada yang lain Dia tak tipu Dia hanya kata Uhibbuki Tapi kalau dia sudah kata Iyaki Uhibbu Itu bolehlah terus terbang Melayang-layang Semalam ketika perbarisan dari kemerdekaan, saya nampak engkau.
Dalam perbarisan berpuluh ribu orang, saya nampak awak dalam masa. Tak payah gembira lah Saya nampak awak Di sekian ribu orang Tapi kalau semalam Dalam perbarisan perarakan yang pernah itu Hanya awak di kau yang kurang Yang lain gaib Itu baru Itu baru betul-betul Ya Itu maknanya Woy Naib ibadah macam itulah tak sesik tak sedikit pun ubudiahnya diberikan berasal lain Allah tak boleh kepatuhan ubudiah rasa hina rasa demikian juga ketika nasna'in sebab itu ini kalimat tauk Tauhid yang paling-paling dalam sekali. Ini, Kalau, La ilaha illallah, Ya mas kalian, La ilaha illallah, Itu kalimat Tauhid, Yang lebih bersifat ilmiah, Bersifat ilmu itu, Tiada Tuhan, Yang meragikan Allah, Tiada Tuhan, Itu bersifat ilmiah, Adapun, Iyaka na'bud, Wayakan astah, Ini Tauhid bersifat amaliyah, Amali, Yang La ilaha illallah itu persifat ilmi Jadi bila orang sudah kata La ilaha illallah Itu menangnya bertauhid, berakidah tauhid Sudah ada komitmen untuk bertauhid, gitu lah Jadi maknanya dia sudah Ya mu'min lah Muwahid yang Tauhid komitmen lah Kan baru Ilmu namanya, baru teori Tidak ada Tuhan yang Malingkan Allah Tapi Allah tidak hanya Maukan komitmen saja Allah tidak hanya maukan kita Ada ilmu bahwa Tuhan saja Allah sendiri yang bilang semua Allah mau bukti Komitmen kita tadi, ilmu kita tadi, mesti diamalkan, diwujudkan, dinzahirkan melalui perbuatan yang nyata. Tauhid perbuatan yang nyata, yaitu, Iyaka na'budu wa iyaka nasna'in.
Itu bukan lagi komitmen itu. Itu harus jadi-jadi amalan. Patutlah iyaka na'budu wa iyaka nasna'in. Ini sudah jadi inti daripada Al-Fatihah. Ibn Ibn Qayyim berani menyatakan Iyaka na'bud wa'iqa nasna'in itu inti daripada Al-Quran lebih daripada itu, iyaka na'bud wa'iqa nasna'in itu inti ajaran Allah yang Allah turunkan semenjak Nabi pertama hingga Nabi terakhir iyaka itu ya, jadi didahulukannya, ditakdimkannya maf'ulbi iyaka atas na'budu dan atas nasna'in Bermakna apa tadi?
Faidahnya untuk al-hashru. Pembatasan. Kita batasi. Kita pagar, hasrun maknanya kepungan sebenarnya, hasrun ini maknanya kepung, kepung, kepung, dia kepung. Jadi ibadah kita, kita kepung, kita bagi pagar tinggi-tinggi, tebal-tebal, kuat-kuat, jangan ada ibadah kita yang keluar daripada itu, gitu lah.
Karena kita sudah khatkan, sudah kepung, hanya untuk lillah, lillah, lillah. Sedikit pun tidak boleh. Tauhid yang paling murni lah Tauhid yang paling murni Baik, itu Tabdimul ma'mul Alal amil Mendahulukan ma'mul atas amil Atas amil Iyaka Dan iyaka nabruh Dan iyaka Oke, tiga poin saja Untuk sementara Pertama tadi, yakni Al-iltifat minal-ghaibah il-khitab Hikmahnya sudah dijelaskan Memuji bil-ghiab ahsan daripada as-tanak fil-khudur Sementara menyatakan ta'asatiyah Fil-khudur ahsan daripada fil-ghiab Yang keduanya, yakni pemilihan domir mutakalim ma'al ghairi.
Dan pelajar yang ketiga hari ini, yakni tentang takdimul ma'mul alal amil. Mendahulukan ma'mul atas amil. Yang tujuannya hikmahnya.
Itu yang dimaksudkan Lamasat Bayaniahnya. Dan itu kerja pelawak, artinya dengan memainkan Lamasak Bayaniyah, maklumat yang kita perolehi, kita dapati dari satu-satu ayat itu semakin banyak. Kita semakin banyak mendapatkan maklumat pengajaran daripada satu ayat, walaupun nama ayat itu pendek, jika ayat itu kita fahami dengan Lamasak Bayaniyah.
dengan bayannya begitu dan itu ada koidah-koidah yang ditetapkan oleh ulama' bahasa namanya ilmu balagoh ilmu balagoh yaitu ulama'-ulama' tafsir semuanya pandai-pandai belaka mereka, pasti menguasimi balagoh lah sebetulnya tafsirnya kadang-kadang masya'Allah bagaimana mereka memahami boleh sedalam itu ya ya karena balagohnya matang Bukan menerjemahkannya Kalau hanya tahu bahasa, maka mengalih bahasakan Lihat saja lah, semakin luas pemahamnya terhadap satu-satu ayat Itu bukan bahasa ilmu fasir ini Amat-amat menguasai ilmu bahasa ilmu Amat-amat sangat Yang orang lain tak nampak, dia nampak Karena ketiga-tiga ilmu itu memang alat, ilmu-alat yang tidak boleh terpisahkan walaupun boleh dibizarkan. Shorof, Nahu, dan Balagoh. Tiga ilmu itu boleh dibizarkan tapi tak boleh dipisahkan.
Kalau berpisahkan, maknanya ya... Ya pisahlah. Namanya dipisahkan. Bizarkan boleh.
Karena masing-masing ada bidangnya yang dibicarakan. Sorah bidangnya bicarkan ini. Nafu bidangnya ini.
Balaqah ini. Boleh dipisahkan. Tapi tidak mungkin dipisahkan untuk memahami satu-satu ayat.
Tidak mungkin. Tidak mungkin. paham ya? tiga itu yang sebab disampaikan tidak boleh lebih, tiga saja yang akhirnya ulang kaji daripada uslubul iltifat takdim dan takhir, hakikatnya disana sudah ada tajuknya praktikalnya dalam ayat ini wallahu'alam mudah-mudahan berkati oleh Allah SWT semanakallahumma bihamdika soalan rastawurka wa tubuh ilaih