Selamat datang di podcast 12 Nilai Dasar Perdamaian bersama Irvan Amali dan Erik Linkoen, pendiri Peace Generation Indonesia. Podcast ini dipersembahkan oleh Program Pengembangan 12 Nilai Dasar Perdamaian yang merupakan kolaborasi antara Peace Generation Indonesia dengan Indica Foundation dalam mempromosikan pendidikan perdamaian di Indonesia. Pada sesi ini, Eric Lincoln akan menjelaskan tentang nilai yang ke-9, Konflik Bikin Kamu Dewasa. Selamat mendengarkan. Ada cerita dari buku kisah teladan dari negeri-negeri Islam.
Pada tahun 1587 Masehi, ada seorang Sheikh namanya Isaac Kaku dari Lahore, sedang berjalan dengan beberapa pengikutnya. Tiba-tiba ada yang teriak, Hei kamu, angkat ini. Lalu lempar sebuah karung beras yang sudah penuh dan berat.
Sheikh Ishak disuruh untuk angkat. Tiba-tiba para pengikutnya melihat kejadian ini dan marah. Mereka bilang, gak boleh. Jangan bicara kepada seorang Sheikh seperti ini. Jangan suruh dia untuk angkat beban berat seperti ini.
Tetapi... Dengan senyum, Sheikh Isaac angkat beras itu, memikulnya, dan bahwa orang yang menyuruh dia untuk angkat beban ini jalan dari belakang. Para pengikut Sheikh itu mengatakan, orang ini harus dihajar biar dia ngerti cara menghormati orang bijak, alim lagi. Ayo, kata mereka, kita serang, kita pukul, kita ajarin dia.
Tetapi Sheikh Isaac berkata, jangan. Jangan salahkan dia, aku berterima kasih kepadanya. Karena melalui dirinya, Tuhan memberikan kesempatan untuk membersihkan diri, membersihkan hatiku dari tipu daya dan kesembongan. Jadi kenapa Sheikh Isaac ini tidak melarikan diri atau menjauhi diri dari konflik dan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Kita akan belajar tentang konflik. Dan bagaimana memanage, menghadapi konflik dengan baik. Hari ini kita akan melihat edisi ke-9, Konflik Bikin Kamu Makin Dewasa.
Ikuti terus serial podcast 12 Nilai Perdamaian bersama saya, Erik Lingkon, dan rekan saya, Irvan Amali. Konflik pasti akan muncul. Respon kita terhadap konflik itu yang akan menentukan akibatnya.
Apakah konflik itu menyebabkan hubungan kita rusak? Atau justru membuat kita semakin dewasa? Hanya ada satu cara untuk menghindari konflik dalam hidup ini.
Ya cara itu jangan bergaul, bertemu, berteman sama sekali dengan manusia. Pergi ke sebuah pulau di tengah laut, jangan bicara, jangan bertemu dengan seseorang pun. Baru mungkin akan menghindari konflik. Tapi di situ juga mungkin berkonflik dengan ikan, atau paling tidak berkonflik dengan diri sendiri.
Jadi konflik itu pasti ada. Pasti Anda akan menghadapi konflik dalam hidup ini. Nah sebenarnya ada untungnya.
Ada keuntungan menghadapi konflik. Yang pertama, hati kita menjadi lebih bersih. Soalnya konflik itu kan cobaan. Setiap cobaan membuat kita lebih baik, lebih bijak.
Seperti emas, dulunya emas itu bercampur dengan bongkahan tanah. Kemudian dipanaskan dan tanah itu dipisahkan, yang kotor itu dipisahkan. Barulah diperoleh emas murni yang berharga.
Sama dengan kita, konflik itu akan memanaskan kita, sehingga yang kotor-kotor, yang jelek itu akan kelihatan, kita dimurnikan. Yang kedua, konflik menguntungkan karena Tuhan senang, karena konflik membuat kita semakin dekat dengan Dia. Yang tadinya tidak pernah berdoa, yang tadinya anggap serba bisa, sok tau, tiba-tiba.
Memohon kepada Tuhan, tolonglah aku. Dan yang ketiga, keuntungan menghadapi konflik adalah jika konflik sudah kita selesaikan, biasanya hubungan kita dengan orang lain lebih dalam, lebih baik. Nah ada beberapa poin yang perlu kita pelajari mengenai menghadapi konflik.
Pertama, kamu harus sadar bahwa konflik pasti akan terjadi. Pasti kamu mengalaminya. Yang kedua, konflik adalah kesempatan buat kamu.
Kamu bisa jadi lebih dewasa, tapi kalau kamu tidak pintar menyelesaikannya. Bisa-bisa konflik membuat hubungan kamu dengan orang lain rusak. Yang ketiga, respon kita akan menentukan akibat yang akan kita terima. Apakah kita akan semakin terjermus dalam konflik atau kita akan mengambil jalan damai.
Yang keempat, kita harus mengerti bahwa ada banyak pilihan jika kita menghadapi konflik. Ada yang disebut simpang sembilan. Maksudnya sembilan...
Pilihan, sembilan jalan yang bisa ditempu kalau kita menghadapi konflik. Tiga pilihan jalan itu adalah menyerang. Tiga pilihan untuk menghindar. Dan ada tiga pilihan untuk berdamai. Mari kita melihat satu per satu.
Pertama, tiga pilihan untuk menghindar itu pertama menyangkal. Berpura-pura tidak ada masalah. Nggak, kok nggak ada masalah.
Yang kedua kita menyalahkan orang lain, ini cara untuk menghindar. Kita bilang bukan saya yang bermasalah, bukan saya yang melakukannya, tapi orang lain yang melakukannya, itu menyalahkan. Atau cara yang paling ekstrim untuk menghindar adalah melarikan diri.
Kita keluar dari situasinya. Apakah kita keluar dari sekolah, kita keluar dari tempat kerja. Bahkan ada yang keluar dari pernikahan untuk melarikan diri dari masalah.
Jadi itu tiga pilihan atau tiga cara untuk menghindar masalah, menghindar konflik. Ada juga pilihan yang tidak sehat, tiga cara untuk menyerang orang kalau kita berkonflik adalah mencelah, menyerang dengan kata-kata kasar. Kadang-kadang semua penghuni kebun binatang dikeluarkan.
Yang kedua, kita menyerang dengan gosip. Walaupun tidak langsung bicara kepada orang yang sedang menjadi lawan kita, kita pakai gosip untuk menjatuhkan orang tersebut. Yang ketiga, yang paling ekstrim itu, cara menyerang itu berkelahi.
Langsung kita menyerang dengan fisik. Memukul, meninju dan lain sebagainya. Tapi ada cara yang lebih mulia, lebih baik. Tiga jalan berdamai.
Pertama, kita melupakan. Kalau ada masalah, tidak gampang diingat, dimasukkan ke hati. Santai saja. Jangan ambil sampai ke hati.
Jangan ingat terus kesalahan orang. Tapi berusaha lah. Tetapi kalau tidak bisa melupakan, besoknya lusanya masih diingat. Cara yang kedua untuk berdamai adalah berbicara empat malam.
Bicara langsung dengan orang tersebut. Ceritakan perasaanmu. Bertanya dan tanya apakah kita bisa selesaikan masalah tersebut.
Kadang-kadang hanya dengan ungkapkan masalah, masalah itu akan terasa lebih ringan. Dan dengan pengertian baru itu, saudara dengan orang tersebut akan lebih berdamai, lebih enak rasanya. Tapi kadang-kadang itu pun tidak berhasil. Kita coba untuk melupakan, kita coba untuk bicara empat mata.
Cara ketiga untuk berdamai adalah minta bantuan orang ketiga. Kita tanya, cari orang yang lebih dewasa, yang punya... Punya pengalaman yang disegani, dihargai, dihormati oleh kedua belah pihak. Kemudian kita minta dia untuk bantu menyelesaikan tersebut. Jadi sekali lagi ada sembilan cara, sembilan jalan jika kita menghadapi persimpangan konflik.
Kita bisa menyerang, kita bisa menghindari, atau kita bisa berdampak. Semoga kita akan belajar. memanage, menghadapi konflik dengan baik.
Supaya tidak menjadi kutukan, malah kita akan menjadi lebih dewasa. Terima kasih telah mengikuti serial podcast 12 Nilai Perdamaian bersama saya, Eric Lincoln, dan rekan saya, Irvan Amali.