Transcript for:
Struktur dan Evaluasi Teks Ulasan

Jangan rindu, berat. Kamu gak akan kuat, biar aku saja. Teks ulasan merupakan teks yang berisi suatu ulasan mengenai suatu karya. Namanya juga ulasan, di dalamnya terdapat opini-opini pribadi penulisnya. Opini itu ditulis untuk mengulas fakta yang dijadikan ulasan. Teks ulasan memiliki struktur. 1. Identitas karya, berisi data-data identitas secara umum. 2. Orientasi, berisi pengenalan tentang gambaran umum mengenai sebuah karya, misal film atau drama, yang akan diulas. Gambaran umum ini menyiapkan Latar belakang, bagi pembaca mengenai apa yang akan diulas. 3. Sinopsis, berisi gambaran detail mengenai sebuah karya yang diulas, misalnya bagian-bagian dari hasil karya, dan sebagainya. 4. Evaluasi, berisi pandangan dari pengulas mengenai hasil karya yang diulas. Hal ini dilakukan setelah melakukan tafsiran yang cukup terhadap hasil karya tersebut. Pada bagian ini penulis akan menyebutkan bagian yang bernilai atau kelebihan. atau bagian yang kurang bernilai atau kekurangan dari suatu karya. 5. Rekomendasi. Berisi kesimpulan dari ulasan terhadap suatu karya, misal film atau drama. Bagian ini juga memuat komentar penulis apakah hasil karya tersebut bernilai, berkualitas atau tidak untuk ditonton atau disaksikan. Berikut contoh teks ulasan film. Dilan 1990 Jenis Film, Drama Producer, Odi Mulya Hidayat Sutradara, Fajar Bustomi Pidi Baik Pemain, Iqbal Ramadan Vanessa Presila, Giulio Parengkuan Omara Estehlal, Toku Rifnu Wikana Hepi Salma, Ira Wibowo, Farhan Penulis, Pidi Baik Titin Watimena Produksi, Max Pictures Film Dilan 1990 merupakan film yang sukses menjadi film Indonesia kedua terlaris sepanjang masa. Dalam data terbaru yang dikeluarkan, Sabtu 10 Februari 2018 selama kurun dua minggu lebih sejak tayang perdana pada 25 Januari 2018, Dilan 1990 telah membuat baper penonton. Jumlah penonton film yang berlatar tahun 1990-an itu melampaui pencapaian Habibi dan Ainun serta Laskar Pelangi. Berdasarkan situs filmindonesia.org.id, Habibi dan Ainun tahun 2012 mengumpulkan sementara Laskar Pelangi tahun 2008 menghimpun 53 penonton. Disutradarai oleh Fajar Bustomi dan Pidi Baik, Dilan 1990 dibintangi oleh Iqbal Ramadan, Vanessa Presila, Giulio Parengkuan, Omara Estehlal, dan lainnya. Manisnya kisah cinta remaja SMA menjadi suguhan utama dalam film Dilan 1990 yang diadaptasi dari novel berjudul sama, karya Pidi Baik. Film yang berlatar di kota Bandung pada awal 1990 ini memberi gambaran awal mula kisah asmara Dilan dan Milea. Dikisahkan, Milea diperankan Vanessa Presila bertemu dengan Dilan diperankan Iqbal Ramadan di sebuah SMA di Bandung. Itu adalah tahun 1990 saat Milea pindah dari Jakarta ke Bandung. Dilan berupaya untuk mendekati Milea. Kamu Milea ya? Iya. Perkenalan yang tidak biasa kemudian membawa Milea mulai mengenal keunikan Dilan lebih jauh. Dilan yang pintar, baik hati, dan romantis, semua dengan caranya sendiri. Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Gak tau kalau sore, tunggu aja. Cara Dilan mendekati Milea, tidak sama dengan teman-teman lelakinya yang lain. Bahkan Beni, pacar Milea di Jakarta. Tingkah tak terduga Dilan yang melancarkan rayuan-rayuan menggelitik membuat Milea mabuk ke payang. Milea yang mulai penasaran akhirnya jatuh cinta dengan pria yang awalnya ia anggap aneh. Bagaimana tidak aneh, di awal perkenalan saja yang pertama yang diucap Dilan adalah ramalan pertemuan mereka kelak di kantin sekolah. Belum lagi hadiah ulang tahun berupa buku teka-teki silang, atau TTS, yang sudah diisi penuh. Agar Milea tak pusing untuk mengisi, katanya. Kala Milea sakit, Dilan malah mengirim tukang pijat alih-alih langsung datang menjenguknya. Namun hal-hal aneh itulah yang membuat Milia luluh dan terus merindukan Dilan, menanti suara telepon di rumah berdering, hanya untuk mendengar suara di seberang yang gemar merayu. Cara berbicara Dilan yang terdengar kaku, lambat laun justru membuat Milia kerap merindukannya, jika sehari saja ia tak mendengar suara itu. Perjalanan hubungan mereka tak selalu mulus. Beni, geng motor, Tawuran, Anhar, Kang Adi. Semua mewarnai perjalanan itu. Dan Dilan, dengan caranya sendiri, selalu bisa membuat Milea percaya, ia bisa tiba di tujuan dengan selamat. Tujuan dari perjalanan ini, perjalanan mereka berdua. Katanya, dunia SMA adalah dunia paling indah. Dunia Milea dan Dilan satu tingkat lebih indah daripada itu. Film yang diarahkan oleh sutradara Fajar Bustomi dengan keterlibatan langsung dari sang empunya cerita. Pidi baik, membuat Dilan 1990 menjadi adaptasi yang cukup baik. Meski diakui sutradara, ada beberapa adegan yang dipotong karena keterbatasan durasi, benang merah cerita tetap dapat diwujudkan. Terlebih, kisah Dilan 1990 sendiri memang sudah memiliki cerita yang kuat. Dalam hal ini, penulis naskah Titin Watimena patut diapresiasi karena mampu membawa dialog di film tetap memiliki jiwa seperti di novelnya. Penggambaran kehidupan remaja di masa SMA pun masih terasa masuk akal. Dari tingkah nakal remaja yang membolos, berpakaian tidak rapi, memiliki konflik dengan guru atau teman sebaya, dan lainnya. Peran Iqbal yang sebelumnya sempat diragukan dan menuai banyak reaksi negatif, terbilang cukup berhasil menjelma sebagai Dilan. Pada beberapa adegan, Iqbal mampu berbicara sebagai karakter Dilan dengan baik. Aksinya dalam bermain lakon setidaknya dapat diterima, meskipun pada beberapa bagian awal masih terasa kaku. Selain itu, debut Vanessa Berakting juga memberi kesan yang baik. Dia mampu membawakan karakter Milea sesuai ekspektasi. Ekspresinya sebagai remaja yang polos pun tidak berlebihan. Melihat Vanessa Berakting, membuat kita percaya peran milia memang ditakdirkan untuknya. Pendekatan untuk latar tahun 1990-an digambarkan cukup pas dengan suasana kota Bandung yang masih sepi sebelum dipadati kendaraan. Saat itu, pakaian dengan potongan longgar, rambut hitam tergerai, berkomunikasi lewat orang ketiga, surat, serta telepon, sedang tren. Namun sayangnya, Riasan para pemain yang diceritakan masih siswa SMA itu menjadi kelemahan film ini. Riasan wajah pemain terlihat berlebihan dan tidak natural. Secara keseluruhan, film ini setidaknya terasa tepat untuk menjadi hiburan bagi para remaja dan hendaknya masih dapat dinikmati untuk sekadar bernostalgia.