Transcript for:
Kasus Munir: Perjuangan untuk Keadilan

Jadi begini, Anda akan tahu Anda sangat berani melawan penguasa karena harganya hanya sebatas penjara. Tapi Anda tidak akan pernah tahu jika Anda terlalu berani melawan penguasa karena nyawa yang menjadi tebusannya. Orang-orang ini contohnya. Entah apa yang kami kerjakan ketika berusia 24 tahun, tapi di umur itu Marsina sudah menjadi simbol perjuangan. dan dia harus meninggal karena itu. Wiji Tukul diculik hilang entah ke mana sejak puluhan tahun lalu setelah lantang melawan Orde Baru. Salim Kancil, Petrus dan ratusan pejuang-pejuang lain juga tidak berbeda. Dilenyapkan secara brutal oleh para penguasa. Tapi cara ala preman seperti ini tidak selalu bekerja, apalagi untuk orang-orang populer seperti Munir. Situasi dan kondisi saat itu menuntut pelaku untuk melenyapkannya dengan cara yang lebih licin. Yang saking licinnya membuat dalang di baliknya tidak tertangkap hingga saat [Musik] ini. Lupakan sebentar pengetahuan Anda tentang kasus ini. Anda tidak akan mengerti kerumitannya jika tidak melihatnya dari kacamata penyidik. Ini yang mereka lihat. Pesawat Garuda GA974 ini terbang dari Jakarta menuju Belanda setelah sebelumnya transit di Singapura. Munir adalah salah satu dari 350 penumpang di dalam pesawat ini. Tujuannya ke Belanda melanjutkan S2. Tidak mungkin istrinya mengizinkan Munir ke sana jika kesehatannya tidak baik-baik saja. Lantas bagaimana ceritanya seseorang yang sehat bisa meninggal di dalam pesawat hanya karena muntaber beberapa kali. Keganjilan ini terus terasa setidaknya sampai pihak keluarga mendapat informasi dari media Belanda. Kematiannya di atas langit Rumania atau 3 jam sebelum mendarat membuat pemerintah Belanda berhak melakukan otopsi meski tanpa persetujuan keluarga. Temuan arsenik di dalam urin, darah dan lambung munir membuat Mabes Polri mengirim tim penyelidik ke sana. Tidak langsung memang, tapi beberapa hari kemudian mereka berhasil mendapatkan laporan resmi autopsinya. Dan hal ini membuat pemeriksaan terhadap delapan kru garuda yang ikut terbang bersama Munir ke sana terasa masuk akal. Jika Munir meninggal karena diracun, siapa lagi yang layak dicurigai selain mereka-mereka yang memiliki akses tak terbatas dalam pesawat? Polisi memang tidak menemukan apa-apa dari delan kru ini tentang diracunnya Munir. Tapi kebuntuan ini membuat ratusan aktivis berdemo di depan istana yang mengarah pada pengesahan segara tim pencari fakta. TPF ini terdiri dari kalangan pemerintah dan masyarakat sipil. Jika tidak didesak mereka, polisi mungkin akan terus ikut permainan pihak Garuda yang selalu menunda proses rekonstruksi. Inilah yang membuat Garuda dinilai tidak koperatif. Kenapa harus bertingkah seperti ini? Jika mereka memang tidak tahu apa-apa dan pasti penyelidikan justru akan semakin terpusat pada mereka setelah itu. Lantas tidak heran jika kemudian TPF menemukan surat aneh ini. Apanya yang aneh? tanya Anda. Perhatikan ini. Surat ini dikeluarkan 11 Agustus 2004 hampir bersamaan dengan dimulainya pemberitaan media massa terkait keberangkatan Munir. Oke, kebetulan mungkin. Tapi bagaimana dengan ini? Surat ini seharusnya dikeluarkan oleh orang ini, tapi di kasus ini suratnya malah dikeluarkan langsung oleh Dirut Garuda. Bentuk penugasan yang diberikan juga sangat umum. Dan bagian yang paling mencurigakan, perhatikan surat penugasan ini berlaku tanpa batasan waktu. Surat ini seakan dibuat untuk mengakali ketidakpastian jadwal keberangkatan Munir yang sudah berubah enam kali saat itu. Anda sudah tahu siapa yang ditugaskan dalam surat ini. Orang ini sebenarnya dijadwalkan terbang ke Cina sebagai pilot pada tanggal 6. Tapi di hari itu dia justru mendatangi orang ini untuk dikeluarkan surat pada hari yang sama supaya bisa ikut penerbangannya Munir yang terbang di hari itu juga hanya untuk menjadi ekstra kru. Pesawat Munir berangkat jam 10. malam. Tahu di mana posisi dia pagi harinya? Di Singapura. Untuk apa bersusah payah meminta surat ini? Membatalkan penerbangan ke Cina yang by the way sangat penting untuk memperbanyak jam terbangnya jika tujuannya hanya untuk terbang ke tempat yang sama di hari yang sama. 13 jam lebih Polyarpus diperiksa dengan light detector karena kejanggalan ini. Akhirnya 6 bulan setelah kematian Munir, seseorang bisa ditetapkan sebagai tersangka. Polikarpus resmi ditahan di Rutan Mabes Polri. Rutan Mabes Polri itu bukan penjara, bukan Lapas. Dia baru bisa dipenjara setelah divonis melalui sidang. Tapi untuk memperkuat dakwaan dengan bukti yang lebih kuat, proses rekonstruksi harus dilakukan terlebih dulu. Dari proses ini kemudian diketahui, Polyarpus ternyata memberikan tiket kelas bisnisnya ke Munir yang semula hanya memegang tiket kelas ekonomi. Perpindahan kursi seperti ini tidak dibenarkan karena bisa menghambat identifikasi korban jika terjadi kecelakaan. Tapi Munir mungkin tidak sadar dengan aturan ini. Terlebih lagi yang memberinya tiket adalah seorang pilot. Oh, dan Munir tidak akan curiga, Pak. Kenapa? Karena si Poli ini sudah mendekatinya sejak 4 bulan lalu ketika mencoba menitipkan surat kepada Munir yang hendak menuju Swiss ketika itu. Hal ini juga yang membuat teleponnya Poly 2 hari sebelum keberangkatan terasa tidak mencurigakan. Kapan Mas Munir berangkat? Karena kita mau bareng, makanya saya perlu nanya kapan berangkat. Senin gitu omongannya. Meninggalnya Munir karena diracun. juga relevan dengan perpindahan ini. Jika pada kelas ekonomi bersifat massal dan disajikan langsung di depan penumpang, makanan dan minuman pada kelas bisnis justru bersifat lebih individual dan dipersiapkan di pantry sebelum dihidangkan. Dan boh Polly bolak-balik ke sana dua kali. Berdasarkan keterangan ahli, gejala awal keracunan akan mulai terlihat paling lama 1 jam seteng setelah racun masuk. Pesawat Munir berangkat jam 10. malam. Munir minum wel c drink kurang lebih 15 menit setelah take off dari Jakarta dan makan M goreng kurang lebih 1 jam kemudian. Gejala awal keracunan muncul jam .00 malam ketika hendak melanjutkan penerbangan dari Singapura ke Belanda. Meskipun tidak persis 1 jam seteng, analisa dan fakta-fakta inilah yang kemudian dibawa ke persidangan pertama. Dua dakwaan ini membuat tuntutan hukuman mati dari jaksa terasa wajar. Tapi setelah 26 kali sidang, hakim kemudian hanya memvonis Polyarpus 14 tahun penjara. Terdengar tidak setimpal pasti, tapi itu bukan bagian terburuknya. Beberapa bulan kemudian, vonis yang ringan ini pun juga dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Ya, bukan salah mereka juga, dari awalnya dakwaan jaksa memang kurang meyakinkan. Putusan majelis hakim juga terlalu dipaksakan. Ini contohnya mustahil ditaburkan ke dalam welcome ring karena ketika itu masih banyak penumpang yang lalu lalang. Arsenik justru ditaburkan ke dalam mie goreng oleh polikarpus yang waktu itu terlihat mundar-mandir ke bar pantry toilet ketika penumpang lain telah duduk dan lampu pesawat dipadamkan. Ini yang diyakini oleh majelis hakim. Dan keduanya bersifat spekulatif. Tidak ada bukti bahwa mie adalah medium racun. Jikapun ada, tidak ada bukti dan saksi yang mengkonfirmasi bahwa Polikarpus penaburnya. And just like that, Poli kemudian hanya divonis bersalah atas penggunaan surat palsu dan dihukum 2 tahun penjara. Okelah, tapi yang masih tidak dimengerti, ngapain malsuin surat kalau hanya untuk terbang ke tempat yang sama di hari yang sama? Entah Polri dan Kejaksaan menanyakan hal yang sama atau tidak, tapi yang pasti mereka masih yakin Polikarpus pelakunya dan meminta sidang peninjauan kembali atas kasus ini. Tapi untuk melakukannya, mereka butuh bukti baru. Tim penyidik Polri yang dipimpin Matius Salempang menyingkirkan semua kesimpulan-kesimpulan sebelumnya. Satu-satunya yang dipakai hanyalah hasil autopsi dari Belanda. Tapi laporan dari Belanda ini tidak lengkap. Mereka tidak menyebutkan jenis arsenik yang ada di dalam tubuh Munir. Padahal jika diketahui hal ini bisa membantu memperjelas kapan masuknya arsenik itu. Untuk itulah penyidik Polri menggandeng Imade Agus Gelgel. Oh, dan ahli racun ini benar-benar memasak. Dia yang menyarankan penyidik untuk mengirim tujuh sampel yang digali dari makam Munir untuk dikirim ke laboratorium yang mampu menguji logam arsenik. Karena bermuatan politik, hanya satu lab yang mau melakukannya. Itu pun tidak dikatakan lebih dulu perkara apa yang sedang diselidiki. Hasilnya ditemukan 17% arsen 5 dan 83% Arsen 3. Setelah beberapa simulasi, Gelgel dibantu Munim Idris dan Amar Sing keluar dengan satu kesimpulan. Racun masuk ke tubuh Munir 8 sampai 9 jam sebelum dia meninggal. Itu artinya jam 12. atau jam . malam. Dan di antara jam itu, satu-satunya yang dikonsumsi Munir hanyalah minuman. Minuman yang diberikan Polikarpus. Dan ya, Munir mungkin merasa tidak enak jika menolak minuman dari orang yang sudah memberikannya kursi gratis kelas bisnis. Skak pertama inilah yang dibawa kembali ke pengadilan dan di sana sudah berbaris saksi-saksi yang bersiap melakukan skakmat kepada Poli. Saksi Asrini Utami Putri melihat Munir duduk bersama Polikarpus dan Ongen. Saksi Ongen melihat Polikarpus membawa dua gelas minuman. Keberadaan Ongen dan Asrini di bandara itu dikonfirmasi oleh saksi Josep Sri Rimase dan entah datangnya dari mana, si Ucok tiba-tiba juga muncul. Keberadaannya di sana bukan untuk memperjelas bagaimana Pol meracun munir, tapi untuk bersaksi bahwa Bin tempatnya bekerja juga terlibat dalam kasus ini. Selain mengenal Poly sebagai agen BIN, Ucok dulu juga sempat ditugaskan untuk melenyapkan Munir. Lah, kenapa tiba-tiba jadi bin? Ya sebenarnya tidak tiba-tiba juga. HP yang digunakan Poly untuk menelepon Rumah Munir ini disita ketika Poly pertama kali ditahan. Selain ke rumah Munir, di dalam daftar panggilannya terdapat juga nomor-nomor lain. Salah satu nomor yang paling sering dihubungi sebelum dan sesudah Munir meninggal adalah nomor ini. Dan sosok yang berada di baliknya adalah Mukti, salah satu pejabat PIN ketika itu. Keberadaan Ucok di sini memperjelas hubungan mereka dan semakin jelas ketika salah satu pejabat BIN lain juga ikut bersaksi. Selain pernah melihat Pol di ruangan Muhdi, Budi juga pernah diminta Pol untuk mengoreksi surat tugas yang menurut Pol dibuat di ruangan Mukhdi. Cuma mereka yang tahu isi suratnya karena hard copy maupun soft copy-nya kemudian hilang. Tapi berkat penyidik, soft copy yang hilang akhirnya bisa dipulihkan kembali dari sebuah komputer. Dan itu dari komputer milik Muhdi. Isinya ya isinya cukup menjawab kenapa dari awal Dirut Garuda bersedia mengeluarkan surat aneh untuk bawahannya dan tidak jujur untuk itu. Surat rekomendasi tugas BIN inilah yang ternyata menjadi rujukan dikeluarkannya surat aneh yang ditandatanganinya. Tapi terlepas dari ini semua, Mukhdi tetap mengaku tidak mengenal Polikarpus dan tidak mengetahui keberadaan surat ini. Pernyataan ini juga dibackup oleh orang nomor du BIN yang seharusnya menandatangani surat rekomendasi itu. Selain tidak pernah menandatangani suratnya, Asad juga mengatakan bahwa Poly bukan agen BIN. Memang keterangannya bisa saja benar, tapi dalam wawancaranya dengan tempo ini, Asad juga mengatakan bahwa BIN memiliki dua jenis agen. Agen resmi atau organik dan agen nonorganik yang tidak akan diakui jika terjadi apa-apa. As'ad juga menyinggung tentang nomor telepon Mukhdi yang tiga di antaranya ternyata dipegang oleh ajudan. Hal ini selaras dengan pernyataan Mukhdi yang di persidangan mengatakan bahwa nomornya bisa saja dipakai orang lain. Hal ini juga diperkuat oleh cap paspornya. Mukhdi sudah berada di Malaysia sehari sebelum Munir meninggal. Sementara menurut Cold Detail Record, telepon yang digunakan untuk melapor Munir telah dilenyapkan berada di Jakarta dan Surabaya. Siapa yang berada di Jakarta dan Surabaya ini? Kami tidak tahu. Kenapa Mukhdi tidak mengetahui siapa yang memakai nomornya berkali-kali? Kami juga tidak tahu. Yang kami tahu, Mokdi akhirnya divonis tidak bersalah. Hal inilah yang kemudian membuat kasus ini terkenal sebagai kejahatan sempurna. Kami akan setuju dengan itu jika kejahatan ini didalangi masyarakat biasa. Tapi kalau ini pekerjaannya orang berkuasa, pekerjaan ini justru hanya menunjukkan betapa pengecutnya dia. Benar kan, Pak?