Horas buat kita semua sahabat Batakpedia. Dalam video ini Batakpedia masih berbagi sejarah Batak buat kita semua karena sejarah dipenuhi dengan kisah yang menakjubkan. Sebuah kisah yang akan menginspirasi anda, memberikan anda motivasi dan semangat. Oke guys dalam video ini Batakpedia akan berbagi sejarah tentang peristiwa suku Batak yang hampir punah di era perang paderi.
Sebelum membahas peristiwa ini lebih dalam lagi, jangan lupa like, share dan subscribe channel ini supaya Batakpedia lebih semangat lagi memberikan informasi menarik buat kalian semua sahabat Batakpedia. Penyebaran Islam di Tanah Batak erat kaitannya dengan peristiwa Perang Paderi pada awal abad ke-19. Seperti kita ketahui bahwa sebelum Islam dan Kristen masuk ke Tanah Batak, agama asli orang Batak adalah parmalim dan kepercayaan animisme.
Dilansir dari majalah Tempo, Perang Padri adalah gerakan wahabi atau gerakan pemurnian Islam yang dilakukan dengan kekerasan di Minangkabau dan di Tanah Batak. Gerakan ini memiliki aliran yang sama dengan Taliban dan Al-Qaeda. Invasi Paderi ke Tanah Batak Batak ternyata menewaskan jutaan orang yang pada saat itu gerakan Padri dipimpin oleh Imam Bonjol yang merupakan salah satu pahlawan Indonesia Imam Bonjol dianggap dengan sadar melakukan itu sehingga dalam waktu dekat ini muncul petisi gelar pahlawan dicabut darinya selanjutnya dilansir dari obor keadilan menurut Samuel utagalung dalam bukunya yang berjudul zending rasisme dan kolonialisme orang-orang Batak Toba telah mengalami banyak penindasan dan pergumulan era praagama hai hai Bahkan dalam sebuah catatan awal melaporkan adanya migrasi dari selatan Tapanuli ke arah utara Migrasi ini sebagai akibat serangan mematikan dari pasukan padri yang dipimpin Imam Bonjol bagi Batak Mandailing yang menolak menerima perintahnya Besarnya migrasi dari selatan Tapanuli yang sudah dikuasai pasukan Pasukan Padri memaksa Imam Bonjol melanjutkan serangannya ke arah utara tepatnya daerah Tapanuli tempat berdomisilinya Batak Toba melalui sipirok yang kali ini dibantu oleh Batak Mandailing yang sudah menjadi bagian dari pasukan Padri.
Dilansir dari buku Tuan Kurao, yang ditulis oleh Mangaraja Onggang Parlindungan, setidaknya terdapat dua alasan mengapa penyerbuan ke Tanah Batak tersebut dilakukan dengan kekerasan. Selain menyebarkan agama Islam mazhab hambali di Tanah Batak, penyerbuan itu juga dipicu oleh adanya dendam lama keturunan Marga Siregar terhadap Raja Oloan Sorba di Banuan. dinasti Singa Mangaraja yang pernah mengusirnya dari Tanah Batak, Togarnathigore Siregar, pemimpin Marga Siregar pun sampai mengucapkan sumpah yang diikuti seluruh keturunan Marga Siregar, yaitu akan kembali ke Tanah Batak untuk membunuh Raja Oloan Sorba di Banua dan segenap anak cucunya.
Pada saat itu pasukan padri bergerak melewati Silantom, Pangaribuan, Silindung dan terus ke Butar dan Humbang yang merupakan daerah pusat kekuasaan si Singa Mangaraja ke-10. di desa Butar pasukan Paderi bertemu dengan pasukan Sisingamangaraja ke-10. Akhirnya peristiwa pertempuran ini menewaskan Raja Sisingamangaraja X dengan cara didipenggal oleh kaum Monjol atau Bonjol.
Istilah Monjol atau Bonjol ini merupakan sebutan orang Batak Toba bagi orang Mandailing yang beragama Islam, dan kediamannya di Bakara pun pada saat itu dihancurkan oleh pasukan padri. Sisingamangaraja X lahir tahun 1785, meninggal dunia pada 1819 dalam usia 34 tahun. Waktu itu dia baru berkuasa sebagai raja selama 4 tahun saja Perlawanan memang dilakukan rakyat Batak, tetapi pasukan padri sangat kuat Penyerangan itu mengakibatkan tanah Batak banjir darah dan mayat tergeletak di mana-mana hingga jumlahnya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan Seorang saksi hidup Marga Daulay dari Mandailing melaporkan juga tentang kebiadaban pasukan Padri bahwa tak terhitung lagi banyaknya orang yang tewas di Sembelih Padri. Ribuan rumah dibakar Padri di kampung itu, lebih seribu orang diikat pasukan Padri untuk dijual sebagai budak, ibu-ibu dan anak gadis di perkosa Padri dan mereka bawa entah kemana, ke tempat yang tidak diketahui di mana adanya, dan ribuan lagi menyelamatkan nyawa lari ke hutan belantara, bahkan di antara mereka ada yang mati kelaparan. Seorang wanita yang berhasil lari dari tawanan tentara penjajah padri juga melaporkan bahwa Tuanku Imam Bonjol punya 3 orang istri dan 4 selir.
Akan tetapi, saat itu salah satu istri Imam Bonjol ingin melarikan diri, tetapi naas dia tidak beruntung karena ketahuan dan dibunuh oleh anak Imam Bonjol yang bernama Sultan sedih pada masa itu memang pasukan Padri punya kebiasaan menculik wanita-wanita Batak untuk dijual sebagai budak jelaslah kehidupan bangsa Batak khususnya Batak Toba bukanlah kehidupan yang aman dan damai di era praagama tahun 1816-1833 merupakan masa paling kelam dalam sejarah Batak, khususnya Batak Toba. Pasukan Paderi menjajah dan menghancur leburkan suku Batak Toba. Pasukan Paderi berhasil menang melawan orang Batak Toba.
sekitar 75% orang Batak Toba terbunuh termasuk anak-anak dan perempuan, sisanya 25% yang tersisa adalah mereka-mereka yang melarikan diri ke hutan dan kelompok-kelompok yang tunduk pada pasukan Padri. Kekalahan telak suku Batak Toba ini tidak membuat pasukan Padri berhenti menghancurkan tanah Batak. Pasukan Padri pun bermaksud menjadikan utara Tapanuli sama seperti daerah selatan yang sudah lebih dulu tunduk kepadanya. Walaupun pasukan Padri berhasil menang melawan orang Batak yang masih hidup namun pasukan Padri di kalahkan secara telak oleh orang-orang Batak yang sudah mati. Mayat-mayat orang-orang Batak yang ditelantarkan pasukan Padiri tanpa dikubur, karena mereka orang kafir yang tak layak dapat penghormatan akhirnya membusuk dan menyebarkan penyakit yang justru menyerang kaum Padri.
Penyakit misterius ini menyebabkan ratusan ribu nyawa menghilang karena penyakit ini mewabah begitu cepat dan ganas. Orang-orang Batak menyebut penyakit ini dengan nama Gugur. begu atuh Mengapa disebut begu atuh secara harfiah begu artinya hantu sedangkan atuh berarti memukul maka jika diterjemahkan begu atuh sama dengan hantu yang terus-menerus memukul kejalanya adalah muntah-muntah dan buang air besar yang hebat mereka yang mengalami penyakit ini mengalami derita kesakitan seperti dipukul pada bagian perut begu atuh adalah sebutan orang Batak untuk penyakit kolera penyebaran wabah kolera ternyata jauh lebih berbahaya daripada serangan pasukan Bukan hanya menulari orang Batak, penyakit Begu Ato ini ikut juga menyasar kepada bala tentara Padri Makin lama penularannya kian menggerogotik Pasukan Padri akhirnya tidak mampu bertahan lebih lama lagi menghadapi serangan wabah yang mengancam mereka Karena sudah cukup banyak memakan korban bagi pasukan Padri Satu-satunya jalan menghindari diri dari epidemi yang terus merajalela itu adalah dengan mengundurkan diri Penyakit tersebut bahkan membuat laju tentara Padri menguasai tanah Batak bagian utara terhenti Padri Pada 1820, mereka mundur kembali ke Minangkabau.
Kemunduran pasukan padri dari Tanah Batak Toba meninggalkan banyak kepedihan, luka dan trauma yang mendalam akibat pembunuhan masal ala padri ini mengakibatkan orang-orang Batak Toba menjadi orang-orang yang penuh kecurigaan dan menutup diri pada dunia luar sampai era waktu tertentu. Peristiwa ini juga berakibat pada misionaris Kristen yang datang ke Tanah Batak. Cukup banyak misionaris Kristen yang terbunuh sebagai akibat dari peristiwa ini.
Begitulah histori peristiwa kelam suku Batak Toba yang hampir punah dengan tewasnya si Singa Mangaraja ke-10. Sejarah adalah suatu perjanjian di antara orang yang sudah meninggal, mereka yang masih hidup, dan mereka yang belum dilahirkan. Jika sejarah menjadi guru kebijaksanaan, tokoh sejarahlah yang mengkonkritkan keteladanan.
Sejarah adalah tempat kita belajar akan makna sejati dari hidup kita di dunia ini. Ia akan memberikan kita banyak pelajaran berguna bagi masa depan kita Memang benar sejarah dipenuhi dengan memori kelam yang bisa membangkitkan perasaan negatif Tapi sejarah tetap merupakan hal berharga untuk tetap diingat, dijaksanalah dalam menyikapinya Sampai disini video Batakpedia kali ini Jika terdapat kesalahan dan kekeliruan mohon diberikan saran dan pencerahan Horas