Transcript for:
Aspek dan Strategi Manajemen Keuangan Internasional

Halo mahasiswa, selamat datang di kelas bisnis internasional pertemuan ke-13. Materi kita minggu ini yaitu mengenai manajemen keuangan internasional. Manajemen keuangan internasional merupakan cabang dari manajemen keuangan yang berfokus pada aspek keuangan yang terkait dengan operasi bisnis di pasar global. Tujuan utama manajemen keuangan internasional adalah mengelola pendapatan perusahaan, pengeluaran, aset, dan juga kewajiban dalam berbagai mata uang asing. Salah satu contoh perusahaan yang terlibat dalam manajemen keuangan internasional adalah Singapore Airlines. Sebagai maskapai penerbangan yang beroperasi di berbagai negara, Singapore Airlines harus mengelola keuangan mereka dalam mata uang yang berbeda. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan oleh manajer keuangan internasional antara lain yaitu manajemen risiko mata uang akibat perubahan nilai tukar mata uang, kemudian pembiayaan internasional, manajemen likuiditas, evaluasi investasi asing, dan juga manajemen pajak internasional. Dalam semua tugas tersebut, manajer keuangan internasional perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang pasar keuangan global, kebijakan keuangan internasional, serta kemampuan analisis dan pengambilan keputusan yang baik untuk mencapai tujuan keuangan perusahaan secara efektif dalam konteks internasional. Oleh sebab itu, Selain itu, minggu ini pun kita akan membahas berbagai hal penting terkait manajemen keuangan internasional seperti isu-isu keuangan, mengidentifikasi dan mengelola risiko nilai tukar mata uang, manajemen modal kerja, dan juga sumber investasi internasional. Manajemen keuangan internasional sendiri melibatkan berbagai aktivitas dalam kaitannya dengan aliran finansial, aliran real, dan aliran budaya. Aliran finansial merujuk pada arus masuk modal dan pinjaman dalam konteks manajemen keuangan internasional. Aktivitas yang terkait dengan aliran finansial meliputi penanaman modal asing di mana perusahaan mengalirkan modal mereka ke negara lain melalui investasi langsung. Manager keuangan internasional terlibat dalam pengambilan keputusan terkait investasi asing seperti pemilihan proyek investasi yang tepat dan negara tujuan yang optimal. Selain itu, Yaitu aktivitas lainnya yaitu pinjaman internasional di mana manajer keuangan internasional bertanggung jawab untuk mengelola hutang dan membentuk kebijakan yang tepat terkait penggunaan sumber dana pinjaman. Aktivitas manajemen keuangan internasional juga mencakup konversi mata uang. Ketika perusahaan melakukan transaksi lintas batas, manajer keuangan internasional harus memperhatikan nilai tukar mata uang untuk meminimalkan risiko perubahan nilai tukar yang merugikan. Selanjutnya, aliran real mencakup arus masuk barang dagangan seperti bahan baku, barang setengah jadi, dan juga barang jadi dalam konteks manajemen internasional. Aktivitas yang terkait dengan aliran real meliputi pengelolaan rantai pasokan dan manajemen persediaan. Manager keuangan internasional terlibat dalam pengelolaan rantai pasokan yang melibatkan impor dan ekspor barang. Mereka harus mempertimbangkan aspek logistik, biaya pengiriman, peraturan perdagangan internasional, dan juga risiko yang terkait dengan transportasi dan kepabianan. Manager keuangan internasional juga harus memastikan ketersediaan bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi yang memadai, mengendalikan biaya persediaan, dan mengoptimalkan proses produksi dan distribusi. Selain aliran finansial dan aliran real, aktivitas manajemen keuangan internasional juga berkaitan dengan aliran budaya, di mana manajemen keuangan internasional mencakup harus masuk ilmu pengetahuan, teknologi, pola pikir, dan perilaku. Aktivitas yang terkait dengan aliran budaya meliputi transfer teknologi, manajemen multikultural, dan pengetahuan pasar global. Perusahaan internasional seringkali mengalirkan teknologi baru atau metode produksi yang inovatif ke negara lain. Manager keuangan internasional berperan dalam memastikan kelencaran transfer teknologi, melindungi kekayaan intelektual, dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan. Dalam skala bisnis internasional, manajer keuangan internasional juga harus mampu beradaptasi dengan perbedaan budaya, pola pikir, dan perilaku di berbagai negara. Mereka harus memahami norma bisnis lokal, mengelola keragaman tim kerja, dan membangun hubungan yang baik dengan mitra bisnis internasional. Selain itu, manajer keuangan internasional harus mengikuti perkembangan pasar global, kebijakan ekonomi, tren industri, dan faktor-faktor budaya yang dapat mempengaruhi kegiatan bisnis. Mereka harus mengumpulkan informasi tentang pasar internasional dan menganalisisnya untuk mengambil keputusan yang tepat. Nah, sekarang kita bahas mengenai isu keuangan dalam bisnis internasional. Isu keuangan dalam perdagangan internasional melibatkan beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Yang pertama, mata uang dalam bertransaksi. Pihak-pihak yang terlibat harus memutuskan mata uang yang akan digunakan sebagai alat pembayaran. Dan ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kebijakan pemerintah, stabilitas mata uang, dan preferensi bisnis. Dalam perdagangan internasional, mata uang yang umum digunakan adalah dolar Amerika, karena merupakan mata uang yang diterima secara luas dan berperan sebagai mata uang cadangan global. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa mata uang lokal atau mata uang negara mitra juga bisa digunakan dalam transaksi internasional. Yang kedua adalah pemeriksaan kredit. Ketika terlibat dalam perdagangan internasional, penting untuk memeriksa kredit dan mengelola risiko kredit terkait dengan mitra bisnis internasional. Hal ini melibatkan evaluasi kelayakan keuangan dan kemampuan pembayaran mitra bisnis sebelum bertransaksi dengan mereka. Cara pemeriksaan kredit ini dapat dilakukan melalui analisis laporan keuangan, verifikasi referensi, pemeriksaan catatan kredit, dan kolaborasi dengan lembaga kredit atau perusahaan layanan informasi kredit. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa mitra bisnis memiliki reputasi keuangan yang baik dan dapat memenuhi kewajiban pembayaran. Yang ketiga, bentuk pembayaran. Dalam perdagangan internasional, ada beberapa bentuk pembayaran yang umum digunakan, seperti tunai, transfer bank, letter of credit, dan juga bentuk-bentuk pembayaran lainnya. Pilihan bentuk pembayaran akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepercayaan antar pihak-pihak yang terlibat, risiko transaksi, kebijakan pemerintah, dan ketentuan perdagangan internasional. Yang keempat yaitu pengaturan pembiayaan. Dalam perdagangan internasional, Pengaturan pembiayaan dapat menjadi isu penting terutama dalam situasi di mana perusahaan membutuhkan sumber pembiayaan tambahan untuk melaksanakan transaksi perdagangan. Beberapa bentuk pembiayaan internasional yang umum ialah kredit ekspor, leasing, dan lain-lain. Pilihan pembiayaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan perusahaan, struktur biaya, risiko kredit, dan juga kebijakan pemerintah. Sangat penting bagi perusahaan yang terlibat dalam perdagangan internasional. untuk mempertimbangkan aspek-aspek ini dengan Jerman dan bekerja sama dengan profesional keuangan untuk memastikan bahwa keputusan keuangan yang diambil mendukung kelancaran transaksi dan mengelola risiko yang terkait. Sekarang kita bahas beberapa hal terkait masing-masing isu keuangan yang tadi ya. Kita mulai dari isu pilihan mata uang yang akan digunakan. Eksportir cenderung lebih menyukai pembayaran dalam mata uang negaranya sendiri karena ini memberikan mereka kepastian terkait jumlah yang akan diterima dalam mata uang lokal. Dengan menggunakan mata uang negara asal, eksportir dapat menghindari risiko perubahan nilai tukar yang dapat mempengaruhi pendapatan mereka. Mereka dapat memperkirakan dengan lebih baik laba dan arus kas yang akan mereka terima dari transaksi ekspor, serta memudahkan perencanaan keuangan mereka dalam mata uang lokal. Sama halnya, importir juga cenderung lebih menyukai pembayaran dalam mata uang negaranya sendiri. Dengan menggunakan mata uang negara asal, importer dapat memiliki kejelasan terkait jumlah yang harus mereka bayarkan kepada eksportir dalam mata uang mereka. Ini membantu importer dalam merencanakan keuangan mereka, memperkirakan biaya impor dengan lebih baik, dan menghindari ketidakpastian terkait nilai tukar. Oleh sebab itu, sebagai praktik umum, beberapa negara berkembang atau negara yang ekonominya masih tidak stabil, sepakat menggunakan dolar Amerika sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional. Ada beberapa alasan untuk ini, misalnya karena dolar Amerika dianggap sebagai mata uang yang relatif stabil dan diterima secara luas di pasar internasional. Penggunaan dolar Amerika dapat memberikan kepastian bagi kedua belah pihak dalam transaksi perdagangan terkait nilai tukar dan menghindari risiko fluktuasi mata uang lokal yang tidak stabil. Alasan kedua yaitu likuiditas. Dolar Amerika adalah mata uang yang sangat likuid dan diterima secara luas di pasar global. Ini membuatnya lebih mudah untuk melakukan transaksi dan mempermudah likuiditas dalam perdagangan internasional. Alasan ketiga yaitu karena memang dalam beberapa sektor industri tertentu, seperti perdagangan komoditas atau energi, dolar Amerika sering digunakan sebagai mata uang referensi global. Menggunakan dolar Amerika sebagai alat pembayaran, memudahkan perbandingan harga dan standar nilai dalam perdagangan komoditas internasional. Namun penting untuk dicatat bahwa pilihan mata uang dalam perdagangan internasional ini bisa bervariasi tergantung pada negara, jenis transaksi, stabilitas mata uang, dan juga preferensi bisnis. Keputusan akhir terkait pilihan mata uang harus dilakukan berdasarkan pertimbangan yang teliti mengenai risiko nilai tukar, kestabilan mata uang, dan kebutuhan bisnis yang spesifik. Selanjutnya kita bahas mengenai isu keuangan kedua yaitu credit checking. Credit checking atau pemeriksaan kredit adalah proses untuk mengevaluasi kelayakan keuangan dan kemampuan pembayaran calon pembeli atau importer sebelum melakukan transaksi bisnis dengan mereka. Aspek yang harus diperhatikan adalah pembeli atau importir dapat dipercaya atau tidak. Melalui credit checking, perusahaan dapat menilai apakah pembeli atau importir dapat dipercaya dalam hal melakukan pembayaran tepat waktu. Ini melibatkan pemeriksaan riwayat pembayaran mereka, rekam jejak bisnis, dan referensi dari pihak ketiga yang dapat memberikan informasi mengenai kredibilitas dan keandalan mereka dalam pembayaran. Kemudian yang kedua yaitu apakah importir secara finansial sehat atau tidak. Credit checking bisa kita gunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan importir. Ini mencakup menganalisis laporan keuangan mereka, termasuk rasio keuangan, likuiditas, dan pertumbuhan bisnis. Dengan memahami kesehatan keuangan importir, perusahaan dapat menilai apakah mereka memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran dalam jangka panjang atau tidak. Selanjutnya, kredit checking juga melibatkan evaluasi hubungan yang sudah terjalin antara perusahaan dan importer. Jika hubungan telah berjalan baik dengan catatan pembayaran yang baik, hal ini akan menjadi faktor penting dalam mempertimbangkan kelayakan kredit yang lebih besar. Hubungan yang baik dapat menunjukkan bahwa importer telah menunjukkan keandalan dan hubungan bisnis yang konsisten. Jika setelah melakukan kredit checking, perusahaan menemukan bahwa importer memiliki riwayat pembayaran yang baik, Kondisi keuangan yang sehat dan hubungan yang baik dengan perusahaan, maka perusahaan dapat memberikan kredit kepada importir dalam transaksi perdagangan. Ini berarti perusahaan akan memberikan barang atau jasa terlebih dahulu dengan persetujuan bahwa pembayaran akan dilakukan pada jangka waktu tertentu yang disepakati. Namun jika bermasalah, perusahaan sebaiknya memilih metode pembayaran lainnya. Metode pembayaran alternatif dapat termasuk pembayaran tunai, Pembayaran melalui letter of credit atau menggunakan jasa lembaga keuangan atau asuransi kredit untuk melindungi risiko pembayaran. Dalam semua kasus ini, credit checking penting untuk mengurangi risiko kredit dan memastikan bahwa perusahaan menjaga kelancaran arus kas dan melindungi kepentingan keuangan mereka. Dalam transaksi internasional, pihak-pihak yang terlibat akan merundingkan metode pembayaran yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing. Beberapa metode pembayaran yang umum digunakan dalam transaksi internasional antara lain yaitu open account, documentary collection, letters of credit, credit cards, dan counter-trade atau barter, dan payment in advance. Payment in advance atau pembayaran di muka merupakan metode yang melibatkan pembayaran penuh atau sebagian dari nilai transaksi oleh pembeli sebelum barang atau jasa dikirimkan oleh ekspor. Pembayaran di MUKA memberikan kepastian kepada eksportir terkait penerimaan dana sebelum mengirimkan barang atau jasa. Selain itu, ada juga pembayaran dengan kartu kredit atau barter atau counter trade. Counter trade melibatkan pertukaran langsung barang atau jasa antara eksportir dan pembeli tanpa menggunakan uang tunai. Metode ini umumnya digunakan dalam transaksi di mana pembeli tidak dapat membayar dengan mata uang konversi atau dalam situasi perdagangan bilateral yang khusus. Counter-threat dapat menguntungkan jika ada kesulitan dalam mendapatkan mata uang yang diperlukan. Namun demikian, metode-metode pembayaran ini mungkin menjadi beban keuangan bagi pembeli yang harus membayar sebelum menerima barang atau jasa. Oleh sebab itu, ada pilihan metode pembayaran lain bagi perusahaan pembeli. Yang pertama, open account. Dalam metode open account, eksportir mengirimkan barang atau jasa terlebih dahulu. Eksportir kemudian mengirimkan tagihan kepada importir yang berisi rincian barang tersebut, seperti jumlah, bentuk, dan waktu pembayaran yang diharapkan. Metode ini memerlukan kepercayaan yang tinggi antara eksportir dan pembeli, dan dapat melibatkan risiko pembayaran yang lebih tinggi bagi eksportir. Ada juga metode pembayaran lain, yaitu Documentary Collection. Metode ini melibatkan perantara bank lokal eksportir dan importir. yang bertindak sebagai agen pembayaran. Ini bisa kita lihat melalui gambar berikut. Di sini kita bisa lihat alur pembayaran dengan Documentary Collection. Pertama, perusahaan akan mengirim produk kepada perusahaan pembeli atau importer. Kemudian setelah produk diterima, perusahaan eksporter mengeluarkan draft transaksi yang berisi, invoice, dan juga details-details lainnya kepada bank eksporter. Dan bank eksporter akan meneruskan dokumen tersebut kepada bank pembeli untuk kemudian diteruskan kepada pembeli dengan permintaan pembayaran. Pembeli kemudian akan melakukan pembayaran paling telat pada tanggal jatuh tempo yang telah disepakati. Selanjutnya ada juga metode pembayaran dengan letters of credit. Letters of credit adalah instrumen pembayaran yang dijamin oleh bank. Bank pembeli atau pembuka LC akan memberikan jaminan pembayaran kepada ekspor PIR atau penerima LC jika dokumen yang sesuai dengan persyaratan LC telah diserahkan. Letters of credit memberikan keamanan. dan kepastian pembayaran kepada eksportir, sementara bagi pembeli, pembeli memiliki jaminan bahwa pembayaran hanya akan dilakukan jika persyaratan terpenuhi. Beberapa dokumen yang mungkin diminta oleh bank sebelum bersedia menjadi penjamin adalah Export License khususnya yaitu bagi produk-produk yang sensitif, kemudian Certificate of Product Origin, dan juga Inspection Certificates. Proses Detail Letters of Credit atau LC bisa kita lihat dalam gambar ini. Yang pertama proses dimulai dari terbentuknya kesepakatan antara pembeli dan eksportir. Pembeli atau importir dan eksportir mencapai kesepakatan mengenai syarat-syarat dan kondisi transaksi perdagangan internasional. Kemudian pembeli menyetujui untuk menggunakan LC sebagai metode pembayaran yang aman, dan eksportir setuju untuk menerima pembayaran melalui LC. Selanjutnya akan dilakukan pembukaan LC oleh bank pembeli. Di sini pembeli mengajukan permohonan pembukaan LC kepada banknya atau bank pembeli. Permohonan LC mencakup informasi seperti jumlah LC, nama eksportir, syarat-syarat pengiriman barang atau jasa, dokumen yang harus diserahkan, tanggal jatuh tempoh pembayaran, dan instruksi lain yang relevan. Selanjutnya, bank pembeli mengirim LC yang telah dibuka kepada bank penerima LC atau bank eksportir. Bank penerima LC memeriksa dan memverifikasi LC untuk memastikan persyaratan dan instruksi yang jelas dan dapat dipenuhi. Jika bank penerima LC yakin dengan kelayakan LC, mereka dapat memutuskan untuk mengkonfirmasi LC kepada eksportir dan memberikan jaminan pembayaran tambahan. Selanjutnya, eksportir mengirim barang atau jasa sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati dalam LC. Eksportir mengumpulkan dan menyusun dokumen-dokumen yang diperlukan sesuai dengan persyaratan LC seperti faktur, sertifikat asal, dan dokumen lainnya yang disebutkan dalam LC. Kemudian eksportir menyerahkan dokumen-dokumen yang sesuai dengan LC kepada bank penerima LC. Kemudian bank penerima LC akan memeriksa dokumen-dokumen tersebut untuk memastikan kesesuaian dengan persyaratan LC. Jika dokumen-dokumen yang diserahkan sesuai dengan persyaratan LC, bank pembuka LC akan melakukan pembayaran kepada bank penerima LC atau bank eksportir. Kemudian bank penerima LC akan menyerahkan dokumen-dokumen kepada pembeli. Pembeli akan memeriksa dokumen-dokumen tersebut dan memastikan keabsahan dan kesesuaiannya. Jika semua dokumen dinyatakan lengkap dan sesuai, pembeli akan menerima barang atau jasa yang dikirimkan oleh eksportir. Dengan banyaknya risiko keuangan yang ada, maka tentu pengelolaan risiko tersebut menjadi sangat krusial bagi perusahaan. Salah satu risiko keuangan uncul karena nilai tukar yang terus berubah. Dan manajemen risiko keuangan melibatkan upaya perusahaan untuk mengelola dampak perubahan nilai tukar pada transaksi bisnis internasional. Bentuk risiko yang sering kita dengar adalah Transaction Exposure atau Exposure Transaksi. Ini terjadi ketika perusahaan terkena dampak keuangan berupa keuntungan atau kerugian akibat dari perubahan nilai tukar saat pembayaran harus dilakukan. Beberapa strategi untuk mengelola risiko exposure transaksi ini antara lain strategi go naked, buy forward currency, buy currency future, buy currency option, dan acquire offsetting asset yang akan kita bahas satu persatu. Strategi go naked atau naked exposure dalam mengelola transaksi exposure adalah strategi di mana perusahaan memilih untuk tidak menggunakan instrumen lindung nilai atau hedging untuk melindungi diri dari fluktuasi nilai tukar. Dalam strategi ini, perusahaan menerima risiko exposure transaksi tanpa melakukan tindakan untuk melindungi diri mereka. Dalam hal ini, perusahaan cukup mengelola risiko exposure dengan membeli barangnya nanti saja saat barang tersebut dibutuhkan. Ini bertujuan untuk menghindari pembelian barang yang berlebihan atau tidak terpakai, sehingga mengurangi biaya penyimpanan dan risiko kepemilikan barang yang tidak perlu. Selain itu, perusahaan mungkin mengelola risiko sesederhana dengan cara tidak melakukan transaksi sekarang, yaitu saat fluktuasi mata uang mungkin berefek pada perusahaan. Alasan dibalik keputusan ini dapat bervariasi, seperti menunggu kondisi pasar yang lebih menguntungkan, menilai ulang kebutuhan dan prioritas bisnis, atau menunda pengeluaran hingga ada kejelasan mengenai situasi atau perkembangan yang mempengaruhi transaksi tersebut. Namun demikian, model strategi ini tetap sangat beresiko dibanding dengan strategi-strategi lainnya. Selanjutnya, strategi buy currency forward. Strategi buy currency forward adalah salah satu bentuk instrumen lindung nilai yang digunakan untuk mengelola risiko nilai tukar dalam transaksi bisnis internasional. Selain karena model strategi ini memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu mengeluarkan modal sampai barang diterima, dalam strategi ini, perusahaan sepakat untuk membeli atau bertransaksi dengan harga yang telah disepakati saat ini untuk digunakan pada saat pembayaran dilakukan di masa depan. Hal ini memberikan kepastian kepada perusahaan mengenai jumlah mata uang yang akan diterima atau dibutuhkan dan menghindari fluktuasi nilai tukar yang tidak diinginkan. ketika pembayaran harus dilakukan atau pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan. Strategi Buy Currency Forward pada dasarnya membantu perusahaan dalam menghindari kerugian yang mungkin timbul akibat penurunan nilai mata uang mereka. Artinya, dengan membeli mata uang asing dengan harga tetap, perusahaan mengunci kurs dan terhindar dari fluktuasi nilai tukar yang mungkin merugikan pada saat pembayaran harus dilakukan. Sementara itu, yaitu strategi buy currency options adalah strategi di mana perusahaan memperoleh hak, namun tidak diwajibkan, untuk membeli mata uang asing pada tingkat kurs tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Strategi ini memberikan fleksibilitas kepada perusahaan untuk memutuskan apakah akan menggunakan haknya untuk membeli mata uang asing dengan harga mata uang saat ini atau harga mata uang pada saat pembayaran dilakukan. Ini memungkinkan perusahaan untuk memilih opsi yang paling menguntungkan mereka tergantung pada pergerakan nilai tukar. Dengan strategi ini, perusahaan juga dapat melindungi diri dari penurunan nilai mata uang. Jika nilai tukar mata uang turun di masa mendatang, perusahaan masih dapat menggunakan hatnya untuk membeli mata uang asing dengan harga yang telah ditentukan, sehingga menghindari kerugian yang mungkin timbul. Dan sebaliknya, jika nilai tukar mata uang naik di masa mendatang, perusahaan memiliki fleksibilitas untuk menggunakan hatnya dan membeli mata uang asing dengan harga yang lebih rendah dari nilai pasar saat ini. Selanjutnya ada juga strategi dengan menggunakan acquire upsetting asset. Acquire upsetting asset yaitu manajemen risiko nilai tukar untuk mengurangi dampak fluktuasi nilai tukar terhadap transaksi bisnis internasional dengan menyimpan atau menempatkan sebagian kecil uang di bank dalam mata uang asing yang diperlukan untuk transaksi Dengan tujuan mencoba mencukupi harga barang yang harus dibayarkan pada saat transaksi dilakukan. Jumlah uang ini biasanya lebih sedikit dari total nilai transaksi yang harus dilakukan. Dengan menyimpan uang dalam mata uang asing di bank, perusahaan dapat memperoleh bunga dari bank tersebut, dan bunga yang diterima diharapkan dapat mencukupi untuk membayar sebagian atau seluruh harga barang pada saat transaksi dilakukan. Namun kelemahan strategi ini adalah modal yang disimpan dalam mata uang asing tidak bisa digunakan sebagai modal usaha lainnya. Uang tersebut terkunci dalam bentuk deposito atau penyimpanan yang ditujukan untuk keperluan transaksi dalam bisnis internasional mereka. Selain risiko Transaction Exposure, ada juga risiko Translation Exposure atau risiko paparan terjemahan. Translation Exposure terjadi ketika laporan keuangan perusahaan terpengaruh oleh perbedaan nilai tukar pada saat mata uang diterima dan pada saat mata uang dilaporkan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, General Motors atau GM memiliki anak perusahaan di Inggris yang memiliki aset berupa rekening bank senilai 10 juta pound sterling. Pada saat transfer dana, nilai tukar adalah 1 pound sterling sama dengan 2 dolar, sehingga nilai aset anak perusahaan dalam dolar adalah 20 juta dolar. Namun jika nilai tukar naik menjadi 1 euro sama dengan 1,95 dolar ketika laporan keuangan konsolidasi disusun, Maka nilai aset anak perusahaan dalam dolar menjadi dolar. Dengan demikian, kerugian terjemahan sebesar 500.000 dolar terjadi karena perbedaan nilai tukar antara saat transfer dan saat laporan keuangan disusun. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar antara Pound Sterling dan dolar Amerika. Untuk mengelola resiko terjemahan, maka perusahaan menggunakan instrumen lindung nilai seperti kontrak berjangka atau atau opsi mata uang atau currency options untuk melindungi nilai aset atau kewajiban dalam mata uang asing terhadap perubahan nilai tukar. Selain risiko transaction dan translation exposure, ada juga economic exposure. Economic exposure atau peparan ekonomi mengacu pada dampak perubahan nilai tukar terhadap keseluruhan aktivitas atau operasional perusahaan, termasuk produksi, pemasaran, dan keuangan. Konsep ini lebih luas daripada poparan transaksi atau terjemahan karena melibatkan dampak jangka panjang dan keseluruhan perusahaan. Beberapa dampak ekonomi yang mungkin timbul karena perubahan nilai tukar bisa dilihat pada pendapatan, biaya bahan baku, dan persaingan dan harga produk perusahaan. Jika perusahaan menjual produknya di pasar internasional dan nilai tukar mata uang domestik meningkat, maka pendapatan dari ekspor dapat berkurang karena harga produk dalam mata uang asing menjadi lebih mahal bagi pelanggan asing. Sebaliknya, jika nilai tukar mata uang domestik melemah, maka pendapatan dari ekspor dapat meningkat. Hal ini juga akan mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar. Perubahan nilai tukar juga dapat mempengaruhi biaya bahan baku yang diimpor. Jika mata uang domestik melemah, maka biaya bahan baku yang diimpor dalam mata uang asing menjadi lebih mahal. Sebaliknya, jika mata uang domestik menguat, Biaya bahan baku yang diimpor dapat menjadi lebih murah. Nah sekarang kita bahas tentang pengelolaan modal kerja dalam bisnis internasional ya. Pengelolaan modal kerja adalah suatu proses yang melibatkan pengaturan dan pengendalian aset dan kewajiban jangka pendek perusahaan untuk memastikan kelencaran operasional dan keberlanjutan keuangan perusahaan. Dalam konteks pengelolaan keuangan internasional, terdapat beberapa tujuan yang berkaitan dengan pengelolaan modal kerja yaitu minimizing working capital balance atau mengurangi saldo modal kerja, kemudian minimizing currency conversion cost atau mengurangi biaya konversi mata uang, dan minimizing foreign exchange risk atau mengurangi risiko nilai tukar. Pengelolaan modal kerja yang efektif bertujuan untuk menjaga saldo modal kerja tetap optimal. Hal ini melibatkan pengelolaan persediaan, piutang, dan utang dengan cermat untuk meminimalkan biaya yang terkait dengan modal kerja. Tujuan utama adalah menjaga saldo modal kerja se-efisien mungkin agar perusahaan dapat memenuhi kebutuhan operasional dengan biaya minimum. Selain itu, dalam transaksi internasional, perusahaan seringkali harus mengkonversi mata uang asing menjadi mata uang domestik atau sebaliknya. Proses konversi mata uang ini dapat melibatkan biaya tambahan seperti biaya administrasi atau biaya transaksi. Dalam pengelolaan modal kerja internasional, Perusahaan berusaha untuk meminimalkan biaya konversi mata uang ini dengan mencari metode pembayaran atau instrumen keuangan yang paling efisien dan biaya konversi yang rendah. Dan seperti telah dijelaskan sebelumnya, resiko nilai tukar juga dapat berpengaruh terhadap nilai aset dan kewajiban dalam mata uang asing. Yang artinya, dampaknya juga dapat terjadi pada modal kerja perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu mementau dengan cermat kebutuhan modal kerja dan melindungi modal kerja dari risiko nilai tukar. Tujuan pengelolaan modal kerja pada dasarnya meliputi 3 hal, yaitu yang pertama, mempercepat pengumpulan piutang dari pelanggan. Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan kebijakan penagihan, memonetar piutang secara teratur, dan memberlakukan kebijakan kredit yang efektif. Di sisi lain, perusahaan juga berusaha memperlambat pembayaran jangka pendek kepada pemasok, dengan mengelola kebijakan pembayaran dan memperpanjang periode pembayaran jika memungkinkan. Ini bertujuan untuk mengoptimalkan aliran kas dan memperbaiki siklus konversi kas. Tujuan lain dari pengelolaan modal kerja adalah untuk mengalokasikan dana dengan cara yang paling efisien dan optimal. Ini melibatkan penilaian yang cermat tentang kebutuhan modal kerja yang sesuai dengan kegiatan operasional perusahaan. Misalnya, perusahaan perlu memastikan bahwa persediaan yang dipakai pegang tidak terlalu tinggi sehingga tidak mengikat terlalu banyak modal namun tetap dapat memenuhi permintaan pelanggan Selain itu, alokasi dana juga harus mempertimbangkan kebijakan investasi perusahaan untuk memaksimalkan pengembalian yang diperoleh dari kelebihan dana jangka pendek yang tidak langsung digunakan dalam operasional sehari-hari Pengelolaan modal kerja bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan dana tersebut dengan cara yang menguntungkan perusahaan. Ini dapat dilakukan melalui investasi kelebihan dana dalam instrumen keuangan yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik daripada hanya menyimpannya dalam bentuk kas. Dengan memperoleh profit maksimum dari investasi kelebihan dana jangka pendek, perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan dan nilai perusahaan secara keseluruhan. Lalu dari manakah sumber keuangan atau investasi internasional? Ini juga sebenarnya sudah sering sekali kita bahas ya pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sumber investasi internasional dapat dibedakan menjadi dua kategori utama yaitu investasi langsung asing atau foreign direct investment dan investasi portfolio atau foreign portfolio investment. FDI adalah bentuk investasi internasional di mana suatu perusahaan atau individu dari satu negara menanamkan modalnya langsung ke negara lain. FDI dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti membangun fasilitas produksi atau operasional baru di negara tujuan investasi. Ini melibatkan pembelian tanah, pembangunan pabrik, infrastruktur, dan perekrutan karyawan lokal. Atau juga bisa melalui akuisisi di mana perusahaan asing membeli atau mengakuisisi perusahaan lokal yang sudah ada di negara tujuan investasi. Dalam hal ini, perusahaan asing mengambil alih kendali perusahaan lokal dan mengelolanya sesuai dengan kepentingan dan strategi mereka. FDI umumnya melibatkan komitmen jangka panjang dan tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan jangka panjang, memperluas jangkauan bisnis, dan mendapatkan akses ke pasar baru. FDI juga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi negara tujuan investasi, seperti penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, dan peningkatan produktivitas. Selain FDI, ada juga FPI. FPI adalah bentuk investasi internasional di mana investor membeli surat berharga seperti saham, obligasi, atau instrumen keuangan lainnya dari pasar modal asing. Investor dalam FPI tidak memiliki kendali langsung atas perusahaan yang mereka investasikan, melainkan berharap mendapatkan keuntungan dari perubahan harga surat berharga tersebut. Beberapa contoh FDI. FPI termasuk membeli saham perusahaan asing melalui bursa saham atau membeli obligasi pemerintah asing. Investasi portfolio umumnya bersifat likuid dan dapat diperdagangkan dengan relatif mudah. Tujuan utama FPI adalah untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek melalui perubahan harga surat berharga atau menerima pendapatan dari bunga atau dividen yang dibayarkan. FPI juga memberikan kesempatan bagi investor untuk mendiversifikasi portfolio mereka dengan berinvestasi di berbagai pasar dan instrumen keuangan. Kedua sumber investasi ini, FDI dan FBI, memiliki peran penting dalam aliran modal internasional dan membantu memperkuat hubungan ekonomi antar banyak negara. Perusahaan dan investor dapat memilih antara kedua sumber investasi ini berdasarkan tujuan investasinya, strategi bisnis, profil risiko, dan kebijakan pemerintah negara terkait. Baiklah demikian penjelasan materi kita minggu ini ya. Semoga dapat dipahami dan bermanfaat. Sampai ketemu di video aja selanjutnya. Bye-bye.