Transcript for:
Ajaran Cinta Al-Halaj dan Tuhan

Katanya Ghazali, perkataannya Al-Halaj itu karena sudah saking cintanya pada Allah. Cinta itu kalau sudah sangat mendalam antara pecinta dan yang dicintai, itu pasti jadi satu. Keluar satu ke satu kan. Engkau lah satu-satunya. Engkau lah hidupku. Engkau lah segalanya. Kan selalu begitu. Dan itu normal katanya Ghazali. Jatuh cinta paling tinggi kan pada Allah, berarti makumnya Al-Halad memang dia jatuh cinta yang paling tinggi. Sekarang kita masuk ajaran pertamanya Al-Halad. Para sufi merumuskan banyak sekali ajaran yang intinya adalah setiap kita bisa berhubungan langsung sama Allah. Yang paling terkenalkan tiga, Ibtihad Abu Yazid Bustami, kemudian Khulunnya Al-Halajini, dan yang ketiga, Wahdatul Wujudnya Ibn Arab. Yang paling puncak terkenal dalam tradisi Tasawuf Falsafi. Kalau dijelaskan ringkas, itih hadithu dari bawah ke atas. Hamba yang berusaha naik sampai puncak bersatu sama Allah. Kalau hulul dari atas ke bawah. Hamba yang mengosongkan dirinya sehingga Allah terus bisa masuk. Kalau wahdatul wujud, diusahakan apa nggak diusahakan, hakikatnya kita satu sama Allah. Hadis di sunni kan banyak beredar ini, ketika seseorang sudah sangat dekat sama Allah Kalau di para sufi bahkan gak cuma dekat, jadi satu, itu kalau dia ngomong, yang ngomong bukan dia tapi Allah Kalau dia mendengarkan, kalau dia berbuat, semuanya bukan dia tapi Allah Kehendaknya bukan kehendak dia tapi sudah kehendak Allah Ya kayak kamu kalau jatuh cinta itu, apa-apa kan sudah dia bukan kamu lagi begitu kamu jalan-jalan ke mall lihat baju ini kalau tak beli ini suka dia makan aja kalau tak beli ini dia seneng ada apa aja yang terbayang dia nah itu ketika orang sudah sangat dekat jatuh cinta jatuh cinta lah sama Allah mata pikiranmu, ucapanmu, perbuatanmu ya selalu isinya Allah Ketika orang jatuh cinta itu kan egonya nyisih, dimasuki oleh ego yang dia cintai. Dirinya sudah gak berarti apa-apa. Para sufi mati-matian menjelaskan ini. Beberapa malah bikin cerita-cerita alegoris. Misalnya bikin Laila Majmun lah, bikin Sirin Farhad. Itu sebenarnya sindiran untuk jatuh cinta lah sama Allah. Kayak kamu kalau jatuh cinta sama lawat jenismu itu loh. Harusnya lebih dalam dari itu. Kayak Layla Majlis itu kan, gimana orang sampai segila itu. Bukan gila, tapi sampai segila itu ketika jatuh cinta. Teori ini gak laku bagi yang jomblo. Oke, terserah. Ketika kamu sudah dekat dengan sesuatu, cinta dengan sesuatu, biasanya dirimu lenyap. Yang ada hanya dia dan itu yang dialami oleh para sufi termasuk Al-Halaj Setiap orang bisa ketemu Allah, setiap orang bisa ngobrol sama Allah Tidak ada jarak, tidak butuh perantara, syaratnya apa? Bersihkan egomu, bersihkan dirimu sampai kamu layak untuk Allah datang padamu Singkirkan sifat-sifat duniawi Hulul itu jenisnya ada dua. Yang pertama Sayyaroni dan ada Hulul Jawari. Yang Al-Halajini masuk jenis Hulul yang pertama. Ketika bersatu, yang kelihatan hanya satu. Yang lain nggak kelihatan. Tapi kalau Hulul Jawari bersatu, tapi dua-duanya tetap kelihatan. Kalau Sayyaroni itu contohnya punya tumbuhan terus kamu siram air. Air ini kan diserap oleh tumbuhan Airnya tidak kelihatan Yang kelihatan tumbuhannya Kalau yang jawari Kayak air yang ditaruh di dalam gelas Gelasnya kelihatan Airnya juga kelihatan Al-halat itu sejenis yang pertama Karena ketika Allah masuk Keawahannya tidak kelihatan Al-halatnya yang kelihatan Padahal al-halatnya sudah tidak ada Yang ada hanya Allah Itu makanya terus Dia bilang, Ana Al-Had. Kenapa ada kalimat Ana Al-Had? Persatuan yang melenyapkan dan persatuan yang sama-sama ada. Para sufi punya asumsi, dalam diri kita ada dua aspek. Yang pertama, aspek nas. Dan yang kedua aspek lahut Nasut itu kemanusiaan, lahut itu ke Tuhan Jangan salah Allah sudah bilang Atas gambaran cintanya Allah Allah meniupkan ruhnya dalam dirimu Nah maka kita ini manusia tapi punya dimensi ke Tuhan Sebaliknya Dalam diri Tuhan ada lahut ketuhanan tapi juga nasud Lah kok Allah ada kemanusiaannya? Nasudnya Allah itu yang lahut dalam dirinya manusia Jadi dimensi kemanusiaannya Allah itu sebenarnya dimensi ketuhanan yang ada dalam diri manusia Maka kalau ingin Allah masuk ke dalam dirimu Nasudmu yang manusia sisihkan biar tersisa lahutnya dan lahutmu itu nasibnya Allah ketika Allah memanusia dari situ Allah bisa masuk dalam dirimu ini juga yang harus kamu ulang besok di rekaman gak bisa sekali dengar langsung paham Ada Tuhan, ada manusia. Kalau kamu ingin Tuhan masuk, sisihkan masukmu sehingga yang terpisah lah bu. Maka Allah bisa masuk. Ya kayak, lagi-lagi contohnya pacaran. Sehingga memang memang pacaran. Misalnya, kamu naksir. Cewek, terus yang kamu naksir itu bilang, Aku enggak suka cowok yang merokok. Maka demi agar cewek itu bisa masuk dalam hidupmu, syaratnya apa? Buanglah rokokmu. Begitu kamu tidak rokok, dia bisa masuk. Selama kamu masih merokok, dia tidak akan masuk dalam hidupmu. Syarat-syaratnya tidak cukup. Allah juga begitu. Allah tidak akan datang dalam hidupmu kalau jiwamu dikuasai nasus. Kalau komputer itu namanya tidak kompatibel. Bukan berarti terus dirimu membuang kemanusiaan anda Sisihkan dulu, jangan dikuasai oleh yang masuk Tapi penguasanya harus yang lahu, yang Tuhan. Biarkan kehendakmu adalah kehendaknya Allah, ucapanmu adalah ucapan Allah, perbuatanmu adalah perbuatannya Allah. Itu berarti dirimu kompatibel sama lahu. Dari situ Allah akan datang padamu. Kalau sudah bisa kayak gini, jadi waling kalian. Itu asumsi-asumsinya. Prosesnya gimana? Untuk dini ya, latihan rohani, uslah, tafad, kurmoha, sabah, sholat, ma'am, pokoknya mendidik diri agar tidak jatuh cinta sama dunia. Nah ini rotu abad, kalau usia-usia kalian mungkin ya, masih ambil nafas besar. Semangat lu kan naik turun, kayak gini, wah semangat saya mau riadoh, ah riadoh Kamu sholat subuh on time itu sudah Alhamdulillah Ingat sholat subuhi kan luar biasa Ini syair-syairnya Yang terkenal dari al-halaf Yang ngomong tentang khuluh Siapa kamu? Tapi dia jawab Kulah anda falai salil aina mika aina tidak ada dimana engkau dimana engkau tidak dimana-mana walau sa'aina biha'i su'anta dan memang untukmu itu tidak ada dimana Allah itu tidak disini, tapi juga disini Allah itu tidak ada dimananya dia tidak bertempat Tidak ada ruang fisik yang menampung Allah, karena dia di luar kerangka ruang dan waktu. Rau'aibu raufi, di'aini fulfi. Jadi aku melihat Allah itu tidak dengan mata ini, tapi pakai mata batin. Mata batin itu tidak ada di mananya. Pacarmu ada di luar negeri, bisa hadir di sini. Sudah mati, sudah tidak ada fisiknya pun, dia bisa hadir tiap hari di sini. Itu tidak ada ainanya, sudah tidak ada di mananya. Dia sudah dimana-mana, kamu melihat kemana pun ada dia Meskipun harga katnya dia tidak ada dimana-mana Nanti diulang lagi ya rekaman Iya sebolak-balik gitu harus kamu ulang Ini kalau tidak diulang bahaya kamu Tiba-tiba cerama kayak gini, jawab aja semua Itu yang pertama, yang kedua Ana man ahwa wa man ahwa ana Aku adalah orang yang mencintai dan sekaligus yang dicintai dan orang yang disimbai juga aku Nahni ruhani Kami adalah dua roh halal nafad dan yang kami sama-sama menempati satu pada Fa'ilal absortani Ketika engkau melihatku, absortahu, engkau melihatnya. Fa'iba absortahu, absortana. Ketika engkau melihat, engkau melihat kamu. Kalau kamu melihat saya, saat itu juga sebenarnya kamu melihat Allah. Karena dalam diriku ada Allah. Di dalam diriku ada dua entitas, dua roh yang bertempat di satu badan, Nasud dan Lahu tadi. Faizah Absortani Absortahu Kalau engkau melihat aku, engkau pasti melihatnya Kalau kamu gak bisa melihat Allah kepadaku Kamu berarti salah paham terhadapku Ya ma'zajad ruhuka fi ruhi kamatam sajjul khomrobu bil ma'iz zalat Bercampurlah ruhmu dalam ruhku sebagaimana bercampurnya khomer dengan air benih Fa'idha ma'saqa shai'un ma'snani Ketika sesuatu menyenggolmu, menyentuhmu, maka ia juga menyentuhmu. Fa'idhan anta anafi kulihal. Berarti engkau adalah aku dalam setiap kondisi. Ini awal-awalnya. Sampai kemudian puncaknya ini. Ana. Al-haq. Harusnya setiap muslim nyampe ke level ini. Dengan pemaknaan tidak seperti pemahamanmu selama ini. Ini kan biasanya kamu pahami terus, aku adalah Tuhan. Sesederhana itu, padahal maksudnya bukan ke situ. Di tulisan-tulisannya Al-Halaj, di At-Tawajin, itu dia membedakan hak saja dengan Al-Hak. Maka bukan anak hak, tapi anak Al-Hak. Kalau Al-Hak, itu sama kayak lahut yang ada dalam diri manusia tadi. Kalau itu kebenaran, itu kebenaran kecil. Makanya di itu, di narasinya tak tulis pake uram kecil. Biar gak mungkin salah paham. Kalau alha, itu manifestasi dari kebenaran besar. Dalam kebenaran kecil yang konteks itu. Arahnya nanti, ya itu kebenaran juga sih. Ya itu Tuhan juga sih. Tapi dia Tuhan kecil dalam tanda betul. Manifestasinya Tuhan dalam dunia ini. Jadi dia bukan Tuhan yang terjadi. Al-Haqq itu nanti akan menuju pada Haqq. Sama lahut tiyahmu, aspek ketuhananmu, sebenarnya dia merlindukan lahut yang sejati, Tuhan yang sejati. Hanya saja sering terhalang oleh nasyut, oleh kemanusiaan. Buang kemanusiaanmu, maka lahutmu akan cepat ketemu dengan Tuhan besarnya. Ana al-haq, yu'inni la ilaha illallah itu. Satu-satunya yang layak Tuhan hanya Allah, bahkan aku pun tidak ada Utuhnya lah ilaha illallah kalau hanya satu ana yaitu Allah Bahkan ana yang ini, yang ego ini hanya menghalangi Kebenaran yang paling esensi, satu-satunya yang ada hanya Allah. Ana yang manapun itu hakikatnya enggak ada. Satu-satunya ana yang ada hanya ananya Allah. Wah ini jerumahian. Jadi kamu sebenarnya enggak ada. Kamu ada karena Allah mengizinkan kamu ada. Kamu dulu tidak ada, terus dibikin Allah ada, terus besok tidak akan ada lagi. Allah itu meletakkan dalam tanahnya Adam, itu ruknya, citranya. wa kholako agama ala suratihi nah ketika citra ini diambil Adam tidak ada lagi ketika ruhnya ini diambil Adam tidak ada lagi kemana kemarinya ruh? ke Allah lagi Allah yang wajib kita hanya mungkin kita hanya mungkin ada ada kita tergantung Allah Akhirnya apa? Kalau Allah hadir dalam dirimu, itu berarti yang mungkin ketemu yang wajib. Yang mungkin pasti lenyap, tidak mungkin ada. Kayak setetes air ketemu laut, saya gambarkan tadi. Kayak gambar cewek cakep dengan cewek cakep beneran. Tidak ada gunanya gambar ngapain. Nah, kalau hulunya Allah Allah, itu yang... Ketika setetes air menyatu di laut, jangan harap setetes air ini masih ada. Pastu dia sudah habis, tidak ada ceritanya lagi. Sehingga yang ada sekarang tinggal Allah. Maka anak al-haq, itu yang omong bukan lagi al-halaj, tapi dalam tanda petik Allah.