Keberanian Cina dalam menghadapi Amerika barangkali suatu ketika akan hadir juga di sini kalau kita sudah selesaikan PR kita. Tetapi hari ini memang pilihannya hanya dua. Satu retaliasi atau balas dendam. Yang kedua adalah bagaimana kita melakukan negosiasi. Dan kemudian Trump dengan gagahnya mengatakan ternyata sebagian besar bangsa-bangsa lebih banyak ingin negosiasi. Dan kemudian Trump mengatakan mereka menurut dan kemudian bersedia untuk melakukan hal yang saya inginkan. Tapi Cina tidak. Cina justru melakukan retaliasi. Kalau dikenakan sanksi begini maka Cina juga akan membalas mengenakan sanksi. Ketika kemudian ekspornya dibatasi, kemudian Cina juga mengatakan, "Saya tidak akan izinkan Anda untuk membeli produk-produk seperti barang-barang yang Anda butuhkan." Jadi, Cina memang melakukan retaliasi. Jadi, ada hambatan-hambatan lalu kemudian dia berani melawannya. Kenapa begitu? Jawabannya adalah simpel sekali. Cina memang melakukan retaliasi. Jadi ada hambatan-hambatan lalu kemudian dia berani melawannya. Kenapa begitu? Jawabannya adalah simpel sekali. Karena Cina telah melakukan pekerjaan rumah dengan begitu manis sejak pemerintahan Trump yang pertama. Pekerjaan rumah. Apa yang saya maksud dengan pekerjaan rumah? Cina telah melakukan banyak sekali pekerjaan rumahnya, sedangkan kita tidak melakukan pekerjaan rumah kita. Apa saja pekerjaan rumah kita? Satu, pemberatasan korupsi. Yang kedua, premanisme. Yang ketiga adalah isu-isu mengenai perdagangan yang kita atur secara berbelit-belit yang kemudian menguntungkan pihak-pihak tertentu. Yang keempat adalah politisasi yang berlebihan, penegakan hukum yang tidak kita atur dengan baik. Lalu kemudian adalah penerapan tarif yang kemudian secara berlebihan di negara kita yang kadang-kadang juga berlakunya diskriminatif. Ini pekerjaan rumah. Belum lagi mafia-mafia yang terlibat yang kemudian berlindung di dalam dunia politik kita. Kita ketahui bahwa Cina juga telah menyelesaikan pekerjaannya secara besar-besaran. Cina kemudian mendapatkan serangan yang pertama kali sebelum bangsa-bangsa lain menghadapi tekanan dari pemerintahan Donald Trump jilid pertama sampai kemudian pemerintah Sijinping membuat program melepaskan ketergantungan dari pasar Amerika. Dan tentu saja mereka memilih langkah diversifikasi. Ini panjang, Bung. Tidak bisa dalam waktu setahun, 2 tahun. Cina melakukannya itu sekitar 5 sampai 8 tahun, tetapi mereka sudah mempunyai fasilitasinya. Pelabuhan mereka sudah invest, mereka sudah punya hubungan dengan berbagai negara dari Afrika, negara-negara Asia, kemudian juga negara Amerika Latin dan Eropa. Jadi mereka masuk besar-besaran. Mereka pun juga mempunyai produk teknologi yang dapat diandalkan. Kita ketahui bagaimana Huawei juga melakukan terobosan-terobosan. Termasuk yang terakhir adalah depsik mengagumkan. Mereka membuat satu terobosan sehingga tidak kalah dengan negara-negara yang mempunyai teknologi tinggi. Lantas setelah itu mereka melihat negara mana yang bisa dijadikan tujuan untuk bisa menjadikan arah bagaimana pasar itu bisa menembus ke negara-negara lain. Mereka melihatnya Vietnam. Vietnam ini mempunyai fasilitas yang sangat besar ke negara-negara lain termasuk Amerika Serikat. Vietnam kini masuk dalam top five dari negara-negara pengekspor yang menguasai pasar Amerika Serikat. Baiklah, kita lihat dari 10 negara pengekspor utama ke Amerika Serikat itu lima di antaranya memang dari Asia, yaitu Cina, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, dan India. Dan kita saksikan bagaimana Vietnam kemudian berhasil masuk ke Amerika, disusul Meksiko, Kanada, dan sejumlah negara Eropa lainnya. Tentu saja negara-negara Eropa sudah mempunyai produk lain, tapi Cina memperbaiki teknologinya, memperbaiki kepercayaannya, brandnya. Dan sekarang kita lihat merek-merek mobil Cina menguasai dunia. Ketika Jepang menguasai teknologi otomotif yang kita kenal sebagai combustion engine, hari ini dunia beralih ke mobil listrik. Dan ketika kita melihat mobil listrik, Cina lagi-lagi sudah menguasai supply change dari produk-produk mobil listrik. Siapa yang menguasai industri baterai? Tidak lain adalah Cina, bukan Jepang. Diperkirakan ke depan Jepang akan tersingkir oleh e Cina dalam industri otomotif. Bukankah ini sangat menakutkan bagi negara tertentu? Jadi situasi ini memang berat. tidak mudah dihadapi oleh satu negara. Tetapi Cina tampaknya hari ini lebih siap. Mereka memiliki teknologi, mereka mempunyai kepercayaan, mereka mempunyai pasar, mereka mempunyai uang yang besar dan kemudian mereka mempunyai kekuatan. Tidak mengherankan kalau Cina kemudian memilih jalan retaliasi. Mereka tidak nurut seperti negara kita. Jadi apa yang terjadi pada hari ini? Banyak sekali pengamat yang melihat bahwa itu justru merupakan cara bagi Cina untuk menjadi pemimpin dunia. Dan bukankah sekarang Cina menjadi pemimpin dalam perdagangan di dunia? Saya ingin merepap khusus bagaimana Cina telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Yang pertama, mereka melakukan efisiensi yang hasilnya adalah efisien. Apa artinya? Artinya, mereka tidak menggunakan sumber daya secara berlebihan. Mereka tidak memangkas gila-gilaan, tetapi memang memunculkan budaya efisiensi. Dengan efisiensi itu, akhirnya perusahaan-perusahaan dari Cina bisa menjual barangnya dengan murah, low cost industry. Jadi strategi low cost juga dengan high quality. Tetapi mereka juga punya yang low cost, low price, dan barangnya juga murahan. Jadi ada banyak pilihan. Nah, ini tampak dalam perusahaan-perusahaan yang sangat tangkas. Lalu, pemerintahnya juga melakukan seperti itu. Mereka tidak berlebihan. Kalau pergi ke luar negeri, mereka tidak pergi dengan banyak orang. Kenapa mereka tidak pergi dengan banyak orang? Karena mereka telah memperbaiki pendidikannya. pendidikannya itu memang ditujukan untuk membangun rasa percaya diri, kualitas diri, dan tentu saja dengan pengetahuan. Dan kita ketahui hari ini pendidikan tinggi di Cina itu luar biasa. Universitas-universitas Cina telah masuk dalam ranking-ranking penting dari universitas terpandang di dunia dan akhirnya mereka mempunyai skill yang bagus. Dan ini cukup menakutkan ketika Cina menghadapi krisis properti selama 4 tahun. 4 tahun loh krisis properti itu sehingga daya beli turun. Kemudian penjualan properti juga jatuh, kemudian perbankan terganggu dan lain sebagainya. Dan setelah itu kita lihat banyak sarjana, sarjananya banyak tetapi tidak punya lapangan pekerjaan. Ini mengerikan sebetulnya pada saat itu. Tetapi hari ini daya beli mulai meningkat, properti mulai kembali dibeli, khususnya di kota-kota besar seperti Shanghai, Beijing, dan beberapa kota lainnya. Nah, ini adalah salah satu kemajuan dari pendidikan. Tetapi Cina tidak hanya memperbaiki pendidikan di tingkat atasnya, di tingkat dasarnya. Untuk anak-anak berpendidikan TK dan SD mereka juga perbaiki. Mereka tidak percaya bahwa pendidikan itu hanya difokuskan untuk mengisi kognisi otaknya saja. Mereka juga membangun motorik anak-anak. Sehingga kita bisa lihat sekarang anak-anak TKSD ternyata juga belajar menjahit bahan bangunan. Benar-benar mereka bekerja secara fisik. Fisiknya kuat tetapi otaknya bekerja. skill-nya pun hidup. Tidak mengherankan skill dari tenaga kerja Cina ini sekarang dibutuhkan di mana-mana. Jadi kalau pabrik-pabrik Cina, industri Cina berkembang cepat di negara lain, mereka pasti membawa SDM-nya walaupun jumlahnya tidak banyak karena mereka efisien. Bukti daripada efisiensi ini tampil dalam bentuk kerampingan dan bekerja sangat cepat dan gesit. Inilah yang dalam manajemen disebut sebagai agility. Nah, itu adalah bagaimana Cina membangun efisiensi. Lalu kemudian Cina juga menghadapi tekanan. Tadi saya sebutkan tekanan pada term pertama Presiden Donald Trump. Trump itu menekan sangat keras sekali bukan? Dan kemudian mereka dilarang menggunakan teknologi Amerika Serikat. Bahkan mereka juga dikenakan sanksi katanya merugikan Amerika telah merampuk Amerika sebesar 50 miliar US Dar ekspor Cina ke Amerika Serikat setiap tahunnya. mulai dari lampu sampai ee barang-barang elektronik yang tingkat tinggi. Bahkan kemudian akhirnya mereka dikenakan paket intellectual property rights. Jadi sanksinya memang sangat besar. Jadi mereka diberikan sanksi dan akibatnya barang-barang Cina yang diekspor ke Amerika menjadi sangat terbatas. lebih dari 2/3 produk yang diekspor itu telah diberikan sanksi dengan tarif yang sangat tinggi. Lalu kemudian kita lihat lagi, ternyata setelah itu kita menyaksikan bahwa Cina juga menghadapi hambatan-hambatan dalam teknologi dilarang menggunakan microchips tertentu. Tetapi karena keterbatasan itu tidak membuat Cina menjadi layu, tidak membuat Cina menjadi jatuh. Hasilnya kita bisa lihat ketika mereka membuat AI yang bernama deep sick. Ternyata dipsik itu dibuat dengan biaya pengembangan 1/10 dari yang dikembangkan oleh Chat GPT 63 juta US dar. Mereka hanya mengeluarkan 6 juta dolar lalu dikerjakan oleh anak-anak yang berusia antara 21 sampai 29 tahun. Sejumlah di antaranya adalah PhD dan mereka menggunakan microchips dengan edisi yang mundur yang dulu-dulu, yang lama-lama bukan yang terbaru. Dan mereka kemudian menggunakan dalam jumlah yang lebih sedikit. Nah, setelah itu semua, akhirnya hari ini Cina mengatakan produk kami yang kami ekspor ke Amerika itu hanya 15% dari seluruh ekspor kami di seluruh dunia. Tidak semuanya jadi kecil sekali. Makanya mereka sangat confident dan kemudian akhirnya mereka celebrate pada awal tahun 2025 setelah mereka menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Mereka meluncurkan film yang kemudian ini menandakan kebangkitan pasar Cina karena pasarnya telah tumbuh. NEA 2 ini adalah film animasi yang dibuat oleh saudara terkenal dari Tiongkok yang kemudian akhirnya diterima oleh pasar selama musim perayaan Imlek kemarin. Dan setelah itu kemudian si Jin Ping mengatakan kami telah berhasil melepaskan ketergantungan dari Amerika Serikat. Jadi dengan begitu maka dia berani menantang Amerika. Dan ketika indeks harga saham gabungan turun jeblok di Indonesia sekitar 6% dan kemudian disusul dengan negara-negara lain di Asia maupun di dunia juga turun sekitar 6% 7% ada yang sampai 9% dan sebagainya. Cina justru merayakannya dengan kenaikan indeks harga saham gabungan yang diukur oleh MSC Morgan Stanley itu nilainya adalah mengalami kenaikan sekitar 15%. Sebetulnya baik negosiasi maupun retaliasi sama-sama rumit, sama-sama menyumbang ketidakpastian. Kita ketahui ketika Cina melakukan retaliasi, membalas semua action yang dilakukan oleh Donald Trump, yang terjadi Donald Trump menaikkan lagi tone-nya lebih tinggi lagi, lebih tinggi lagi, lebih tinggi lagi. Dan tidak jelas tentu saja ada ketidakpastian di sana. Kalau saja balas membalas ini menimbulkan resesi global, maka produk Cina akan banjir ke negara-negara lain. Exess capacity-nya akan disebar ke negara-negara lain dan mengganggu industri dan negara-negara tersebut. Lantas bagaimana dengan negosiasi? Sama juga menyandang ketidakpastian. Mengapa begitu? Jawabnya adalah karena Donald Trump menggunakan strategi seperti jurus mabuk. Apa yang saya maksud sebagai jurus mabuk? Jurus mabuk itu jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip atau kejadian yang sudah dijalankan di masa lalu. Jadi praktiknya seperti ini kemudian diterapkan dengan yang lain. Mungkin saja ini disebabkan karena Donald Trump sangat percaya diri bahwa dia memiliki keahlian dan menjadi master of the deal. Dia adalah orang yang jagoan negosiasi. itu sudah pernah dilakukan dan ditunjukkan di acara televisi yang sangat terkenal di Apprentice. Apakah itu bisa dilaksanakan dalam dunia real seperti sekarang saat ini ketika dia memimpin sebuah negara yang sangat besar? Ini menjadi tanda-tanya besar. Lantas kita lihat lagi sejarahnya. Sejarahnya itu sudah ada sejak zaman mercantilis, yaitu pada zaman abad 16 sampai 18 ketika negara dikuasai oleh para penjajah dan kita saksikan para pedagang kemudian mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Pemerintah di negara-negara barat melakukan upaya proteksionisme, menerapkan tarif yang sangat tinggi untuk barang-barang impor dan memberikan subsidi agar mereka bisa melakukan ekspor. Kalau mereka mempunyai daerah koloni, maka ada kewajiban mereka menjual barang hasil jajahan di negara itu. ditujukan kepada negara induknya dengan harga yang lebih murah sehingga kemudian negaranya bisa menjadi sangat kompetitif. Tetapi praktik itu sudah jelas merugikan dan kemudian akhirnya disepakati bahwa ini akan sangat merugikan baru berubah setelah terjadi revolusi industri. Di situlah kemudian dilakukan upaya untuk melakukan pendekatan pasar bebas. Jadi produk bebas untuk masuk ke berbagai negara sehingga kemudian terjadi produksi massal. upaya revolusi industri untuk menghasilkan produksi massal menghasilkan kegiatan ekonomi yang efisien. Karena produksi massal itu memerlukan pasar dalam jumlah yang besar. Kalau pasarnya sangat besar maka mereka bisa memproduksi dengan skala ekonomis yang baik, dapat mencapai biaya produksi yang rendah, yang optimal, dan kemudian akhirnya bisa menyebar ke berbagai lokasi. dengan bebas, dengan mudah. Kalau ada hambatan-hambatan, maka tentu saja akan bisa membuat produksi terbatas dan akhirnya biaya produksi menjadi sangat mahal. Itulah penjelasannya mengapa produksi massal memerlukan industri, memerlukan skala yang besar, teknologi, dan kemudian memerlukan pasar yang tidak tersekat-sekat, tetapi dengan tarif zero. Tarif yang memudahkan mereka untuk memasukkan barang ke mancanegara. Pada tahun 1930, Amerika Serikat mengulangi kasus rupa dan dengan diterbitkannya undang-undang Smooth and Holy. Ini adalah undang-undang untuk menerapkan tarif yang tinggi kepada barang-barang impor dengan tujuan untuk melindungi pekerjaan di dalam negeri, proteksi terhadap industri dalam negeri. Apakah berhasil? Tidak. Ternyata upaya itu justru mengakibatkan Amerika dilanda depresi yang lebih dalam. Jadi mereka berpikir bahwa kalau situasinya terancam, ada krisis, kemudian mereka melakukan proteksi, maka mereka bisa mengatasinya. Tapi alih-alih bisa mengatasinya ternyata mereka justru mengalami krisis yang jauh lebih dalam dan itu membutuhkan upaya penyelesaian dalam jangka waktu yang lebih panjang lagi. Itulah sebabnya setelah Perang Dunia Kedua berakhir dibentuklah WTO. Sebetulnya ini tidak lain adalah agar dunia ini menjadi lebih teratur dan kemudian dilakukan secara multilateral bukan bilateral. Dengan negara A kita praktikkan begini, dengan negara B kita terapkan begini, dengan negara lain lain lagi caranya. Tidak begitu. Tetapi harus dilakukan secara multilateral, tidak boleh diskriminatif. Lalu dunia dibikin menjadi lebih teratur, tarif masuk diturunkan dengan tujuan agar barang-barang dan manusia bisa bergerak bebas. Bahkan mata uang disatukan. Bukankah itu yang terjadi dengan pembentukan Uni Eropa? Akhirnya pasar Eropa menjadi satu kesatuan yang besar dan kemudian barang bergerak dengan mudah. Saya masih ingat suatu ketika ketika saya harus pergi ke beberapa negara di Eropa, bayangkan coba ganti negara ganti mata uang, ganti negara lagi ganti bahasa, ganti mata uang. Produk-produk pun sulit sekali masuk ke satu negara. Tapi sekarang bukankah kita diuntungkan? Kita tidak pernah melihat lagi uang dari negara tersebut. Kita tinggal melakukan tab. Maka kemudian konsumsi bisa kita nikmati. manusia kemudian melakukan perdagangan dan bepergian dari satu negara ke negara yang lain. Pariwisata berkembang, transportasi berkembang, industri berkembang, produk dari mancanegara berkembang, bahkan labor atau buruh yang tadinya tidak didapat di suatu negara bisa didapat karena buruh itu bisa berpindah ke negara itu. Kita juga saksikan pemain-pemain sepak bola datang dari mancanegara memperkuat satu tim di negara tertentu. Jadi inilah benih dari pasar bebas bergerak bebas dan kemudian terjadi perdagangan dengan begitu baik. Sampai kemudian akhirnya hari ini kita saksikan Amerika justru merasakan sebaliknya. Amerika tidak lagi menjadi kekuatan super power. Mereka sangat gelisah. Soft power hari ini bukan lagi Hollywood tetapi sudah menjadi K-pop, Korean pop dengan film dramanya dan artis-artis dari Korea. Amerika sekarang mengalami kekhawatiran. Tapi bagaimana Donald Trump bisa berpikir sekarang Amerika mulai kehilangan power-nya? Jawabannya simpel saja. Karena konsepnya berpikirnya Amerika itu adalah super power. Memiliki kekuatan dalam berbagai hal. Apakah itu economic power, trade power, innovation power, technological power, military power, cultural power, kemudian juga influence dalam diplomasi ke berbagai negara di seluruh dunia. Nyatanya kalau kita lihat Amerika itu masih penguasa dalam dunia militer. Kalau saya lihat misalnya dalam beberapa indeks global fire power index 2025, Amerika masih nomor satu tuh. Amerika masih penguasa teknologi. Jumlah armadanya juga terkuat. Base militernya ada di mana-mana. Bahkan kemudian baru dilaporkan sekarang sudah merebut kembali Panama, menaruh B di sana dan kemudian sudah berhasil menggeser kekuatan Cina di sana. Lalu kemudian kita juga lihat Amerika juga masih menguasai dalam inovasi. inovasi seperti misalnya bioteknologi, computer sains, bahkan dalam bidang-bidang yang aerospace selama ini itu juga Amerika masih menguasai. Lantas kalau kita bicara tentang kekuatan ekonomi, Amerika masih menguasai dalam hal apa? Negara sebagai financial center terbesar di dunia. Ee bank-banknya itu menguasai perdagangan atau menguasai sektor keuangan di mancanegara. Kemudian juga mereka berhasil menguasai mata uang US Dollar sebagai reserve currency di berbagai negara. dan sekarang telah menguasai 57,4% dari seluruh reserve currency di seluruh dunia. Jadi Amerika masih powerful. Yang jadi masalah barangkali adalah kalau kita bicara GDP yang kita koreksi. Jadi kalau kita lihat GDP yang tertinggi memang masih Amerika, Cina nomor dua. Kalau kita pakai PPP maka kita temukan bahwa Cina itu sekarang nomor satu dengan menghasilkan GDP sebesar 39,4 trade US dollar. Amerika 30,3 trade US dollar. Lalu kemudian kalau kita lihat trade memang Amerika telah bergeser. Saat ini perdagangan global kalau kita menghitung ekspor impor maka sekarang sudah dikuasai oleh Cina. Cina menguasai sekitar 6 triliun US dolar. Amerika 5 triliun US Do. Jerman 4 triliun US dolar. Jepang 2 triliun US Dar. Jadi sekali lagi cara berpikirnya selama ini adalah super power. Tetapi kalau kita bicara dari berbagai elemen memang terjadi pergeseran. Jadi tidak semuanya Amerika itu mengalami penurunan. Tapi bukankah semua itu disebabkan karena ulah Amerika sendiri? Ketika Amerika ingin merubah watak Cina, mereka kemudian menawarkan anak-anak dari Cina untuk sekolah di Amerika Serikat. Ketika anak-anak ini sekolah di Amerika Serikat, mereka kemudian membawa pulang teknologi. Lalu kemudian mereka juga mempelajari banyak hal. Lalu kemudian mereka bisa membuka pasar dan akhirnya kembali ke negaranya bisa membuat industri di negaranya. Jadi akhirnya Cina kemudian berubah menjadi negara maju, pasar yang terbuka dan sangat kompetitif. Sebelumnya sudah dilakukan pada Jepang juga pada Korea Selatan dan negara-negara lainnya. Jadi hari ini tiba-tiba kita saksikan pemerintahan Donald Trump justru mengambil langkah yang sebaliknya. Apa langkah sebaliknya? Ketika semua orang, semua ekonom belajarnya bahwa kalau tarif dinaikkan bisa berakibat inflasi, pilihan masyarakat berkurang, harga yang dibayar konsumen itu semakin besar, negara dirugikan, lalu kemudian akhirnya berpotensi terjadi resesi di negara itu. Tapi Donald Trump mengatakan tidak begitu. Justru saya melakukan ini untuk memperbaiki ekonomi. Saya melakukan ini agar Amerika Serikat bisa kembali berkuasa. Tapi hari ini kita menyaksikan Donald Trump menyerang semua negara. Banyak negara yang kini semua mengalami kecemasankecemasan, kekhawatiran-kekhawatiran. Termasuk Singapura yang menghadapi situasi tirnya yang terendah. Tetapi mereka juga khawatir karena kalau terjadi global recession maka Singapura juga akan terganggu. Dia sangat rentan karena hidupnya dari perdagangan. Inilah yang disebut dengan global treat disruptions. Dan Donald Trump berpikirnya terbalik, sungguh terbalik. Dan itulah barangkali di pikirannya dia. Karena dia merasa dia adalah master dari The Art of the Deal. Seperti yang tadi saya katakan, dia mengatakan supaya bisa mendapatkan deal yang baik harus dipasang ton yang tinggi. Americans have always been the people who defied up your country because we sold no cars like zero cars in Japan and they sold millions of cars into our country. dan dia percaya ini akan berhasil. Tapi benarkah demikian? Inilah tantangannya. Ada tiga hal yang perlu saya sampaikan di sini. Yang pertama adalah mengenai disrupsi. Kali ini kita memasuki babak baru dari disrupsi. yang disebut sebagai global trade disruptions. Selama ini kita mengenalnya technology disruptions. Disrupsi yang dipacu oleh teknologi dengan masuknya teknologi digital bahkan sekarang akan memasuki teknologi quantum. Wow, betapa besarnya perubahan ini. Belum selesai ini di mana kita ketahui hasilnya adalah pengurangan penggunaan SDM dalam tiap industri. Kali ini kita memasuki babak baru global trade disruptions. Artinya terjadi perubahan dalam pola perdagangan. Namanya juga disrupsi. Dalam disrupsi itu artinya ada perusahaan-perusahaan yang terperangkap dalam cara lama. Ada negara-negara yang terperangkap dalam cara lama yang berakibat apa? Yang berakibat negara yang semula sudah menikmati pertumbuhan yang bagus sekali. Tiba-tiba mereka tidak terdengar lagi. Negara kita termasuk sebagai negara yang selama ini menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi bersama dengan sejumlah negara yang lain. Tetapi di antara negara-negara yang menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini ada saja akan menjadi hilang dalam arti tidak lagi diperlindungan sebagai negara yang mampu menciptakan kesejahteraan. Kenapa begitu? Karena mereka tidak menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Jadi, dunia masa depan itu memang harus efisien, harus benar-benar tertata dengan baik, harus bisa menerapkan prinsip-prinsip investasi dengan baik dan tidak bisa kita lakukan secara sporadis. Semua orang bekerja dalam satu kesepakatan yang kita galang bersama dengan strategi yang jelas. Leadership matters. Kalau kita tidak memiliki leadership yang kuat, maka kita pun akan mengalami kegagalan menjadi negara yang gagal. Itu yang pertama. Saya terpaksa harus mencicil informasi berikut satu demi satu karena saya merekamnya dari tempat-tempat yang terpisah. Tapi baiklah, mengapa kita harus membedakan antara global trade disruptions dengan technological disruptions? Technological disruptions itu sudah Anda kenal yaitu disrupsi yang terjadi karena munculnya teknologi baru. Dan teknologi baru itu membuat revolusi industri 3.0 berbeda dengan revolusi industri 4.0. Apa bedanya digitalisasi? Dengan pendekatan digitalisasi banyak sekali produk dan juga supporting untuk bisnis proses yang dibantu dengan pendekatan digital sehingga manusianya pasti berkurang. sistemnya menjadi lebih otomatif dan lebih berputar iteratif dan kemudian menghemat biaya dan lain sebagainya. Ini mempermudah konsumen dan akibatnya kemudian bisa menghasilkan industri yang bersifat low cost sepanjang produsennya mau bekerja sama kolaborasi dengan pelaku-pelaku usaha yang lain. Jadi di sini diperlukan ekosistem ekosistem dari berbagai pelaku usaha dan kemudian mereka melakukan kerja sama-kerja sama. Nah, oleh karena itulah maka kemudian terciptalah pasar baru, pasar yang berada di bawah yang low price. Kemudian akhirnya ada segmen baru dan kemudian muncul industri di sana. Tetapi technological disruption ini selalu menciptakan dilema, yaitu dilema bagi para penemu, para inventor. Ini seperti yang dikatakan oleh Christenson. Dilemanya bagaimana? Dilemanya adalah ketika dia masuk ke sana, pasar masih kecil mengakibatkan ketika menjadi first mover atau penggerak pertama pelopor itu menjadi berat. Pasar kecil, yang lama masih besar. Lalu kalau masuk ke sana bagaimana kita? Kita bisa bertahan atau tidak? Jadi ini dilema bagi pemain-pemain lama. Tapi perlahan-lahan hal yang baru ini akan menjadi besar, besar besar dan akhirnya mengakibatkan yang lama menjadi hilang, menjadi obsolete. Itu adalah disrupsi teknologi. Sekarang mari kita lihat disrupsi global trade ini dipicu oleh satu orang namanya Donald Trump. Lalu Donald Trump itu menggelorakan semangat kembali ke masa lalu seperti akhir abad 19 ketika pada saat itu negara-negara mengalami kesulitan karena produksi sudah dimulai. Produksi massal lalu tidak ada pasarnya. Pasarnya tersekat-sekat dan kemudian negara melakukan proteksi. Jadi di situ muncul paham proteksionisme. Nah, tentu saja ini menjadi pertanyaan ini berapa lama sih terjadinya? Terjadinya ya selama eranya Donald Trump. Berapa lama Donald Trump bertahap? Adakah dia diimpe? Apakah dia akan turun di tengah jalan? Kalau dia bertahan terus, maka berlangsung kira-kira 4 tahun selama pemerintahannya dia dan dia mengendalikan dan kemudian musuhnya ternyata hanya Cina tetapi diperlakukan pada banyak negara. Oleh sebab itu, maka yang disebut selalu adalah Cina dan yang melawan hanya Cina. Lalu kemudian yang lainnya ditunda pelaksanaannya setelah diterapkan 10% tarif oleh Donald Trump. Lantas apa impactnya? impactnya tentu saja adalah negara-negara itu akan mengalami penurunan penjualan ya. Jadi penurunan penjualan karena dikenakan tarif yang lebih tinggi. Orang Amerika sendiri tentu akan mengalami hambatan. Cina sendiri mengalami penurunan yang luar biasa ketika pada term pertama Donald Trump itu berpengaruh pada penurunan GDP sebanyak 0,8%. Itu menurut beberapa studi. Nah, lantas negara-negara lain tentu saja juga mempunyai impact yang positif. Artinya apa? mereka akan melakukan pekerjaan rumah, menyelesaikan PR mereka. Jadi mereka akan melakukan upaya-upaya untuk membersihkan inefisiensi. Jadi akan dibuat industrinya menjadi semakin efisien. Bagaimana dong dengan kita? Tentu pekerjaannya tidak mudah. Tentu saja kita harus memikirkan bagaimana caranya agar dunia usaha kita terus melakukan transformasi. Itu pertama. Yang kedua, kolaborasi diperlukan tetap learning partner atau strategic partner. Kita tidak bisa sendirian. Kita memerlukan partner dari negara lain agar kita bisa menggarap pasar itu bersama-sama. Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang telah melakukan itu dan Anda bisa lihat dalam buku saya berjudul Lip lompatan. Bagaimana kita perlu melakukan lompatan-lompatan strategis bukan lompatan biasa. Saya juga melihat sebuah perusahaan tambang kita harita itu bekerja sama dengan sebuah perusahaan dari Cina yang mengembangkan teknologi. Tujuh dari 10 perusahaan yang menggunakan teknologi HPL itu rata-rata gagal. Tetapi karena Harita berhasil bekerja sama dengan perusahaan dari Cina yang bagus sekali, yang inovatif, maka mereka bisa mendapatkan teknologi yang bagus. SDM-nya yang dibawa ke sini juga tidak banyak-banyak amat, sedikit sekali. Benar-benar adalah skillful worker. Lalu kemudian juga mereka melakukan training sehingga nilai-nilai mereka itu tidak berbenturan dengan nilai-nilai masyarakat kita. Jadi kita perlu melakukan strategic partner dan mencari partner yang benar-benar cocok dengan kita. Lalu bagaimana dong dengan kaum muda? Kaum muda selama kalian masih muda, jangan berpikir investasi dalam bentuk uang. Yang penting adalah kalian kembangkan investasi dalam diri kalian. Karena investasi yang terbaik itu adalah tetap pendidikan. Carilah sekolah-sekolah yang terbaik di dunia ini. Cari tempat-tempat itu. Dan jangan hanya membangun kapabilitas otak Anda saja, tetapi juga perbaiki ketangguhan. Karena pertaruhan abad ini adalah pertaruhan tentang ketangguhan. Pandai saja tidak cukup, tapi juga perlu mental toughness. Yang kedua, Global Trade Disruptions ini tidak dipacu oleh kesepakatan dari berbagai negara. Ini adalah pendekatan proteksionisme, bukan pendekatan pasar yang selama ini kita bangun dengan segala keteraturannya, tapi menjadi perubahan yang bersifat sangat bilateral. Ada negara-negara yang berpikirnya adalah melakukan negosiasi. Ada negara yang melakukan retaliasi. Kita tidak berada dalam posisi melakukan retaliasi, tapi suatu ketika kita bisa melakukannya. Donald Trump ini dapat dikatakan mewakili cara berpikir seperti dulu kita lihat film Koboy. Benar-benar koboy. Dia adalah orang yang menganut prinsip seperti dalam film yang kita saksikan di masa lalu, The Wild Wild West. Itu adalah situasi pada abad 18 kurang lebih ketika Amerika Serikat masih memiliki tanah yang sangat luas, belum ada aturan-aturannya. Lalu kemudian industri kereta api mulai dibangun. Maka para koboy pun bergerak ke lapangan dan segalanya diselesaikan dengan menggunakan industri yang mereka kembangkan yaitu senjata api. Koboy, sangat koboy dengan segala tekanan-tekanannya. Itulah yang perlu kita pikirkan. Jadi yang kedua ini adalah disrupsi yang dipicu oleh satu orang Donald Trump. Tapi sekali lagi apa yang dilakukan ini tidak hanya kepada Cina. Kali ini terjadi juga pada negara-negara lain karena Cina juga menyebarkan produk yang melalui negara-negara lain. Dan kelihatannya Donald Trump melihat itu. Dia mengatakan justru kali ini dia ingin merampas merebut kembali to make Amerika great again. Tapi bisakah orang Amerika membuat sepatunya sendiri? Ini menjadi tanda tanya besar. Teori ekonomi selama ini telah mengajarkan kita perlu competitive advantage, kita perlu membangun keunggulan kompetitif. Tiap bangsa memiliki keunggulan yang masing-masing. Jadi tidak ada lagi produk yang dikerjakan sendiri, rata-rata dikerjakan bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain. Jadi resikonya adalah kalau ini terus berlanjut menimbulkan resesi global. Tapi dari mana Donald Trump mendapatkan paham tentang proteksionisme ini? Dari mana? Saya mencoba mencari literaturnya, mencari penjelasan-penjelasannya. Tidak banyak. Saya mencari tahu siapa itu Howard Latnik. Ini adalah Menteri Perdagangan Donald Trump hari ini. Dia tidak lain adalah orang yang sangat setia pada Donald Trump, memuji Donald Trump dan juga sepakat ingin mengembangkan Make America Great Again. Paham kaum proteksionis ini tentu tidak semata-mata hanya sekedar to make Amerika great again. Mereka juga memproteksi job, ingin mengembalikan industri kembali ke negaranya. Kemudian juga ingin melindungi keuangan negara, ingin menjaga tentang pertahanan ee negaranya, kemudian juga ingin memperkuat industri dalam negerinya. Dan akibatnya mereka juga agak sedikit anti terhadap produk-produk asing tentunya. Tetapi Howard Latmnik ini tidak begitu dikenal sebagai kaum proteksionis. yang banyak dikenal itu adalah Secretary of Trade atau salah seorang direktur yang pernah bekerja di e Gedung Putih. itu adalah seorang yang dikenal dengan nama Peter Navaro. Nah, Peter Navaro inilah yang banyak disebut-sebut sebagai seorang ekonom berwatak proteksionisme. Dia memiliki sejumlah karakter yang memang dia pikir bahwa industri Amerika itu bisa berjalan kalau Amerika tentu saja didukung dengan prinsip-prinsip protesionisme itu. Jadi, memberikan tarif yang tinggi, membatasi produk-produk asing. Namun akibatnya ini tidak ringan. Akibatnya produk-produk di Amerika itu menjadi sangat terbatas. Barang tidak banyak, harga menjadi sangat mahal. Konsumen membeli dengan harga lebih tinggi, pilihan juga berkurang. Lalu kemudian akibatnya industri-industri tertentu tidak memiliki bahan baku. Karena banyak bahan baku juga harus diimpor dari negara lain. Dan karena diimpor dengan harga yang lebih tinggi akibatnya mereka juga tidak kompetitif. Jadi barang akan banyak hilang lalu, kemudian pekerjaan juga akan hilang. Jadi ini juga salah satu alasan mengapa Cina berani membalas. Karena Cina punya keyakinan bahwa langkah ini justru bisa membuat Amerika sulit sendiri. Jadi selain mereka sudah menyelesaikan pekerjaran rumahnya, mereka juga sadar betul bahwa ini akan mempersulit Amerika sendiri. Dan itu sudah dinyatakan oleh para ekonom di Amerika, ekonom-ekonom terkenal. Apakah itu Paul Krookman, apakah itu Josep Stiglis ataupun ekonom-ekonom lainnya, semuanya mengatakan yang sama. ini akan sangat merugikan dan menyusahkan Amerika sendiri. Lantas yang ketiga, yang ketiga ini adalah soal apa yang harus dilakukan oleh para eksekutif di berbagai usaha. Inilah era yang disebut sebagai the uncertainty. Uncertainty bahkan uncertain yaitu ketidakpastian-ketidakpastian. Para pejabat kita mengatakan, "Jangan panik karena apa yang dipikirkan masyarakat itu ternyata lebih menakutkan daripada yang sebenarnya." Ya, bagaimana masyarakat tidak berpikir seperti itu? Bayangkan semua ini terjadi ketika kita baru saja mengumumkan akan menaikkan PPN dan kemudian dibatalkan. Lalu kemudian kita menyaksikan pendapatan fiskal kita juga turun. Lalu kita menyaksikan kurs rupiah kita semakin hari semakin merosot. Lalu kemudian kita saksikan bagaimana produk-produk kita sekarang mengalami kepungan PHK di mana-mana. Kalau sudah seperti ini, apa yang akan terjadi? Kita saksikan satu persatu signal itu berdatangan. Kita saksikan bagaimana kemudian Morgan Stanley Goldmans menurunkan rating kita satu persatu. Cina, sebaliknya, Cina justru mengalami kenaikan rating. Jadi, saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia bahwa jangan-jangan program dari Donald Trump ini justru bisa membuat kita lebih kuat. Betul sekali, Pak Prabowo. Asalkan kita menyelesaikan pekerjaan rumah kita, jangan hanya selesai dengan memberikan ucapan dengan pidato-pidato lalu memberi perintah pada menteri tertentu. Semua ini saling terkait. Menteri ekonomi dengan menteri di sektor Ril, dengan menteri-menteri penegakan hukum, dengan menteri-menteri lainnya semuanya harus bekerja sama, harus kompak. Dan kemudian mari kita berantas para mafia, kita berantas korupsi, kita berantas hal-hal yang justru menghambat ekonomi kita agar kita bisa bergerak lebih cepat. Karena efisiensi itu memang harus menghasilkan sesuatu yang efisien, harus bisa mengurangi defisit. Jangan sampai kita hanya terus menambah hutang, tetapi prestasi kita anjur terus. Jadi, ini PR kita bagaimana sekarang kita atasi. Karena suatu ketika kalau kita membaik pun kita juga akan menghadapi tekanan seperti yang terjadi pada Cina. Dan PR-nya hanya satu, selesaikan apa yang harus kita selesaikan. Dahulukan apa yang harus kita utamakan. Stay relevan. Yeah.