Intro Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Halo teman-teman semua, berjumpa lagi di channel Galeri RNSW Di video kali ini, saya akan menceritakan tentang sejarah berdirinya Kerajaan Ternate dan Tidore Seperti apa ceritanya? Yuk, langsung saja kita simak videonya Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore Kerajaan Ternate termasuk kerajaan Islam tertua di Nusantara. Kerajaan ini didirikan oleh Bab Mas Hur Malamu pada tahun 1257 Masehi dan berkuasa dari tahun 1257 sampai tahun 1272 Masehi, dan sekaligus menjadi Raja Kolano pertamanya. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Tidore berpusat di Tidore, Maluku Utara.
Berdiri pada tahun 1322, pada masa jayanya sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18, kesultanan ini menguasai sebagian besar Halmahera Selatan, Pulau Buru, Ambon, dan banyak pulau di pesisir Papua Barat. Raja pertama Tidore yang menggunakan gelar Sultan adalah Ciriliati atau Jamaluddin yang memerintah dari tahun 1495 sampai tahun 1512. Sebelumnya tidak terdapat catatan sejarah siapa raja yang berkuasa sebelum Ciriliati. Sejarawan Belanda FSA de Klerk mencatat pada tahun 1334, Tidore dipimpin oleh seorang yang bernama Husein Shah.
Secara geografis, kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Ternate. letak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai The Special Island. Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga banyak pedagang maupun bangsa-bangsa yang ingin datang dan bertujuan ke sana.
Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pada abad ke-14 Masehi, di Maluku Utara telah berdiri empat kerajaan yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang kolano.
Beberapa kali keempat kerajaan tersebut terlibat perang memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Namun, akhirnya mereka dapat mengakhirinya dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam persetujuan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore yang ketiga, dan Bacan yang keempat.
Saat itu wilayah Maluku Utara dikenal dengan nama Maluku Kieraha yang secara harfiah berarti gugusan empat pulau bergunung. Keempat pulau itu dikuasai oleh empat kesultanan yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin tahun 1486 sampai tahun 1500, Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Keicil Buko. Oleh keempat kesultanan inilah hubungan perdagangan mulai dijalin. Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa sejak zaman Majapahit.
Pedagang Maluku sering mengunjungi bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban. Sebaliknya, pedagang Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam di Indonesia.
Sejak abad ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Seiring dengan ramainya perdagangan, berdatangan pula para mubalik dari Jawa Timur untuk mengajarkan agama Islam. Salah seorang mubalik yang berjasa menyiarkan agama Islam di Maluku ialah Sunan Giri dari Gresik, Jawa Timur.
Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang mendapatkan pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu. Pusat pemerintahan Ternate terdapat di Sampalu. Raja Ternate yang pertama ialah Sultan Zainal Abidin tahun 1486-1500.
Raja Ternate yang terkenal ialah Sultan Harun. Hasil utama Ternate waktu itu ialah cengkeh dan pala. Jejak-jejak arkeologi atau bukti fisik pengaruh budaya Islam dapat dilihat dengan berbagai bentuk peninggalan budaya Islam masa lampau baik peninggalan kerajaan maupun peninggalan daerah. Negeri-negeri yang bercorak Islam, daerah pusat kekuasaan Islam di wilayah Maluku Utara peninggalan arkeologi yang monumental misalnya istana atau kedaton, masjid kuno, al-Quran kuno dan berbagai benda pusaka peninggalan kerajaan.
Sementara itu, di wilayah Maluku bagian selatan, meskipun tidak berkembang menjadi sebuah kesultanan dengan wilayah kekuasaan yang lebih luas, namun pengaruh Islam dapat dilihat dengan adanya negeri-negeri bercorak keagamaan Islam. Di antara negeri bergabung menjadi kesatuan adat yang menunjukkan adanya ikatan integrasi sosial yang kuat. Meskipun tidak berkembang menjadi daerah kesultanan, namun negeri-negeri tersebut memiliki pemerintahan dan simbol-simbol kepemimpinan tertentu.
Sejak abad ke-13, Ternate dan juga Tidore sudah dikenal dalam kancah perdagangan dunia sebagai pusat perdagangan rempah. Berbagai saudagar yang berasal dari Arab, India, Dan Tionghoa serta Persia datang ke wilayah ini untuk berdagang hingga akhirnya para pedagang dari Eropa seperti Inggris, Portugis, Belanda, dan Spanyol juga hadir di wilayah ini, khususnya untuk mencari cengkeh dan pala. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian, Papua, dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Bangge di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabulo, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku. Persaingan di antara Kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu 1. Uli V atau Persekutuan V Bersaudara dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Ba'abulah, Kerajaan Ternate mencapai puncak keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina. 2. Uli Siwa atau Persekutuan Sembilan Bersaudara dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua.
Kerajaan Tidore mencapai puncak keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Kigedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagian timur Sumbawa, dengan Rajanya Lakai, Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia. Kehidupan politik Kerajaan Ternate dan Tidore Di Kepulauan Maluku terdapat kerajaan kecil, Diantaranya kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli V yaitu persekutuan lima bersaudara.
Uli Siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa Portugis masuk, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate. Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat.
Begitu pula bangsa Spanyol memihak Tidore akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit untuk menyelesaikan. Paus turun tangan dan menciptakan perjanjian Saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di Maluku.
Untuk dapat memperkuat kedudukannya, Portugis mendirikan sebuah benteng yang diberi nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan Portugis semakin lama dibenci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan Ternate. Oleh karena itu Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.
Sultan Baabulo Putra Sultan Hairun bangkit menentang Portugis. Pada tahun 1575 Masehi, Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan Benteng. Kehidupan ekonomi kerajaan Ternate dan Tidore.
Tanah di Kepulauan Maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di Kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke-12 Masehi permintaan rempah-rempah meningkat. Sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar Maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan.
Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat, kehidupan sosial kerajaan Ternate dan Tidore. Kedatangan bangsa Portugis di Kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama Katolik. Pada tahun 1534 Masehi, agama Katolik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon berkat kegiatan Franciscus Saverius.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah Maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama Islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa. Setelah masuknya Kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katolik harus berganti agama menjadi protestan.
Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat. Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada Kompeni Belanda. Di bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh Kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang kompeni Belanda.
Kehidupan budaya kerajaan Ternate dan Tidore. Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore. Kemunduran kerajaan Ternate dan Tidore disebabkan karena diadu domba antara kerajaan Ternate dengan kerajaan Tidore, yang dilakukan oleh bangsa asing Portugis dan Spanyol yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol keluar ke Pulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama, sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat. Kerajaan Ternate meninggalkan beberapa tempat dan benda bersejarah di antaranya. 1. Keraton Kesultanan Ternate Bangunan ini bergaya abad ke-19 dan merupakan representasi dari model arsitektur Cina.
Merupakan gedung berlantai dua menghadap ke arah laut dan dikelilingi benteng-benteng peninggalan Belanda di Ternate, serta berada satu komplek dengan Masjid Jami Ternate. Konon pembangun keraton ini adalah Sultan Bab Mas Hur Malamu. Telah dilakukan pemugaran sebanyak dua kali pada tahun 1978 sampai tahun 1982. Pemugaran ini dilakukan oleh Dr. Dawet Yusuf. Keraton ini merupakan peninggalan kerajaan Islam tertua di Nusantara yang masih memiliki nuansa sejarah yang kental.
Letaknya di Jalan Sultan Hairun, Kelurahan Salero, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, Maluku, Keraton ini menjadi satu-satunya bangunan tradisional yang masih bisa berdiri megah di pusat kota Ternate. Bangunan ini menghadap ke arah timur dan memiliki latar belakang Gunung Gamalama. Pada masa kini, bangunan ini dipakai sebagai museum Kesultanan Ternate.
Sampai sekarang, masih banyak tradisi yang dilakukan masyarakat untuk memperingati hari kelahiran Sultan-Sultan Ternate. 2. Masjid Jami Kesultanan Ternate Masjid ini dibangun oleh Sultan ke-24 Ternate, yaitu Sultan Hamzah. Bangunan ini memiliki atap yang bersusun tujuh, dengan luas masjid 22,4 x 39,3 meter dan tinggi seluruh bangunan 21,74 meter.
Agar kokoh, bangunan ini memiliki empat pilar utama dan dua belas pilar penyokong. Di sekeliling bangunan masjid terdapat pagar tembok dengan pintu gapura yang memiliki dua atap yang berfungsi sebagai menara azan. Masjid ini berada di komplek yang sama dengan keraton atau istana Kesultanan Ternate. 3. Makam Sultan Ba'abuloh Makam milik Raja ke-24 dari Kerajaan Ternate juga menjadi salah satu peninggalan bersejarah dari kerajaan ini.
Sultan Bahabulo memerintah Kesultanan Ternate pada tahun 1570-1583. 4. Benda-benda peninggalan di Museum Kesultanan Ternate Di antara peninggalan sejarah Kesultanan Ternate yang utama, terdapat pula koleksi-koleksi yang disimpan di Museum Kesultanan Ternate. Beberapa peninggalan tersebut adalah Al-Quran tulisan tangan raja, ruang berdoa, bendera atau panji-panji dengan ayat-ayat Al-Quran, singgah sana raja, tongkat kebesaran pedang, dan peralatan militer seperti pakaian perang, tombak, senapan, dan sebagainya. 5. Benteng Toluco Benteng Toluco adalah benteng buatan bangsa Portugis ketika berada di Ternate dengan mengantongi izin dari Sultan Kerajaan Ternate.
Benteng ini dibangun tahun 1540 atas prakarsa Panglima Francisco Serao di sepanjang daerah Sangaji, Ternate Utara, Kota Ternate. Konstruksinya terbuat dari batu kali, pecahan batu bata dan batu karang yang dicampur dengan pasir dan batuan kapur sebagai perekat. Kerajaan Tidore meninggalkan beberapa tempat dan benda bersejarah di antaranya.
Nama Limau Timore kemudian berubah nama menjadi Soasio seperti sekarang. Namun karena politik Belanda dan konflik Kedaton, Dihancurkan pada tahun 1912 pada masa Sultan Syahjuan. Baru pada tahun 1997 dimulai pembangunan kembali atas dorongan dari Sultan Jafar Syah dan dibangun dari tahun 2004 dan selesai pada Maret tahun 2010. 2. Benteng Tore dan Tahula Peninggalan Kerajaan Tidore yang selanjutnya adalah Benteng Tore dan Tahula.
Tidak hanya tercatat sebagai peninggalan Kesultanan Tidore saja, Benteng Tore dan Tahula juga menjadi salah satu situs sejarah saat zaman penjajahan Portugis di masa lalu. Benteng Tore dan Tahula berada di lokasi yang cukup tinggi yang bernuansa keindahan laut yang memisahkan Pulau Tidore dan Pulau Halmahera serta kota Soasio. Benteng ini dibangun oleh pelaut Spanyol, Sebastiano de Elaco, pada saat zaman kolonial beberapa abad lalu dan merupakan ibu kota-kota Tidore pada saat ini.
Oke teman-teman, itu tadi cerita sejarah berdirinya Kerajaan Ternate dan Tidore. Semoga bisa menambah wawasan teman-teman semua ya. Terima kasih telah menonton video ini. Jika video ini bermanfaat, teman-teman bisa like dan subscribe channel ini.
Sampai jumpa di video selanjutnya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.