Selamat pagi semuanya, kita akan melanjutkan pembahasan materi kita dan hari ini kita akan berbicara mengenai struktur liturgi. Kalau dari buku wajib, bab 5 judulnya struktur liturgi. Dan untuk membahas tema ini saya akan share screen terlebih dahulu, minta tolong ditunggu sebentar.
Oke, dan akan saya besarkan. Bab 5, struktur liturgi. Mungkin pertanyaan dari kita adalah, apa yang dimaksud dengan struktur liturgi?
Kalau kita mendengar istilah struktur liturgi, yang dimaksud adalah bagaimana liturgi itu disusun, bagaimana liturgi itu sungguh-sungguh terlaksana dan berdaya guna sampai pada kita. Kita ingat pada bab. pertama atau pertemuan pertama dahulu kita sudah membahas mengenai arti dari liturgi.
Liturgi kita artikan sebagai perayaan karya keselamatan Allah yang terjadi melalui Yesus Kristus dan tentu saja dalam roh kudus. Bagaimana perayaan karya keselamatan Allah itu sungguh-sungguh kita atau sampai pada kita, kena pada kita? Ini kita berbicara mengenai hari ini mengenai struktur liturgi, yaitu bagaimana liturgi itu disusun, bagaimana liturgi itu sungguh-sungguh terjadi.
Lalu strukturnya apa saja? Ada empat. Yang pertama, struktur dialogis, anabatis, katabatis, dan kita sudah beberapa kali mendengar penjelasan mengenai kata batis, anabatis, tapi yang dimaksud di sini liturgi berstruktur dialogis.
Kalau kita mendengar istilah atau ungkapan dialogis, dialog, yang namanya dialog tentu saja ada dua pihak. Dalam hal ini perayaan liturgi selalu berstruktur dialogis artinya atau yaitu Sebagai perjumpaan dialogal antara Allah dan manusia, ada komunikasi di dalamnya. Tentu saja Allah yang berinisiatif, Allah yang memulai. Allah melakukan gerak turun, Allah menguduskan manusia. Ini yang disebut sebagai kata batis, kata batis, kata basis, itu bahasa Yunani, gerak turun, Allah yang turun.
Allah yang menguduskan, dan untuk mengingat-ingat istilah ini kita sudah belajar, kata batis, kata, ta, ta, turun, ada huruf ini, ta, turun, ta, te, gitu ya. Nah ini kalau kalian ingat-ingat ini seumur hidup, kalau kalian ingat-ingat ini seumur hidup kalian tidak akan lupa. Lalu terhadap, Gerak turun dari Allah, Allah yang menguduskan, Allah yang mewayukan dirinya, Allah yang membuka dirinya tadi. Lalu manusia menanggapinya. Dalam hal ini manusia memuliakan Allah.
Manusia melakukan gerak naik. Disebut sebagai gerak anabatis. Anabatis, anabasis, bahasa Yunani juga gerak naik.
Ana, na, na. Artinya naik, ada sama-sama dua huruf ini, na, naik, ana, batis, naik. Ini pasti akan langsung masuk dalam ingatan kita.
Allah yang turun, Allah yang mengunduskan, Allah yang mewahyukan dirinya, Allah yang membuka dirinya, dan manusia menanggapi dengan memuliakan Allah, gerak naik, tadi sebelumnya gerak turun dari Allah. Lalu manusia menanggapi gerak naik. Ada peristiwa komunikasi, ada perjumpaan, ada dialog di sini.
Antara Allah dan manusia. Sekali lagi tadi yang berinisiatif tentu saja adalah pertama-tama ini adalah dari Allah. Contohnya seperti apa? Agar kita dapat membayangkan.
Misalnya dalam perayaan Ikaristi ada yang bagian yang disebut sebagai liturgi sabda. Dalam liturgi sabda tentu saja kita mendengar sabda Allah. Dalam kitab suci Allah yang bersabda, Allah yang menyampaikan kehendaknya.
Terhadap Allah yang bersabda, Allah yang menyampaikan kehendaknya, Allah yang turun tadi. Kemudian manusia menanggapi, kita menanggapinya. Misalnya dengan masmur tanggapan. Atau yang lain dalam liturgi sabda itu, yang termasuk di dalamnya. Lalu kita mengucapkan kredo kita.
Aku percaya. Karena Allah yang bersabda, lalu kita menanggapinya, aku percaya. Kredo.
Seperti yang dibahas dalam pengantar teologi Kristiani. Tanggapan kita yang lain juga kita kemudian menyampaikan doa-doa permohonan kita. Karena kita yakin bahwa Allah yang akan menjawab. Allah yang sudah menyampaikan apa yang menjadi sabdanya. Dan kita lalu menanggapinya juga dengan doa permohonan.
Kita mempercayakan diri kita. Selanjutnya. Struktur dialogis itu pertama-tama teologal, yaitu komunikasi antara Allah dan manusia, berjiri vertikal antara Allah dan manusia sekali lagi, bukan antara imam dan umat yang berjiri atau kita sebut sebagai gerak horizontal antara imam dan umat. Yang terakhir ini, maksudnya antara imam dan umat ini, hanyalah bentuk kemudian. Sekali lagi, yang perlu kita ingatkan, struktur dialogis itu pertama-tama teologal komunikasi antara Allah dan manusia, gerak vertikal.
Bukan antara imam dan umat. Mungkin di antara umat ada yang nanti bertanya pada suster, buder, frater, semuanya. Bukankah umat berpandangan? Liturgi itu mesti dialogis. Yang artinya doanya didoakan bergantian.
Atau ada dialog antara pemimpin dan umat. Misalnya itu loh, dalam perayaan ekaristi misalnya. Imam mengatakan, Tuhan bersamamu.
Lalu kita atau umat menjawab, bersama rohmu. Lalu imam mengatakan, marilah mengarahkan hati kepada Tuhan misalnya. Lalu umat menjawab, atau kita menjawab, sudah kami arahkan, dan lain-lain.
Juga umat mengatakan sebaiknya dialog macam itu juga pada bagian-bagian yang lain. Misalnya doa syukur agung, seluruh doa syukur agung seperti zaman dahulu. Mungkin kalian belum mengalami doa syukur agung yang demikian. Tetapi kalau misalnya kalian nanti mendengar atau mendapatkan pertanyaan demikian dari umat, Jawab saja, yang dimaksud dengan struktur dialogis ini, pertama-tama dialog, komunikasi, perjumpaan antara Allah dan manusia.
Baru yang kemudian antara pemimpin dan umat, antara imam dan umat itu, yang sifatnya kemudian, yang mengikuti, bukan yang pertama. Baik, ini struktur yang pertama. Kita masuk sekarang ke... Struktur yang kedua, berstruktur anamnesis. Liturgi itu berstruktur anamnesis.
Apa artinya? Anamnesis, anamnese itu bahasa Yunani. Kalau bahasa Latinnya memoria dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi kenangan.
Mengenang, kenangan. Artinya kalau liturgi itu berstruktur anamnesis atau anamnesis. Berstruktur kenangan tadi artinya bukan hanya aktivitas intelektual.
Mengingat-ingat saja misalnya ya dalam upacara bendera itu ada saat dimana-mana kita mengenangkan jasa para pahlawan. Lalu kita diam sebentar dan kemudian mengingat apa yang dilakukan oleh para pahlawan yang sudah gugur. Bukan itu maksudnya.
Atau contoh yang lain misalnya mengingat-ingat. Misalnya kita mengingat-ingat. Apa yang sudah kita dapatkan, kita dengar dalam kuliah hari ini, misalnya malamnya lalu kita mengingat-ingat lagi.
Atau kita mengingat-ingat apa yang sudah dilakukan, dikatakan oleh teman, mungkin siangnya. Bukan seperti itu. Yang dimaksud dengan kenangan, anamnesis, itu bukan sekedar mengingat-ingat.
Tetapi, Ini di poin yang kedua sudah ditulis in action. Apa yang dikenangkan itu hadir, sungguh-sungguh hadir, dan berdaya, kata kuncinya di sini, hikmah. et nung, ini bahasa latin ya, hik artinya di sini, et itu dan nung itu kini.
Jadi apa yang dikenangkan itu sungguh-sungguh hadir, dihadirkan, dan berdaya kini dan di sini. Kalau kita mendengar anamnesis itu maksudnya juga demikian ya, apa yang terjadi? Tentu saja dalam hal ini peristiwa Yesus Kristus, kini hadir pada saat ini dan di sini, dan berdaya juga saat ini dan di sini.
Ini kata kuncinya yang pertama. Lalu poin selanjutnya. Dalam Anamnesa Liturgi terjadi gerakan, seperti pada bagian bawah ini, Misteri Kristus, Peristiwa Yesus Kristus, seluruh hidup Yesus Kristus, yang puncaknya itu ada pada peristiwa sengsara wafat dan kebangkitannya, kita katakan kita sebut sebagai misteri Kristus, dihadirkan bagi jemaat, bagi kita saat ini, di sini.
Ini gerakan yang pertama. Sekaligus terjadi gerakan yang kedua, yaitu kita Jemaat dimasukkan dalam misteri Kristus, dimasukkan dalam peristiwa Kristus. Termasuk di dalam atau lebih-lebih atau puncaknya pada misteri sengsara wafat dan kebangkitan Kristus.
Dan hal ini terlaksana dalam bentuk sekarang ini dalam liturgi terlaksana dalam simbol-simbol. Misalnya peristiwa salib, sengsara dan wafat. Yesus dan waktu itu sampai berdarah-darah. Dan kini kita kenangkan, kita hadirkan, kita lihat dan kita ambil bagian di dalamnya.
Tetapi dalam bentuk simbol, yaitu dalam rupa roti dan anggur. Kalau dulu berdarah, kini tidak berdarah. Kita lanjutkan dulu.
Realitas kehadiran misteri Kristus dalam liturgi didasarkan pada tiga hal ini. Yang pertama adalah, tindakan Allah yang selalu berlaku, tidak hanya pada masa lalu, tetapi juga berlaku pada saat ini, dan bahkan juga pada masa mendatang, bergerak menuju kepenuannya, berciri eskatologis. Ada tiga dimensi waktu, masa lalu, kini, Dan yang akan datang masa lalu sudah terjadi pada peristiwa sengsara wafat dan kebangkitan Kristus sudah terjadi. Tetapi saat ini juga hadir dan berdaya. Kita kenangkan tadi dengan istilah kenangan tadi ya.
Mencakup masa lalu sekarang dan yang akan datang termasuk gerak kita menuju kepenuhannya. Maka dalam. aklamasi anamnesis, kita struktur kedua kan berstruktur anamnese.
Misalnya dalam perayaan Ikaristi setelah kisah dan kata-kata institusi, ada yang bagian yang disebut sebagai aklamasi anamnese. Contohnya ada enam pilihan ya kalau kita merayakan Ikaristi itu. Salah satunya contohnya saja misalnya, Imam mengatakan demikian, yang disebut sebagai aklamasi anamnese itu. Misalnya imam mengatakan, marilah mewartakan, atau menyanyikan ya, marilah mewartakan harapan iman kita.
Lalu kita, atau kalian, atau umat menjawab, Kristus telah wabat, Kristus telah bangkit, dan Kristus akan kembali. Ada tiga dimensi tadi, yang sudah terjadi tentu saja masa lalu. Sengsara, wafat, kebangkitan Kristus. Tetapi kini hadir saat ini, pada saat ini, kini, di tempat kita.
Dan juga bergerak menuju kepenuhannya, yaitu berjiri eskatologis tadi. Masa yang akan datang. Ada tiga waktu tadi. Lalu yang kedua adalah iman gereja. Realitas kehadiran misteri Kristus.
Dalam liturgi didasarkan juga pada iman gereja. Iman artinya tanggapan kita. Terhadap pewahyuan, pewahyuan dari Allah tentu saja, kita menanggapinya dengan iman.
Lalu yang ketiga, roh kudus yang memungkinkan tadi peristiwa Yesus Kristus atau misteri Kristus itu sampai pada jemaah, pada kita, dan kita dimasukkan di dalamnya, itu hanya mungkin terjadi karena peristiwa atau roh kudus yang memungkinkan hal ini. Bagaimana ini kita pahami? akan kita bahas dalam struktur yang ketiga, yaitu struktur epiklesis.
Tetapi sebelum kita masuk ke sana, ada satu poin yang saya katakan, mau saya hadirkan, yaitu tadi struktur anamnese tadi berakar juga pada tradisi Yahudi. Misalnya kalau orang Yahudi, orang Israel merayakan Paskah, itu ya. Artinya mengenangkan peristiwa keluarnya atau pembebasan dari Mesir ke Tanah Terjanji. Peristiwa pembebasan itu dikenangkan, dihadirkan kembali. Juga pada misalnya jemaat perdana atau pada masa-masa awal kekristianan, umat Kristen juga mengenangkan peristiwa.
Penyelamatan dari Yesus Kristus itu, peristiwa penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Misalnya dikenangkan dengan roti dan anggur. Jadi pengenangan ini berakar atau bukan sesuatu yang sangat baru, baru kita lakukan pada saat ini. Tetapi sejak awal atau berakar pada tradisi Yahudi.
Kita lanjutkan dengan struktur yang ketiga yang tadi sudah saya sebut. Roh Kudus yang memungkinkan. Ini yang disebut sebagai struktur epiklesis. Epiklesis berarti seruan permohonan. Akan datangnya roh kudus agar dia, dia yang dimaksud disini adalah roh kudus, menguduskan seseorang atau sesuatu.
Epiklesis itu bahasa Yunani. Memanggil sesuatu, seruan atas. Tentu dalam hal ini adalah seruan kepada Allah, seruan kepada Bapak. Agar roh kudus turun, agar dia, roh kudus ini menguduskan seseorang atau sesuatu. Menguduskan seseorang misalnya, atau contohnya dalam liturgi tabisan.
Entah itu tabisan diakon, tabisan imam, tabisan uskup. Intinya dalam liturgi tabisan itu adalah doa atau seruan kepada Allah agar roh kudus turun dan menguduskan yang ditabiskan untuk pelayanan sebagaimana yang menjadi tabisan pada waktu. Entah itu diakon, entah itu imam, entah itu uskup. Sekali lagi di sini, epiklesis berarti seruan permohonan. Kepada Bapak sendiri, kepada Allah sendiri tentunya.
Untuk atau agar roh kudus turun, menyucikan, menguduskan seorang atau sesuatu. Tadi kalau seseorang contohnya, misalnya pada saat tabisan. Kalau sesuatu, roh kudus menguduskan sesuatu itu contohnya seperti apa?
Misalnya dalam perayaan ikaristi, dalam bagian doa syukur agung itu, ada bagian yang disebut sebagai Epiklese konsekratoris. Misalnya kata-kata ini sebelum kisah dan kata-kata institusi itu loh. Yang selalu kita dengar setiap hari dalam peran ekaristi.
Imam mengatakan demikian. Ini saya membawa buku tata peran ekaristi, saya bacakan. Maka kami mohon kuduskanlah persembahan ini dengan pencurahan rohmu.
Agar bagi kami menjadi tubuh. Dan darah putramu terkasih Tuhan kami Yesus Kristus. Sekali lagi saya bacakan. Maka kami mohon kuduskanlah persembahan ini dengan pencuran rohmu. Dan seterusnya.
Jadi kita memohon kepada Bapak, kepada Allah sendiri tentunya. Agar roh kudus turun dan menguduskan bahan persembahan. Nah ini roti dan anggur ya.
Dalam hal ini sesuatu. Contoh dari kok. Atau apa contohnya dari roh kudus turun dan menguduskan sesuatu?
Tadi kalau seorang contohnya dalam peristiwa atau liturgi tapisan, sesuatu itu misalnya dalam epiklese. Kalau dalam doa syukur agung kita ada dua, epiklese konsekratoris tadi, menyucikan roti dan anggur. Dan ada juga setelah kisah dan kata-kata institusi juga roh kudus juga dimohon juga sekali lagi untuk turun. Ini saya bacakan yang disebut sebagai epiklese komuni.
Kami mohon agar kami yang berima tubuh dan darah Kristus. dihimpun menjadi satu umat oleh roh kudus. Sekali lagi roh kudus juga dimohon untuk menguduskan atau menyatukan, menyucikan kita. Paham epikleksis ini menangkal paham magis, apa artinya? Paham magis artinya yang memandang kekuatan atau terkabulnya doa karena rumusan atau mantra, atau angka, atau waktu, dan seterusnya.
Dan malahan bukan Allah sendiri. Padahal yang menguduskan, atau yang dapat menguduskan, pengudusan itu hanya dilakukan, hanya dimungkinkan oleh Allah saja. Maka paham epiklesis ini menangkal paham magis.
Contoh magis itu tindakan magis misalnya seperti ini. Misalnya kalau kalian atau kita berdoa novena berarti sembilan kali ya, entah itu novena tiga kali Salam Maria misalnya, atau novena roh kudus sembilan kali juga, atau novena yang lain, entah itu doa tertentu, rosario sembilan kali dalam novena. Lalu kita memandang kalau terkabul doanya itu berarti karena kita berdoa tiga kali.
9 kali misalnya, 3 kali Salam Maria. Bukan seperti itu. Seperti itu kan lalu kita justru jatuh ke paham magis tersebut.
Seolah-olah memandang kekuatan terkabulnya doa karena kita melakukan doa 9 kali. Atau misalnya, contoh yang lain. Kita karena punya permohonan lalu berjiarah ke 7. Gua Maria, entah itu Gua Maria yang dekat-dekat sini Jatiningseh, Tosriningsih, atau Lawangseh, atau Sendangsono, atau Gua-gua Maria yang lain. Dan kalau terkabul, lalu kita memandang seolah-olah itu ditentukan karena kita sudah mengunjungi tujuh Gua Maria. Kalau seperti ini kan berarti kita jatuh ke paham magis.
Lalu dengan struktur epiklisis ini mau... disampaikan juga kepada kita bahwa pengudusan atau terkabulnya doa itu sungguh-sungguh atau semata-mata hanya tergantung pada Allah saja. Allah sendiri yang berkuasa bukan karena apa yang kita lakukan.
Misalnya terkait dengan rumusannya, terkait dengan doanya, terkait dengan berapa kali. Terkait dengan kapan itu dilakukan, bukan demikian. Anamnesis berarti menghadirkan karya keselamatan Allah, dan itu hanya mungkin tentu saja dalam roh kudus ini.
Maka berjiri epiklesis. Jadi tadi pada struktur anamnesis kan kita sudah mengatakan bahwa itu terjadi karena roh kudus sendiri yang memungkinkan. Maka struktur...
Yang ketiga ini berjiri epiklesis. Epiklesis dan anamnesis tidak dapat dipisahkan. Tadi seperti yang sudah saya sebut juga.
Pengenangan karya keselamatan Allah sampai pada kita itu berjiri atau dimungkinkan karena roh kudus. Maka berjiri epiklesis tidak dapat dipisahkan. Sebetulnya... Struktur-struktur yang ada, yang kita bahas hari ini, tidak terpisah satu sama lain, tetapi saling berkaitan dan saling mengandaikan. Tadi unsur dialogis, kata batis, anabatis, lalu anamnesis, dan sekarang epiklesis itu tidak terpisahkan.
Sekarang struktur yang keempat, yang terakhir, struktur simbolis. Liturgi berstruktur simbolis karena Allah sendiri menjumpai kita dengan simbol atau budaya kita seperti tampak dalam misteri inkarnasi atau peristiwa pasca. Misalnya dalam misteri inkarnasi Allah menjadi manusia.
Allah hadir. Allah berkomunikasi pada kita, menggunakan apa yang ada pada waktu itu, Allah hadir dalam diri Yesus. Dengan Yesus yang hidup dalam budaya Yahudi, Yesus yang menggunakan bahasa yang dipakai oleh orang-orang Israel, Yesus juga menghidupi dalam tata cara yang ada di budaya Yahudi sana.
Jadi Allah sendiri menjumpai kita juga dalam simbol, dalam budaya kita. Lalu terjadilah atau dimungkinkanlah komunikasi tadi, dialog tadi, karena lalu sambung. Coba bayangkan kalau tidak lalu kita pahami dalam entah itu budaya, bahasa kita, tentu saja tidak akan terjadi dialog tadi, yang struktur yang pertama tadi. Lalu yang kedua.
Manusia tidak lepas dari simbol dimensi antropologis atau historis. Maksudnya kalau kita sehari-hari kan tidak lepas dari yang namanya simbol. Misalnya kita mulai bangun pagi, nanti sampai kita berangkat tidur lagi.
Tidak lepas dari yang namanya simbol. Kita bertemu dengan orang lain, kita sudah berkomunikasi, berkata-kata juga melalui bahasa. Bahasa kan juga bagian dari simbol juga ya. Jadi sehari-hari sudah tidak bisa lepas dari simbol. Kita belajar seperti ini dan melihat angka-angka macam ini ya, atau huruf begitu, ini juga bagian dari.
Jadi kalau kita berhati kan juga tidak bisa lepas dari simbol. Atau misalnya kita pergi ke kapel, kita juga sudah melihat kalau kita masuk kapel pun sudah membuat tanda salib. Lalu juga kita berlutut.
Kita kemudian nanti merima roti, hosti, itu kan juga simbol juga. Kita tidak lepas dari simbol. Sehari-hari yang namanya simbol itu selalu menjadi bagian dari hidup kita. Lalu kehadiran keselamatan di dunia masih dalam bentuk cermin. Ini ada kutipan dari 1 Korintus 13 ayat 12 saya bacakan.
Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka demi muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, yaitu aku sendiri dikenal. Kita masih dalam bentuk cermin, masih dalam bentuk simbol.
Liturgi yang kita rayakan, sekali lagi tadi. Tidak lepas dari simbol-simbol. Kalau kita awal dari akhir, misalnya yang paling kelihatan, misalnya dalam, atau yang selalu kita rayakan adalah perayaan Ikaristi.
Begitu selalu ada simbol. Mulai dari masuk kapel pun kita sudah tadi yang saya sebutkan, sudah membuat atau bersentuhan dengan simbol. Kita membuat tanda salib, lalu kita berlutut, kita duduk, lalu kita mendengarkan sabda, sabda, ada yang berbicara.
Kita mendengar bahasa itu kan juga simbol. Lalu juga dalam liturgi ekaresti ada roti dan anggur. Kita mencecap, kita menelannya hosti yang kita terima. Begitu kan juga semuanya berjiri simbolis.
Simbol dan apa yang disimbolkan tidak dapat dipisahkan. Simbol dari bahasa Yunani, simbolon. Kalau simbolon itu kata kerjanya simbol lain, itu menggabungkan. Jadi pada waktu itu kalau ada perjanjian, dua orang begitu, yang disimbolkan untuk menghadirkan apa yang menjadi isi perjanjian tadi, misalnya dengan mematahkan sesuatu atau misalnya menyobek sesuatu. Misalnya contohnya kertas ini.
Contohnya kertas seperti ini. Lalu... Sebentar, disopik sedemikian rupa, ini kelihatannya, contohnya seperti ini. Ini tidak terlalu sempurna, ada bagian tertentu, ada dua bagian. Lalu untuk menghadirkan lagi isi perjanjian lain itu digabungkan dari dua pihak yang membuat perjanjian seperti ini.
Ini jadi satu lagi. Tindakan penyatuan seperti ini disebut sebagai simbal lain. Maka kita kemudian mengenal simbol, berarti antara yang disimbulkan dan simbol ini tidak terpisah.
Ini poin ini dikatakan simbol dan apa yang disimbulkan tak dapat. Dipisahkan. Kedua segi, dialogis, katabatis dan anabatis. Lalu tadi yang saya sebutkan, struktur anamnesis, struktur epiklesis juga berciri simbolis.
Tadi misalnya contohnya, struktur anamnesis, pengenangan tadi. Wah ini salah pencet, saya kembali. Ini selanjutnya.
Struktur-struktur yang ada yang tadi saya sebutkan berjiri dialogis, katabatis, anabatis, lalu anamnesis, epiklesis, juga berjiri simbolis. Tadi contohnya misalnya berjiri anamnesis tadi atau berstruktur anamnesis tadi yang unsur pengenangan tadi ya. Kristus atau Yesus, peristiwa Yesus ketika disalibkan, sesara, dan wakwat.
disalip, lalu kita kenangkan, kita hadirkan, sekarang ini dalam rupa roti dan anggur. Ini kan juga artinya berjiri simbolis juga, dan contoh-contoh yang lain tadi. Nah ini, tadi saya mengatakan bahwa struktur-struktur yang ada, tadi dialogis, lalu struktur anamnesis, struktur epiglesis, dan struktur... struktur simbolis ini berkaitan satu sama lain.
Dan saya kira ini poin-poin yang penting untuk kita ingat. Baik, hari ini kita bahannya sampai di sini dan saya akan... Baik, itu bahan kita hari ini, struktur-struktur...
Dalam liturgi kita, sekali lagi kalau dari buku itu dari bab 5 lengkapnya ada di sana. Ada banyak poin yang tidak saya sampaikan semuanya di sini. Mari kita siapkan, silakan mencermati yang ada di video ini dan nanti pertanyaan atau diskusi yang kalian rumuskan setelah melihat video ini dapat kita lihat, kita sampaikan pada jam yang kedua. Selamat belajar dan...
sampai ketemu di jam yang kedua.