Intro Ini adalah bulan ke-9 Semenjak kelulusan gua dari SMA Melepas seragam putih abu Mulai memilih jalan hidup gua sendiri Mau lanjut kuliah, kerja, atau gap year Dan gua memilih gap year Karena belum punya duit buat kuliah Temen-temen gua kebanyakan pada lanjut kuliah Ada yang kuliah sekedar kuliah Padahal gak serak sama jurusannya Ada yang kepaksa kuliah di suatu jurusan karena keinginan orang tuanya. Ada juga yang benar-benar tahu tujuan hidupnya kemana, berjuang mati-matian, dan sekarang berhasil masuk ke kampus impiannya. Sebagian temen gue yang lain ada yang milih kerja. Ada yang sekarang udah kerja di bank, tiap hari sinagramnya ngitungin duit orang. Ada yang gak sengaja ketemu di minimarket, rupanya sekarang dia jadi pelayan tokonya.
Ada juga temen-temen gue yang memilih jadi abdi negara. Dan sekarang kalau kemana-mana, mereka pake seragam yang keren-keren. Sementara itu gue yang menunda kuliah, di tengah jalan mulai berpikir, apakah gue gak sebaiknya nyari kerjaan tetap aja?
Karena menunda kuliah ternyata gak semudah yang dibayangkan. Gue harus siap menerima paradigma orang-orang ketika menjawab pertanyaan, sekarang kuliah dimana? Gue juga harus siap menahan rasa kecewa. Ketika melihat orang-orang yang lebih berhasil daripada gue Gue harus tetap optimis kalau gue bisa kuliah Walaupun kenyataannya keluarga gue lagi susah Dan gue harus tetap belajar Walaupun rasanya gue mau nangis Ngeliat kedua orang tua yang masih bekerja di usia senja Demi mewujudkan cita-cita anaknya Akhirnya yang gue lakukan adalah belajar sambil kerja Kerja apa aja yang gue bisa Gue bisa ngedit video, gue manfaatin buat ikutan lomba-lomba video di internet, gue bikin video-video pernikahan, gue juga jadi freelancer, ngerjain tugas kuliah orang-orang.
Dan dari usaha-usaha itu, gue dapet hasil yang lumayan. Ya, meskipun hasilnya gak pernah terkumpul buat biaya kuliah, dan selalu habis buat kebutuhan rumah. Tapi gue bersyukur, seenggaknya letih yang orang tua gue rasakan.
Sekarang bebannya telah berkurang, dan keringat yang bercucuran kini berganti dengan senyuman. Kehidupan setelah SMA membuka mata gua, bahwa hidup sejatinya adalah seni memilih. Memilih mana yang mendingan, karena pilihan apapun yang akan kita ambil, ingatlah bahwa tidak ada pilihan yang benar-benar sempurna. Mereka yang kuliah pernah bilang, enak ya, dia udah kerja. Udah bisa jajan pake duit sendiri.
Mereka yang udah kerja juga pernah bilang, enak ya yang nunda kuliah, bisa nyantai-nyantai di rumah. Sedangkan mereka yang menunda kuliah bertanya-tanya, kapan ya, gue bisa kuliah? Bisa gak ya, gue akan terima kerja.
Untuk orang-orang yang sedang mengemban ilmu di bangku kuliah. Sadarlah banyak orang-orang yang tidak seberuntung kamu. Jangan menyanyiakan kesempatan yang kamu dapatkan. Tetap semangat, walau jurusan atau kampus yang kamu dapat tak sesuai keinginan.
Dan jangan terus-terusan mengeluh atas tugas-tugas yang menumpuk berlebihan. Karena ingatlah, tugas-tugasmu itu tak sebanding dengan kerja keras orang tua yang membesarkan kamu. Untuk orang-orang yang sedang merasakan letihnya bekerja. Berhentilah membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain, karena manusia itu memandang dan dipandang. Ketika kamu melihat mereka, kamu merasa mereka adalah orang yang paling bahagia.
Padahal ketika mereka melihat kamu, mereka merasa justru kamulah orang yang paling bahagia. Tanpa kamu dan mereka ketahui bahwa masing-masing sebenarnya punya kesedihan yang tak diperlihatkan. Dan untuk orang-orang yang menunda kuliah, atau sedang berjuang meraih cita-citanya. Pahamilah bahwa setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya.
Mungkin belum waktunya kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Tapi jangan menyalahkan keadaan. Ambil hikmahnya. Setidaknya sekarang kamu jadi tahu, di saat terpuruk, siapa saja orang-orang yang tetap setia menemanimu. Siapa saja orang-orang yang terus mendukungmu.
Dan siapa saja orang-orang yang peduli padamu. Teruslah melangkah, berusaha sekeras yang kamu bisa, perbaiki semua kekuranganmu, dan jangan dengarkan apa kata orang. Karena yang menjalani hidupmu adalah kamu, yang merasakan sedih dan bahagiamu adalah kamu. Maka semuanya tergantung kamu, tergantung sudut pandangmu, bagaimana cara kamu menyikapi setiap cobaan, apakah dengan bersedih, berlarut-larut, atau malah bersyukur atas pelajaran yang kamu dapatkan, dan berusaha bangkit dari keterpurukan.
Dan berdoalah, minta kepadanya supaya kamu cepat bertemu dengan waktu. Waktu yang tepat, di saat impianmu terwujud. Waktu yang indah, di saat kebahagiaan menyertaimu. Dan waktu yang sempurna, di saat ayah dan ibu berkata, kami bangga padamu.