Transcript for:
Sejarah dan Nama Banyumas

Di kesempatan ini saya ingin menceritakan kisah sejarah dari Kabupaten Banyumas dan juga asal-usul nama Banyumas. Bagaimana kisah sejarahnya? Silahkan disimak berikut ini.

Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten dengan ibu kota Purwokerto ini berbatasan dengan Kabupaten Berbes di utara. Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen di timur, serta Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan barat. Masyarakat Banyumas terkenal akan dialeknya yang khas, yakni bahasa Jawa Banyumasan. Dialek Banyumasan atau yang kerap dijuluki bahasa Ngapak ini, cukup berbeda dengan bahasa Jawa standar dialek Mataraman.

Disebut ngapak karena ciri khas dialek ini yang menyebut bunyika pada akhir kata dibaca penuh apa adanya. Kabupaten Banyumas memiliki semboyan satria yang berarti sejarah terak, adil, tertib, rapih, indah, dan aman. Mengenai asal-usul nama Banyumas sendiri, ada beberapa versi yang berkembang mengenai asal-usul penyebutan nama Banyumas.

Versi pertama menyebutkan bahwa sebutan nama Banyumas berasal dari kata Banyu yang artinya air dan Mas yang artinya emas. Konon dahulu kala, daerah yang kelak bernama Banyumas ini disebut dengan nama Selarong. Saat itu, wilayah Selarong sedang dilanda musim kemarau yang panjang.

Sumur-sumur warga dan sungai ikut mengering. Saking susahnya mendapatkan air, para warga juga membuat sebuah belik, yaitu galian tanah di tepi sungai dengan berharap ada air yang tersisa di sana. Suatu ketika, seorang tamu asing dengan berkuda singgah di daerah Selarong.

Tamu asing ini mempunyai perilaku yang aneh, sehingga meresahkan masyarakat setempat. Oleh karenanya, Penguasa Praja akhirnya menangkap tamu asing tersebut dan memasukkannya ke dalam ruang tahanan atau penjara. Saat tamu asing ini dimasukkan dalam tahanan, awan hitam tampak menyelimuti langit Selarong. Tidak berserang lama, hujan turun dengan lebatnya. Warga Selarong yang telah lama menantikan turunnya hujan, bersuka cita bagaikan mendapat hujan emas.

Mereka kemudian berteriak bersahut-sahutan sambil berkata, Banyu, Banyu, Banyu. Sedang yang lainnya berkata, Emas, Emas, Emas. Perkataan yang diucapkan serempak itu, lama-kelamaan terdengar menjadi Banyu Emas, yang kemudian menjadi Banyu Mas. Sejak saat itulah, masyarakat selarong menyebut daerah itu dengan nama Banyu Mas.

Adapun tamu asing yang menjadi tahanan pun kemudian dibebaskan oleh penguasa setempat. Konon, tamu tersebut berjalan ke arah barat menuju Bukit Dauhan. Di sana, ia belajar kepada Mbah Galagamba yang terkenal sakti sampai akhir hayatnya.

Kini, makam keduanya dipercaya berada di Pasarean Komplek Dauhan Banyumas. Ada pun versi kedua atas penamaan Banyumas mengatakan bahwa sebutan Banyumas berasal dari peristiwa saat warga sedang membangun sebuah pusat pemerintahan. Saat itu, warga mendapati kayu besar yang hanyut di sungai Serayu.

Kayu dari jenis pohon kayu emas itu diketahui berasal dari desa Karangjambu, kecamatan Kejobong, Kawadanan Bukateja, Kabupaten Purbalingga. Para warga heran dan merasa aneh karena kayu emas itu berhenti tepat di lokasi pembangunan. Adi Pati Merapat yang merupakan pendiri Banyumas yang melihat kejadian itu tersentuh hatinya.

Ia pun memerintahkan warga untuk mengambil kayu emas tersebut. Kayu emas tersebut kemudian dijadikan sakaguru Balai Sipanji. Karena kayu itu bernama kayu emas yang hanyut terbawa air atau dalam bahasa Jawa disebut banyu, maka pusat pemerintahan yang sedang dibangun itu kemudian diberi nama banyu emas. Sedangkan ada versi yang ketiga. Yang menyebutkan bahwa sebutan nama Banyumas sebagaimana disebutkan dalam sejarah Banyumas berasal dari peristiwa berhentinya Adipati Merapat saat dalam perjalanan pulang dari Wirasaba.

Saat itu ia melewati Kali atau Sungai Ruhmi atau yang disebut juga Kalimas. Ketika sampai di pertemuan Kalimas dengan sungai yang lain, ia menyuruh para nayakar praja dan para prajuditnya untuk berhenti. Di tempat tersebut Adipati merapat membuat pesanggerahan yang kemudian diberi nama Banyumas.

Itulah tiga versi berdasarkan cerita rakyat yang menjelaskan mengenai asal-usul nama Banyumas. Ada pun sejarah dari Kabupaten Banyumas sendiri. Menurut catatan sejarah, Kabupaten Banyumas telah berdiri selama ratusan tahun. Banyumas sebagai suatu wilayah pemerintahan diakini terbentuk pada abad ke-16 yaitu pada masa kekuasaan Sultan Hadi Wijaya dari Kesultanan Pajang. Sejarah berdirinya Kabupaten Banyumas erat kaitannya dengan tokoh yang bernama Raden Joko Kaiman, penguasa atau bupati pertama Banyumas yang dikenal dengan julukan Adipati Merapat.

Menurut silsilahnya, Raden Joko Kaiman atau Adipati Merapat adalah putra dari Raden Banyak Sosro dengan ibu dari Pasir Luhur. Raden Banyak Sosro adalah putra Raden Baribin, seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan beliau menghindar ke Pajajaran dan akhirnya dijodohkan dengan putri Raja Pajajaran, Diyah Ayu Ratu Pamekas. Sedangkan, Ibu dari Raden Joko Kaiman Nyi Bayak Sosro adalah putri dari Adipati Banyakgalah atau Mangkubumi II dari Pasir Luhur. Semenjak kecil, Raden Joko Kaiman diasuh oleh Kiai Sambarta yang bergelar Kimrangi dengan Nyai Ngaisah.

Putri Raden Baribin Yangbungsu. Saat dewasa, Raden Joko Kaiman menikah dengan Putri Adipati Wargo Tutumo I. Menurut babat Banyumas, wilayah Banyumas sebelumnya termasuk bagian dari wilayah Wirasaba sekarang terletak di Purbalingga. Menurut cerita, telah terjadi kesalahpahaman yang menimpa penguasa Wirasaba saat itu, Adipati Wargu Hutumo I atau Adipati Wirasaba VI, yang membuatnya terbunuh oleh utusan Sultan Hadi Wijaya dari Pajang. pada tahun 1578 Masehi. Peristiwa tersebut terjadi saat Adipati Wirasaba VI dalam perjalanan pulang dari Pisauanan ke Pajang.

Beliau terbunuh saat berada di Desa Bener, Kecamatan Lawano, Kabupaten Purworejo. Untuk menebus kesalahpahaman tersebut, Sultan Hadi Wijaya bermaksud memanggil Putra Adipati Wirasaba untuk menghadap ke Pajang. Karena tidak ada yang berani, maka Joko Kaiman lah yang merupakan putra menantu Adipati Wirasaba VI berangkat menghadap Sultan Pajang. Tidak dinyana, Joko Kaiman justru kemudian dikukuhkan oleh Sultan Pajang sebagai penguasa Wirasaba yang baru menggantikan sang mertua Adipati Wirasaba VI, yang mati terbunuh.

Raden Joko Kaiman pun diwisuda atau diangkat menjadi Adipati Wirasaba ke-7 dengan gelar Adipati Wargu Hutumo ke-2. Meski telah diberi kekuasaan yang melimpah, Raden Joko Kaiman adalah seorang satria yang berjiwa besar. Raden Joko Kaiman dengan izin Sultan Pajang membagi bumi Kadipaten Wirasaba menjadi 4 bagian.

Satu bagian untuknya, sedangkan tiga lainnya diberikan kepada ipar-iparnya dengan rincian. Wilayah Banjar Pertambakan, sekarang Banjar Negara, diberikan kepada Kiai Ngabehi Wirayuda. Yang kedua, Wilayah Merden, diberikan kepada Kiai Ngabehi Wirayuda.

Ngabehi Wirakusuma Yang ketiga, wilayah Wirasaba sekarang Purbalingga diberikan kepada Kiai Ngabehi warga Wijaya Sedangkan, yang keempat wilayah Kejawar, sekarang Banyumas dikuasai Raden Joko Kaiman sendiri. Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat bagian termasuk untuk para iparnya maka Raden Joko Kaiman dijuluki dengan sebutan Adipati Merapat yang artinya telah membagi daerah menjadi empat di wilayah kekuasaannya di Kejawar Raden Joko Kaiman atau Adipati Merapat atau Wargo Hutu Modua membabat wilayah hutan dan membangun pusat pemerintahan baru yang kelak diberi nama Kabupaten Banyumas peristiwa Raden Joko Kaiman saat diangkat menjadi Adipati Wirasabat 7 diperkirakan terjadi pada hari raya gerebek besar atau mulut yaitu pada tanggal 12 Robiul awal 990 Hijriah atau bertepatan dengan hari Jumat Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi maka berdasarkan pada peristiwa ini Pemerintah Kabupaten Banyumas menetapkan hari jadi Kabupaten Banyumas pada tanggal 6 April 1582 Masehi. Hari jadi tersebut juga dikukuhkan dengan Peraturan Daerah No. 2 tahun 1990. Penentuan ini berjalan selama 2,5 dekade, sampai akhirnya pada sekitar tahun 2015 dilakukan pengkajian ulang berdasar bukti lebih otentik.

yang bersumber dari peninggalan museum Kalibening. Sumber yang tersimpan pada juru kunci makam Kalibening menyebutkan bahwa Joko Kaiman berangkat ke Pajang pada tahun 1571 Masehi di bulan Ramadan. Hal ini tertulis dalam catatan lembaran kayu yang panjangnya hampir 2 meter di koleksi museum Kalibening. Dalam merinciannya, naskah Kalibening mencatat, Suatu peristiwa penting berkaitan dengan penyerahan upati kepada Sultan Pajang pada hari Rabu sore tanggal 27 Ramadan Peristiwa penyerahan upati ini diinterprestasikan dilakukan oleh Raden Joko Kaiman saat menghadap Sultan Pajang Peristiwa ini juga sekaligus berkaitan dengan Sang Mertua Yang berarti bahwa Raden Joko Kaiman diangkat sebagai Bupati Wirasabak ke-7 menggantikan mertuanya tersebut.

Sedangkan angka tahun yang dipakai adalah berdasarkan kesaksian teks yang dikandung oleh Naskah Keranji Kedunguluh dan catatan tradisi pada makam Adipati Merapat di Astana Redi Bendungan atau Dawuhan. Catatan tersebut menyatakan bahwa tahun 1571 Masehi adalah awal kekuasaan Adipati Merapat atau Raden Joko Kaiman. Sedangkan tahun 1571 sampai tahun 1582 adalah lamanya periode kekuasaan Adipati Merapat.

Di samping itu, angka tahun 1571 juga sebetulnya pernah terpampang pada papan makam dan batu grip makam Adipati Merapat yang masih ditemui pada tanggal 1 Januari 1984. Namun setelah itu makam tersebut direnovasi oleh Bupati Rojito sehingga menghilangkan data tersebut. Jadi berdasarkan data ini diketahui bahwa tahun 1582 bukan merupakan tahun awal tetapi merupakan tahun akhir kekuasaan Adipati Merapat. Berdasarkan sumber-sumber tersebut maka tanggal 27 Ramadan tahun Masehi 1571 lebih tepat.

kiranya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Banyumas. Hasil perhitungan bulan Ramadan pada tahun 1571 Masehi jatuh pada tahun 978 Hijriah. Maka tanggal 27 Ramadan 978 Hijriah jika dikompersikan dengan tahun Masehi jatuh pada hari Kamis Wageh tanggal 22 Februari 1571 Masehi. Jadi, berdasarkan bukti baru tersebut, maka peringatan hari jadi Kabupaten Banyumas yang sebelumnya bertanggal 6 April 1582 dirubah menjadi 22 Februari 1571. Ketentuan perubahan ini juga diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas No. 10 Tahun 2015 tentang hari jadi Kabupaten Banyumas yang mencabut peraturan sebelumnya yakni Perda nomor 2 tahun 1990 tentang hari jadi Kabupaten Banyumas nah seperti itu ya awal mula penamaan Banyumas yang mana ada 3 versi lalu juga kemudian sejarah berdirinya Kabupaten Banyumas dengan juga sejarah atau kisah dari Raden Joko Kaiman atau Adipati Merapat sebagai pendiri dari Banyumas Sekian paparan sejarah atau kisah yang melimputi tentang Banyumas yang bisa saya sampaikan melalui channel youtube Banyumas Terima kasih atas perhatiannya Silahkan simak kisah, sejarah, legenda, atau dongeng cerita rakyat lainnya yang ada di channel ini Terima kasih Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Terima kasih telah menonton Terima kasih.