Transcript for:
Kejadian Tragis di Gunung Rinjani

Juliana Marins, pendaki asal Brazil yang meninggal di Gunung Rinjani. Proses evakuasi jenaz dari kedalaman curang 600 meter. Dilakukan selama 4 hari. Dan medan curang membuat petugas kesulitan mengevakuasi korban. Siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian Juliana Marins yang jatuh di jalur neraka Gunung Rinjani. Hey guys, it's Nessie and welcome back to Neror. Beberapa waktu terakhir ini, social media aku dibomberin sama kalian untuk membahas satu kasus yang ramai sekali di media sosial, nggak cuma di Indonesia, tapi juga mendapat sorotan dari dunia internasional, terutama negara Brazil. Mungkin kalian juga menyadari adanya postingan-postingan komentar di akun-akun high profile personels seperti Presiden Republik Indonesia yang diisi permintaan untuk mengusut kasus ini. Malam ini kita akan membahas tragedi yang menimpa seorang pendaki. bernama Juliana Marins, asal Brazil, yang jatuh di jalur neraka Gunung Rinjani. Kita bahas kronologinya, usaha penyelamatannya, respons publik. So, langsung aja without any further ado, let's get to it. Juliana Marins, pendaki asal Brazil, yang jatuh ke jurang Gunung Rinjani dan medan curang membuat petugas kesulitan memifak pasi korban menjadi beberapa kali lumsur lembat. Kalau kami sentuh, itu bisa menunjukkan lagi seratus orang yang terkebola. Juliana Marins adalah seorang perempuan yang terlahir di Detroit, Rio de Janeiro, Brazil. Saat ini usianya adalah 26 tahun, dan beliau ini berprofesi sebagai publicist dan juga penari pole dancing profesional. Nah, sejak Februari 2015, Kemarin dia lagi menjalani perjalanan Solo keliling Asia Tenggara, mengunjungi Filipina, Thailand, Vietnam, sebelum akhirnya tiba di Indonesia. Selagi mengunjungi Indonesia, seperti traveler pada umumnya, dia mencari aktivitas-aktivitas seru untuk dilakukan. Salah satunya adalah mendaki gunung. Dan sebagai additional information, diketahui bahwa Juliana itu matanya minus 5 guys. Akhirnya pada 21 Juni tahun 2025 kemarin, bertepatan saat dia berada di Lombok, dia memutuskan untuk mendaki Gunung Rinjani. Nah memang Gunung Rinjani merupakan salah satu tujuan wisata populer bagi para petualang. Tapi perlu diketahui juga bahwa Gunung Rinjani ini adalah titik tertinggi kedua di Indonesia. Dan pendakian ke puncaknya itu membutuhkan waktu sekitar 2 menit. 2-4 hari dan memerlukan kemugaran fisik, peralatan yang memadai, dan bimbingan profesional. Bahkan menurut para pendaki Gunung Ulung, pemerintah setempat sudah memperingatkan bahwa ini adalah medan yang berbahaya karena medannya tidak stabil dan cuacanya tidak selalu dapat diprediksi. Walaupun begitu, Juliana tetap pergi dengan seorang profesional, seorang pemandu yang dia percaya. Bersamanya pula akan mendaki 5 wisatawan asing lainnya. Jadi ada Juliana, sang pemandu, dan 5 orang lainnya. pada Sabtu Dini hari ini Pagi-pagi, Juliana sama rombongannya mulai mendaki melalui jalur sembalun. Bahkan sebelum matahari terbit, rombongan sudah tiba di titik cemara nunggal. Nah dilaporkan bahwa pada poin itu saja, Juliana sudah merasakan kelelahan. Bahkan dia merequest pada pemandunya untuk diberikan waktu istirahat. Karena pemandunya harus juga memikirkan orang-orang lain yang mau ke puncak, akhirnya bersama dengan 5 wisatawan lainnya, sang pemandu melanjutkan perjalanannya ke puncak, meninggalkan Juliana sendirian di titik istirahatnya. minta untuk menyusul ketika dia sudah cukup beristirahat. Sampailah para pendaki di puncak dan mereka sempat nungguin nih Juliana. Tapi ditungguin lama, Juliana gak datang juga. Akhirnya, sang pemandu bilang sama yang lain bahwa kita harus kembali ke lokasi di mana Juliana beristirahat. Mereka turun ke titik yang sama, tapi ternyata di titik itu Juliana pun tidak bisa ditemukan. Nah, dari titik tersebut katanya pemandu melihat ada cahaya senter di bawah jurang yang mengarah ke Danau Segara Anak. Dan ketika dia teliti, dia mendengar ada suara Juliana. meminta tolong. Akhirnya dia langsung menduga bahwa cahaya tersebut datang dari Juliana yang terjatuh. Sang pemandu pun langsung menghubungi otoritas untuk meminta bantuan. Nah laporan pertama itu diterima sekitar pukul 6.30 waktu Indonesia Tengah pada hari Sabtu tanggal 21 Juni itu. Setelah menerima laporan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani BTNGR, kantor Sarmataram itu langsung mengerahkan puluhan orang guys, puluhan personel ke lokasi kejadian. Operasi ini melibatkan TNI, Polri, Badan Penanggulangan bencana daerah. Lombok Timur, Unit SAR, IMHC, Tim Medis dalam operasi SAR, Damkar, Porter, Relawan, dan lainnya. Semua langsung bergerak untuk melakukan penyelamatan. Siang harinya, jam 12 waktu Indonesia Tengah, tim telah mencapai pos 4 dan mulai mendekati lokasi dugaan jatuhnya Juliana. Sore harinya, drone juga dioperasikan oleh turis Spanyol, mendapatkan rekaman bahwa Juliana pada saat itu masih hidup. Juliana terlihat terduduk dan bergerak di tanah berabu-kelabu, sekitar 300 meter di bawah jalur pendakian. Rekaman juga menunjukkan Juliana dalam kondisi terluka, tapi masih sadar. Rekaman ini memicu harapan. dari keluarga yang memviralkan kasusnya Juliana ini di media sosial. Mendapatkan tanggapan dan reaksi besar dari netizen Brazil. Dari situlah kasus ini tersebar luas ke media-media internasional. Nah tim penyelamat juga menggunakan informasi dari rekaman drone tersebut untuk mencari penyelamat. Untuk turun ke kedalaman 300 meter. Tapi mereka tidak berhasil menemukan Juliana. Kenapa? Karena kabutnya pada saat itu tebal banget. Tali yang mereka gunakan pendek. Dan medannya memang sangat berbahaya. Juliana juga pas dipanggil-panggil pada poin itu. Sudah tidak memberikan tanggapan. Akhirnya evakuasi belum bisa dilakukan. Menhut Raja Juli Anthony menegaskan komitmen pemerintah Indonesia. Untuk menyelamatkan Juliana. Dan mudah-mudahan nih dengan sekali lagi bekerja keras. Dan juga bekerja sama. Juliana bisa diselamatkan. berdasar nasional dan juga tinggi. timsar lokal menurunkan sekitar 50 orang guys untuk misi penyelamatan ini. Mengarahkan drone dan juga menggunakan 3 helikopter untuk meneruskan pencarian. Pak Gubernur sudah punya komitmen untuk menyiapkan 3 helikopter bahkan yang nanti akan dilihat di asesmana yang paling layak untuk bisa turun sesuai dengan alam. Basarnas dan Kapolda juga sudah menyiapkan 1 helikopter. Namun sekali lagi helikopter pun belum tentu bisa masuk ke dalam karena memang cuaca yang sangat buruk. Jadi insya Allah pemerintah Indonesia adalah pemerintah yang bertanggung jawab keselamatan adalah paling utama di dalam pendakian gunung yang ada di Taman Nasional di bawah Kementerian Kehutanan. Dubes Brazil di Jakarta juga berkomunikasi langsung dengan Direktur Basarnas dan juga BNPB. Disertai dua pegawai kedutaan yang langsung diterjutkan ke Lombok. Pada 22 Juni, tim juga melakukan proses pencarian dengan menggunakan drone tapi tidak bisa dilakukan secara maksimal katanya karena memang lagi berkabut banget. Pada tanggal 23 Juni, Jam 7.05 waktu Indonesia Tengah Juliana akhirnya berhasil ditemukan dengan menggunakan drone thermal Tapi dia ditemukan bukan di posisi sebelumnya guys Melainkan sudah di kedalaman 500 meter Berdasarkan hasil visual drone, Juliana ditemukan dalam kondisi yang sudah tidak bergerak Walaupun mereka cukup pasti bahwa itu adalah Juliana Evakuasi pada tanggal 23 itu masih belum bisa dilakukan karena cuaca yang masih buruk Juliana Maris pendaki asal Brazil Yang jatuh ke jurang gunung dari Janir dan Medan Curang membuat petugas kesulitan memevakuasi korban Nah insiden ini memang bener-bener menyita perhatian warganet di media sosial, terutama di Brazil. Jadi di Brazil, kisahnya Julianannya menjadi headlines. Jutaan orang mengikuti pencariannya melalui media sosial, unggahan keluarganya, dan juga siaran langsung di... di TV. Nah pihak keluarga Juliana juga memberikan update tentang keadaannya Juliana melalui Instagram at Resgate Juliana Maritz dimana menggunakan Instagram itu mereka terus mendesak untuk percepatan evakuasi kisahnya Juliana juga trending besar banget di Brazil sampai akun Instagram yang dibuat keluarganya itu mencapai 1,6 juta followers. Di postingan-postingan yang ada, mereka juga menekankan bahwa sudah lebih dari 50 jam Juliana sendirian, kedinginan, dan kelaparan. Dan kasus ini benar-benar besar di Brazil guys, sampai Menteri Luar Negeri mereka dan Ibu Negaranya, Janja Rosanjela Lula da Silva, juga menyampaikan keprihatinannya dan dukungan diplomatik atau politik mengenai kasusnya Juliana ini. Itulah yang akhirnya juga mendorong para netizen berada di luar negara. menyerbu akun Instagram para pejabat, termasuk Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, untuk segera bertindak menyelamatkan Juliana. Bahkan ada komentar-komentar yang mempertanyakan keamanan Indonesia untuk turis asing. Kayak, Juliana terlantar berhari-hari tanpa pertolongan. Apakah ini standar perawatan turis di Indonesia? Atau komentar kayak, Indonesia tidak bisa dipercaya untuk dikunjungi. Atau Indonesia tidak peduli pada turis. Ada juga yang mengeritik pihak Indonesia yang bisa menggunakan drone untuk merekam, Tapi tidak utuh untuk mengirimkan air atau makanan pada jarak yang cuma 300 meter. Ditambah lagi netizen Brazil juga geram, dan mengatakan Indonesia itu lambat melakukan penyelamatan. Karena kan sempat beredar tuh video drone milik pendaki lain, yang menunjukkan Juliana masih dalam keadaan baik-baik saja. Masih hidup beberapa saat setelah dia terjatuh. Dia di tengah-tengah game, game air. Pergi ke bawah, ke bawah. We are staying, rescue is coming! Ini akan menuju ke kaki. Ya, jadi kita harus mengukur. Media Brazil dan media internasional seperti AP, The Independent, CNN Brazil, Exame, Jovem Pan, Metropol juga menyoroti miskomunikasi SAR dan adanya kontradiksi dari laporan awal tim SAR saat pemerintah Brazil mengklaim bahwa Indonesia sempat menyebabkan menyampaikan info awal bahwa Juliana tuh sudah ditemukan hidup, diberi air dan makanan, dan juga pakaian hangat. Tapi keluarga membantah mengatakan bahwa itu adalah klaim palsu, dan videonya dimanipulasi menggunakan AI. Juliana Marius pendaki asal Brazil. Yang jatuh ke cura gunung dari Janir. Dan medan cura membuat petugas kesulitan meminfekuasi korban. Menjadi beberapa kali longsoran batu. Kalau kami sentuh, itu bisa menunjukkan lagi seratus orang yang terbawa. Pada 24 Juni di pagi hari, cuaca Gunung Rinjani membaik, tapi kemudian badai kembali datang. dan membuat proses penyelamatan lagi-lagi terhambat. Kementerian Kehutanan juga sempat menutup sebentar jalur pendakian Pelawangan 4 Sembalun menuju Puncak Rinjani hingga waktu yang belum ditentukan. Hari ini benar-benar dilakukan hanya untuk mendukung proses evakuasi Juliana. Hari itu tim evakuasi juga turun ke kedalaman 300 meter, tapi terpaksa berhenti karena cuaca yang terlalu ekstrim. Kemarin tim kami sudah mencoba turun, itu kurang lebih sekitar 450 meter, itu terjadi beberapa kali longsoran batu. Jadi belum berani mengambil tindakan untuk menurunkan atau menjaga korban. Untuk helinya sendiri itu kami juga belum bisa memastikan karena di sana ada faktor pertimbangan. Pertama adalah cuaca, yang kedua adalah medan berbukit-bukit. Nanti tergantung dari kru heli dan timnya sendiri akan mengambil tindakan. Sampai di sore hari, tujuh penyelamat akhirnya berhasil turun mencapai titik jatuhnya Juliana. Tapi mereka tetap harus melakukan flying camp di sekitar lokasi karena hari yang mulai gelap. Sementara itu uji coba bantuan udara menggunakan helikopter juga belum berhasil maksimal karena kabut tebal di sekitar lokasi. Pada pukul 18.00 waktu Indonesia tengah atau sekitar jam 6 sore salah seorang personil akhirnya berhasil mencapai titik Juliana di jurang kedalaman 600 meter dan menemukan Juliana. Tapi sayangnya tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan pada tubuh Juliana. Karena posisi sudah gelap kalau kami sentuh itu bisa menguncur hilang lagi. 180 meter ke bawah ketika banyak gerakan tali digoyang, runtuh kita di kepala semua juga batuk, jadi kita berinisiatif pagi saja Akhirnya keesokan harinya pada Rabu 25 Juni 2025, jenazah Juliana diangkat terlebih dahulu ke atas dan dievakuasi dengan ditandu menyusuri rute pendakian menuju Posko Sembalun. Dan di Posko Sembalun, jenazahnya dievakuasi menggunakan helikopter menuju rumah sakit bayangkan. karapolda NTB untuk penanganan lebih lanjut. Karena memang kondisi cuaca yang tidak memungkinkan sehingga evakuasi korban terpaksa harus kita laksanakan dengan ditandu, memerlukan waktu yang cukup lama. Pada pukul 15.15 Kira-kira korban sudah menyampai di pos Pelawangan Sembalun. Dan perjalanan dari pos Pelawangan Sembalun ini menuju pos yang ada di kita. Ini memakan waktu kira-kira 6 jam. Juliana Marius, pendaki asal Brazil. Yang jatuh ke jurang gunung dari Janin dan Medan Curam membuat petugas kesulitan memifak pasif korban. Menjadi beberapa kali lompat. Kalau kami sentuh, itu bisa menunjukkan lagi 100 orang yang terkebawang. Saat aku merekam video ini, jasadnya Juliana masih diproses. Teori dari penyebab kehilangan nyawanya adalah luka dari jatuh, disorientasi di malam hari, suhu dingin, serta tidak adanya makanan atau air selama 4 hari. Jumat 27 Juni lalu, Dr. Foren... Forensik RSUP, Profesor IGNG, Ngurah, dan Pasar, Ida Bagus Putu Atit mengungkapkan hasil otopsi terhadap tubuh Juliana. Ditemukan bahwa Juliana mengalami luka parah akibat benturan keras di beberapa bagian tubuhnya. Benturan itu menyebabkan kerusakan tubuhnya. pada organ-organ dalam sehingga Juliana mengalami pendarahan. Karena itu, Juliana diketahui hanya mampu bertahan 20 menit sejak mendapatkan luka-luka tersebut. Jenasa Juliana Marin sudah dibawa dari rumah sakit ataupun dari ruang jenasa di pengularan jenasa di rumah sakit Bali Mandara. Dan rencananya memang tidak siang ini akan diberangkankan ke rumah duka di Brazil. Namun nanti malam ataupun pada selasa dini hari pada pukul 00.35 rencana yang akan diterbangkan terbangkan dengan maskapai Emirat dan diperkirakan akan tiba di rumah juga di Pras di Brazil sekitar pukul 15.50 pada hari Selasa namun tidak baru bisa diberangkatkan hari ini karena pertimbangan bermasalahan tidak adanya jadwal penerbangan ke negara asalnya ini menyebabkan kenapa sampai 4 hari jenazah berada di rumah sakit Bandara yang ada di Sanur Den pasar hingga baru nanti malam pada selasa dini hari, tengah malam nanti baru bisa diberangkatkan ke Brazil. Keluarga Juliana menyampaikan ucapan terima kasih atas doa dan dukungan dengan pesan harun dan bela sungkawah dari berbagai kalangan di Brazil. Media Internasional Brazil juga mengingatkan pentingnya untuk memitigasi resiko, kondisi alam ekstrim, pentingnya transportasi darurat seperti helikopter, dan perlunya perusahaan tracking menerapkan protokol keselamatan yang lebih ketat. Setelah informasi evakuasi Juliana tersebar luas, para pengguna internet Brazil menyalahkan otoritas Indonesia yang dinilai lamban dalam melakukan penyelamatan sehingga Juliana seharusnya masih bisa dievakuasi saat dia masih hidup. dalam keadaan selamat, malah berakhir kehilangan nyawanya. Tapi di sisi lain, masyarakat Indonesia menilai bahwa tim penyelamat sudah berusaha melakukan yang terbaik. Karena memang medan pendakian Gunung Rinjani adalah medan yang sangat berbahaya. Terlebih lagi, jalun sembalun sendiri kerap disebut jalur neraka. Memang aku lihat juga ada perdebatan panas dari publik Brazil yang bilang bahwa Juliana sudah menggunakan seorang pemandu yang musuhnya profesional dan mengetahui resiko dan bahaya untuk orang-orang yang dia pandu. Tapi di sisi lain juga ada argumen bahwa semua orang itu harus mengetahui juga limit atau batasan dari apa yang mereka bisa atau mampu lakukan dan tidak. Ditambah riset akan bahaya dari medan yang akan mereka tempuh. Teman-teman udah periksa sekitar 3 orang. Ada porter, porternya tiga orang tapi baru satu diperiksa, sama guide, sama penyelenggara di menu rencana. Perkembangannya nanti akan disampaikan ke rencana. Sekarang aku mau dengar dari kalian, Eroris. Selain bahwa kita doakan agar Juliana beristirahat dengan tenang, siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian seperti ini? Apa takeaway dari kasus ini dan apa yang kita bisa pelajari bersama? Apakah usaha yang sudah diberikan sama pemerintah atau pihak Indonesia bisa dibilang cukup maksimal? Terbaik. baik dari yang bisa dilakukan. Mengingat bahwa semua medan di semua negara tidak bisa disamaratakan, memang ada kondisi-kondisi ekstrim dari cuaca yang tidak bisa dikontrol, bahkan dengan teknologi yang ada. Setelah bertanya-tanya ke sekeliling, teman-teman yang memang suka mendaki gunung, kebanyakan, hampir semua, setuju bahwa Rinjani bukanlah untuk pemula. Apakah benar cuba-neroris yang suka naik gunung? Boleh banget diceritain di bawah, memang se-ekstrim apa. Dan di akhir, I think I would like to say on behalf of everyone, Kami memberikan penguasaan terima kasih kepada keluarga Juliana. Kami berharap keluarga yang dibelakang akan diberikan kemampuan, perseveran, dan keamanan di hati mereka ketika waktu benar. Karena kami yakin bahwa TNI-A telah mencoba yang terbaik dan belajar dari kejadian ini untuk membuat protokol yang lebih baik. Kami juga berharap ini adalah pelajaran pelajaran untuk semua orang untuk melakukan keberanian mereka dalam belajar tentang keberanian sebelum mengonboard kejadian ekstrem. Thank you semua Neuronist yang sudah nge-tag-in aku dan merequest kita untuk bahas hal ini Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua Semuanya stay safe Dan jangan lupa subscribe karena aku gak sabar untuk ketemu dalam kondisi sudah tidak bekerja setelah berita evakuasinya Juliana disebar lewes sumpah aku lagi ditendang huuh