Pahata itu tiap 6 bulan datang ke Makassar, ke Unhasudu Bengajar. Saya yang kerjanya ngetik, menjemput, berdiskusi dengan Pahata. Isinya luar biasa, filosofis. Bicara ekonomi ini berdiri dari filosofis, sejarah. Itu interaksi dengan seorang idealis, namanya Bung Hatta.
Zaman dulu itu Indonesia itu kental sekali dengan idealisme. Melihat situasi negara sekarang, saya melihat kayaknya idealisme itu agak-agak kurang. Untuk Bapak itu ke depan gimana Indonesia, tatanannya?
Kenapa tidak-tidak mau? Dia tidak percaya diri sendiri. Dan pemerintah juga tidak percaya rakyat. Masih ada harapan? Sekarang ini tergantung di atas nih.
Bagaimana bisa disiplin negara ini kalau keimpinannya tidak disiplin? Halo teman-teman, hari ini merupakan suatu kehormatan kita didatengin oleh Bapak Haji Yusuf Kala, mantan Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-10 dan ke-12. Pak JK, terima kasih banyak.
Sama-sama, kita teman lama baru ketemu. Iya, udah lama. Emang udah harus Pak, saya menghadap ke Bapak. Saya mau tanya mengenai perjalanan hidup Bapak.
Waktu kecil Bapak lahir di Watampone. Iya, betul. Tahun 42. 42. Tanggal 15 Mei. 12 Mei.
Terus Bapak juga sempat bantu tokoh nasional kita, Bung Hatta. Gimana Pak perjalanan Bapak waktu masih kecil dalam pendidikan dan segalanya? Ya seperti tadi lahir di Bone, suatu kota di Sulawesi Selatan. Kemudian waktu SMP pindah ke Makassar karena orang tua pindah ke Makassar. Tidak tahan tinggal di kampung karena waktu itu DITI.
Tiap hari terjadi konflik-konflik. Ya di Makassar sekolah lah. sampai masuk Fakultas Ekonomi. Di Fakultas Ekonomi, Unhas, saya kemudian asisten mahasiswa untuk dosen. Yang kemudian dosen saya ini, Pak Hatta itu tiap 6 bulan datang ke Unhas untuk mengajar.
Tiap 6 bulan. Nah dosen saya itu asistennya. Tapi praktisnya saya yang kerjain.
Kerjanya menjemput, mengetik, berdiskusi dengan Pak Hatta. Pak Tadang ini nerima beres saja dari saya. Jadi rektornya, ini ada dosen saya.
Jadi sekian lama saya, kira-kira ada 4 semester lah. Jadi semua bahan kuliahnya. Waktu itu belum ada tiap recorder kan, jadi mesti catat.
Baru ketik. Gimana, Pak, rasanya dengan Bu Hatta? Bu Hatta itu, terus terang kalau memberikan kuliah itu kurang spirit, karena tonnya itu rata.
Datar. Tapi isinya luar biasa. Filosofis.
Bicara ekonomi ini berlainan filosofis, sejarah. Tapi bagi di pandemi universitas lain, cara komunikasi itu data-data saja. Tapi karena isinya bagus, kita tentu sangat memberikan perhatian. Bapak belajar mengenai ekonomi waktu itu.
Dan Bapak mengambil keputusan untuk menjadi pengusaha di usia yang muda sekali. Sebenarnya tidak mengambil keputusan karena memang keluarga saya pengusaha. Pernah waktu tamat kebetulan saya punya tesis itu tentang beras. Skripsi, bukan tesis.
Skripsi tentang beras. Nah begitu kepala bulog-dolog di Makassar mau diganti. Dia alumni ekonomi juga.
Dia minta saya ganti, walaupun waktu itu saya masih umur 24-25. Minta saya gantinya. Karena dia bilang sebetulnya waktu itu aktivis lah yang mendalam Solo Bras. Hampir saya terima. Karena waktu itu perusahaan ayah saya keluarga masih satu akibat tahun 64-65 kan inflasi besar-besaran.
Tapi ayah saya cuma memberikan satu kata, jadi kamu tinggalkan perusahaan, siapa yang melanjutkan perusahaan? Wah, saya tersentuh dan saya ambil keputusan. Saya tidak terima semua tawaran yang ada, tapi melanjutkan perusahaan bapak saya yang pegawainya satu. Waktu itu memang krisis kan? Siap.
Gimana Pak transisinya? Akhirnya biasanya karena sejak saya juga masih SD, itu selalu di toko. Kalau Bapak pulang sekolah, Bapak saya mesti saya singgah di tokonya di Boni untuk itu uang. Waktu di Bekasar, kerja saya kalau tidak sekolah ke kantor, asal duit, bantu-bantu.
Jadi semuanya usaha itu saya kecil saya kenal. Jadi bapak saya mendiri kita, mendiri saya seperti itu. Dan saya didiri anak saya seperti itu juga. Dia harus ikut. Dan saya kira disitulah cara kita mengkaderan langsung kepada para pengusaha.
Dan kalau kita ingin lihat sekarang ini kekuatan dunia usaha pribumi dibandingkan dengan kawan-kawan kita. kita ada jangkauan, kekurangan kita disitu. Jadi cara untuk meneruskan suatu usaha itu juga harus menjadi bagian daripada upaya kita untuk terjadi keseimbangan ekonomi suatu negara atau Indonesia. Jangan terjadi gap yang besar. Gimana Pak membudayakan budaya untuk menjadi pengusaha?
Pengusaha kan sebenarnya Yang dibutuhkan yang pertama semangat untuk memaju, semangat untuk mengalami tantangan, semangat untuk untungan rugi. Sekolah nomor dua, lihat aja semua orang-orang hebat di negeri ini dalam bidang bisnis. Pendidikannya paling tinggi SMA.
Malah yang zaman dulu, SMP paling. Kalau mau lihat siapa itu, paling SMP. Yang sekarang juga pengusaha-pengusaha premium yang ada di Kalimantan, SMP paling.
Tapi dia punya semangat, semangat tidak menyerah ini, semangat untuk membuat sesuatu lebih nyata. Itu saya kira dan semangat untuk meranggut risiko. Ini harus diajarkan dan bukan saja diajarkan, dilatihkan kepada generasi muda.
Untuk ngambil resiko juga mungkin perlu dilatih. Ya, tapi resiko yang gak bisa dihitung kan di kalkulasi risk. Jangan asal main sembarangan gitu, mesti ada juga.
Kalau zaman sekarang ya ada visibilitas tadinya, walaupun visibilitas tadinya sesuatu yang... berbeda kita lihat kemajuan antar negara. China itu maju tidak dengan posibilitas tadi.
Dia malah banyak dengan instingnya. Tapi kalau Jepang, Amerika perlu. Tapi kalau kita bisa menggabungkan doa, apalagi negeri kita yang kaya ini, yang selalu kita banggakan tanpa semangat untuk maju, semangat mengambil risiko, semangat untuk menerima tantangan, tidak mungkin kita maju. Nggak mungkin terjadi suatu keseimbangan ekonomi telah dimudiri. Kita kalau lihat data untuk 30 tahun terakhir, kalau kita bandingkan Asia Tenggara dengan Tiongkok, pendapatan per orang di Asia Tenggara, itu tumbuh hanya 2,7 kali.
Di Tiongkok 10 kali. Itu kalau saya lihat ada 4 atribut yang jelas sekali yang menyebabkan kenapa Tiongkok bisa lebih besar. Pertama, pendidikan.
Kedua infrastruktur. Tiga governance. Mereka kalau mengseleksi talenta itu sangat berdasarkan meritokrasi. Walaupun otokrasi. Dan yang terakhir daya saing.
Daya saing itu kalau saya ukur dalam konteks pengeluaran izin. Tiongkok itu bisa ngeluarin 10 izin per 1000 orang dewasa. Kalau di Asia Tenggara itu hanya satu izin berseribu orang dewasa. Di Indonesia lebih rendah lagi, Pak. 0,3.
Sama dengan Filipina. Itu lama lagi. Kadang-kadang butuh waktu yang lama soalnya. Nah, kalau kita udah tahu empat atribut tersebut, pendidikan, infrastruktur, governance, sama persaingan, ke depannya gimana Pak, supaya Indonesia itu bisa keren banget?
Sebenarnya, ya dibutuhkan intensifikasi yang kualitas. Universitas adalah perubahan tinggi di Indonesia. Ada kualitas lebih 4.500. Di Tiongkok, hanya 2.500. Tapi dia bermutu.
Jadi dia di samping jumlah juga kualitas jatuh tahun pertahankan. Kita hampir-hampir lebih mendahulukan kuantitas daripada kualitas pendidikan itu. Kita masih bangga kepada gelar.
Mereka sudah, mana ada kalau kita ketemu orang yang ada gelarnya. Tidak ada kan kelihatannya. Tapi dia karena tingkat persaingannya yang itu. Sehingga dia... bekerja dengan baik, bukan hanya yang sekolahan, guru-guru pabrik atau pekerja-pekerja lapangan mereka juga semangat kerjanya bagus.
Karena itulah maka produk Cina menyaingi produk yang lain di mana-mana pun di dunia. Ya itu saya sering cerita mengenai bagaimana mereka bisa memproduksi HP dengan biaya hanya 10 dolaran. Ya karena mereka...
puluhan juta insinyur. Infrastrukturnya sangat memadai. Karena mobil lagi sudah kendalinya dari Amerika ke Jepang, sekarang ke China.
Mungkin gak sih Pak Indonesia bisa seperti Tiongkok capaian? Apabila prasyarat yang dipakai dengan lain juga kita pakai itu sebagai prasyarat. Kadang-kadang kita hanya ingin melompat aja. Tanpa mempertimbangkan prasyarat-prasyarat yang dibutuhkan itu. Betul juga kita membangun katakanlah SDM, tapi saya katakan tadi SDM di sini jumlahnya lebih penting daripada kadang-kadang kualitasnya.
Kita juga membangun infrastruktur, tapi infrastruktur yang dapat diresmikan. Infrastruktur itu katakanlah pedesaan atau di mana itu memang ada maksud baik dengan dana-dana desa. atau infrastruktur yang lain.
Tapi dampaknya masih perlu kita perbaiki. Seperti itu. Tentu kita akan pernah semua di pemerintahan. Tentu tanggung jawab dan juga kita juga semuanya ikut bertanggung jawab karena melihat itu.
Tapi tentu program utamanya, daya saing kita makin turun dibanding dengan negara-negara lain. Pak JK, saya kalau lihat uang beredar di Indonesia itu terbatas. Masih di bawah 50% dari PDB. Sedangkan negara-negara maju itu 150% sampai 200an persen.
Ujung-ujungnya kan kalau kita pun mau ngambil resiko. Kalau gak ada fulus, susah juga kan jadi pengusaha. Nah, ini gimana nih?
Saya selalu berbeda pandangan dengan banyak. para ahli di pemerintahan. Dan saya selalu di pemerintahan begini, kenapa ini uang yang beredar itu kurang?
Karena selama ini kita berpikir kayak Amerika. Jadi selalu dengan bunga yang tinggi. Selalu bunga di atas inflasi.
Kalau inflasi makin naik. Itu kesalahan besar. Selalu menganggap image bahwa kalau tidak bunga tinggi, nanti rupiah lari. Padahal lari ke mana rupiah itu? Kenapa yang 3 tahun terakhir saya berdebat betul dengan Menteri Keuangan, Bank Indonesia harus kebijakan bunga murah.
Karena itu pada akhir jabatan saya, kita sudah capai katakan deposito hanya 2 persen, 3 persen. Jadi bay rate pernah kan 3%. Bay rate saya paksakan itu. Karena saya bilang walaupun 1% itu kasih bunga.
Tetap rupiah itu ada dalam negeri. Beredar. Tapi kalau bunga tinggi, orang akan berhitung untuk berusaha.
Berhitung untuk mendapatkan perdagangan. Karena lebih baik dia dapat hidup dari bunga daripada hidup dari usaha. Akhirnya pikiran itu memang kita termasuk di Asia ini yang selalu memakai. kebiasaan bunga tinggi, bunga disandingkan dengan inflasi, bukan perlu. Satu lagi cara untuk mendatangkan uang, itu adalah penanaman modal asing.
Saya seringkali bicara kalau modal asing itu yang datang ke Asia Tenggara. Setiap tahun itu kurang lebih 200an miliar dolar. Dari situ Singapura bisa mendapatkan 100-110 miliar dolar. Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam itu masing-masing hanya dapat 10-20.
Indonesia hanya dapat 26-31. Timpang banget antara Singapura dengan yang lainnya. Singapura saya kira kita tidak bisa bandingkan.
Karena dia pusat keuangan. Artinya dari Singapura menyebar lagi. Karena di Singapura tidak ada suatu manufaktur kurang. Yang real. bisnis yang punya value yang besar hampir tidak ada di Singapura.
Lebih banyak perdagangan, ya ada lah. Industri high-tech mungkin ada, tapi tidak ada. Jadi Singapura itu sebagai semacam terminal.
Jadi pusat keuangan lah yang bersaing dengan dulu Hongkong, dulu Hongkong sekarang pindah ke Singapura. Jadi kita tidak bisa berbanding dengan itu. Kita berbanding dengan Malaysia. Masalah sekarang ini sebenarnya bukan masalahnya di luar. Masalahnya keadaan dalam negeri.
Masalah hukum, masalah birokrasi, yang dua ini. Jadi akibatnya sekarang ini kalau saya bicara dengan para pengusaha luar itu Indonesia menjadi pilihan keempat. Pertama selalu berpikir kalau mau investasi di ASEAN ke Vietnam.
Dari situ ke Thailand atau Malaysia. Kita baru ke Indonesia. Sekarang Filipina sudah mulai berkembang. Jadi kalau kita lihat growth ekonomi kita kan sebenarnya kita nomor tiga. Selalu kita bangun.
Padahal Vietnam lebih tinggi, Filipina lebih tinggi dari kita, malah Malaysia lebih tinggi dari kita. Kita hanya lebih tinggi dari Thailand dan negara lainnya. Tambah saja penerangnya.
Itu kebijakan negara asing bukan masalah luar, tidak perlu kita berkampanye. Kita harus memperbaiki ke dalam. Masalah hukum, kepercayaan hukum. Kita aja pengusaha negara, kadang-kadang ragu-ragu.
Kedua lambatnya birokrasi karena masing-masing tak mengambil keputusan yang cepat. Nanti dikira apa aja. Itu yang terhal.
Kedua tentu karena semua ingin berinvestasi kalau manufaktur di Jawa. Jawa ini memang banyak tenaga, tapi juga masalah-masalah sosialnya lebih baik. Tapi ini saya kira bisa, kalau kita bisa tengani dua hal ini, bagaimana hukum betul-betul berlaku dengan baik, dengan jujur. Dan demokrasi lebih sederhana lagi, pergi ke Vietnam juga cepat sekali mereka. membuat izin-izin itu.
Walaupun sekarang mereka sudah mulai ada korup masing-masing. Tapi kita dua hal itu yang harus kita perbaiki sehingga kembali menjadi pilihan nomor satu, pilihan nomor dua. Itu sebabnya kenapa kita rendah.
Saya sering sekali ditanya apakah Indonesia bisa tumbuh 8% dan jawaban saya cukup sederhana. Sebetulnya 5% sudah di tangan, yang harus dicari 3% ekstranya. Dan kalau PDB kita 1,3-1,4 triliun, yang harus dicari itu sebenarnya 40 miliar lagi dolar.
Iya, betul. Tapi 5% pun itu juga masih perlu kita urai lebih baik. Katanya contohnya ekspor kita.
Ekspor kita. Memang di neraca atau di BPS tinggi. Tapi kalau dihitung debt-nya, devisanya kemana?
Karena hasil ekspor itu kemudian bisa menjawabkan investasi lagi kan? Kalau ini lari ke Cina, lari ke Singapura, gimana? Jadi banyak, dulu saya usulkan itu agar kita perlakukan saja Thailand dan Malaysia. bahwa hasil ekspor itu sudah terima dalam ringgit atau terima dalam bat.
Bapak dia khususnya untuk... semua daya alam. Buat apa ekspor banyak-banyak nikel kalau itu semua lari ke sini.
Cina itu dolar. Buat apa ekspor betul-betul ada kalau lari semua ke sini ataupun ke mana. Nothing. Jadi kita harus melihatnya sebagai real. 5% itu angka yang ditulis oleh BPS.
Berdasarkan dokumen. Sama dengan perusahaan. Meraca bagus. tapi cashflow rusak.
Boleh saja bagus, deraca, tapi isinya keutang. Isinya keutang yang tidak bisa. Atau hasil itu juga kemudian menjadi subsidi. Yang penting memang cashflow.
Fulus. Iya, fulus. Jadi angka. 500 triliun per tahun dari XNICL kemana? Ada benar gak ada?
Di catatan ada, di Raja ada, BPS ada. Tapi sama dengan utang. Utang kita yang selalu dikonjolkan 8400. Tapi hidden debt, utang UMN.
atau proyek yang perlu dibayar. Itu kan semua utang semua yang tidak tercatat dalam uang. Saya mau balik ke sini. Tapi balik ke PMA lagi, Pak. Ini berkhayal lagi.
Kalau kita bisa naikin PMA dari 30 miliar dolar ke 70 miliar dolar, semestinya bisa tuh 8%. Dan 70 miliar pun juga masih di bawah angka yang bisa didatangkan ke Singapura, 100-100%. 10 miliar dolar. Segala syarat itu bisa. Pertama penduduk besar untuk konsumen.
Selalu kita banggakan kepada tenaga kerja yang apa istilahnya penduduk punya daya kerja umur kerja yang banyak dan juga material kita cukup memang masalah kita kan negara kepulauan. Jadi logistik Tentu pasti Lebih mahal Sedikit dibanding negara-negara Jadi Jadi pertanyaan memang Kenapa kemah Itu di awal-awal Sebenarnya pada Tahun 80-an, 90-an Waktu Jaman Soeharto Luar biasa itu Tapi begitu Tapi dulu udah kesalahan juga. Lalu dulu CIP mulir di Jakarta tapi Pak Sudomo tidak setuju jumlah pekerja begitu pindah ke Malaysia. Malaysia luar biasa sekarang. Malaysia luar biasa.
Padahal mereka mau datang sini tuh. Yang kerja juga di sana tenaga kerja Indonesia sebagainya. Betul. Sekarang perusahaan-perusahaan CIP dunia datang ke Malaysia Pak?
Dan investasinya gak kecil. Malaysia itu di Asia Tenggara udah bulat, udah jelas. Sebagai destinasi untuk investasi microchips. Kita sekarang jadi nomor empat.
Ini harus diperbaiki pemerintah baru. Harus memperbaiki. Saya bilang bukan tahu sekempahnya keluar. Di dalam negeri ini berbaik. Kita apapun Kita apa pun minta Elon Musk atau siapa saja, kecuali sumber daya alam, dikuras kita.
Karena dikasih tax holiday, ini kesalahan besar. Tax holiday, pajak dulu, justru barang yang berharga dikasih percuma. Nah ini kesalahan kebiakan yang mungkin perlu menjadi perhatian utama pemerintah akan datang. Kelas menengah semakin tipis.
Itu gimana mengobatinya? Kelas menengah itu kan berarti yang berpendidikan kan? Yang berpendidikan itu tentu yang bekerja katakan di luar pertanian. Di manufaktur atau industri IT atau industri di kota. atau services.
Kalau ini tidak naik, maka... Menyerap tenaga kerjanya kurang jadinya. Karena kalau kita hitung tenaga kerjanya, pendidikannya sekian, kemudian pendapatannya sekian. Itu kan kerja sekitar itu aja kan.
Berarti bidang ini tidak naik. Tapi hal yang sama di pertengahnya juga tidak naik. Karena buktinya kita impor beras, impor terigu, impor apa saja. Ini memang harus membongkar.
sistem ekonomi kita lebih baik. Karena kita satu negara, negara dengan penduduk besar begini kan, harus punya ketahanan. Dua ketahanan yang penting, ketahanan pangan dan ketahanan energi.
Dua-duanya diimpor, berarti ketahanannya kekurangan. Paradoxal sekali Pak. Padahal kita kaya dengan pertanian dan energi, tapi masih impor.
Tapi ini ujung-ujungnya produktivitas. Kalau kita ya kayak di Sragen gitu mungkin produktivitas beras masih 7-8 ton per hektare. Udah dibawah itu. Di Thailand itu sudah 14-15 ton per hektare. Iya, kita masih kode statistik masih rata-rata 5,5.
Masya Allah. Dimana Pak untuk naikin jarumnya dari 5,5 ke 14 atau 15 seperti Thailand? Saya diskusi banyak dengan menteri pertanyaan sederhana soalnya ya Itu tidak mungkin perluas. Jadi pertanian itu untuk Indonesia pada dewasanya harus intensifikasi. Karena kamu extensifikasi.
Hanya intensifikasi yang dapat memperbesar industri dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Kalau extensifikasi, itu butuh banyak orang. Dari mata biaya, tapi tidak menimbulkan. Pemakitan mekanisasi yang besar, enggak apa-apa. Tapi itu berarti pendapatan petani tidak akan naik yang sebagian besarnya.
Karena itu maka kalau intensifikasi berarti teknologi. Teknologi bibit, teknologi penanaman, teknologi pengairan yang baik. Itu aja sebenarnya. Nah, itu kan kita pernah meningkatkan dari dua menjadi tiga dengan BIMAS. Kembalikan saya bilang, kerahkan mahasiswa-mahasiswa pertanian di Paku Tengah untuk membimbing masyarakat ulang.
Dan juga riset senter kita, dibidangkan banyak riset senter. Ada di Subang riset senter tentang Bali, ada di Gula riset senternya, ada di Jawa Timur, ada karet di Matarutara, ada riset senter tentang Jagun dan sebagainya di Makassar. Tapi kalau kita pergi, saya mengunjungi semuanya.
Saya juga kasihan melihat mereka. Harus diperbaiki. Saya marah pada waktu itu pada mereka. Jadi tidak ada sekarang ini bisa maju tanpa teknologi lagi.
Labor intensif tidak laku lagi. Tidak mungkin lagi melawan. Akhirnya kan teorinya satu pekerjaan berulang nanti akan diambil oleh artificial intelligence.
Nggak mungkin lagi. Jangan pikir ke lain kayak sore-sore di pabrik rokok uang ribuan orang berjajar pulang. Kayak di pabrik rokok, di pabrik atekstil, nggak ada lagi. Wah udah, robotisasi. Robotisasi.
Nah, jadi teknologi. Mari lagi pendidikan yang berkualitas. Kalau dari si jumlah.
4500 universitas, dibandingin dengan 2500 di China yang penduduknya 5 kali lipat dengan kita. Saya selalu ya kalau dengan mahasiswa tuh saya menyampaikan bagaimana Tiongkok itu yang merupakan peradaban yang luar biasa selama 5000 tahun. Tapi mereka terus-menerus haus mencari ilmu.
Berduyun-duyun ke Eropa, ke Australia, ke Amerika, ke Jepang. Itu... kampus-kampus di seluruh dunia itu diisikan oleh mereka. Sebaliknya kita ada hadis, utru ilmu walau bisin, utru ilmu walau bisin Cina. Jadi zaman dulu itu sebaliknya.
Ilmu ada di Cina. Sekarang mereka mengembalikan itu. Belajar kemana-mana.
Sehingga saya dengar di Amerika, mahasiswa Cina dikisi kuota sekarang. Apa benar? Belum.
Tapi secara tidak tertulis. Jadi kampus-kampus itu membatasi. Walaupun tidak ada peraturan tertulis.
Tapi masih 300-400 ribu di seluruh kampus dari Tiongkok. Dari Indonesia hanya 8.500. Di Inggris 200 ribu dari Tiongkok.
Dari Indonesia 4000. Dan 2-3 tahun yang lalu mereka bisa membuahkan 6000 S3 hanya dalam stamp di Amerika Serikat. India 2000-an, Korea Selatan 1300-an, Turki 430, Indonesia 82. Saya disampaikan oleh nas saya, ada yang mau mengunjungi pabrik BYD di Shanghai. Itu research centernya itu 10.000 sarjana. Bagaimana tiba-tiba dia kalahkan semua? Patentnya ribuan.
Ada satu karyawan, saya pernah ketemu, patentnya 600. Satu karyawan. Dia punya S3 dari mana, terus yaudah. Dan sekolah kebanyakan di luar. Balik ke Tiongkok, membangun. Tapi saya punya keyakinan, Pak JK, kalau kita bulet melakukan investasi di infrastruktur pendidikan governance dan persaingan bisa kayaknya kita menjadi negara yang besar dan hebat.
Seperti saya katakan tadi masalah kita ini hukum dan birokrasi. Iya sepakat. Itu yang paling pokok sama sekali tidak ada kepala tak usah lah mereka mereka dengar semua orang kita aja pengusaha nasional kadang-kadang sulit mengatasi masalah itu.
Dan dengan dua hal tersebut, duit akan datang. Dan dengan duit kita bisa investasi di teknologi pendidikan dan lain-lain. Bisa. Bisa kita atasi. Sebenarnya kita bisa meroboh negeri ini dengan baik.
Pengalaman kita semua di pemerintah. Ya, bisa. Cuma ya, harus bulat, harus pakan.
Terakhir mengenai ekonomi, Pak. Ini kalau saya lihat ada 4 fenomena. Pertama, ini ketimbangan pendapatan, ketimbangan kekayaan, ketimbangan peluang, dan yang terakhir ini pertumbuhan ekonomi itu semakin ke kota primer bukan di kota sekunder. Jelas sekali di seluruh dunia. Jadi pendapatan per orang di kota besar itu pertumbuhannya lebih cepat daripada di kota kecil apalagi di daerah.
Yang ironis adalah kebanyakan sumber daya alam ada di kota kecil. Dan talenta yang dari kota kecil lari ke kota besar. Nah ini gimana untuk kita bisa meng-redistribusi kekayaan, kesejahteraan, dan peluang?
Ya sebenarnya itu trend dimana-mana kan ya. Tetapi bisa juga diatasi dengan suatu... Kalau kemajuan-kemajuan di daerah itu juga lebih cepat majunya.
Karena di daerah kenapa orang ke Jakarta? Di sana banyak kesempatan, pikiran orangnya. Kalau orang yang tidak punya pendidikan mungkin bisa jadi soke, jadi buru, bisa jadi gojek, macam-macam. Yang dia tidak khawatir, walaupun kadang-kadang tidak semua juga berhasil. Tapi kalau di kota kecil kesempatan itu...
terbatas. Jadi sebenarnya dengan teknologi kan batasan kota besar kota kecil mestinya lebih sempit, tidak lagi terlalu kuat. Apa sih yang tidak bisa di lakukan di kota di Manusung sekarang dengan berita apa sih tidak di tapi tren itu sebenarnya ini juga sudah agak terjadi begitu pada saat. guru-guru di Jawa, Jawa Barat, kalau minta semua upah tinggi, kemudian banyak pengusaha lari ke Jawa Tengah.
Ada juga kembali seperti itu. Jadi ya inti pokoknya memang kembali, pengusaha nasional dia ada pengalaman saya. Kenapa kita tidak maju? Kita tidak percaya diri. sendiri.
Dan pemerintah juga tidak percaya rakyatnya. Perusahaan saya bikin pembagi listrik tenaga air. Nggak ada yang percaya bisa bikin.
Bisa. Siapa timnya ahli dari luar? Tidak ada. Loh, semua bingung kenapa bisa bikin tanpa orang luar. Jadi artinya dia menganggap pikiran itu.
Banyak orang luar yang bisa bikin listrik. Karena selama ini. Ingat waktu itu saya perintahkan air power tidak boleh ada campur tangan asing. Semua orang bingung bagaimana biasanya kalau kita bikin cengkaren dengan orang Perancis, bikin Mekasar, orang Amerika, ini Jepang.
Tidak ada. Perintah kan tidak boleh. Jadi juga, pon bagus.
Saya percaya. Kemarin kita bikin Sberta. Bingung juga, ini mesti pakai orang asli.
Ngapain mesti pakai orang asli? Kita bisa beli teknologi. Kita beli teknologi saja.
Yang kita tidak bisa buat. Yang lainnya kita bikin sendiri. Ternyata bisa.
Jadi kita sendiri pemerintah harus percaya dan harus mendahulukan. Globalisasi kan sekarang sudah menurun. Kembali kepada nasionalisme kuat.
Dimanapun Brexit tentunya kan. Amerika sudah kembali ingin memperlakukan biaya masuk untuk barang-barang dari China. It's been not like that.
Tidak lagi globalisasi. Nah tantangan kita nanti. kembali ke situ sebenarnya. Walaupun nanti barang-barang jadi mahal. Tapi tren dunia itu tidak lagi segampang.
Dari sekat-sekat. Dan dimulai negara pusat. Nah itu yang lainnya. Tapi artinya ada dua hal. Bagaimana kita percaya semangat ini.
Dan itu. pemerintah yang memberikan kepentingan. Sementara aja.
Tak usah kalau memang tidak bagus, sebentar tidak perlu bagus lah. Barang Cina dulu, emangnya langsung sampai sekarang. Begitu kita Cina.
HP pertama dari Tiongkok jelek banget. Iya lah. Tapi sekarang apapun dia bisa.
Jadi kembali mempercayai diri sendiri. Kedua, kalau orang Indonesia, daya tarik. Daya tarik pasti ada tarik. Tapi jangan kita... Full begitu aja.
Jangan langsung sistem serahkan semuanya. Mesti ada batasannya. Sekarang juga ada aturan TKN contohnya.
Tapi, mudah-mudahan ini tetap berlaku. Terkait sustainability, Pak JK, ini kan narasinya adalah untuk mencapai netralitas karbon 2050. atau 2060. Indonesia punya 80.000 MW kurang lebih, hanya bisa bangun 3.000 MW. Elektrifikasi di 1.300 KW per orang. Kalau saya hitung untuk Indonesia mau jadi bangsa yang modern, elektrifikasi itu harus di 6.000 KW.
Apalagi dengan pemberdayaan AI dan segalanya. Itu hitungan saya kasarnya, itu lebih dari 100 tahun untuk bisa mencapai elektrifikasi 6 ribu. Iya benar.
Termasuk kita rendah. Dan elektrifikasi minta maaf. Hampir semua saya yang bikin targetnya. Ingat waktu saya mulai luas.
10 ribu. Semua. Saya ke PLN. Perintahkan 10 ribu.
Dia bilang, oh terlalu banyak Pak. Cukup 3 ribu. Saya langsung pecat direkturnya.
Kamu fikiranmu gimana? Ini penduduk pertama itu 1,5 persen. Pak Pak Gitu katakanlah masa operasinya 50 tahun, jadi 2%.
Pertumbuhan ekonomi kalau mau 7% itu butuh desir 3%. Jadi kalau tidak 10 ribu dalam waktu 5 tahun, ini hancur negeri. Dengan sangat terpaksa bikin, sekiranya itu. kemudian 35 ribu lagi mereka sampai 35 ribu, harus 5 ribu per tahun. Waktu pastikan harus bangun 5 ribu per tahun baru ini bisa.
Mereka memandangnya ini kan listrik ini ayam dan telur, yang mana dulu? Mesti listrik dulu baru industri, bukan industri, nanti kampanye industri yang mana? Iya bikin listrik dulu baru industri nya datang. Cara berfikir ini harus di robot. total.
Sekarang di PLN selama 10 tahun tidak ada kontrak baru. Bapak tahu, Tiongkok tahun lalu bangun berapa PLTU? 43 ribu megawatt.
43 ribu. Dan tentunya mereka bangun EBT juga. Tapi ini karena kesadaran bahwa untuk kepentingan AI, mereka kurang energi. Iya. Sebenarnya gampang hitung sih.
Betul. Hanya penduduk. bertambah 1,5% yang berarti kemudian Gaya hidup, pake mana kalau rumah tidak ada AC-nya lagi?
Tidak ada kulkasnya, tidak ada mesin cuci-nya, tidak ada microwave-nya. Jadi gaya hidup sendiri naik kira-kira 2%. Ini data centernya, membutuhkan energi yang luar biasa. Kita ada cara membuat data center. Terus itu.
Jadi, mau industri mana? Jadi cara berfikirnya ini, tapi tidak ada lagi yang mau pukul meja, harus 35 ribu, harus 10 ribu. Itungan saya kalau kita mau mencapai elektrifikasi 6000 kWh di tahun 2050, kita harus bangun 15 ribu MW per tahun.
Dan kalau itu EBT semuanya, Kita harus bangun 400 ribu megawatt dalam 26 tahun itu butuh 1 triliun dolar pak. Jadi waktu saya minimum harus 7% per tahun dibangun, 7-8% dibangun per tahun. Kalau sekarang kan punya 80 berarti harus minimum 5 ribu megawatt dibangun tiap tahun.
Kalau nanti menjadi 100 ribu itu harus 7 ribu per tahun, mesti begitu persentase. Tidak mungkin pemakai listrik itu tahan satu abad. Tidak ada yang tahan satu abad. Boleh tahan saja, tapi sudah total. Jadi kenapa saya masuk ke listrik bisnis?
Karena itu yakin bahwa ini tidak akan pernah sesuatu. Nah ini yang kelemahan yang terjadi di kalangan pengambilan keputusan. Ya minta maaf setelah saya tidak ada, tidak ada lagi yang berani bikin target. Selalu dianggapnya ini kelebihan.
Kelebihan artinya investasi tidak ada sebenarnya. Bapak sibuk di PMI. Kita mau ngobrol mengenai perdamaian. Nah kalau saya hitung anggaran pertahanan seluruh dunia itu per tahun 2,75 triliun dolar. Kalau Amerika, NATO, dan sekutunya atau teman-temannya itu 2,15 triliun dolar.
Terus saya lihat PBB yang ditugaskan sebagai institusi untuk mendamaikan dunia itu anggarannya cuma 4 miliar dolar setahun. Jadi prospek untuk perdamaian ini agak bingung saya. Nah gimana pandangan Bapak mengenai kedamaian dan perdamaian ke depan? Iya tentu Pak. Ada juga teorinya bahwa damai itu kalau orang sama kuatnya.
Kalau bincang kekuatan itu bisa menimbulkan. Kedua, kita kenal teori militer industrial complex. Jadi, kadang-kadang perang itu juga ingin coba senjata baru. Atau coba perang Irak. Apa sih alasannya mereka masuk Irak?
Hanya kan intelijensinya menipu-nipu. Apa sih alasannya mereka perang? di gasa begitu lama karena Amerika tidak jelas posisinya ataupun perang dimanapun. Nah, jadi itu adalah unsur tadi menjaga keseimbangan. Kemudian ada kekuasaan, orang gila kekuasaan, kemarin saya bicara dengan seorang mantap Perdana Menteri, Presiden.
Hampir dapat disimpulkan pembicaraan bahwa perang Gaza itu perang pribadi Netanyahu. Karena ingin kekuasanya lebih lanjut. Sehingga tidak selesai.
Jadi perang itu kan satu bom jatuh berapa sih? Berapa ribu dolar. Satu F-16 itu harganya bisa 100 juta dolar. Jadi memang...
Di samping ada kekuasaan yang ingin diteruskan. Ada military industrial complex. Ada setan-setan macam-macam di otak orang.
Tapi ya, jadi PBB itu baru berfungsi setelah damai. PBB tidak pernah bikin perdamaian. Mereka sendiri bosan berperang baru ada yang menjaga. Kan pasukan penjaga perdamaian. Bapak kemarin di Qatar bertemu dengan teman-teman Hamas.
Dan Bapak mengusulkan tiga hal untuk dilakukannya. pemberhentian gencatan senjata dan dibantunya masyarakat luas yang luka dan menderita. Dan ketiga konsolidasi atau rekonsiliasi antara Fatah dengan Hamas. Masih ada harapan gak?
Ya baru saya kita dengar hasil Kero. Saya gak pernah bisa ketemu karena Israel sendiri tidak bermaksud untuk cepat ceasefire, karena kalau ceasefire, komunitas Tafik jatuh dia. Itu menurut pandangan orang Palestina ya.
Kalangan internas di Israel juga seperti itu. Jadi walaupun tidak segencar lagi serangan-serangan Israel, tapi tetap aja tiap... Minggu ada rumah dibongg, sekolah dibongg, atau gulung apa pun dibongg.
Mengusik kasihan. Ya memang dua-duanya sulit untuk kita fahami kehidupan itu. Tapi benar bahwa saya bilang tidak ada kejahatan tanpa, tidak ada kemajuan tanpa. pada Maya jadi inti dari pada semua itu hidup damai. Nah inilah yang selalu menjadi concern saya juga keliling ke Afganistan, ke Thailand, ke Qatar, ketemu orang-orang Hamas, ketemu orang Fatah.
Ini untuk berdiskusi atau mendorong pada Maya itu, saya ketemu orang Israel juga. Ada harapan nggak untuk Indonesia bisa menjadi interlokutor yang menjembatani kepentingan yang berbeda? Negara demokrasi terbesar nomor tiga di dunia, ekonomi terbesar nomor 15 atau 16, muslim majority terbesar. Mestinya bisa, tetapi menghadapi orang-orang yang terdiri tidak mudah.
Mereka selalu mengharap Indonesia, kedua-dua pihak. Kalau saya bicara orang-orang Pasir, Indonesia sebagai negara Islam yang besar, bisa berperan. Israel juga begitu.
Kenapa? Saya bilang, kenapa yuk perdamaian antara Fatah dengan Hamas di Beijing? Karena Beijing juga tidak memberikan.
Tapi karena dia punya pengaruh. Jadi, semenjak Bukan awal-awal suara itu memang kita kurang untuk mempunyai suatu kekuatan. Dia pun masih keluar.
Kalau di Amerika melihat wajah kita, tentu ada pengalaman-pengalaman di Amerika. Kan lebih banyak mengenalnya kita sebagai orang Malaysia dibanding orang Indonesia. Seperti Filipina.
Malaysia atau Filipina. Saya pernah satu, coba waktu ke PBBM. Jalan-jalan sepanjang jalan di New York. Menjual buah. Oh, Malaysia.
Kita sengaja tes. Simple research. Kita kira 10 orang teman-teman. Bagaimana?
Masuk ke toko. Ada teman nanya. Malaysia atau Filipina?
Hanya satu. Dan terlima kita tanya. Hanya satu. Saya juga pernah naik taksi.
Amerika. Saat dia tanya, langsung tanya, lu dari Malaysia? Tanya Indonesia dimana? Di Bali. Jadi artinya kita masih kurang mempunyai, kenapa dulu Soekarno dikenal, Indonesia dikenal, dimana-mana sekarang?
Apalagi di timur tengah. Kenapa Malaysia lebih kenal? Karena menghatir waktu itu. Mempunyai suara keras di dunia ini.
Dan mereka bisa bahasa Inggris dan berdongeng di luar negeri. Kita kurang bisa berdongeng. Tapi di Sibir juga ada prestasi. Dongeng yang didukung dengan prestasi.
Berapa kali saya laksanakan diplomasi keras, saya bingung semua diplom. disambung dengan baik. Contohnya sama waktu dengan China saya datang izin bendara presiden tewas, saya mendusuk bendara.
Cina marah, saya tidak peduli, salah. Jadi saya diundang ke Cina dengan penuh kehormatan. Justru itu saya beri kehormatan. Singapura juga bertemu dengan Taiwan, dengan Tiongkok, dan mereka bisa menjaga hubungan banyak.
Saya bilang sama Cina, 35% investasi di sini kan Taiwan. Kenapa keolahan kita berbeda dengan Taiwan? Anda sendiri 35%.
Saya juga kasih tau oleh Presiden Taiwan, 35%, apalagi di awal-awal. Yang bikin iPhone itu kan Foxconn. Itu luar biasa.
Saya udah ke pabriknya. 10 dolar per unit dari chairmannya sendiri. Saya ketemu salah satu saintisnya, patentnya 600. Satu karyawan. Dan orang Indonesia banyak yang gak percaya bahwa biaya produksi iPhone itu 10 dolar. Tapi tas-tas yang bermerek.
Itu dijual ribuan dolar biaya produksinya juga 10-an dolar di Tiongkok. IP-nya itu yang mahal. Pak, itu tahun depan kita bakal mengenang atau mengselebrasi Asia Afrika.
Yang ke.. saya lupa tuh tahun.. ke 70 ya. Penasaran dengan pandangannya Pak JK mengenai apa yang Indonesia bisa lakukan untuk meraih momentum, untuk kepentingan internasionalisasi kita. Dan yang di samping itu mungkin saya penasaran, pantas gak sih kalau Indonesia itu ikut dalam perhimpunan namanya BRICS?
Ya, asafiqah suatu momentum atau pekerjaan luar biasa. yang kemudian efeknya negara Asia Afrika pada itu cuma 25, kemudian sekarang hampir 80-an. Luar biasa itu apa yang dihasilkan, apaan gelora daripada itu luar biasa Bung Karno dengan tentu Nehru, dengan siapa, Nasir, membuat itu menjadi suatu momentum yang keras untuk, itu saya kira. susah terulang. Tapi bagaimanapun orang akan ingat Indonesia akan hal itu.
Tapi tidak mungkin. Nah bisa terjadi ada dua sebenarnya pengaruh. Orang menghargai kita kalau kita punya ekonomi baik.
Kalau ekonomi kita jelek, orang tidak banyak menghargai. Atau kita mempunyai solusi yang baik. Keberanian.
Apakah bukan turkis? Apa yang dilakukan Qatar memfasilitasi upadamain sehingga negara kecil begitu sangat pengaruh di dunia. Luar biasa. Ya.
Tidak banyak khusus sebenarnya. Oh, Pak Ali, kita lakukan ini. Nah, tapi kita tidak semua ragu, ragu-ragu, dan tidak berani untuk memperlihatkan.
pandangan yang berbeda dengan China. Tidak berani kita mempunyai pandangan berbeda dengan Amerika. Cara deformasi kita. Selalu mengatakan ya kita bebas sakti. Tapi tidak pernah.
Contohnya dalam usia yang terakhir. Indonesia ketemu Hamas yang tidak berani. Jadi saya undang aja ke sini.
Ismail Hania mulai. dan berani. Tapi Tatar berani, Suki berani, atau apapun. Saya berbeda pandangan dengan China waktu itu.
Dan dia hormati saya. Saya datang ke China di Beijing dengan barisan kehormatan militer. Pertama kali salah, bisa gue press.
Hanya karena justru saya marah sama dia. Bukan marah sama dia, saya masukkan presiden. Taiwan ke Indonesia. Semua orang bingung.
Justru dia hormat masa Cina itu. Karena itu. Orang pun kata, apa ini bapak nanti biaran. Tidak ada. Tidak ada yang semua ingin lembut, semua ingin...
Tidak ada satu negara yang bisa disenangi dimana-mana. Iya. Tidak mungkin kita berteman dengan semua orang. Kita harus punya pendirian. Tapi kita harus juga pada saat yang sama mempunyai kekuatan ekonomi.
Kalau BRICS gimana menurut Pak Jendral? BRICS itu saya kira, yang BRICS itu kan banyak orang berpikir sekarang bagaimana memakai dedolarisasi kan, tapi itu tidak mudah menurut saya. Kenapa? Isi BRICS itu sendiri lemah semua sekarang.
Kecuali yang populer. Brazil juga apa? Cetuluh di China. Brazil gimana?
India oke lah. Apalagi Afrika Selatan. Iya. Afrika Selatan juga sosot. Tapi Afrika Selatan berani untuk bawa ke mahkamah internasional ini.
Oh iya. Luar biasa itu. Justru dia bukan negara Islam, tapi dia yang mewajukan itu. Karena dia mengalami sendiri apartheid. Apartheid.
Iya lah. Tapi dia ada keberanian untuk. Betul. Dia tidak peduli.
Pasti Amerika goncang. Ya. Jelas.
Pak JK. Waktu Bapak gak banyak. Pertanyaan terakhir.
Bapak itu interaksi dengan seorang idealis namanya Bung Hatta. Zaman dulu itu Indonesia itu kental sekali dengan idealisme. Melihat situasi negara sekarang.
Saya melihat kayaknya idealisme itu agak-agak kurang. Menurut Bapak itu ke depan gimana Indonesia? Tatanannya dalam konteks kepentingan kita untuk memupuk persatuan-persatuan, kenegaraan, kebangsaan.
Supaya kita keren. Saya teringat di samping Pak Hatta, Pak Kennedy, dia mengatakan jangan tanyakan apa yang negara dapat berikan kepada kamu. Tapi dia tanyakan apa yang dapat kau berikan kepada negara. Itu yang hilang. Semua berpikir, saya dapat apa?
Kalau saya masuk pemerintah, saya dapat apa? Saya menteri berapa? Menteri bidang apa?
Idealisme itu menggabdi kepada negara setulusnya. Seperti apa yang diperlukan para pejuang-pejuang kita, Pak Hatta, Bung Karno, walaupun kebelakangan hari juga ada masalah. Syahrir, pemimpin-pemimpin generasi awal peminta ini yang penuh idealisme.
Tapi jangan lupa, mereka itu sangat berpendidikan. Iya. Syahrir, Bung Hatta, Bung Karno, semuanya. Dan saya selalu ngebayang gitu, kalau mereka lagi ngumpul bertiga, ngobrolannya tuh... Tentang negara, tentang keuangan masa depan.
Tentu tentang itu. Itu dia gabungan yang baik. Suka karena seorang engineer, seorang arsitek, harta seorang ekonom, yang lainnya tentu dirukung oleh semangat-semangat perjuangan.
Semangat yang seperti dikatakan tadi, semangat yang disampaikan oleh Kennedy. As not. What the country can do for you is what you can do for your country. Walaupun dia, tapi ini berlaku universal, pertanyaan sikap itu kan. Masih ada harapan?
Tentunya tergantung kepemimpinan. Tapi kalau pemimpinnya juga menggaruk negeri ini, yang lain ikut. Sekarang ini tergantung di atas nih.
Bagaimana bisa disiplin negaranya kalau pemimpinnya tidak disiplin? Itu kan masalah. Bagaimana ada pendekatan hukum kalau pendekatan hukum tidak dipakai untuk kepentingan politik? Ini kan sulit sekali.
Jadi kita harap Pak Prabowo ini mengambil sikap idealisme seperti itu. Untuk dirinya sudah selesai, mestinya. Tidak ada lagi yang dibutuhkan untuk makan, minum, perumahan, tidak perlu lagi berpikir.
Mestinya dia akan menjadi semua yang kuat. Itu yang kita harapkan sebenarnya. Ada pesan akhir, Pak Jika?
Ya, semoga kita semua dapat mencapai cita-cita apa yang kita inginkan negara yang maju, negara yang berpidip. yang dapat punya daya saing, yang dapat memanjukkan negeri. Amin. Amin.
Terima kasih banyak Pak Jeka. Terima kasih. Teman-teman, itulah Pak Yusuf Kalla, mantan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia. Terima kasih.