Halo Alauddin Khalji adalah kaisar dari dinasti Khalji yang memerintah Kesultanan Delhi di dataran India saat masa pemerintahannya ia melakukan sejumlah perombakan sistem adminitratif kerajaan. Dia juga dikenal karena berhasil memukul mundur invasi Mongol di India. Alauddin bukan hanya seorang pemimpin militer yang hebat, tapi juga seorang yang pandai soal ketataan negaraan. Salah satu langkahnya adalah melemahkan kekuatan para bangsawannya untuk memperkecil potensi pemberontakan.
Ia menyita uang dan aset mereka yang dianggap telah berlebihan dan juga melarang mereka berkumpul satu sama lain. Selain itu, ia juga melarang ulama untuk ikut dalam politik kerajaan. Dan berikut ini adalah kisah riwayat hidup Alauddin Khalji selengkapnya. Para sejarawan zaman dulu tidak banyak menceritakan tentang masa kecil Alauddin Kemungkinan Alauddin lahir pada antara tahun 1266-1267 Ia lahir dengan nama Ali Gursab Dan ia adalah anak tertua dari Syahabuddin Mas'ud Yang merupakan kakak dari pendiri dinasti Khalji, Sultan Jalaluddin Alauddin memiliki tiga saudara laki-laki Mereka adalah Al-Masbeq, Qutluk Tigin, dan Muhammad Alauddin dibesarkan oleh Jalaluddin setelah ayahnya meninggal lalu ia dinikahkan dengan putri Jalaluddin yang bernama Malika Ijahan Setelah Jalaluddin menjadi Sultan Delhi, Alauddin diangkat menjadi Amir Ituzuk yaitu jabatan semacam pembawa upacara Pada tahun 1291, Alauddin berperan penting dalam menumpas pemberontakan Gubernur Kara, Malik Caju dan sebagai penghargaan atas jasanya, ia diangkat sebagai Gubernur Kara untuk menggantikan Malik Terima kasih Ketika sudah menjadi gubernur Kara, ia dihasut oleh bekas bawahan Malik Caju untuk memperontak melawan Jalaluddin yang tidak lain adalah paman segaligus mertuanya sendiri.
Karena mereka menganggap kalau Jalaluddin adalah pemimpin yang lemah dan kurang kompeten. Dan karena hasutan tersebut, Alauddin pun bertekad untuk menggulingkan tahta Jalaluddin. Kemudian Alauddin diberi masukan kalau ia harus mengumpulkan banyak uang dan membentuk pasukan yang besar agar kudeta tersebut sukses.
Lalu pada tahun 1293, ia menyerang kota Bilsa yang kaya raya di kerajaan Paramara Malwa yang sudah melemah untuk mengumpulkan biaya kudeta. Tapi saat ia di Bilsa, Al-Udin baru mengetahui kalau di wilayah Dekan terdapat kekayaan yang luar biasa dari kerajaan Yadawa Selatan. Karena hal itu, harta rampasan dari Bilsa ia serahkan kepada Jalaluddin untuk mendapat kepercayaannya.
Tapi ia menyembunyikan informasi tentang kekayaan kerajaan Yadawa Rencana pun berjalan lancar Sang Sultan senang dengan pemberiannya Dan ia menaikkan jabatannya menjadi Aris Imam Malik Dan ia juga diangkat menjadi Gubernur Awad Selain itu, Sultan juga mengabulkan permintaannya untuk menggunakan sebagian pendapatan Untuk membentuk pasukan tambahan Setelah bertahun-tahun perencanaan dan persiapan Alauddin akhirnya berhasil menaklukkan Devagiri, yaitu ibukota kerajaan Yadava di tahun 1296 Mengetahui tentang keberhasilan Alauddin, Jalaluddin datang ke Gwalior berharap Alauddin akan memberikan harta rampasan itu kepadanya Namun Alauddin langsung menuju kembali ke Kara dengan membawa harta rampasan yang besar Kemudian penasihat Jalaluddin menyarankan untuk mencegat Alauddin di daerah Canderi Tapi Sultan masih percaya kepada keponakannya dan ia pun kembali ke Delhi dengan harapan kalau Alauddin akan menyerahkan harta rampasan tersebut di sana. Setelah Alauddin sampai di Kara, ia mengirim surat permintaan maaf kepada Sultan dan menyatakan keprihatinannya kalau musuh-musuhnya telah meracuni pikiran Sultan selama Alauddin tidak di sana. Setelah itu Sultan mengirim utusan ke Kara dengan membawa surat pengampunan Sesampainya di sana, utusan tersebut mengetahui kekuatan militer Alauddin dan rencananya tentang Gudeta Lalu utusan tersebut ditahan sehingga informasi tersebut tidak sampai ke Sultan Sementara itu, adik Alauddin, Almasbek, yang ada di Delhi meyakinkan Sultan tentang kesetiaan Alauddin dan ia meyakinkan Sultan untuk berkunjung ke Kara untuk menemui Alauddin Jalaluddin yang mudah tertipu ini pun berangkat ke Kara dengan pasukannya Setelah sampai di dekat Kara, Jalaluddin memerintahkan Ahmad Cap untuk membawa pasukan utamanya melewati jalur darat dan ia sendiri dengan tentara yang lebih sedikit akan menyeberangi sungai Gangga Pada tanggal 20 Juli tahun 1296 Alauddin membunuh Jalaluddin dengan pura-pura menyapanya Setelah itu Alauddin menyatakan dirinya sebagai raja yang baru Dalam peristiwa tersebut, orang kepercayaan Jalaluddin juga terpunuh dan Ahmad Cah berserta pasukannya mundur ke Delhi Alauddin yang sebelumnya dikenal sebagai Ali Gursab setelah penopatannya ia mendapat gelar aludunya wadid Muhammad Sya'us Sultan setelah itu Alauddin membuat persiapan untuk bawai ke Delhi dan memerintahkan para perwiranya untuk merekrut pasukan sebanyak mungkin walaupun tanpa tes saat alauddin berangkat ke Delhi tersebarlah berita kalau ia sedang merekrut tentara sambil membagikan emas setelah itu orang-orang baik berlatar belakang militer atau non-militer berbondong-bondong Bondong bergabung dengannya pada saat ia sampai di Badaun kekuatan militernya sebesar 56.000 kaveleri dan 60.000 infanteri di wilayah Bahran tujuh mantan pengisauan Jalaluddin yang kuat juga bergabung dengan Alauddin tapi perjalanan mereka terhalang oleh banjir sungai Yamuna setelah surut mereka pun melanjutkan perjalanan dan ketika mereka sampai di siri Ruknuddin memimpin pasukan untuk mengakhiri pawai Alauddin tapi sayangnya saat tengah malam pasokan Ruknuddin membelot di sisi Alauddin Alauddin. Ruknuddin yang kecewa ini pun mundur dan melahirkan diri ke daerah Multan. Setelah itu, Alauddin memasuki kota yang didalamnya masih ada sejumlah bangsawan dan pejabat yang menerimanya.
Pada tanggal 21 Oktober tahun 1296, Alauddin secara resmi dinobatkan sebagai Sultan di Delhi. Salah satu langkah awal Alauddin untuk mengkokohkan kekuasaannya adalah dengan cara menunjuk banyak orang untuk menduduki posisi di pemerintahan. Kemudian ia juga memperkuat kekuatan militer kesultanan dan memberikan hadiah senilai gaji satu setengah tahun pada setiap prajurit dalam bentuk tunai.
Dikatakan kalau di tahun pertama Alauddin menjadi sultan adalah tahun yang paling membahagiakan bagi orang Delhi. Tapi pada saat itu, Alauddin masih belum bisa menguasai secara penuh atas semua wilayah bekas Jalaluddin. Seperti daerah Multan yang dikuasai oleh putra Jalaluddin Arkali dan ia menyembunyikan buronan dari Delhi Pada bulan November tahun 1296 Alauddin mengirim pasukan yang dipimpin oleh adiknya Uluq Khan dan Jafar Khan untuk menaklukkan Multan Setelah Multan berhasil diwasai Alauddin memerintahkan Husrat Khan menangkap, memutakan, dan membunuh keluarga Jalaluddin yang masih hidup Tak lama setelah multan ditaklukkan, Alauddin mengangkat Nusrat Khan sebagai wazir atau perdana menterinya.
Lalu setelah memperkuat pengaruhnya di Lelhi, Sultan Baru ini memecat semua perwira yang sudah menjabat di masa pemerintahan Jalaluddin. Pada tahun 1297, para bangsawan Jalaluddin yang mempelot ke sisi Alauddin ditangkap, dibutakan, dan dibunuh. Semua harta mereka termasuk pemberian Alauddin disita.
Setelah itu, bangsawan lama itu diganti dengan orang yang sangat setia dengan Alauddin. Kemudian Gubernur Alauddin di Qarah datang ke Delhi dengan membawa semua kekayaannya yang ada di Qarah. Pada musim dingin di tahun 1297, bangsa Mongol dari ke kanan Cagatai menyerbu daerah Punjab dan maju sampai ke daerah Khaasur tapi pada tanggal 6 Februari tahun 1298 pasukan Alauddin yang dipimpin oleh Uluq Khan berhasil mengalahkan mereka dan sekitar 20.000 prajurit Mongol tewas dalam pertempuran tersebut lalu pada tahun 1298 sampai 1299 tentara Mongol lainnya menyerbu daerah Sin dan mereka berhasil menduduki benteng Sivistan Namun mereka juga berhasil di kalahkan tentara Alauddin Tapi kali ini Jenderal Zafur Khan yang memimpin pasukan dan mereka berhasil merebut kembali benteng itu Pada awal tahun 1299 Alauddin mengirim Uluq Khan dan Nusrat Khan untuk menyerang Gujarat Dimana dinasti Fagella memiliki pertahanan yang lemah Alhasil kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan dan pasukan Delhi menangkap Radu Fagella, Kamala Devi Dan seorang budak yang bernama Malik Kafur yang di kemudian hari ia akan menjadi orang kepercayaan Alauddin.
Pada tahun 1299, Khan Cagatai II mengirim pasukan Mongolnya yang dipimpin oleh Kutluk Khwaja untuk menaklukkan Delhi. Lalu Alauddin sendiri memimpin pasukannya untuk menghadapi serbuan tersebut. Pertempuran pun terjadi di daerah Kili, namun saat pertempuran Jenderal Alauddin Zafar Khan menyerang Mongol tanpa menunggu komando dari Alauddin.
Dan hasilnya, ia dan pasukannya tewas. tapi mereka juga berhasil membunuh banyak prajurit Mongol. Pertempuran itu berlangsung sangat sengit, sampai akhirnya Kudluk Waja terluka parah dan pasukan Mongol pun mundur. Sekitar bulan Agustus tahun 1303, saat pasukan Delhi sibuk dengan invasi ke Citor dan gambarnya ke Wajah, Warangal, Mongol kembali melancarkan serangan ke Delhi Tapi Alauddin berhasil lebih dulu sampai ke Delhi Namun tidak sempat menyiapkan pertahanan yang kuat Sementara itu kampanye di Warangal juga tidak sukses Keadaan pun menjadi semakin sulit saat Mongol memblokir akses ke Delhi sehingga pasukan yang kembali dari Warangal dan pasukan bantuan dari gubernur Alauddin tidak bisa sampai ke Delhi di keadaan yang seperti ini Alauddin berlindung di sebuah kamp yang ada di dalam benteng siri yang masih dalam tahap tahap pembangunan Mongol pun berhasil memasuki Delhi dan sekitarnya tapi kemudian mereka memutuskan untuk mundur ketika tidak bisa menembus benteng siri invasi ini merupakan salah satu invasi Mongol yang paling serius di daratan India sehingga Alauddin merancang rencana untuk mencegah hal ini terulang kembali seperti memperkuat benteng di sepanjang rute Mongol ke India dan ia juga menerapkan seringkaian reformasi ekonomi untuk memastikan pendapatan yang cukup untuk membuat pertahanan yang kuat Pada tahun 1306, pasukan Mongol yang dikirim oleh dua kembali mencoba menguasai India. Kemudian pasukan Alauddin yang dipimpin oleh Malik Kafur berhasil mengalahkan mereka.
Lalu di tahun berikutnya, dua meninggal dunia dan setelah itu bangsa Mongol tidak lagi melakukan ekspedisi ke India selama pemerintahan Alauddin. Sebaliknya, Gubernur Alauddin yang bernama Malik Tugluk sering menyerbu wilayah Mongol di daerah yang sekarang menjadi Afganistan. Setelah berhasil menanggulangi invasi Mongol, Alauddin berhasil menaklukkan dinasti Seuna, dinasti Kakatia, kerajaan Hoysala, dan kerajaan Pandia.
Tidak seperti penguasa Sultan Delhi sebelumnya, Alauddin melakukan reformasi besar-besaran. Ia menerapkan beberapa reformasi untuk dapat mempertahankan pasukan yang besar dan melemahkan orang yang berpotensi untuk memperontak Kemudian ia membuat sebuah kebijakan untuk memiskinkan orang Hindu sebagai tindakan penjegahan agar mereka tidak bisa melakukan sebuah pemperontakan Selain itu, ia juga merampas tanah milik para bangsawan untuk selanjutnya akan dikelola oleh pemerintah pusat. Pemerintahan Alauddin juga memperlakukan pajak jizya pada penduduk non-muslim, sedangkan orang muslim diwajibkan untuk membayar zakat. Setelah melakukan peperangan, Alauddin meminta 4 per 5 bagian rampasan perang untuk dirinya, yang mana penguasa sebelumnya hanya mendapat bagian 1 per 5 saja.
Selain mereformasi kebijakan tentang ekonomi, Alauddin Khalji juga merombak kebijakan tentang ekonomi. di bidang sosial seperti melarang minum-minuman keras, berjudi, prostitusi, dan praktek perdukunan. Barang siapa yang melanggar akan dihukum berat.
Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, Alauddin menderita sakit dan ia menyerahkan semua urusan kerajaan kepada Malikafur, orang yang paling ia percayai. Kemudian Alauddin meninggal pada malam hari di tanggal 4 Januari tahun 1316. Dan ketika malam hari akan berakhir, Malikafur membawa jenazah Alauddin dari istana Sirik. dan menguburkannya di makam yang sudah dibuat sebelum Alauddin meninggal.