Seseorang yang mengklaim punya otak, dia tahu basis otaknya apa tuh? Itu cara berpikir tadi. Saya baru terangkan satu hal kecil, parsimoni.
Dan you gak tahu, di dalam hukum pun ada prinsip parsimoni. Bisa terangkan? Sebagai orang hukum, mana? You masih punya siapa? You masih punya siapa?
Profesormu siapa namanya? Gak perlu kau tau ya, yang sekarang ini mana pasal-pasal yang dilanggar oleh Presiden. Saya mau terangkan itu. Gak usah lah kau ngomong banyak kayak begitu.
Baru mau terangkan prinsip. Enggak, enggak, enggak. Kita orang hukum. Kita mau ngomong. Kenapa you bodoh dengan prinsip itu?
Eh kau, kau bodoh, kau b****. Saya yakin tadi Bung Roky mendengarkan apa yang menjadi perdebatan. Bung Noel, Bung Silvester menyampaikan bahwa nggak ada buktinya, nggak mungkin Pak Jokowi itu cawe-cawe. Soal pilkada, Pak Jokowi nggak berpikir seperti itu. Itu partai politik, tapi berbeda.
Tadi Bung Ciko mengatakan ada cawe-cawe meski sulit dibuktikan. Sementara tadi logika-logikanya disampaikan oleh Bung Gies. Menurut Bung Roky sendiri seperti apa?
Ya, apa-apapunnya tadi ya. Jadi ada gak nih kekuasaan? Ada cawe-cawe. Ada gak muliono versinya ono surono?
Jadi ada banyak versi kan. Coba kita cari keterangan supaya teman-teman bisa dapat kuliah juga hari ini. Silahkan. Dalam metodologi berpikir, ada yang namanya prinsip parsimoni.
Parsimony itu upaya untuk menerangkan sesuatu dengan mengambil argumen yang paling sederhana. Jadi di dalam banyak argumentasi yang paling sederhanalah yang paling mungkin untuk diterima. Itu pohonnya.
Namanya Okem Razor. Guntingnya Okem. Oke, mini.
Dia seorang pastor, ini ada apa? Oh sini kebetulan. Okem ini seorang imam katolik.
Nama lengkapnya William Okem. Hidupnya kira-kira 700 tahun lalu, udah lama sekali. Jadi prinsip itu yang dipakai oleh ilmu pengetahuan. Begitu ada kerumitan perdebatan, cari argumen yang paling sederhana. Nah, cowok-cowok itu argumen paling sederhana.
Kan Anda nggak bisa membuktikan apa-apa kan? Yang paling sederhana adalah menduga dengan kekuatan pikiran bahwa itu pasti cewek-cewek. Jadi sebetulnya kita semua ngerti itu.
Bahwa iya memang cewek-cewek, buktikan. Ia nggak bisa dibuktikan. Kalau begitu sebaliknya bisa dibuktikan nggak?
Lalu justru yang panjang lebar yang lebih nggak bisa dibuktikan. Itu cara berpikirnya tuh. Teman-teman ngerti nggak? Kuliah metodologi semester 1 saya nih kayaknya. Saya lanjut ya.
Lalu kita mau terangkan kenapa banyak orang yang masih berupaya untuk membela Mulyono itu. Ya biasa aja. Karena kerumitan pikiran tadi. Tadi saya lewat di tangga berjalan. Eskalator itu.
Ada tulisan di situ. Bunyinya begini. sukses is not free you have to fight for it yang tulis itu siapa? Aiman Pak Hari Tanusudibio tapi mungkin ada orang yang salah baca sukses is not free you have to jilat for it Siapa yang ganti proverb itu?
Siapa yang ganti? Siapa yang ganti? Ya saya tanya kamu. Coba tanya ke mahasiswa mungkin mulutnya.
Siapa yang ganti? Tulisan Pak Hari Tanusudibio Sukses is not free, you have to fight for it. Sekarang berubah.
Sukses is not free, is not free. You have to jilat for it. Yang jilat itu tidak di MNC.
Yes. Ada di sini. Yang nulis itu adalah narasumber-narasumber iNews. Sebut nama dong.
Ya semuanya bisa menyebut nama diri sendiri. Jadi saya mau terangkan. Tapi bentar-bentar, ini kalau Anda menyatakan bahwa Bung Noel, Bung Silvester kan mereka nggak dapat jabatan. Anda salah besar, Bung Roky. Anda ini pecundang, kami bukan penjilat.
Saya ini satu orang yang tidak dapat apapun dari pemerintah ini. Baik jabatan, baik proyek, dan sebagainya. Saya seorang usahawan, dan saya seorang lawyer. Jadi Anda salah, dan Anda pikir kami ini rumit berpikir, Anda lihat muka saya ini cerah, hidup saya bahagia.
Oh enggak, enggak dong. Anda lihat Anda sendiri, sampai hari ini masih bujangan lapuk, kasihan. Jangan pribadi dong.
Iya dong, ya kan dia bilang kami tadi rumit. Jadi intinya begitu, makanya jangan menyerang pribadi. Anda boleh... Dalil-dalil segala macam ilmu Anda, silakan kemukakan.
Tapi Anda salah orang. Hari ini Anda berhadapan dengan orang yang bukan penjilat. Ya, oke? Oke, oke. Satu ikan kepancing.
Oke, layak. Saya sebut tadi... Ini kan manusia pejundang yang gak ada bergunanya buat republik ini. Saya belum tahu gunanya Anda buat republik ini.
Saya belum pernah dapat loh. Siapa yang mau terangkan kegunaan saya? Iya.
Berguna gak saya? Oke, terima kasih. selvi selvi lanjut ya saya terangkan pelan-pelan ya pelan-pelan sekali terangkan orang yang saya sebut tadi William Ockham imam katolik Anda kenal Anda kenal orang itu Anda kenal William Ockham hai hai William O'Kem yang menulis prinsip parsimony di lember fikir, Anda tahu dia siapa? Tahu?
Nggak tahu. Dia juga bujangan lapu. Tidak pernah menikah.
Ya namanya biarawan mana menikah. Mereka udah punya pilihan hidup untuk itu. Kalau Anda ini kan bukan biarawan.
Iya kan? Hei, biar awan tidak menikah tuh. Tahun 700 bahkan Paus itu menikah.
Anda enggak mengerti sejarah. Anda tidak punya pengetahuan tentang ilmu pengetahuan. Anda tidak punya...
Itu kan pengecualian ya. Hampir semua paus, ya, rohaniawan katolik itu nggak menikah. Mereka hidup selibat. Oke, saya terangkan sekali lagi ya.
Nggak bisa Anda samaratakan semua dengan yang tadi yang menikah satu orang itu. Oke, pengecualian. Semua orang pinter...
Itu Anda menghina kaul kekal dari para rohaniawan katolik. Apa yang kini? Itu sejarah siapa yang menghina? Oke, tapi Anda betul tuh, itu pengecualian. Semua ini berpikir, ada pengecualiannya.
Anda tidak berpikir. Lalu ada pengecualian. Kalau Anda berpikir, Anda tahu siapa. Kalau Pak Jokowi yang nggak disukai orang, dengar dulu. Oke, di Medsos mungkin dihajar ya, tapi ketika Pak Jokowi kemanapun di pelosok Republik ini.
Beliau disambut dengan ribuan dan puluhan ribu orang. Bahkan ratusan ribu orang. Saya mengalami itu.
Iya, yang menyambut itu. Jadi Anda, jangan dengan cara berpinggir Anda yang konyol, ya kan. Anda mengatakan kami juga seperti Anda. Kami beda. Kami ini pemenang, ya.
Pemenang the real. Jadi nggak ada beban. Anda ini pecundang.
Dari dulu Anda mengantam Pak Jokowi. Pak Jokowi tetap tegak berdiri. Anda siapa?
Anda siapa? Anda nothing. Ya. Oke, terus ini ya sedikit lagi. Ada seorang filsuf pemikir besar.
Dia menulis buku Being and Nothingness. Tahu siapa dia? Rocky, saya ini ya baca M.A.W. Brower, Gus Dur, Leo Tolstoy, itu SD saya udah baca. Jadi kamu gak usah ngomong kayak begitu.
Sekarang ini gunanya kamu buat Republik ini apa? Saya tulisin aja pelan-pelan ya, oke. Gunanya Presiden Jokowi ini seribu kali lebih lipat dari Anda.
Jadi Anda memaki-maki orang, Pak Jokowi pun tidak membalas Anda loh. Anda ini sangat-sangat zolim, kata orang. Gila.
Anda sebut dua nama tadi, M.A.W. Brower dan... Siapa tadi? Gus Dur. Gus Dur dan? Leo Tolstoy.
Leo Tolstoy. Dari SD saya udah baca itu. Oke. Yang mana yang baca Leo Tolstoy?
Which one? Kita tidak usah berdebat masalah ini. Kita sekarang berdebat yang hari ini kita...
Saya mau tahu Anda baca apa enggak. Saya mengajar. Kita hari ini berdebat ya masalah yang ini bukan masalah yang itu.
Yuk ajak saya berdebat soal itu. Kita disini bukan berdebat yang... Yang lalu-lalu, kita berdebat sekarang, yang Anda menuduh Pak Jokowi cawe-cawe, mana buktinya?
Saya akan tiba di situ. Gak bisa, gitu loh. Jangan Anda mengalihkan kiri-kanan-kiri, straight to the point aja. Kalau Anda lelaki jantan, ngomong apa adanya?
Saya mau ngomong apa? Mana abuse of power-nya Pak Jokowi? Oke, saya omongin.
Ayo, silahkan. You sebut tadi M.A.W. Brower, oke? Brower itu membaca Heidegger.
Siapa tuh Heidegger? Who is the person called Heidegger? Yang menulis tadi, being and nothing. Kan dia bilang nothing. So, saya ucapkan itu untuk klarifikasi.
Being and nothingness ditulis oleh Heidegger, dibaca oleh orang yang bukunya Anda baca, M.I.U. Brouwer. Romo. Siapa itu Heidegger? Anda kan belajar fakultas hukum kan?
Oke, siapa itu Heidegger? Bung Roki, kita sekarang ini, sekarang ini kita berdebat apa? Apa mengenai filsuf atau mengenai hukum? Kita berdebat mengenai apa yang ada tudukan kepada orang yang... Baik dan benar gitu.
Bukan yang lain-lain. Anda nggak usah keliling ke atas, ke bawah, kiri, kanan. Sebutkan cawe-cawe Pak Jokowi itu.
Saya mau sebutin itu. Dari tadi saya mau sebutin. Saya akan jawab itu. Oke, saya mau sebutin sekarang ya. Anda menyebut Brower.
Anda tahu siapa Brower? M.A.W. Brower. Terangkan pada mereka coba. Yang Anda sebut.
Leo Tolstoy yang belajar sejarah. Semua pemimpin kita, pendiri republik, tahu siapa itu Leo Tolstoy, tahu siapa itu Heidegger. Yang ada terangin tadi. Tapi Anda buta huruf terhadap itu. Bagaimana Anda mau tagih saya bicara soal cewek-cewek, kalau fondasi saya untuk bicara cewek-cewek Anda nggak ngerti.
Hai mode batlami atau mbak berdebat berdebat sekarang begini yang kita perdebatkan ya saya mau terangkan jauh buktinya begitu loh ya saya mau terangkan itu kita nggak usah ngomong ngomong yang lain-lain Hemingway lah apa segala Anda bilang tadi, Anda mengucapkan kalimat yang ada etimologinya, yaitu bujangan lapuk. Maka saya ingat orang semacam itu. Ya Anda memang bujangan lapuk. makanya kan Anda bilang hidup kami ini kayaknya sulit dan menyakitkan dan menjilat ya harus bantai itu yang bilang itu siapa kamu yang bilang gitu loh bilang siapa yang rubah itu ya kenapa anda ngaku sumber yang disini pasti kami berdua lainnya Kenapa kamu ngaku Oh bukan saya mau eh Rocky saya mau bantah kamu kami ini hidup baik-baik aja kalau kamu hidup menyakitkan, tiap hari jadi pecundang saya terangkan ya siap hari pusing, kami gak pusing sama hidup kami kok dan kami tidak menjilat gue tiap hari jalan-jalan ada yang menjilat disini anda sebarang orang perdebatannya lebih pada substansi ini substansinya kawan-kawan mahasiswa kita mau berharap berharap ada sekalai dokter dalam disoal beneran mana yang kamu teman-teman masih menikmati perbatasan mana gitu nggak ada masalah kok nggak masalah-masalah lebih pada substansinya enggak ada ini dia ini ya kan dia ngomong ngawur ngacau-ngacau ini mana buktinya itu luangkan dari tadi buktinya usah kau putar kiri putar kanan enggak usah like to the point aja Rocky moing jangan kau bodohin terus masyarakat ini cuman bodohin ikan Mereka tidak mungkin saya bodohin.
Mereka tonton kebodohanmu. Oh enggak. Saya ngomong dengan fakta dan bukti yang valid.
Anda ngomong dengan opini dan framing yang enggak benar buat bangsa ini. Ini metodologi. Kita berikan sempatan dulu. Silahkan, Moroki.
Silahkan, Moroki. Jadi potong dulu. Silahkan.
Di dalam metodologi ada prinsip parsimoni. Itu cara berpikir. Hoax itu, bagaimana? Pengetahuanmu tentang metodologi minus 7 itu.
Lu gak ngerti metodologi, bagaimana saya mau ajak lu berpikir, kalau prinsip berpikir lu gak tahu. Inilah, anda merendahkan orang, seperti Anies kemarin kasih 11 poin ke Pak Prabowo, Pak Prabowo jadi Presiden. Saya tidak merendahkan, saya merendahkan kemampuan lu berpikir.
Monusia-monusia yang tukang merendahkan orang. Ini satu ini. Fitnah orang. Kerjanya memang begini. Pecundang.
Seseorang yang mengklaim punya otak. Dia tahu basis otaknya apa tuh, itu cara berpikir tadi. Saya baru terangkan satu hal kecil, parsimoni, dan you gak tahu. Bagaimana mungkin you punya ijasa gak tahu apa itu parsimoni.
Ustaga, di dalam hukum pun ada prinsip parsimoni. Mau saya terangkan? Rocky. Tunggu, tunggu, saya mau terangkan.
Kita mau ajarin you. Enggak, saya gak perlu diajari. Tunggu, Anda lulus dokter suhukum?
Sebagai orang hukum, saya minta bukti. Oke, saya terangkan. Saya minta bukti.
Oke. Kau nggak usah ngomong panjang lebar, saya hanya minta bukti kau mana. Oke, saya terangkan.
Itu aja, kita orang hukum. Oke, saya mau terangkan. Berdasarkan bukti.
bukti dan fakta itu loh iya saya mau terangkan sekarang kau ngomong panjang kali lebar kau bodohin orang orang lain saya jangan kacau kamu ini dia minta bukti buktikan untuk membuktikan perlu cara pembuktian baik Cara pembuktian. Ayo silahkan. Anda mau bukti yang kompleks atau yang parsimoni? Terserah Anda mau kasih bukti apa aja.
Rakyat mendengar. Anda bohong atau bukti itu asli atau bohong. Saya kasih bukti parsimoninya ya. Di dalam ilmu hukum ada prinsip.
PAKTA ZUNZERVANDA. A PACK MUST BE SERVED. Tahu? Prinsip itu?
Dalam ilmu hukum. Sudahlah, saya ini bukan mahasiswa baru yang Anda harus terangkan. Anda tahu nggak supaya saya terangkan? Sekarang ngomong aja, mana buktinya? Itu loh.
Ini saya mau terangkan. Enggak, kita kalau di pengadilan bro, ya, nggak ada kita ngomong panjang-panjang kayak begini. Langsung mana buktinya?
Hakim akan minta itu. Oke, Anda Hakim ya. Saya terangin ya.
Buktinya namanya fakta zunzervanda. Tahu nggak istilah itu? Saya bilang Rocky, ya kan, mana buktinya? Sekarang kita ngomong mengenai Presiden yang melakukan cawe-cawe. Saya pakai bahasa Inggris, a pact must be served.
Namanya fakta sunservan. Perjanjian harus diucapkan. Mana pasal pidana berapa yang Presiden itu lakukan?
Anda ini ngomong apa Anda ini? Buktikan undang-undang mana yang dilanggar pasal berapa. Ini saya mau terangkan. Oke silahkan Muroki.
Saya terangkan pelan-pelan ya. Saya akan terangkan pakai dalil hukum a pact must be served. Pakta zun servanda. Pakta itu pact artinya perjanjian. Betul nggak?
Zun artinya jangan sampai. Bener nggak? Salah.
Semua rukun yang dipakai itu salah. Sun itu artinya mas, bukan sebaliknya. Gimana sih, terlalu sedungu ini. Bukan, saya mengiakkan apa aja yang kamu omong gitu loh.
Sekarang kan, dia hanya muter-muter, gak bisa bukti. Gak ada ini manusia. Ini manusia pecundang yang sangat merugikan bangsa kita ini dengan kebohongan-kebohongan yang dia lakukan.
Nggak ada kan, mana buktinya yang kamu bisa berikan saat ini? Nggak ada Roky. Mana? Nggak ada.
Kau nggak usah ngomong, saya ini bukan mahasiswa. kamu yang kamu ajarin, enggak. Sebagai orang hukum, mana?
Pasal-pasal. Profesormu siapa namanya? Enggak perlu kau tahu. Yang sekarang ini, mana pasal-pasal yang dilanggar oleh Presiden.
Saya mau terangkan itu. Enggak usah lah kau ngomong banyak kayak begitu. Baru mau terangkan prinsip.
Enggak, kita orang hukum, kita ngomong. Kenapa you bodoh dengan prinsip itu? Eh, kau bodoh.
Oke baik kita akan kembali Saat lagi terpapar sama kami di Rakyat Bersuara