Transcript for:
Simbolisme Budaya Jawa dan Islam

Sayyidina wa Habibina wa Shafi'ina wa Maulana Muhammad wa ala alihi wa ala ashabihi wa durriyatihi wa mentabi'ahum bi'isani ilaih wa minahadha wa ba'dihi Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Hadratul Afadil, para asatid, para ustadat yang berkenan hadir bersama-sama dengan kita pada sore yang indah ini di masjid yang kita cintai ini, Masjid Marwah. Saya tanya tadi mana sofanya, sebelah sana ada. Berarti disini bisa sahi. Khusus guru kita semua, Ustaz Faiz Jafar Barwaja, Jazakumullahu anha khairan, atas perkenanannya untuk kami, bisa bersama-sama dengan Bapak Ibu sekalian, di masjid yang indah ini. ini. Mudah-mudahan setiap langkah yang kita tempuh menuju ke tempat ini, tiap tapaknya menjadi pemudah jalan kita semua menuju ke syurga. Kita ini menempuh jalan ilmu, maka siapa yang menempuh jalan untuk bisa meraih ilmu, maka Allah mudahkan baginya dengan sebab tempuhannya itu dimudahkan jalannya menuju ke syurga. Maka Bapak Ibu kalau berkunjung ke Ngayu Kiyokarto Hati Ningrat, menggosok. sempat ke Masjid Gede Kauman, di tempat dimana dulu para kiai pengulu mengajarkan agama, itu di belakangnya ada ukiran salak. Kenapa ukiran salak? Untuk selalu mengingatkan hadis, mensalakatariqon. Jadi kenapa buahnya buah? Salak. Sama kalau penjaringan masuk ke Masjid Gede itu sejak pager, pager langkannya Masjid Gede itu pasti ukirannya... waluh. Waluh itu buah labu Jawa. Waluh kenapa waluh? Karena yang membentengi kita dari kemurkaan Allah dan api neraka adalah tawhid. Tauhid itu adalah sebuah surah yang bunyinya, Qul huwa Allahu ahad. Orang Jawa baca wallah agak susah Sehingga kemudian menjadi waloh Ketika kita masuk ke halaman masjid Maka berjajar-jajar ada pohon Sawo Kok sawonya jajar-jajar? Kenapa? Karena ini perintah dawuh untuk sawo Sawo sufufakum Luruskan sof-sof Kalian Karena inna allaha yuhibbu ladhina yuqatiluna fisabilihi sofwa Ka'annahum bunyanum marsus Allah cinta orang yang berpura-pura Berperang di jalannya seperti pasukan yang berbaris-baris seakan mereka itu bangunan yang kokoh. Maka sahabat, kita kalau masuk ke serambinya, di serambi masjid gede kauman Jogja itu, ukiran paling luar itu bentuknya buah nanas. Karena masjidlah tempat kita berlindung dari musuh hakiki manusia yaitu syaitan, maka nanas. Kul a'udhu bi robbin nas, malikin nas, ilahin nas, dan seterusnya. Terima kasih. Kalau kita lihat kemudian di atapnya masjid gede itu, ada ukiran tanaman yang saling bertaut satu sama lain. Sulur-sulur seperti ini disebut sebagai lunglungan. Lunglungan itu artinya tulung-tulungan. Jadi masjid itu tempat saling tolong-menolong di dalam kebajikan dan ketakwaan. Kalau kita lihat pintu masuk ke ruang utama masjid, itu pas di depan di mana para... Koldi dulu mengadakan Mahkamah Pengadilan Surambi Di dalam Angger-Angger Agung Kitab Undang-Undang Kerajaan Disebutkan bahwa pengadilan Surambi Sumber rujukannya Kitab Patakul Mungin Patakul Wahab Tohpah Kita sekarang bisa tahu Itu Fathul Moin, Fathul Wabhab Dan Tufah Jadi disitu di belakangnya ada Ukiran bentuknya wajib Saya dulu bertanya kepada Romotirun KRT Jatine Ngerat, kenapa kok kok wajik? Wah itu kayaknya ada ayatnya tapi saya lupa ya mas. Wajik itu pokoknya hubungannya dengan pengadilan di akhirat. Oh, saya akhirnya kemudian menduga. Oh ini pasti ayatnya wajik. Yaumma idim bijahannam yaumma idiyatadakarul insanu wa'annalahu tikro. Kenapa diukir wajik? Untuk mengingatkan pengadilan dunia kamu bisa bohong. Tapi tidak di akhirat ketika Allah datangkan jahannam, hari itu manusia mengingat kembali apa yang telah diperbuatnya dan bahwa dia kemudian kemudian harus insyaf, dulu dia pernah diperingatkan di dunia. Kemudian di dalam pepohonan, tiang-tiang masjid itu ada ukiran dalam bentuk, kalau ini namanya semen, kalau tadi yang di atas itu lungan, kalau ini semen, kenapa semen? Semen itu aslu hasabitun wafar'uha fissama tu'ti'ukulaha kullahi nimbi'ni robbiha. Semen dari kata semi, semi itu selalu tumbuh, tumbuh berakar, mekar, memberi buah. buah. Itulah sifat kalimat ut-tawhid yang telah berada di dalam hati seorang mu'min seperti yang diumpamakan Allah dalam surah Ibrahim ayat ke-24 dan 25. Ini sebagai pembuka saya ingin katakan sebenarnya kita ini sangat lekat dengan simbolisasi karena orang Jawa itu memang agak susah diajak bicara vulgar. Maka ketika mengajarkan agama pun dulu para ulama menggunakan simbol apalagi di masa penjajahan ketika kemudian Belanda memberikan Dikan tekanan-tekanan besar kepada ajaran yang sahih. Sehingga kemudian kita lihat. Sampai ke atap masjidnya. Tajuk. Atapnya berbentuk tajuk, di puncaknya bukan kubah, tetapi ukiran daun keluweh. Kalau kita lihat mesit-mesit yang ada hubungannya dengan keraton Mataram itu, pasti di bagian atas ukirannya daun keluweh. Kok keluweh? Keluweh itu kaluihan. Bahasa Arabnya al-fadl, maka kul innal fadla biadillah. Keutamaan anugerah agung itu berada di dalam tangannya Allah SWT. Jadi ini contoh bahwa kita ini sangat lekat dengan berbagai macam hal yang sangat syari. Belum bicara dengan tata istana sejak dari Nyewon Sewu disini juga ada, tapi saya menduga sama, karena arsitek keraton Yogyakarta dengan keraton Surakarta itu orang yang sama, ketika disini dia masih bernama Pangeran Mangkubumi, pindah ke Yogyakarta dia menjadi Sultan Hamengkubwono pertama. Jadi ada panggung namanya panggung kerapiak, bentuknya itu seperti rahim, beliau bentuk seperti rahim, yang disitu biasanya di pelihara hewan berupa rupanya. rusak. Lalu nanti Sultan biasanya memanah dari atas. Itu simbol konsepsi. Jadi kalau panahnya kena kerusak, itu seperti sperma kena sel ofuh. Jadilah konsepsi di situ, maka di dalam rahim itu kemudian ada desa namanya mijil. Mijil itu artinya lahir. Disitulah kelahiran manusia. Sesudah dari Pangung Kerapia, kalau di Jogja, kalau berjalan ke arah utara, kita menuju ke Pelengkung Nirboyo. Gerbang keraton yang di sebelah selatan namanya Pelengkung Nirboyo. Karena kampungnya namanya Nggak. Gading, sini juga ada ya. Maka kemudian sering disebut sebagai pelengkung gading. Itu jalannya itu, yang kanan pohon asem, yang kiri pohon tanjung. Selalu begitu. Kok asem karo tanjung? Karena membesarkan anak itu dalam tradisi Islam, itu harus banyak mesem dan banyak menyanjung. Makanya pohonnya pohon asem dan pohon tanjung, harus banyak mesem, banyak nyanjung, karena bayi itu sengsem, bayi itu bayi yang banyak memberikan pesona kepada kita. Kita jalan masuk ke dalam keraton. pertama ketemu dengan alun-alun selatan. Di alun-alun selatan itu sebelum masuk ada pohon seperti pohon asem tapi warna daunnya lebih muda. Maka disebut sebagai pohon sinom. Inilah tanda masa kemudahan. Posisinya di alun-alun Pohon sinom ini menendangi masuk alun-alun Itu jalannya lima Yang dua halus, yang tiga kasar Inilah panca indera Kenapa yang dua halus Yang dua ini akan yang terbanyak Dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Innasam'a wal basoro Yaitu pendengaran Dan penglihatan Lalu di alun-alun ini ada tiga macam pohon Dulu Pakal, pelem, kueni Ini jenis mangga-manggaan semuanya Pakal itu mangga hutan, pelem itu pohon mangga yang biasa kita kenal kueni itu sejenis mangga juga bentuknya bulat, seratnya lebih kasar, pakel pelem kueni ini menyimpulkan orang yang balik itu harus pakel, pakel itu artinya akil, tidak boleh hanya balik tapi harus akil, harus mempergunakan akal dia sudah mulai mumayis bisa membedakan yang benar dan yang salah pelem itu artinya gelem, gelem itu artinya Maksudnya mau melaksanakan syariat. Syariat apa? Karena dia sudah mukalaf. Jadi mumayyes lalu mukalaf. Dia sudah terkena beban-beban syariat. Sehingga harus gelem melaksanakan syariat. Yang ketiga kweni. Kweni itu artinya wani. Berani bertanggung jawab. Karena semua amal perbuatannya. Mulai saat itu sudah ditulis. Dan akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Ada pakel pelem kweni. Konon kata kakek saya. Saya dulu cium. Jumlah pakelnya 61, pelemnya 63, kueninya 64. Jumlah apakah itu? 61 usia Rasulullah SAW secara masehi, 63 usia beliau secara hijri, 64 usia nabi menurut petung tahun Jawa. Jadi 61, 63, 64. Naik kita akan ketemu Siti Hinggil. Di sebelah kanan dan kiri ada pohon. Yang kiri pohon Soka, yang kanan pohon Cempora. Soka menyimpulkan anak laki-laki yang sudah masuk. Ya tilam mimpi basah Cempura itu sudah haid anak perempuannya Maka yang seperti itu harus sudah dipisah dengan siti hinggil Dengan tanah yang tinggi Tidak boleh pohon soka sama cempura ditanam satu tempat tempat, enggak boleh. Karena yang sudah balik enggak boleh. Iktilat, harus pisah. Ini harus pisah. Ini soka, ini jempora. Pemisahnya apa? Siti, tanah. Tanah itu asal kejadian manusia. Hinggil itu artinya tinggi. Maka dia adalah manusia yang memiliki akhlak yang tinggi. Jadi harus ada guru yang mulai mengajar dengan pengajaran yang baik dan guru itu harus memiliki Akhlak yang mulia. Dan salah satu tanda akhlak mulianya adalah bisa memisahkan laki-laki dan perempuan ini dalam alamnya masing-masing. Dan diajari dengan akhlak dan adabnya masing-masing. Sebentar, ini kalau diterus ke, saat dinora rampung tekan, tugu gitu ya. Tapi ini saya ingin menyinggung, menunjukkan kepada penjelajah semua. Betapa kemudian yang namanya Jawa itu aslinya, asli pakai sotde. Awalnya dibangun kebudayaan. Simbol-simbolnya oleh para santri. Jadi saya mencatat setidaknya ada tiga sosok yang selalu akan saya tulis, ini sedang proses mohon doanya dari Nasi Mataram ini, kesantrianya Masya Allah. Satu pangeran Diponegoro, yang kedua kakek buyutnya namanya Pangeran Mangkubumi, yang ketiga kakek buyutnya Pangeran Mangkubumi namanya Sultan Agung. Ini tiga sosok yang selalu menjadi referensi tentang bagaimana menjadi seorang muslim yang salih. Dengan kemudian menerjemahkan keislamannya dalam simbol-simbol untuk pengajaran kepada rakyat. Kenapa kemudian misalnya Sunan Kalijako mewariskan sebuah pakaian yang kemudian didesain ulang oleh Sultan Agung menjadi sebut sebagai Libasut Takwa. Baju Takwa. Kenapa disebut Baju Takwa? Karena seluruh perwujudannya aslinya itu adalah makna Takwa. Kalau kita berbusana jahwi jangkep, mataraman itu yang disebut sebagai busana takwa, itu unsur-unsurnya satu, keris. Kedua, bebet. Ketiga, stagen kamus timang, sabuk. surjan, kelima belangkon. Itu standar. Ada tambahan-tambahan dan juga semua punya makna. Tapi saya ingin jelaskan ini dulu. Kenapa takwa disimbolkan dengan pakaian walibasut takwa dhalika khair dan pakaian takwa itulah yang terbaik? Karena makna taqwa yang pertama apa? Kita ambil dari dialog Sayyidina Umar dengan Sayyidina Ubay bin Ka'ab. Wahai Ubay apakah taqwa itu? Sayyidina Ubay bin Ka'ab menjawab, wahai amirul mu'minin pernahkah engkau berjalan di satu tempat banyak onak, banyak duri, banyak jebakan cahaya yang remang-remang. Kata Sayyidina Umar bala, iya saya pernah. Apa yang telah aku lakukan ketika itu? Jawab Sayyidina Umar, aku berhati-hati. Apa bahasa Jawa untuk kata hati-hati? Kita bisa menggunakan kata kata-kata. Duhung artinya hati-hati Kita bisa menggunakan kata curigo artinya waspada Maka keris dalam bahasa Jawa aslinya Bahasanya adalah duhong atau curigo Itulah makna pertama takwa Maka dia diselipkan di belakang Karena dia adalah kehatian dan kewaspadaan Yang selalu harus dijaga Itulah takwa dalam makna yang pertama Makna yang kedua dari takwa menurut orang Jawa adalah bebet Kenapa? Perut dan di bawah perut terdapat syahwat. Syahwat ini harus dibebet. Harus dibebet, tidak boleh dibiarkan liar. Tidak boleh diumbar-umbar. Makanya, وَأَمَّا مَنْ خَوْفَ مَقَوْمَ رَبِّهِ وَنَحَنَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ Maka orang yang menahan diri, karena takut kepada Allah SWT, lalu dia menahan diri dari hawa nafsunya, maka syurgalah tempat tinggalnya. Maka bebetan supaya... Supaya syahwatnya di bebat yang perut dan bawah perut. Jadi kan kalau pakai stagen terus, Bebetan, insya Allah gak akan gemuk. Karena syahwat perutnya terjaga. Iya kan? Gak akan gemuk itu. Karena syahwat perutnya terjaga. Dan syahwat bawah perutnya juga seharusnya dijaga. Kemudian kenapa yang mengikat itu stagen? Stagen ini kemudian diberi sabuk. Sabuknya namanya kamus dan timang Karena yang bisa Mengikat syahwat itu ilmu Innamayah syallah min ibadihil Ulama yang takut Benar-benar takut kepada Allah Di antara hamba-hambanya hanyalah para ulama Maka dia diikat dengan ilmu supaya menjadi ulama. Kenapa namanya kamus? Karena ilmu pertama yang diajarkan kepada Nabiullah Adam AS adalah Allah ajarkan kepada Adam nama-nama, kosa kata, isim-isim, nama-nama benda. Kesemuanya. Sehingga namanya kamus. Kamus ini dibebat dengan timang. Kenapa disebut timang? Utlupulah ilmu. minal mahdi ilal lahdi. Carilah ilmu dari buayan, dari timangan, sampai kalian lahat. Lalu bajunya disebut surjan. Kenapa surjan? Dari kata sirojan. Itu adalah makna bahwa seorang yang bertakwa harus meladani kanjeng Nabi, dia harus menjadi seorang yang mubasyir wa nadhir wa da'yan illahi bi'idnihi wa sirojam munirah. Dia berkata, Dia menjadi pelita yang menerangi bagi orang-orang di sekitarnya. Bagaimana supaya dia bisa menjadi pelita yang menerangi? Dia harus lurus. Maka surjan itu biasanya bahannya lurek. Lurek itu ada garis-garisnya. Garisnya ada tiga. Biasanya terjadi dari paduan tiga pula. Kenapa kok tiga yang harus lurus? Ada tiga. Tidak lurus amal seseorang. Sampai lurus hatinya. Tidak lurus hatinya. Sampai lurus lisannya. Maka memulai dengan meluruskan lisan. Akhirnya. Akhirnya luruslah hati dan kemudian luruslah amal. Inilah makna sorjan. Lalu kenapa pakai belangkon? Nyoseu kalau belangkon ngayup jo, yang kemudian penjenengan preso ada, mondolanya di belakang, maka dia disini dulunya diikat. Sebenarnya aslinya itu diikat. Sekarang kan sudah diplepet, dijahit. Kalau dulu aslinya diikat. Ini jumlah pelepetan di bagian sini, ini harus 17. Yang di sini, ini kemudian diikat. Ini yang diikat adalah La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah. Simbol tauhidnya. Yang di sini kenapa 17-17? Itu rokaat sholat. Kalau pakai belangkon kok ora sholat? Lucu. Karena ini sudah mengingatkan 17 rokaat yang seharusnya ditunaikan. Tadi Nyuan Sewu yang namanya Surjan, kancingnya disini pasti 3 dan 3. Kenapa? 6. 6 ini rukun. Iman, rukun iman itu harus mengikat kita disini. Al-aqad, i'tiqad, akidah Kemudian yang disini ada lima Yang disini ada lima Apa itu? Rukun Islam Rukun Islam kok di tangan? Karena dia diamalkan Jadi dia diamalkan maka diletakkan di tangan kancingnya lima, kancingnya lima. Di Blangkon ada mondolannya. Mondolan itu kata teman saya sambil agak berjanda, mungkin maksudnya mindola. Jadi payung pengayoman bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Kemudian nanti pakai samir. Samir ini kayak sebuah ikatan di leher, kemudian disambung ke sini. Kenapa samir? Ini wujud tanggung jawab yang mananya takwa. Takwa itu artinya akan dimintai pertanggung jawaban. Karena apa? Makin bagus ini... samirnya ini, nyekeknya makin mudah. Jadi ini kayak hiasan, tapi sebenarnya adalah tanggung jawab kepada Allah. Itu pakaian. Belum nanti penjendangan bicara tentang makanan. Makanan kesukaan ngasot dalam Sultan Agung itu apa? Sebenarnya nasi Arab. Jadi jangan salah, beliau itu favoritnya nasi Arab, tetapi karena di Jawa, gitu ya, kadang-kadang agak susah menemukan bumbu-bumbunya, beliau bikin satu variasi nasi Arab untuk beliau yang kemudian bisa dinikmati bersama. Nasi ini dinamakan nasi wudhu. Kenapa kok nasi wudhu? Kalau masak harus berwudhu dulu. Kenapa kok namanya nasi wudhu? Karena nasinya ini harus dipususi, dibersihkan, disucikan dulu, kemudian dicampur dengan yang suci, yang suci itu warnanya putih namanya sal. Jadi nasinya ini wudhu. Kalau nasinya wudhu, habis wudhu ngapain? Solat. Siapa yang solat? Dipilihlah ayam di masa utuh namanya ingkung. Ingkung itu ayam di masa utuh dalam posisi dia diikat seperti orang yang sedang sujud. Makanya lauknya nasi wuduk adalah ayam yang ingkung. Supaya ingkung, eling, nyekungkong. Nyekungkong itu sujud, tapi sekaligus juga eling, rikrul, maut. Besok bakal mati. Kemudian untuk pelengkapnya, itu lauknya kesukaan beliau sambal gepleng. Sambal gepleng itu dari apa? Kedelai ditumbuk bersama cabai, bawang, garam. Sambal gepleng ini kenapa kok namanya gepleng? Itu seregep geleng-geleng. Banyaklah berpikir kepada Allah, la ilaha illallah. La ilaha illallah. makanan saja ngajak zikir, ngajak sholat, ngajak wudhu. Jadi nasinya wudhu, ayamnya ingkung, sholat, sambelnya gepleng, rikrullah. Ini dibawa pasukan Mataram ketika menyerbu ke Batavia tahun 1628-1629, makan di sana masih benar nasi wudhu, pakai ingkung, pakai sambel gepleng. Lama-lama diadopsi orang Betawi, jadinya nasi wudhu, jadi bid'ah karena ada? Semur jingkolnya Ada sambal goreng Kentangnya Ada ayamnya Sudah tidak diingkung Jadi nasi uduk itu hasil bid'ah Dari suatu ajaran sunnah yang namanya Sego uduk Ini orang Betawi harus tahu Jadi kita ini Melihat betapa di dalam dinasi Mataram Ini agama diletakkan Dalam segala sendi kehidupan Dari makanan Pak Pakaian, tata bangunan, segala halnya. Supaya apa? Supaya orang memahami, supaya orang ngegemi. Karena kalau kitab dibakar gampang. Tetapi simbol itu susah dihilangkan. Kalau kitab dibakar selesai. Orang ceramah dibunuh rampung, tapi simbol sulit dihancurkan. Dan inilah yang kemudian dimaksudkan ketika itu sebagai suatu dakwah perlawanan melawan penjajahan. Saya itu dulu takjub. Kenapa di desa saya itu kalau mau masak ayam itu enggak boleh? Enggak boleh nyembelai sendiri. Masak ayam itu harus... Nyembelahnya ke Bahkaum. Kenapa kira-kira? Itu model sertifikasi halal zaman Kesultanan Mataram. Tidak semua orang boleh nyembeleh, yang boleh nyembeleh hanya fakih yang alim, yaitu mbah kaum. Jadi waktu itu mbah kaum adalah representasi lembaga penjamin kehalalan. Maka tidak boleh nyembeleh sendiri, yang boleh harus mbah kaum, seperti itu. Kemudian saya bertanya-tanya, kenapa di masjid-masjid? Yang mewarisi tradisi itu, apa namanya, Kesultan Mataraman itu, Nyonsew ada Bilal ketika sholat Taraweh. Jadi kalau kita sholatnya 20 rokaat itu tiap 4 rokaat ada penyebutan nama Khalifah. Penyebutan nama Khalifah Rosyidin. Saya dulu pokoknya menganggap saya nesu itu. Bita ini, bita ini. Saya tanya simbah saya, itu kenapa toh? Kok kayak begitu? begitu. Ngkosek le, ceritanya begini, dulu ketika Islam masuk ke Nusantara, ternyata ada yang ikut pengen dumpleng. Yaitu orang-orang yang membenci Khulafa Ur-Rashidin. Mereka tidak suka pada Khulafa Ur-Rashidin. Itu ada yang pengen dompleng dakwah ini, makanya salah satu dalam legenda Jawa itu, Wali Songo itu ada yang namanya Seh Siti Jenar. Kenapa disebut Siti Jenar? Siti artinya lemah. Jenar itu abang, tanah merah itu adalah tanah yang tersiram darah Husein. Tanah Karbala. Jadi dia datang juga sebagai seorang mubalik Nusantara, berdakwah dan memang dapat pengikut. Salah satu buktinya nanti juga dalam babat, ini sebelum kita masuk ke tema utama babat Tanah Jawi. Ada banyak versi babat Tanah Jawi ini tetapi bisa digolongkan pada dua kelompok naskah utama. Naskah pertama adalah naskah yang ditulis resmi oleh Keraton Surakarta pada masa Engkang Sinun Pakubuwono III, ditulis oleh Carek Kertoboso tahun 1788. Ini versi yang... yang resmi keraton. Versi satu lagi adalah versi yang ditulis oleh Pangeran Adilangu dari Demak keturunan Sunan Kalijaga yang diterbitkan lebih tua, yaitu tahun 1722. Dua-dua naskah babat ini punya keunikan. Tapi saya ingin kembali ke yang tadi dulu, ya ini tentang syiah. Ternyata datang ini juga di dalam babat ada bukti yang bisa kita rujuk. Di dalam naskah babat Pangeran Adilangu, tentang murid Syekh Siti Jenar namanya Kikebo Kenongo yang berkedudukan di Pengging, Boyolali. Yang kemudian dituduh bugat. memberontak, membangkang kepada Kesultanan Demak, itu Ki Ageng Pengging itu punya dua ekor anjing. Anjing ini dia lempari batu kalau sedang marah. Anjing ini oleh beliau diberi nama Abu Bakar Lan Ngumar. Jadi kebenciannya sampai di level itu. Maka kata kakek saya, beliau mengatakan, maka para raja dinasti Mataram itu mengkreasi satu amal, sebenarnya bukan amal, tidak termasuk di dalam sholat, dia diletakkan di luar sholat, hanya sebuah perkataan untuk menjaga masjid-masjidnya dari pengaruh syiah. Caranya bagaimana? Al-Khalifatul Ula. Amirul mu'minin Abi Bakris Siddiqi, hal tarduan. Maka dijawab, narduan. Al-Khalifatul Thani, Amirul mu'minin Abi Hafsin Umar Ibn Khattab, Radiyallahu anhu, hal tarduan, narduan. Nah, pertanyaan kemudian dijawab hadirin, narduan ini untuk menjaga rakyat Mataram dari pengaruh. Taruh syiah. Ternyata begitu caranya. Saya tanya, Kok tidak jadi bid'ah itu? Wow, tidak ada tuntunannya kok melaksanakan yang seperti itu. Ya dianggap bid'ah, ya biar ya. Tapi itu ketika itu diperlukan untuk menjaga akidah. Orang syiah ikut taruh disitu mesti tidak kuat. Masih metu, gak kuat itu. Kalau kemudian denger yang begitu-begitu di dalam, terawih. Makanya itu menjaga akidah masyarakat awam. Ternyata, orang itu kan di luar sholat. Orang di luar sholat itu, kita harus jajarmu. Ngelak orai, terus dijawab, ngu ngui, ngelak orai, ngelak, ngu ngui orai, ngepareng, hamoso takon kweri dokaro abu bakar pura, ngu ngu kok rawoleh, lak yowoleh, toleh. Jadi ini bahasa kakek saya ketika menjelaskan bahwa yang seperti ini dulu dipakai untuk menjaga akidah. Masya Allah kalau itu benar memang demikian keadanya betapa luar biasanya. bagaimana para ulama ini kemudian menjaga kita semua, masyarakat awam dari pengaruh-pengaruh yang berbahaya. Kembali ke babat, Bapak Ibn Darmatiullah, jadi saya tadi menyampaikan babat yang disebut sebagai babat, Tanah Jawi, itu ada dua versi naskah utama. Yang satu ditulis oleh Cari Kertoboso tahun 1788 di Surakarta. Yang satu ditulis oleh Pangeran Adilangu di Demak kira-kira pada tahun 1722. Ini versi yang lebih tua. Versi yang lebih tua ini menarik karena versi Pangeran Adilangu mencatat berbagai macam hal yang terkait dengan masa pemerintahan Raja-Raja Mataram sejak Panembahan Senopati, Panembahan Sedokrap. Sampai kemudian masa pemerintahan Amangkurat IV atau Amangkurat Jawi yang sedang bertakta pada saat itu di Kartasura. Jadi peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di situ menurut H. de Graaf seorang peneliti dari Belanda ada peristiwa-peristiwa kronologi sejarah yang patut kita terima meskipun ada beberapa unsur mitologis yang perlu disikapi secara kritis. Nah unsur mitologis ini sebenarnya menurut saya adalah simbol. Symbolisasi. Lagi-lagi orang Jawa itu tidak bisa ngomong vulgar. Maka mereka kalau bicara itu sama yang namanya, apa namanya, nenek moyang itu biasanya mikul duur mendem jerul. Jadi kalau nenek moyang itu berbuat hal yang mungkar, berbuat hal yang maksiat, itu pasti ditutupi dengan sebuah metafor, dengan sebuah perumpamaan. Demikian pula bahkan itu di dalam babat itu ada kisah sejak zaman Majapahit. Misalnya ini kita membaca begini. Pateh Udara yang kemudian bertahta sebagai Brawijaya VII di Majapahit yang telah mengkudeta Girindrawardana Sementara Girindrawardana mengkudeta Ayahandara dan Patah yang bernama Brawijaya V Itu memutuskan untuk menyerbu ke Giri Kedaton tempat kedudukan Kangjeng Sunan Giri Ketika pasukan Majapahit beribu-ribu orang ini menyerbu ke Giri Kedaton Sunan Giri sedang menulis dengan penanya, dengan kalam Maka Sunan Giri kemudian melihat pasukan penyerbu itu, beliau lemparkan penanya ke udara, pena itu kemudian berubah menjadi keris, keris ini namanya kanjeng kiai kolomunyeng, kanjeng kiai kolomunyeng ini kemudian mengobrak abrik pasukan Majapahit sampai hancur. Kira-kira penjelang kan percaya kalau penanya sunan giri dilempar kemudian berubah jadi geris kemudian terbang menghancurkan pasukan. Apa metafornya? Kalam itu kan pena. Bisa juga maknanya kalam maka disebut kalam munyeng. Kalam itu ucapan atau pena, munyeng itu bikin pusing. Maka apa maksudnya babat? Maksudnya babat inilah kekuatan intelektualitas dan keulamaan Sunan Giri yang luar biasa. Beliau dengan ucapan dan tulisannya bikin pasukan Majapahit yang menyerbu ini pusing sendiri. Karena ucapan Sunan Giri yang sangat... Sangat luar biasa di dalam beragitasi di dalam beliau ini menyampaikan argumentasi-argumentasi. Jadi dugaannya adalah ketika itu Sunan Giri berpidato, pidato beliau adalah kalian ini pasukan Majapahit. Kenapa kalian mengabdi kepada pemberontak Lu siapa pemberontaknya Girindrawardana itu pemberontak Udara juga pemberontak Kenapa kalian tidak berpihak kepada Pewarisah Majapahit Siapa? Tentu putranya Brawijaya V Siapa putranya Brawijaya V? Raden Patah di Demak Kalau kalian itu setia kepada Majapahit, harusnya kalian setia kepada keluarga Brawijaya V yang telah dikudeta oleh Girindrawardana dan dikudeta oleh Pate Udara ini. Ayo gabung sama demak. Jangan sama Majapahit. Kan pusing. Akhirnya kemudian mereka Bunuh-bunuhan berperang sendiri diantara mereka, maka kemudian di dalam babat ditulis sebagai Keris Kanjeng Gai Kolo Munyeng. Maka kalau ada dukun sekarang tutulan Keris Gai Kolo Munyeng, Oradiong gitu. Karena ini harus dibaca secara simbolis gitu. Jadi bukan ada kris namanya Kiai Kolomunyong, enggak. Tapi ucapan Kang Jeng Sunan Giri yang sangat luar biasa di dalam memecah kesatuan pasukan penyerbu dari Majapahit ke Gresik pada waktu itu. Contoh lain, kenapa di dalam babat diceritakan yang namanya Kang Jeng Ratu Kalinyamat itu bertapa telanjang. Di film ke yonjuk digambarkan bertapa telanjang tenana nih, padahal dia seorang putri yang salihah dari seorang raja yang salih, masa bertapa telanjang? Enggak mungkin babat menulis begitu, maknanya apa? Maknanya adalah beliau itu... berjihad visabilillah mempergunakan seluruh hartanya habis-habisan sampai seakan-akan seperti telanjang. Maka data sejarah mengatakan tahun 1544 dan 1572 Ratu Kalinyamat mengirimkan armada berkekuatan masing-masing 150 kapal menyerbu ke Malaka untuk mengusir Portugis. Sampai-sampai saking ketakutannya Portugis pada Ratu Kalinyamat, beliau digelari sebagai mawar laut utara. Jadi beliau berjihad, coba bayangkan penjaringan, ngirim dua ekspedisi masing-masing berkekuatan 150 kapal. GNT Piro itu. Beli satu kapal saja berapa? Terima kasih. Berapa miliar zaman sekarang kan? Ini ngirim 150 kapal plus 150 kapal. Maka beliau menghabis-habiskan hartanya untuk jihad fi sabi lillah. Itulah yang terjadi kemudian beliau sampai dikatakan seperti orang telanjang. Karena hartanya dihabiskan untuk berjihad fi sabi lillah. Jadi membaca babat ini bukan mitologis. Ini simbolisme. Semuanya ditulis dengan simbol. Maka penjelasan bisa membaca, yang namanya Joko Tingkir putra Ki Agen Pengging yang diasuh oleh uaknya yang namanya Ki Agen Tingkir alias Ki Kebuka Nigoro bin Pangeran Handaya Nengrat bin Brawijaya V juga itu Ketika menuju ke Demak, itu melewati Bengawan Semanggi. Dulu namanya bukan Bengawan Solo, dulu namanya Bengawan Semanggi. Aslinya. Kok wong Semanggi kok terima di akuisisi sama Solo gitu ya. Itu namanya dulunya Bengawan Semangi, bukan Bengawan Solo. Namanya Bengawan Semangi karena di tepinya banyak tumbuh pohon semangi. Nah di Bengawan Semangi ini dia bergerak menuju ke demak, naik apa? Naik getek, naik rakit. Rakitnya didorong sama apa? Empat puluh buaya. Aku nguyu ngekek itu dirayakan setiap tahun dengan cara seperti itu. Karena itu simbol apa yang hendak dikatakan babat yang namanya Jokoting. tingkir, masuk ke demak dengan dukungan 40 preman. Kalau dulu 40 buaya, kalau sekarang 9 agak. Gitu. Dulu didukung 40 preman supaya dia bisa meniti karir ke Demak. Apa yang dilakukan di Demak? Dia memasukkan tanah ke mulut seekor kerbau. Kerbunya ngamuk di alun-alun di depan Sultan Trenggono, Raja Demak. Kemudian dia yang mengalahkan kerbau itu. Lalu karena itu dia diangkat jadi menantu. Kira-kira apa itu yang beliau lakukan? Ya bayar orang buat memberontak, lalu beliau yang ngalahin itu memberontaknya. Jadi saking penulis babat ini pengen mikul dua mendemcero, karena ini termasuk leluhur, Sultan Pajang nantinya, ya gak ditulis ngono toh. Tulis aja kerbune dipakani lemah. Terus kemudian Dibikin kekacauan di Alun-alun demak Nah ini kita memahami babat itu Seperti ini, jadi babat ini ditulis Dalam rangka apa Bapak-bapak Ibu-ibu yang dihormati Allah Menulis sejarah tetapi tapi tidak ingin mengungkap aib nenek moyang. Inginnya tetap menjaga apa-apa yang ada pada nenek moyang, supaya tidak menjadi satu hal buruk yang diperbincangkan, maka dia menggunakan simbolisme. Itulah cara para sastrawan Mataram dalam menulis sejarah. Nah, babat Tanah Jawi ini yang versi kertoboso itu luar biasa, karena membentang sejak diciptakan. Diciptakannya surga dan neraka, diciptakannya Adam dan Hawa. Itu diceritakan. Maka kemudian nanti ada silsilahnya. Silsilahnya rakyat Jawa itu nyambung sampai ke Nabi Sis bin Adam alaihi salam. Jadi Sis alaihissalam dikatakan di lembabat Tanah Jawi memiliki dua putra Syed Anwas dan Syed Anwar. Syed Anwas itu memperanakan nabi-nabi gitu ya maka kemudian nanti ada Nuh turun ke bawah sampai Ibrahim sampai kemudian ke nabi Muhammad dan nabi Isa di cabang yang lain itu keturunan Syed Anwas kata babat. Nos ya kalau di bibel nos makanya di dalam babat disebut Syed Anwas. Nah Sayed Anwar itu nurunakan dewa-dewa Jawi. Sayed Anwar, peputra sang yang wenang, sang yang wenang, peputra sang yang tunggal, sang yang tunggal, peputra telu. Esmoyo, Antogo, Manikmoyo. Esmoyo jadi Semar, Antogo jadi Togok, Manikmoyo jadi Bedoro Guru. Bedoro Guru punya anak, Bedoro Siwah. Dewa Siwah itu kalau Jawa, versinya anaknya Bedoro Guru. Itu kan kalau bagi orang Hindu, bitah sebitah, bitahnya bitah. Kemudian ini yang menurunkan berbagai macam raja-raja di cerita Ramayana dan Mahabharata. Lalu kemudian menurunkan raja-raja Jawa. Itu jalurnya disitu. Menurut Bapak Tanah Jawa. Ini lengharang pinter. Imajinasinya itu liar. Nah ada cerita yang menarik di Bapak Tanah Jawa itu Bapak Ibu yang Dhamma Tuhan. Yang kemudian seolah-olah... dinasi Mataram ini menyampaikan bahwa Jawa di masa lalu itu penghamba iblis. Ketika Nuh alaihi salam berdakwah kemudian ditolak kaumnya, terjadi banjir besar di seluruh dunia, menurut babat Tanah Jawi, banjir itu hendak menyentuh Tanah Jawa. Maka Ijajil, Ijajil itu menurut orang Jawa adalah namanya iblis, Ijazil gitu ya. Ijajil kemudian menawarkan kepada Raja-Raja Jawa untuk meracut ke dalam perutnya supaya selamat dari banjirnya. Dengan perjanjian, maka Raja-Raja Jawa ini akan mengabdi kepada Iblis. Lalu kemudian dimasukkan ke dalam perutnya. Masukkan ke dalam perutnya, dijaga supaya tidak kena banjirnya Ravino. Maka keturunan Jawa itu selamat. Lalu ketika banjir surut, dia dikeluarkan dari dalam perutnya Ijajil. Kemudian bertumbuhlah peradaban Jawa. Jawa yang sangat rusak karena menghamba kepada iblis sampai tuh gini pun agami Islam yang diberi alih. Jadi oleh Bapak kemudian diberi syarah sampai datangnya agama Islam yang kemudian dibawa oleh para wali. Jadi ini kita ini menurut Bapak keturunan dari kaum yang pernah diselamatkan oleh iblis. Aku kira buat baca itu yang guyung-guyung nih gitu ya. Ini imajinasi yang luar biasa. Tapi kita kemudian selamat karena dakwah. Dakwah di Tanah Jawa ini yang sangat luar biasa bagaimana cara para ulama ini berdakwah. Tanpa mengesampingkan pendahulu sebelum itu, tapi kita harus mengakui bahwa yang namanya tim dakwah tersukses sepanjang sejarah itu salah satunya adalah yang kemudian oleh orang Indonesia digampangkan disebut sebagai wali songo. Dalam waktu kurang dari 50 tahun. tahun, sebuah kerajaan yang didasarkan akidah Hindu-Buddha convert hampir semua penduduknya berubah menjadi muslimin. Itu tim dakwah yang sangat dahsyat. Zaman saikin jenengan wong songot dikirim ke Amerika kira-kira suksesnya ngunukui orang gitu kan. Susah itu. Atau dikirim ke Cina gitu ya. Masuk mereka terus yang kirim ke sini. Kita dong yang kirim ke sana. Kan harusnya gitu. Jadi, Masya Allah. Kita menyimpang sedikit dari babat, kalau kita mau merujuk sumber sahih tentang perjuangan Wali Songo, itu ada beberapa naskah. Pertama, Headbook Van Bonang. Headbook Van Bonang itu ada dua naskah, naskah A dan naskah B. Itu sekarang disimpan di Leiden, dulu dirampas oleh Cornelis de Houtman ketika dia datang tahun 1596, mendarat di Tuban. Dua naskah ini kemudian... yang diperiksa oleh seorang sejarawan Indonesia namanya Dr. Wiji Saksono tahun 1964. Beliau menemukan naskah headbook Van Bonang A dan B sangat menarik karena headbook Van Bonang naskah A kemungkinan berisi notulensi pengajian-pengajiannya Kanjeng Sunan Bonang di Tuban. Pada awal abad ke-16, sementara headbook Van Bonang B ternyata berisi notulensi rapat para wali membahas penyebaran aliran sesat yang sudah ada di Indonesia. Jadi membahas yang benci sama sahabat itu sudah sejak abad ke-16 awal. Sudah akhir abad ke-15, itu sudah dibahas oleh para wali ini, Masya Allah. Kemudian naskah kedua adalah Kropak Ferrara. Kropak Ferrara itu ditemukan di Museum Ferrara Italia berasal dari Gresik. Ternyata adalah catatan notulensi pengajiannya Maulana Malik Ibrahim, Masya Allah. Sumber ketiga yang sangat menarik adalah Serat Wali Sono. Tulisannya, tulisan Jawa Serat Wali Sana. Ini ternyata ditulis di zaman Sultan Agung di Mataram, mencatat kiprah para wali di dalam berdakwah. Nah Serat Wali Sana ini menariknya di mana? Dia menyebut Wali Sono. Dalam bahasa Jawa, Sono itu artinya tempat. Wali artinya penguasa. Maka bukan Wali Songo, bukan wali berjumlah sembilan orang. Tetapi mereka adalah penguasa-penguasa wilayah-wilayah di Jawa ini dalam berdakwah. Seperti dulu kalau di masa... Khulafah Rasidin, Wali Kufah, Wali Basroh, Wali Makkah, Wali Madinah, Wali Yaman, Wali Syam gitu ya. Ini karena menguasai wilayah tertentu. Tapi kemudian ada seorang sejarawan yang juga mengajukan pendapat, Wali Sono ini mungkin ada bahasa Arabnya juga yaitu Wali As-Sanak. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan pujian yang sangat tinggi. Karena pada saat itu Maharani Suhita memberikan gelar Wong Agung kepada Semua, hampir semua para wali yang berkiprah di dalam dakwah. Jadi Maulana Malik Ibrahim itu orang mana? Azerbaijan. Menempuh pendidikan mana? Mesir. Dia tinggal di Mesir lama, kemudian dia bergaul dengan para petani fellahin di Sungai Nil. Kemudian dia datang ke Jawa untuk berdakwah. Masya Allah, mendarat di Gresik. Pada saat itu Majapahit masih mengalami ujung akhir perang yang disebut sebagai Perang Paregrek. Ini perang saudara yang berlangsung 30 tahun lamanya antara Wikrama Wardana, suami seorang Ratu Majapahit dengan kakak iparnya yang anak selir bernama Wirabumi yang berkedudukan di Belambangan. Anda bayangkan perang antara Mojokerto dan Belambangan ini enggak rampung-rampung. Antara Mojokerto dengan Banyuwangi tapi enggak selesai-selesai. Sehingga apa yang terjadi dalam 30 tahun itu Lahan pertanian terbengkalai, semua orang melarikan diri ketakutan, gak sempat menggarap sawah, sehingga Majapahit tahun-tahun itu dilanda krisis besar pangan. Krisis besar pangan inilah, Bapak Ibu yang Darmati Allah, yang disikapi dengan sangat bijak oleh para wali yang datang ini. Maulana Malik Ibrahim datang pertama kali tidak membangun pesantren, tapi membangun bendungan. Beliau bangun bendungan, kemudian beliau cetak sawah bersama penduduk sekitar, beliau ajak mereka, beliau gaji mereka untuk menjadi pekerja-pekerjaan bikin sawah, beliau undang rakyat untuk bersama-sama bikin sawah makin luas-makin luas, sampai pada saat itu ada kedatangan Laksamana Cheng Ho dari dinasti Ming bersama sekretarisnya yang seorang muslim namanya Mahwan. Melalui Mahwan, Mahwana Malik Ibrahim minta bantuan. untuk dicetakkan sawah antara Tuban sampai Gresik. Tuban, Lamongan, Gresik. Wilayah percontohan untuk sawah irigasi yang bisa panen dua kali setahun. Dulu di Majapahit sawahnya tak ada hujan, hanya panen sekali setahun. Maka beliau menggenjut untuk menjawab krisis pangan dengan membuat sawah yang bisa dua kali setahun panen. Ini kontribusi yang luar biasa. Cengho ketika itu membantu dan menjelaskan. Memang Chengho ini luar biasa ketika mendarat di Tuban 1426 itu, itu 300 kapal. Kapal terbesarnya Chengho itu, kalau kapalnya Kolombus yang dipakai menemukan Amerika yang namanya Santa Maria Pintadanina, Santa Maria paling besar. Santa Maria itu kalau dijajar-jajar di dalam kapalnya Chengho, kapalnya Chengho muat 48 buah Santa Maria. Jadi memang ngeri itu bangsa sebelah utara itu kalau bikin sesuatu. Dasyat gitu waktu itu. Itu 48 kapal muat di kapalnya Cheng Hong. Nah ini kemudian mereka berasal dari Yunnan dataran tinggi. Cina Selatan juga dataran rendahnya itu sangat banyak sawah. Maka disuruh bikin sawah, mato bisa. Dan akhirnya kemudian proyek pertoncan Maulana Malik Ibrahim ini menjadi sumber lumbung pangannya Majapahit. Maka Maharani Suhita menganugerahkan gelar Wong Agung kepada Maulana. Malik Ibrahim Yang di periode berikutnya di Majapahit itu terjadi krisis Tata Negara, para Dang Acariya, Maha Guru-Maha Guru Tata Negara Majapahit itu banyak yang tewas dalam Perang Paragrek. Maka diundanglah seorang ulama yang ahli Tata Negara. Babat menyebut asalnya dari Cempo. Kata Cempo ini menimbulkan pertanyaan. Apakah Cempoh yang dimaksud adalah Campa yang ada di Kamboja? Sekarang ada sebuah perkampungan muslim kecil di daerah yang disebut Campa di Kamboja. Tapi agak sulit untuk mengidentifikasi bahwa disitu dulu pernah menjadi sebuah kerajaan muslim yang besar. Sejarawan sekarang mungkin lebih merujuk, cempo itu bukan jampa, tapi adalah jempa. Jempa itu ada di Aceh. Pada masa kerajaan Samudera Pasei, jempa adalah tempat markas. Para ulama belajar sebelum berangkat ke Mekah Atau sepulang dari Mekah Transitnya disitu Oleh karena itulah tempat itu disebut sebagai Serambi Mekah Itulah yang disebut sebagai jempa Mungkin babat Menurut Jempa lebih masuk akal. Karena maulana Ahmad Rahmatullah. Yang berasal dari Jempo datang ke Majapahit. Kemudian diberi tempat di Ampel Denta di Surabaya. Untuk menjadi guru tata negara. Ini dakwah yang sangat strategis. Karena jadi guru tata negara itu. Muridnya pangeran. Pangeran dan anak-anak pejabat. Maka beliau kemudian mengajar tata negara. Sambil mengamalkan ibadah dan akhlak. Yang sangat pulih sebagai seorang muslim. Sehingga banyak. minyak pangeran Majapahit ini tertarik masuk Islam. Strategis sekali dakwahnya. Kemudian Majapahit saat itu, di masa Maulana Malibrahim, selain krisis pangan, krisis moral luar biasa. Tukang santet di mana-mana, dukun-dukunan main, tempat-tempat keramat makin... angker, serem-serem, maka didatangkan tukang rukyah dari Maroko. Maka disebut namanya Maulana Maghribi. Karena Maghrib itu Maroko, sukunya berber, kulitnya hitam, badannya besar. Beliau ini. Nah ketika sampai di Jawa, itu gak bisa makan nasi. Kalau makan nasi, perutnya perih. Wong Arab, anjaran tekoan begitu. Makan nasi itu perutnya perih, gak bisa. Terus oleh Maulana Malik Ibrahim dibikinkan roti Arab, tapi karena gak ada gantum, anani tepung beras. Dibikinkanlah roti Arab dari tepung beras. ini yang kemudian diberikan kepada beliau. Caranya dia diblok sih. Makanya dia ngeblok. Dibikin adonannya sampai agak mengembang supaya gelam tadi roto-koyo roti. Gitu ya. Kemudian dibikinlah makanan ini untuk beliau. Inilah yang karena orang Jawa juga akrab dengan orang India. Dengan bahasa Gujarati kue ini disebut apam. Alias apem. Tapi apemnya bukan apem yang kecil-kecil yang sekarang dijual di pasar-pasar. Penjelenggan coba kalau kemudian nanti mulut, bulan Rabiul Awal, coba ke keraton Yogyakarta ada ngapem. Ngapem ini atau bulan Syakban, itu juga ada ngapem. Apem ini bentuknya dimasak dengan, penjelenggan tahu cowek ya? Cowek ngerti ya? Cobek itu. Di panggilan atasnya kemudian di... Jadi besarnya seperti hubus. Besarnya seperti hubus Arab. Memang besarnya segitu. Dan itulah yang dulu dimakan oleh Maulana Maghribi. Karena beliau kalau makan nasi perutnya perih. Kayaknya kalau di Klaten... Dan jeneng-jeneng ada apem yakowiyu, itu adalah kelanjutan dari tradisi makan roti Arab berbahan Jawa. Sebenarnya begitu. Dari situ. Maulana Maghribi ini nanti oleh Sunan Kalijaga diabadikan sebagai salah satu tokoh wayang di dalam pertunjukan film kartun pertama di dunia yang beliau bikin. Itu film kartun pertama di dunia itu, wayangnya Sunan Kalijaga. Dulu pada masa Majapahit, wayang itu bentuknya wayang beber. Wayang beber itu kayak apa? Adegannya digambar, yang digambar adegannya dan gambarnya gambar natural. Wongi yokoyo wong. Manusia kayak gambar manusia betulan. Itu yang nonton maksimal 12. Karena bentuknya dipegang begini sama dalangnya digeser-geser sambil diceritain. Nggak praktis, maka Sunan Pelajaga itu menggambar wayang per karakter, bukan per adegan. Dan gambarnya gambar karakter, bukan gambar natural. Apa ada manusia kayak wayang? Tangannya cuili, orang kayak buah-buah tekan. Apa namanya? Lutut gitu. Perutnya? Enggak. Karena itu adalah gambar karakter. Maka penjajaran saksikan dalam wayang Yasan Sunan Kalijogo itu pasti yang namanya kesatria itu matanya kecil gitu. Kenapa? Godul basor. Pasti mulutnya jilirit kecil, kenapa? Bisa jaga lisan, give the lisan. Kenapa kemudian perutnya kecil? Prehatin, banyak puasa. Itu tokoh baik pasti seperti itu, kalau diwayang kalijagan. Kalau tokoh buruk, mesti beripatah melolo. Mata keranjang, tidak gotul basah. Pasti mulutnya besar, tomak. Tidak jaga lisan. Pasti perutnya besar, ya itu opo-opo gelem, halal-halal masuk semua. Seperti itu tuh gambar karakter. Jadi kalau kita nonton wayang yang namanya tokoh protagonis pasti ganteng, tokoh antagonis pasti jelek, padahal aslinya belum tentu. Bisa jadi tokoh jahat itu ganteng-ganteng. Bisa jadi tokoh baik itu jelek. Kesueneng pondok prihatin gitu ya Bisa jadi kan begitu Ciloko Jahat Tapi inilah gambar karakternya Nah maka untuk mengisi Wayang Jawa itu dan meluruskan Akidah ada satu tokoh Yang ditambahkan bersama anak-anaknya Tokoh itu namanya Semar Kulitnya hitam Buat Adanya besar suku berber itulah yang dijadikan sunan kalijaga mengabadikan sesepuhnya itu malonama geribi. Kenapa disitu diceritakan Semar itu bisa ngalahkan semua dewa Jawa. Semua dewa Jawa itu takut sama Semar. Semar-semar. Guru takut, Siwa takut, Wisnu takut, Brahma takut, Indra takut, Yamadipati takut, Narada takut. Semua dewa sesembahannya orang Jawa pada saat itu, itu takut sama Semar. Karena apa? Tukang Rukya. Bismillahirrahmanirrahim. Dirugah sama yang namanya Semar. Ini adalah sebuah hal yang luar biasa yang kemudian dikreasi dan diinisiasi pada waktu itu. Dan kita lihat bagaimana kemudian didatangkan juga Bapak Ibu Yang Darahmati Allah, itu seorang trainer tentara untuk melatih pasukan Majapahit. Dan jaringannya Maulana Ahmad Rahmatullah itu kemudian bekerja untuk mendatangkan pelatih terbaik. Siapa nama pelatih terbaik perang zaman itu? Ternyata sejak dulu yang pinter perang orang Palestina. Namanya Maulana Osman Haji. Maulana Osman Haji ini kemudian datang ke majabat bersama anaknya yang masih kecil. Namanya Maulana Ja'far Sadiq. Di majabat jadi pelatih tentara. Dan Masya Allah ini kita bisa cross check. Di mana? Di sejarah dalam Watu Renggoh. Sebuah naskah kitab yang ada di kerajaan Gel-Gel di Kabupaten Karangasem di Bali sekarang. Kerajaan Gel-Gel ini dulu menguasai seluruh Bali. Dan pada saat itu Raja Bali di Gel-Gel itu seba ke Majapahit, datang ke Majapahit. Ketika pulang dia dihadiahi 60 pasukan pengawal terbaik dari Majapahit. 60 pasukan pengawal terbaik dari Majapahit yang mengikuti Raja Gel-Gel pulang ke Karangasem ini. Raja dinasi Kresna. di sana dikenal sebagai nyama selam. Nyama itu saudara, selam itu Islam. Saudara muslim. Muslim pertama di Bali itu berasal dari tentara Majapahit, hasil didikanya Sunan Ngutung alias Maulana Usman Haji. Ketika dewasa anaknya Maulana Usman Haji yang namanya Maulana Ja'far As-Saudik, kemudian pindah ke pantai utara Jawa, mendirikan dakwah. di sebuah kota yang lalu dia namai dengan kota asal kelahirannya. Kota asal kelahirannya adalah Al-Quds. Maka kemudian disebut sebagai Quds. Karena di sana ada masjid yang sangat dicantainya, namanya Masjid Al-Aqsa. Penjelajah bisa lihat masjid di kota Quds di Jawa, namanya Masjid Al-Aqsa Menara Quds. Karena itu memang kangen Pak, kangen kampung. punghalaman, maka kotanya dinamai dengan kotanya, masjidnya dinamai dengan nama masjidnya. Nah Bapak Ibu yang dihormati Allah, generasi berikutnya dari para pendakwah ini ada Aliuddin dan Takiuddin, ulama kembar ini berdakwah di pelabuhan-pelabuhan. Mereka ngikut kapal, mendakwahi para penumpang kapal itu sampai ke pelabuhan berikutnya, ganti. Jadi kayak kita naik angkot, terus kemudian mendakwahi di angkot, terus nanti turun di tujuan berikutnya ganti angkot lain gitu ya. Itu Aliuddin dan Takiuddin berdakwah dengan cara seperti itu, sehingga Islam ini menyebar bukan cuma di Jawa tapi ke seluruh Nusantara. Sampai kemudian Raja-Raja Ternate, Raja Tidore, Raja Goa, Raja Luwuk, Raja Bone, kemudian Raja Talo, kemudian Raja Buton, kemudian Raja Banjar, kemudian Raja Tulang Bawang, kemudian Raja Tanjung Pura, Raja Sukadana, Raja Jambi, Raja Palembang, Raja Melayu, itu anak-anaknya dikirim. ke Giri untuk belajar agama Islam. Pangeran-pangeran dari berbagai negeri itu datang ke Giri untuk belajar agama Islam. Sehingga Tomi Pires seorang petualang dari Portugis ketika lewat Gersik dan Surabaya dia menulis yang namanya Sunan Giri ini kayak pausnya Eropa. Dia ini pausnya Jawa. Tidak ada Raja Nusantara yang sah bertahta sebagai Raja kalau belum disahkan sama Sunan Giri. Sampai level itu bagaimana dakwah para ulama pada zamannya. Masya Allah. Di wasilah berikutnya kita bisa mengenali ternyata Bapak Ibu yang dihormati Allah dulu karena sistem di Majapahit itu kasta rakyat jelata itu kalau makan cara makannya itu sangat memprihatinkan. Maka kan jengsunan giri menurut kitab serat walisono itu membuatkan piring, membuatkan gelas, membuatkan alat-alat makan untuk rakyat. Beliau itu inventor dari alat makan untuk rakyat. Kalau bangsawan Majapahit dulu makan pakai piring, pakai sendok, pakai gelas terbuat dari emas dan perak. Kan enggak mungkin rakyat makan pakai itu. Maka sunan giri itu mendesain dari kayu, bambu, dan tanah liat untuk alat makan penduduk. Kebanyakan. Masya Allah. Kemudian Sunan Kalijaga itu menyosok alat-alat pertanian. Jadi diceritakan Ki Agengselo itu membalik tanah di lahan pertaniannya itu pakai linggis. Anda bayangkan. Membalik tanah pakai linggis. Rampung sui banget. Selesainya lama. Maka Sunan Kalijaga membuatkan untuk Ki Agengselo Cangkul. Cangkul itu bahasa Jawanya terdiri dari 13. Bagian yang tajam namanya pacul, bagian pangkal namanya bawak, bagian pegangan namanya duran. Itu desainernya menurut serat wali sona adalah suran kali jaga. Karena semua dimaknai pacul, ngipatake sakliani Allah kang muncul. Hati harus dibersihkan dari selain Allah. Kemudian menjadi... bahwa kalau sudah beriman kepada Allah, badan harus bergiat untuk beribadah. Dan pegangannya, silahul mu'min, senjatanya orang beriman, itu adalah duran. Gagang pacar itu namanya duran. Duran itu, dedungumarang pangeran. Selalu berdoa kepada Allah. Ternyata selain cangkul juga bajak Puluku Jawa Bajak Jawa itu menurut Serat Walisono juga desainnya Dari Sunan Kalijaga Itu terdiri dari tujuh bagian Beserta maknanya kayak ini tadi Ini ngaku durung apa Saya belum hafal Yang tujuh pada puluku Atau bajak itu Masya Allah sama maknanya Untuk kemudian memperkuat akidah Nah termasuk invensinya nanti Adalah tadi film kartun pertama Di dunia yang namanya wayang kulit Tetapi memang Sunan Kalijau itu Suka menjebak orang Jadi dulu wayang itu tontonan elit Oleh beliau dijadikan sebagai tontonan Masal Gelar di alun-alun Syaratnya apa kalau mau nonton Harus mau dituntun mengucapkan satu kalimat Kalimatnya Baru boleh ikut nonton Begitu nonton Di tengah adegan wayang Dijelaskan tentang makna syahadat datain. Lalu penontonnya luwak, dikis, pindah, komoy. Baru sadar di tengah pertunjukan bahwa mereka sudah pindah agama menjadi seorang muslim. Jadi inilah masifikasi dakwah Islam yang paling luar biasa pada saat pada saat itu. Jadi babat mencatat tetapi serat wali sana ini Berikan dokumentasi yang jauh lebih lengkap Yang luar biasa tentang Kiprah dakwah yang terjadi pada masa itu Jadi kalau babat menyebut Yang namanya Orang Jawa itu Keturunan orang yang diselamatkan Sama Ijadjil Iblis tetapi mendapatkan Anugerahnya Gusti Allah Dengan kedatangan para ulama Kemudian menerima agami Islam Atau ngerasuk agami Islam Dan Mas Susianto Seorang kandidat dokter sejarah kita Yang ngasah di UMS Dan insyaallah mudah-mudahan sebentar lagi Dokterannya selesai Sangat filolog, sangat handal Baca naskah-naskah lama, sangat pinter Beliau menemukan satu pola yang sangat menarik Pada Pujangga Mataraman Pujangga Mataraman itu punya ciri khas. Apa ciri khasnya pujangga Jawa Matalaman? Mereka melakukan dua proses di dalam nulis sastra. Satu, deindianisasi. Yang kedua, otomanisasi. Jadi naskah sastra Jawa, Masa Singasari, Kediri, Majapahit, itu pasti pusat dunia itu India. India itu pokoknya suar gondonya itu India. Semua yang baik berasal dari India. Itu naskah zaman Singasari Majapahit Kediri. Zaman Mataram beda. Apa ciri khasnya naskah sastra Jawa zaman Mataram? India dipinggirkan tidak lagi jadi pemain utama, kadang-kadang bahkan dijadikan sebagai antagonis. Kemudian protagonisnya selalu pasangan, yaitu seorang pangeran Jawa, ditambah dukungan dari Sultan Ngerum. Siapa Sultan Ngerum? Tahu siapa Sultan Ngerum? Sultan Turki Usmani. Kok bisa disebut Sultan Ngerum? Karena gelar lengkapnya begini. Misalnya saya ambil murad 4. Murad 4 itu raja sezaman Sultan Agung. Sultan Turki Usmani sezaman Sultan Agung. Apa nama beliau? Malikul Barain, Wahakkanul Bahrain, Wahadimul Haramain, Sultan, Ghazi, Khalifatullah, Wadilluhu fil Ardi, Kaisar Irumi Masya Allah, ngeri Apa kalimatnya? Malikul Barain, Raja Dua Benua, Wahakkanul Bahrain, Han Agung Dua Samudera, Wahadimul Haramain, Pelayan Dua Tanah Suci, Sultan, Seorang Sultan, Ghazi, Seorang Panglima Perang Khalifatullah, khalifahnya Allah, wa diluhu fil ardi, dan bayangannya di muka bumi. Ngeri banget itu. Apa terakhir? Kaisar Irumi, dan gelar Kaisar Irumi ini dipakai sejak Muhammad Al-Fatih. Kaisar Irumi artinya Kaisar Romawi. Kenapa Sultan-Sultan Turki menyebut dirinya Kaisar Romawi? Karena mereka berhasil menaklukkan. Konstantinopel, ibu kota Romawi Timur Bizantium Sehingga gelar Kaisar Urumi itu melekat Pada Sultan Santurki Usmani Orang Jawa karena susah Nyebut gelar yang panjang tadi Kemudian diringkas Sebenarnya di Sultan Ngerum. Jadi kalau ada naskah Jawa menyebut Sultan Ngerum, maksudnya adalah Sultan Turki Usman. Nah, naskah Jawa akan selalu mengandung pilihan kata Sultan Al-Gebah, saking nagari rum. Maulana Ali Samsudjen, Maulana Ali Samsudjen, mufti saking negari ngerum. Naskah-naskah Jawa Mataram itu selalu punya pola itu, deindianisasi, otomanisasi. Maka saya sampai menyusun satu hipotesis, Mataram itu negara yang sangat otoman orientated, yang sangat berorientasi. orientasi kepada Turki Usmani sejak berdiri. Saya dulu bertanya-tanya, panembahan Senopati itu nama gelar yang unik. Kenapa gelar yang unik? Karena tidak ada Raja Jawa sebelum itu yang memakai nama gelar perangnya sebagai gelar Raja. Tapi orang Orang ini, Danang Suta Wijaya, Binki Ageng Pemanahan ini, selalu menyebut dirinya Panembahan Senopati. Dari mana itu? Ternyata konon Panembahan Senopati itu adalah terjemah bahasa Jawa untuk Sultan Gezi. Sultan yang panglima perang, bahasa Jawanya Panembahan yang Senopati. Masya Allah. Kemudian ini dibuktikan dengan sangat serius oleh Sultan Agung Hanyok Rokusuma. Waktu itu belum bergelar Sultan, masih susuhunan Agung Hanyok Rokusuma. Tahun 1640 ngirim utusan ke Turki Usmani lewat Makkah. Berangkat dari Jepara menuju ke Palembang, transit di Aceh, transit di Aden, kemudian ke Makkah. Ketemu Syarif Makkah pada saat itu namanya Zaid bin Muhsin al-Hashimi. Kemudian mendapatkan anugerah atas nama Sultan Murad IV dari Turki Usmani. Melalui Zaid bin Musin al-Hashimi. Beliau mendapatkan gelar Sultan resmi. Diakui sebagai Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram. Sebagai tanda pengukuhan diberikan kepada beliau. Satu buah potongan kiswah ka'bah berwarna hitam. Sampai sekarang masih menjadi pusaka keraton Yogyakarta. Namanya Kanjeng Kiai Tunggul Hulung. Tunggul itu yang... Luhur, pulung itu hitam Warnanya, karena ini adalah kiswah Ka'bah, kemudian beliau juga diberi Potongan satir makam Nabi SAW, warnanya putih Kemudian ini menjadi pusaka Sampai sekarang di Kraton Yogyakarta Namanya Kanjeng Kiai Pare Anom Pare Anom Ini adalah pusaka Dari kiswah itu, kemudian Dihadiahkan kepada Sultan Agung itu Air Zamzam, satu guci Gucinya dari Turki Diisi air Zamzam di Mekah, dibawa pulang pulang ke Jawa. Bayangkan. Zaman itu loh Pak. Hampir setahun pelayarannya. Itu dibawa ke Jawa, kemudian oleh Sultan Agung, air zam-zam ini diminum. Dibagikan kepada para ulama dan para santri, kemudian gentongnya oleh beliau dipasang di makam beliau yang ada di Imogiri. Di situ masih ada tulisannya, Enceh Kiai Mendung Saking Sultan Ngerum. Enceh itu artinya guci, guci namanya Kiai Mendung. Hadiah dari Sultan Rum alias Sultan Turki Usmani. Ini Ottoman oriented. Yang berikutnya adalah Pangeran Mangkubumi yang tadi saya utang cerita kepada Panjenengan. Sebenarnya Pangeran Mangkubumi ini adalah putra Amangkurat IV dari Selir. Selirnya namanya Mas Ayute Jawati. Menurut beberapa sumber Mas Ayute Jawati punya bapak marganya Basyaiban. Jadi ternyata dinas Simataram itu punya darah bahasa Iban dari Mas Ayute Jawati yang menjadi ibu Sultan Hamengkubo I di Yogyakarta. Memang dinas Simataram itu campuran darah seluruh Nusantara. Karena nanti kalau dirunut nasabnya ke atas menurut babat, maka Ki Ageng Pemanahan, Bin Ki Ageng Nis, Bin Ki Ageng Selo, Bin Joko Tarub, Bin Bondan Kejawan, Bin Brawijaya V. Bondan Kejawan Bin Brawijaya V adalah anak Brawijaya V dari seorang putri Wandan. Wandan itu mana Pak? Bandaneira. Di Maluku Selatan. Jadi ini anak putri dari Bandanera yang menurut babat kulitnya swaida, kehitaf hitaman. Sehingga dalam catatan para duta VOC ketika berkunjung ke Matang. Sultana Agung itu disebut tingginya lebih kecil dari orang Jawa rata-rata dan kulitnya lebih agak hitam daripada orang Jawa rata-rata. Karena berdarah wandan dari bandar Neira. Kemudian Bapak Ibu yang dirahmati Allah SWT. Allah, campuran darah itu makin bertambah lagi, tadi dengan Basya Iban, tambah lagi permaisurinya Hamengku Buwono I di Yogyakarta, itu namanya Ratu Ageng Tegarjo, yang nanti akan membesarkan pangeran Diponegoro itu, itu cucu Sultan Bima Abdul Kohir I Abdul Kohir I ini punya permaisuri putri dari Goa Talo, maka Ratu Ageng Tegarjo itu berdarah Goa Talo Bukismakasar, sekaligus berdarah Bima di Sumbawa dan kemudian menjadi istri kecil Sultan Hamengkubwono I yang kemudian terkenal sebagai Ratu Ageng Tegarjo, sembilan tahun mendampingi jihad suaminya kemana-mana, sampai melahirkan anaknya yang jadi Sultan Hamengkubwono II pun, lahirannya di Gunung Sindoro. Beri penunggang kuda yang hebat, maklum Putri Bima. Ya naiknya kuda Sumbawa kan. Bisa minum susu kuda liar kan itu. Itu melahirkan di lahirkan Gunung Sindoro. Masya Allah. Jadi campurannya begitu. Nanti permaisurinya Hamengku Bono II, Putri Sumeneb namanya Ratu Kenconowulan, berarti bertambah lagi darah Madura. Nanti ibunya Diponegoro namanya... Raden Ayu Mangkorowati adalah keturunan dari Kiai Ageng Prampilan, Trahsunan Ampel. Nyambung lagi. Jadi ini kumpulan, a mix of little bit everything. Dari berbagai penjuru dunia melumpuk darahnya itu di situ. Maka keturunannya ganteng. Jadi Bapak Ibu yang dihormati Allah, kita kembali kepada tadi, kisah tadi. Jadi Pangeran Mangkubumi ini seorang pangeran di sini, di Kartasura. Kartasura, beliau putra Amangkurat IV. Pada saat itu yang kemudian menjadi raja adalah kakaknya namanya Pak... Pakubwono II. Sinon Pakubwono II ini seorang yang dalam babat digambarkan seorang yang lemah hati, peraku, gampang bimbang. Nah Belio pada tahun 1742 mendapatkan ujian berupa pemerintah besar. besar oleh orang-orang Cina yang disebut sebagai geger pecinan. Geger pecinan ini gara-garanya apa? Gubernur Jenderal Adrian Valkenir di Batavia memutuskan membatasi jumlah orang Cina di Batavia yang saat itu sudah 120 ribu orang. Beliau tetapkan tidak boleh lebih 50 ribu orang Cina tinggal di Batavia. Yang rusak. Kokean gitu kan. Maka sekitar 50 ribu orang Cina memberontak di Batavia kemudian bergerak di seluruh pantai utara ke timur ke arah Cirebon meng... menjarah dan sebagainya sampai ke Semarang. Di Semarang mereka ketemu dengan seorang pangeran Mataram yang terbuang namanya Raden Mas Garendi. Maka terjadi persetujuan di antara mereka, pasukan Cina ini mendukung Raden Mas Garendi memberontak untuk jadi Raja Mataram. Maka Raden Mas Garendi ini, karena dia menjadi rajanya orang-orang Cina, kemudian disebut sebagai Sunan Kuning. Jadi di Semarang ada tempat namanya Sunan Kuning, dulu kesannya sangat negatif ya, tapi sejarahnya disitulah pengangkatan Ratin Mas Garendi menjadi Raja Mataram oleh pasukan Cina, maka dia disebut sebagai Sunan Kuning. Pasukan Cina ini kemudian... Menyerbu ke Kartosura Keraton Kartosura Diserbu pasukan ini hancur Tinggal tembok itu Hancur diserbu pasukan Cina ini Pangeran Mangkubuim Menyelamatkan kakaknya Pakubono II Dibawa lari ke Ponorogo ke Tegalsari menemui Kiai Agengkasan Besari I kemudian dititipkan, saya titip kakak saya disitu malah di Pekmantu sama Kiai Agengkasan Besari kemudian pangeran Mangkubungi pulang mengajak keponakannya namanya Raden Mas Said, yang kemudian nanti menjadi Mangkunagora I di Mangkunagara ini untuk berjihad melawan orang-orang Cina ini sampai berhasil mengusirnya, begitu selesai kemudian keraton Kartasura sudah hancur, terus bagaimana pangeran Mangkubungi berpikir keras ... kita harus bikin keraton baru. Cari di mana? Cari tempat, disuruh beberapa orang untuk cari tempat, akhirnya ketemu satu tempat di tepi Bengawan Semangi, ada desa namanya desa Solo. Bukan Solo, Solo. Maka di desa Solo itulah yang sekarang menjadi keraton Kasunanan Surakarta ini dibangun sebuah keraton baru dengan arsitek Pangeran Manggubumi ini. Selesai keraton dibangun, maka dia jemput kakaknya ke Ponorogo untuk didudukkan kembali menjadi Raja. raja. Saking senangnya Pak Kubono II atas Dharma Bakti adiknya dia berjanji, dek nanti tak kasih ya dek, kasih opo. Mau dikasih tanah yang disebut Sukowati. Mana itu tanah Sukowati? Seragen sampai Ngawi bagian utara. Itu yang disebut tanah Sukowati. Tanah tersubur di seluruh wilayah saat itu. Sampai sekarang lumbung padi nasional. Itu mau diserahkan ke pangeran dan kubun oleh Pak Kubono II. Itu tahun 1742. Sampai empat. tahun kemudian 1746 belum diberikan juga. Karena provokasi seseorang yang bernama Pate Pringgoloyo. Ada daerah namanya Pringgolayan gak sih? Nah, itu tempatnya kolaborator Belanda disitu. Pate Pringgoloyo ini kemudian memprovokasi Sunan untuk tidak memberi kepada adiknya. Pokok men jangan diberi. 1746 Gubernur Jenderal VOC namanya Baron Van Imhof datang ke Surakarta. Saat itu Pate Pringgoloyo dan Baron Van Imhof. Imhof itu ngomong menyakiti pangeran Mangkubuwi dibuli habis di dalam pasir ban. Dijelek-jelekan. Apa iya orang gak berjasa? Kok 4 tahun sabar-sabarnya nunggu balas jasanya. Nah jasanya aja gak ada. Jadi pokoknya provokasi-provokasi sampai Baron Van Imhof akhirnya kemudian tau maksudnya oh jadi ini Mangkubuwi yang kamu sebut. Ini orang memang gak punya malu minta-minta. Dibuli habis. Pangeran Mangkubuwi itu cuma senyum. Nunduk senyum. Kakaknya yang keleceman, Paku Bono II itu mau membelani Mangku Bumi. Tidak berani, tapi hati kecilnya, kasihan adikku dibuli begini. Tengah malam, Pangeran Mangku Bumi kemudian pamit kepada kakaknya. Saya mohon pamit. Mau kemana, dek? Apa saya punya pilihan selain melawan? Ya, saya tidak pengen mencari, dek. Kemudian diberikan tombak Kiayageng Pleret Pusaka Utama Tarang. Itu oleh Paku Bono II diberikan kepada adiknya Pangeran Mangku Bumi untuk memimpin perang. Maka perangnya berlangsung 9 tahun, 1746-1755 yang disebut sebagai Perang Palihan Nagari. Karena endingnya nanti diakhiri dengan pembagian kerajaan Madaram. Pada saat itu Pangeran Mangkubumi berperang, Masya Allah beliau berhasil mengepung benteng VOC di Ungaran sampai Van Imhof mati terkepung di sana. Kemudian beliau berhasil menewaskan seorang Panglima Belanda namanya Mayor, The Clerk di Sungai Bogowanto di dekat Purworejo. itu kemudian tombak yang dipakai untuk membunuh mayor di Klerk itu masih jadi pusaka keraton Yogyakarta namanya Kang Jeng Kiai Klerk. Jadi pangeran mengkubur itu kalau naik kuda sama dengan Sultan Agung sama dengan penemban Sinopati. Kalau naik kuda tidak pernah megang tali kekang. Nanti pangeran di Ponegoro juga sama. Gimana? Tali kekangnya diselempitkan ke staken, ke sabuk. Dia mengendalikan kuda itu dengan gerakan perut dan kaki, tidak pernah pakai tangan. Tangannya dipakai untuk megang senjata. Dan pangeran mangkubun itu khas kalau berperang, kalau megang tombak bukan gagangnya, mata tombaknya yang dipegang. Makanya dia itu ketika membunuh Kolonel Clark itu, dia pakai tombaknya ini untuk bertumpu naik ke kudanya. Mayor Clark ini kemudian sudah duduk di belakangnya, kemudian tombaknya tempelan ke sini. Cara membunuhnya begitu. Nah, pangeran mangkubumi ini perang besarnya bikin VOC nyaris bangkrut. Apa yang terjadi? Tahun 1755 Nyonsewu ini tidak menyinggung etnis, tetapi pada saat itu kejadiannya adalah ada seorang Arab di Semarang. Namanya Syarif Besar Syekh Ibrahim. Syarif Besar Syekh Ibrahim ini oleh Belanda dibujuk untuk menghentikan perang. Bagaimana caranya Syarif Besar Syekh Ibrahim didandani sebagai utusannya Sultan Ngerum. Didandani sebagai utusan Sultan Turki Usmani. Diminta menemui pangeran Mangku Bumi untuk menawarkan selesainya perang. Dengan imbalan beliau diberi gelar Sultan resmi dari daulah Turki Usmania sebagai pemimpin Jawa. Muslimin. Jawa, Amirul Mu'minin di Jawa. Karena pangeran Mangkubi juga melihat keadaan rakyat yang menderita karena perang, plus beliau samikna wa atokna kepada Turki Usmani, maka beliau menyatakan saya terima syarat ini. Saya menjadi Sultan atas separuh Mataram dengan gelar resmi dari Daulah Turki Usmani seperti yang diterima kakek saya, Sultan Agung. Selesai, maka diadakan perjanjian di desa Janti, Karangayar. Desanya namanya Janti. Tapi di dokumen Belanda karena nulis J itu pakai G, Gianti, Gianti ditulis Gianti pakai G gitu, maka kemudian terjadi salah sebut di waktu-waktu berikutnya menjadi Perjanjian Gianti. Padahal di sana jenengi Gianti. Perjanjian Gianti ini membelah Kerajaan Mataram menjadi dua, sisa ya, sisa Kerajaan Mataram karena sudah berkurang banyak, wilayahnya antara Banyumas sampai Banyuwangi dibagi dua. Itu mbak gini lucu, Banyumas ikut Surakarta, kecuali Banjarnegara ikut Jogja. Pekalongan ikut Jogja, kemudian Pemalang ikut Jogja, tapi Kedu dan Bagelen itu diperintah bersama. Kedu dan Bagelen itu Purworejo, Magelang, Temanggung, Wonosobo, Kebumen. Itu diperintah bersama. Nanti ke timur gitu ya. Habis satu dapat Mataram, ponakannya Pak Kubo No. 3 dapat Pajang. Wilayah Pajang itu yang sekarang disebut sebagai Karisidenan Surakarta. Kemudian ke sebelah timur, Ngawidap milik Jogja, Madiun milik Jogja, Magetan milik Jogja, Ponorogo milik Surakarta. Keselatan yang namanya Pacitan, itu separuh milik Jogja, separuh milik Surakarta. Trenggalek milik Surakarta, Tulungagung milik Jogja. Ke utara Gerobugan milik Jogja, Demak milik Jogja. Tetapi ke timur sedikit, Lamongan itu milik Surakarta. Keselatan, Mojokerto milik Jogja, Jombang milik Surakarta. Keselatan lagi, Ngantang Malang milik Jogja, tapi kemudian tadi Kertosono ikut Jogja, tapi Kediri ikut Surakarta. Pusing gak? Jadi itu dibagi kayak begitu. Inilah yang kemudian menjadi palihan nagari. Kemudian berbertahta di Yogyakarta sebagai Sultan Namo Kumbu 1. Membangun keraton baru di Yogyakarta seperti yang kita lihat sekarang. Tahun 1785, buyutnya lahir. Dipangku sama beliau, ini Ferozat seorang mu'min ya, menurut babat disebutkan. Beliau ketika itu mengatakan, buyutku ini besok akan memberi kerusakan kepada Belanda lebih besar dari yang aku lakukan. Buyut ini namanya Radenmas Mustohar. Nanti ketika Khitan ganti nama menjadi... Raden Mas Ontawirjo ketika menikah ganti nama menjadi Bendoro Pangeran Harjo, Diponegoro. Jadi ini buyut ini sudah divirasati oleh kakeknya, ini akan memberi kerusakan kepada Belanda, lebih besar dari yang kulakukan. Maka dia dididik oleh nenek buyutnya Ratu Ageng di Tegah Rejo, bukan di Kraton. Dan di Tegah Rejo terjadi kemakmuran yang luar biasa, bernaung di bawah rumah tangga Puri Tegah Rejo itu 3.000 keluarga. Pelayannya Pangeran Diponegoro itu 700 orang. 70 orang itu khusus untuk ngurusi kuda. Pak Prabowo enggak ada apa-apanya. Jadi yang pengurus kudanya Pangeran Diponegoro itu 70 orang itu mengurusi kuda. Tak. Dalam Tegarjo yang sekarang ada itu, itu lebih kecil dari aslinya. Aslinya puri Tegarjo Pangeran Diponegoro itu mepet ke timur sampai Sungai Winongo. Karena tempat disitu biasanya pengen dipenuhi itu suka bertahan, nus dibawah pohon kemuning, beliau sering merenung disitu, di pesanggerahannya. Dan itulah yang beliau tinggalkan untuk jihad visabilillah selama 5 tahun penuh sebagai Engkang Siniwun Kangjeng Sultan Abdul Hamid Heru Cokro Kabirul Mu'minin. Perhatikan ini, Kabirul Mu'minin Sayyidin Panetek Panotokomo Satana Jowo Khalifatul Rasulillah. Perhatikan ini. Khalifatul Rasulillah, bukan Khalifatullah. Itu ada di stempelnya, stempelnya bentuknya segilapan, tulisannya tulisan Arab, tulisannya begitu. Engkang sinun kang jeng sultan Abdul Hamid, haru cokroka birul mu'minin sayidin panatak panatak gomusatanah jawa, Khalifatul Rasulillah. Ini pemahaman yang lebih sahih daripada Khalifatullah dalam makna memimpin umat. Ini yang kemudian ada pada stempel beliau. Dan beliau menyusun pasukannya Hanya persis seperti pasukan Janisariya Turki Usmani, pangkat tertinggi namanya Ali Basah, Ali Pasha. Ali Pasha bahasa Turki jadi Ali Basah, Bosodowo. Ali Basah ada tiga di pasukan Dipenegoro. Ali Basah, Sentot, Abdullah, Mustafa, Prawiro Tirjo. Yang kedua, Alibasah Kertopengalasan. Yang ketiga, Alibasah Muhammad Osman. Alibasah Sentot itu dari Madiun, putra dari Ronggoprawi III saat menjabat Alibasah umurnya 17 tahun. Sangat muda, sangat hebat, taktis, paling ditakuti Belanda. Alibasa Kertopengalasan seorang petarung yang luar biasa. Ketika perang selesai tahun 1830, dia diperiksa dokter Belanda. Tidak ada satu jengkal pun di tubuhnya kecuali ada lukanya. Alibasa Muhammad Osman adalah keponakan Kiai Mojo, putra Kiai Kasan Besari, dua dari Tegasari. Dan Masya Allah Alibasa Muhammad Osman ini ikut dibuang bersama Kiai Mojo ke Tondano. Di bawahnya ada basah. Basah, di bawahnya ada dolah, di bawah dolah ada angadullah, daulah, agadaulah, bahasa Turki semuanya. Kemudian beliau juga kesatuannya namanya boluk, boluk di bahasa Jawa kan jadi bulkiyok. Pasukan Turkinya namanya turkiyok. Pasukan Arabnya namanya Arkyo. Salah satu pemimpin Arkyo namanya Syarif Samparwati. Syarif Samparwati ini menantu Syarif Abdurrahman Alaidrus. Syarif Abdurrahman Alaidrus adalah menantu Sultan Hamengkubono II. Di Jogja tempat kelahirannya Syarif Samparwati ini namanya Sayidan. Di Jogja itu ada kampung Sayidan, ini tidak ada Sayidin. Kalau di Solo kampung Arabnya terpelihara, di Jogja kenapa tidak ada? Saya baru terusur kemarin Syarif Abdurrahman Alaidrus menantu. Menantu Hamengkubono II itu keluarganya sebab ada perang di Ponegoro itu menghadapi pilihan mau tetap di situ tapi dibunuh atau pergi. Kenapa? Karena selama perang di Ponegoro terbukti keluarga Syed Abdurrahman ala Idrus dan Syarif Samparuti semuanya membantu perjuangan panggilan di Ponegoro. Makanya diusir, makanya dibersihkan dari Yogyakarta. Makanya Jogja itu gak enak kampung harapi. Ada tapi gak ada orang harapi. Jenengnya sayitan, gak ada sayiti. Itu yang terjadi. Jadi ini yang kita tangkap, ini sambut maghrib. Kita tutup ya, mudah-mudahan kita bisa lanjutkan di lain kesempatan. Ada banyak yang ingin saya ceritakan terkait cerita ini, betapa kita ini berada dalam lingkungan yang sangat luar biasa dalam Ziyad visabilillah. Pada saat itu, seperti yang dikatakan. Kiai Mojo ketika menjawab klien clearance ketika akan berunding, kenapa kalian berperang? Kata Kiai Mojo, ngantepi Islamnya Samyo, ngelampai parintah dalil, ing Quran panayat katal. Ngantepi Islamnya Samyo, bersama memantapkan Islamnya, ngelampai parintah dalil, melaksanakan perintah dalil, ing Quran panayat katal di dalam Al-Quran Surah At-Tawbah. Itu yang beliau sampaikan. Wallah alhamdulillah. Closing statement. Jadi dari semua yang Anda ceritakan, sebetulnya yang ingin Anda sampaikan kepada masyarakat Jawa sekarang itu apa? Ayo kembali menjadi 100% muslim, 100% memahami sejarah kita dan kita berjuang bersama-sama untuk masa depan yang gemilang. Yang masa lalu kita sebagiannya sudah dirusak. Tahun 1830 Pangeran Diponegoro ditangkap, tercatat sejak penangkapan Pangeran Diponegoro itulah pembersihan Anasir-Anasir. hasil keislaman dari keraton dan masyarakat Jawa secara umum terjadi. Maka kita harus mulai kembali membawa dakwah ini kemanapun, kepada siapapun, dan dinulis Islam adalah ruhnya orang Jawa. Allah Alhamdulillah.