Transcript for:
Optimalisasi Fundraising Melalui Media Sosial

sehingga kita bisa bertemu di agenda kelas pelatihan pada siang hari ini. Salam berhenti salam kita aturkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga sahabat dan semoga kita menjadi salah satu umatnya yang mendapatkan syafaat beliau di hari akhir kelar nanti. Perkenalkan saya Safa, selaku MC yang akan mengandung kelas siang hari ini. Kami ucapkan selamat datang dalam kelas fundraising, cara mengoptimalkan penggunaan media sosial untuk fundraising, sisa geng, Facebook, dan juga TikTok. Yang kami hormati, Mas Adi Kurniawan, Kepala Departemen Digital Fundraising, DOPPF, selaku narasumber pada kelas yang hari ini. Yang kami hormati, Bapak dan Ibu, berserta kebiar pelatihan tematik kelas fundraising. Semoga kita pada hari ini diberikan kelancaran dan juga kemudahan dalam menyerap ilmu serta ilmu yang kita dapatkan pada pagi hari. Pada siang hari ini, bermanfaat buat diri sendiri, bagi lembaga Bapak dan Ibu, maupun bagi umat. Bapak dan Ibu izin disclaimer sedikit bahwa agenda hari ini dalam rangka menyelat sekolah Amil Indonesia pada 24 Agustus yang ke-8 tahun. Seperti tahun sebelumnya, milad SII kali ini melenggarakan rangkaian Amir Capacity Building Festival dengan berbagai rangkaian agenda. Dari mulai zakat Management Enrichment and Idea Exchange atau ZX, pada 11 September lalu secara offline di Universitas Islam Internasional Indonesia, lalu pekan ini yang sedang berjalan, ada agenda pelatihan tematik yang sedang Bapak Ibu ikuti hingga tanggal 27 September. Dan itu juga terdapat biasiswa sertifikasi AMIL dari berbagai kualifikasi sampai biasiswa KFB AMIL di berbagai tingkatan. Ini merupakan sebuah komitmen Sekolah AMIL Indonesia dalam memberikan program dan penampingan terbaik kepada Bapak dan Ibu sekalian. Jadi diharapkan Bapak dan Ibu bisa untuk memperhatikan pada saat acara berlangsung. Pemisahannya boleh nih buat para Bapak dan Ibu sekalian bisa Untuk mengamalkan kolom chatnya Berasal dari lembaga Zakat Mara Dari Dari Masya Allah, dari Palembang hadir. Ada rumah zakat juga, Masya Allah. Dari Sragin juga ada. Wah, rame sekali ya. Bapak dan Ibu sekalian pada hari ini belajar. Sini bareng-bareng di forum hari ini. Semoga ilmunya bermanfaat ya. Oke, langsung aja mungkin kita panggil kepada Pak Adi. Apakah sudah ada di Zoom, Pak? Apa nama? dua tali lagi oke assalamualaikum Pak Adi selamat siang selamat siang Pak Sava oke Pak bagaimana kabarnya hari ini Pak baik baik Alhamdulillah Mbak ya baik tanpa berlama-lama lagi dipersilahkan kepada Pak Adi untuk Untuk mengisi materi pada kelas yang hari ini Silahkan Pak Ya makasih banyak Mbak Sava Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Ya makasih Bapak Ibu sekalian Dari berbagai lembaga zakat Dari berbagai daerah Perkenalkan saya Adi Kurniawan Dari Dompet Duafa Alhamdulillah hari ini Berkesempatan untuk Bareng-bareng kita berbagi ya Mungkin nanti kalau ada momen Kita bisa lebih banyak untuk berdiskusi Beberapa hal, mungkin saya juga Bisa belajar juga dari Bapak Ibu Terkait sosial media Marketing atau sosial media yang memang Nanti bisa mengoptimalkan Aktivitas fundraising kita Aku izin Share screen dulu Oh iya udah muncul ya ya muncul Alhamdulillah Alhamdulillah man suaranya masih agak putus-putus tak masih agak putus-putus ya Iya bentar Ustadz Udah tau Kalau gini aman gak Ustadz? Alhamdulillah aman Nanti kalau putus-putus atau slide-nya gak muncul Mohon info Ustadz Makasih banyak Bapak Ibu sekalian Jadi memang hari ini kita akan coba Membahas sosial media marketing Saya Adi Kurniawan Alhamdulillah hari ini sudah dapat amanah dari Sekolah Hamil Indonesia, mudah-mudahan bisa Sharing beberapa hal yang memang jadi best practice atau aktivitas kita di Dompet Duapa. Nah, kita langsung mulai Bapak-Ibu sekalian, karena memang waktunya nih kalau nggak salah sampai jam 3 udah include tanya-jawab. Nah, jadi kalau mungkin Bapak-Ibu udah pernah mendengar digital fundraising atau digital marketing pada umumnya, mungkin kita familiar dengan istilah funnel ya, marketing funnel, yang bentuknya seperti corong. Ada awareness, ada consideration, ada conversion, ada activation, ada loyalty, ada advocacy Nah awareness atau dari tiap bagian ini memang menjadi teori dari tahun ke tahun Bahwa memang aktivitas marketing itu didahului selalu dengan awareness Dan biasanya pintu terluar untuk melakukan aktivitas marketing Atau digital marketing salah satunya dengan Sosial media Kemudian juga ada iklan di TV Yang dulu sempat banget hype Sebelum covid Kemudian ada juga yang hubungan langsung dengan masyarakat Kemudian consideration Ini biasanya aktivitas kita Ketika Tahap kedua setelah Melakukan aktivitas marketing kedua Yaitu pencarian organik Melalui marketing Melalui search engine atau melalui blog Kemudian marketing funnel yang ketiga biasanya itu setelah orang aware terhadap suatu produk, sudah lihat iklannya, kemudian dia sudah consider atau mempertimbangkan, kemudian dia juga sudah membandingkan dengan produk yang lain, dia juga sudah membandingkan dengan brand yang lain, dia akan melakukan konversi. Tapi ada di beberapa perusahaan yang melakukan konversinya itu Berupa trial gitu ya Kayak mungkin kalau kita sedang Contohnya kalau kita Membeli antivirus Atau membeli software Microsoft gitu ya Atau membeli aplikasi-aplikasi berbayar Di App Store atau di Play Store Di Android Biasanya ada uji coba yang kita bisa Dapatkan secara gratis Uji coba terlebih dahulu 2 minggu Baru nanti bayar Jadi setidaknya kita bisa menikmati fiturnya secara gratis Merasakan experience dari fitur-fitur itu Kalau memang dirasa cocok baru kita melakukan pembelian atau booking atau langganan Nah biasanya ini kita lakukan untuk pembelian-pembelian software ya Seperti Microsoft tadi bahkan sekarang juga mungkin ada Spotify Ada Youtube yang premium dan lain sebagainya Nah setelah dia melakukan pembelian Pembelian Ada tahapan selanjutnya yaitu loyalty. Jadi mungkin ketika audience atau ketika customer itu sudah merasa sudah berayar produknya, sudah mendapatkan layanannya, terus merasa dia puas. Berapa entitas atau perusahaan itu memberikan yang namanya sistem loyalty atau POIN. Biasanya POIN itu bisa buat membeli produk. Atau dibeli untuk langganan lagi kayak poin Telkomsel, kayak poin kita membeli bensin di Shell atau di Pertamina dan lain sebagainya. Nah kemudian yang terakhir setelah dia loyal, ibaratnya dia dari aware sampai dia loyalty itu semuanya dia ikutin. Baru yang terakhir dia advokasi atau mereview produk. Nah review ini atau testimoni ini adalah tingkatan yang... Paling tinggi, sebenarnya ada lagi yang paling tinggi Adalah ketika Brand dari suatu produk tersebut Yang dia beli itu, misalkan Saya beli brand Sepatu Apa namanya, Brodo gitu ya Merk Indonesia gitu, atau Or 2 State, saya ngerasa ini produk Bagus banget, saya udah beli Saya udah coba, bahkan saya ikut Kememberannya, jadi ikut Semacam forum, atau ikut semacam Aktivitinya dari Si Brodo ini dari Ortus Aid ini Sehingga saya dapat poin dan lain sebagainya Dan ketika suatu momen Brodo mendapatkan sentimen negatif dari donat Dari pelanggan atau dari customer Saya memberikan testimoni balik gitu ya Jadi saya memberikan testimoni justru yang positif Jadi membantu Brodo melakukan advokasi terhadap brainnya yang lagi diserang sama publik Nah itu tingkatan yang Paling tinggi ya Jadi dia membantu mengadvokasi secara alami Karena dia sudah merasakan produknya bagus Dan sistemnya juga rapi dan lain sebagainya Tapi Bapak Ibu sekalian, sebelum ini, sebelum kita masuk ke pembahasan sosial media, jadi ada perubahan sebenarnya yang di-trigger, ibaratnya riset yang dilakukan oleh Google menyampaikan bahwa perubahan funnel yang tadinya mungkin seperti ini bentuknya, dari awareness, consideration, conversion, activation, loyalty sampai advocacy itu ada perubahan seperti ini Bapak Ibu. Jadi setiap... Kita ingin membeli suatu barang atau suatu produk Ini dimulai dari triggers dalam lingkup exposure Jadi ketika tadi saya ingin membeli sepatu Saya dapat iklan dari Brodo exposure-nya nih Exposure-nya macem-macem nih dari Brodo Ada promo, ada produk yang baru dan lain sebagainya Tapi di dalam trigger ini Saya nggak akan langsung melakukan pembelian Bapak Ibu sekalian Saya akan terus mengeksplorasi sama mengevaluasi dari brand tersebut. Yang dievaluasi apa aja? Yang pertama mungkin bisa ketersediaannya, proses pengirimannya, terms and condition-nya, kemudian harganya, cara bayarnya, kemudian review-nya juga saya lihat nih dari brodo tersebut, dari produk sepatu tersebut. Dan kalau di bagian eksplorasi yang saya pelajarin apanya? Misalkan opsi atau alternatif produk gitu ya. Kemudian alternatif brand-nya. Harganya kalau dibandingkan dengan brand lain. Inspirasi mungkin dari influencer dan lain sebagainya. Dan lain sebagainya. Jadi memang ketika kita ingin melakukan pembelian. Atau ingin melakukan transaksi Bapak Ibu sekalian. Jadinya. Karena banyaknya informasi yang kita dapatkan dari smartphone kita, kita akan secara otomatis melakukan eksplorasi dan evaluasi secara menyeluruh. Sebelum akhirnya melakukan pembelian. Jadi prosesnya itu semacam, dan di dalam proses eksplorasi sama evaluasi ini, kita akan ditandamkan semacam, Apa namanya Nanti akan membandingkan gitu ya Dengan brand-brand lain atau dengan produk-produk lain Makanya proses funnel itu yang tadinya Agak simple Seperti ini gitu ya Sekarang modelnya jadi Semacam seperti ini Jadi ada namanya messy middle Kalau dari Google menyebutnya Nah Cara mengaktifasi dari Funnel tersebut Bapak Ibu Kita bisa dengan beberapa funnel Yang mungkin kita milikin gitu ya Di evaluasi kita bisa dengan influencer Atau dengan sosial media kontennya Atau dengan landing page, homepage, product page, dan lain sebagainya Sama di eksplorasi juga banyak hal yang kita bisa lakukan Dengan SEO, dengan pay per click Dengan sosial media marketing, iklan, dan lain sebagainya Sebelum pada akhirnya audience Sebelum melakukan pembelian Sampai akhirnya melakukan pembelian dan dapat experience Gitu Dia pada akhirnya nantinya akan menjadi loyal customer kita, repeat customer, dan lain sebagainya. Nah, kita masuk ke sosial media, Bapak Ibu. Jadi, sosial media itu memang fenomenanya luar biasa banget ya. Kita udah rasain ini dari dulu jaman-jaman... Berapa ya? Tahun 2000-an mungkin. 2005, 2003 gitu dulu ada Friendster. Kemudian muncul Facebook. Sampai sekarang. Dan konsisten dengan perusahaan metanya yang banyak, kerajaan dan lain sebagainya gitu ya. Nah di soal sosial media ini pada 2024 jumlah usernya itu mencapai 4,8 miliar atau 60% dari total populasi di dunia Bapak Ibu sekalian. Kemudian user sosial media itu rata-rata menghabiskan setidaknya 2,5 jam. Jadi mungkin secara tidak sadar nih. Ya saya, ya mungkin bapak ibu atau anaknya bapak ibu atau beberapa orang di sini tuh juga secara alami menghabiskan waktunya di sosial media. Entah mencari informasi atau sekedar scrolling-scrolling mencari hal yang menyenangkan gitu ya. Ketika kita jenuh dengan pekerjaan kita dan lain sebagainya. Kemudian influencer marketing menjadi semakin populer dari tahun ke tahun. Dan nilai industri ini disebutkan mencapai... 21 miliar dolar transaksinya pada tahun lalu, 2023. Kemudian konten video itu meningkat tajam. Hal ini juga didorong semakin tingginya pengguna dari YouTube dan TikTok. Belum lagi di Instagram ya, ada Reels-nya. Kemudian di YouTube dan TikTok, sekarang YouTube ada YouTube Short-nya. Youtube sama Instagram ini juga menyesuaikan market yang mulai ketrigger berpindah ke TikTok Sehingga dia menyiapkan platform atau fitur baru dari dalam platformnya Kemudian udah pasti bapak ibu sekalian user utamanya adalah Gen Z Bukan berarti tidak ada boomers atau gen diatasnya gitu ya Baby boomers atau gen di X gitu ya Tapi tetap ada cuma memang secara porsi utama User utama dari social media ini adalah Gen Z dan Millennial Jadi kalau target dari market kita Untuk si suaf ini adalah Gen Z dan Millennial Social media itu menjadi platform yang paling cocok Kemudian sekarang social media itu menjadi sumber berita utama rujukan gitu ya Kayak kita nih lagi nyari sesuatu yang ibaratnya viral gitu ya Kita yang lagi nyari berita-berita yang lagi rame dibahas di masyarakat, di broadcast-broadcast Kita biasanya yang nyari infonya, nggak ke website gitu ya Nggak ke detik, nggak ke kompas, tapi nyarinya di sosial media Buka X atau buka Twitter, yang dulunya Twitter ya Biasanya berita-berita flash news gitu ya Itu muncul cepat banget di Twitter gitu atau di X Atau kita kadang muncul juga di Instagram, Story Atau di platform TikTok dan lain sebagainya. Nah biasanya sekarang fenomenanya sosial media itu menjadi rujukan. Jadi mungkin gak heran kalau beberapa media-media itu juga pada akhirnya punya sosial media. Dan menginformasikan hal-hal yang sifatnya breaking news itu di sosial media mereka juga. Kemudian berkembangnya social commerce yang setahun terakhir cukup ramai. TikTok shop ditutup sehingga TikTok akhirnya berkolaborasi dengan Tokopedia. Merilis TikTok shop yang baru gitu ya. Jadi antara sosial media dengan e-commerce itu menjadi satu sosial commerce. The new search engine ini fenomena yang cukup baru juga Bapak Ibu sekalian. Jadi kalau mungkin kita biasanya mencari informasi di Google gitu ya. Jadi kan sekarang search engine terbesar di dunia adalah Google ya. Apapun yang kita cari itu biasanya kita lari ke Google nih. Mau beli sesuatu. Mau apa namanya Mencari jalan Atau mau melihat review-review Shoto product itu biasanya kita apapun Nyarinya di Google atau mencari tugas Bahan-bahan materi dan lain sebagainya Kita biasanya nyarinya Di Google gitu ya dan memang Marka terbesar di dunia itu adalah Google sampai saat ini makanya Muncul istilah yang namanya Googling Sekarang The new search engine Yang tadinya mungkin Google Mungkin Youtube Sekarang berpindah ke social media Bapak Ibu sekalian Kadang Bukan kadang sih sering kali Saya juga ngerasain Beberapa temen gitu ya Atau bahkan istri saya tuh mencari informasi-informasi Di TikTok Atau di Instagram Kayak misalkan tutorial memasak Kayak misalkan Apa namanya Mencari review ketika kita ingin Staycation Mencari review ketika kita ingin berkunjung ke lokasi wisata. Mencari review ketika kita ingin jalan-jalan ke suatu tempat. Nah kita biasanya nyarinya tuh di sosial media. Kadang di TikTok atau di Instagram. Kadang kita juga melihat review ketika kita ingin makan di suatu restoran atau di kafe. Nah kita lihat reviewnya dulu nih. Gimana dari orang-orang yang udah pernah makan di sana nih. Harganya gimana. Kemudian. Rasanya seperti apa Layanannya seperti apa Orang-orang itu mulai mencari informasi itu di Sosial media Karena secara alamiah beberapa Orang Banyak bahkan itu mulai Apa namanya Menyampaikan Testimoni atas apa yang dia Sedang melakukan gitu ya Itu di sosial media Jadi sehingga pengalaman-pengalaman dia itu Justru menjadi Pengalaman pelajaran yang berharga bagi followersnya atau orang lain yang melihat kontennya Nah tapi di sosial media selain berbicara fenomena dan potensi yang cukup besar ya Bapak Ibu sekalian Kita juga punya tantangan di sosial media marketing terutama ya Pertama ada algoritma jadi memang perubahan algoritma ini gak hanya terjadi di search engine kayak Google gitu ya Ketika kita mencari zakat gitu ya di Google, yang muncul mungkin saat ini adalah iklan. Misalkan ada dompet duafa, ada basnas, dan lain sebagainya. Tapi di suatu momen lain gitu, yang muncul bisa lembaga lain. Jadi memang algoritma-algoritmanya juga terus berubah. Itu bukan hanya dari iklan, tapi juga dari hasil pencarian organiknya. Tapi ternyata perubahan algoritma itu juga bukan hanya di Google, tapi di seluruh sosial media, termasuk di Facebook, di Instagram, ataupun di TikTok. Dan ini pada akhirnya cukup mempengaruhi visibilitas konten kita, keterlihatan atau kemunculan konten kita di follower kita atau di potensial audience yang lain. Makanya perubahan algoritma ini kadang-kadang mungkin kita rasakan dulu kita pernah melihat konten-konten yang Sering kita lihat ya konten-konten yang paling baru gitu ya Atau di momen tertentu kita sering banget ngelihat konten-konten yang temen kita lagi rilis gitu ya Nah beberapa momen mungkin kita juga ngelihat ini konten udah 2 minggu yang lalu nih Konten udah seminggu yang lalu kok masih muncul di timeline kita gitu ya Nah itu perubahan-perubahan algoritma yang sebenarnya selalu menyesuaikan dengan audience gitu Bapak Ibu sekalian Makanya perubahan algoritma ini paling Pasti akan cukup berpengaruh terhadap visibilitas konten kita secara organik. Kemudian kompetitif. Nah kompetitif ini peta persaingan pasti akan terasa banget. Memang yang bersaing bukan hanya yang memang udah existing bermain di sosial media. Tapi nanti juga akan paling terasa dengan yang baru mulai gitu ya. Apalagi nanti akan bertemu dengan pemain-pemain lama yang secara resource bahkan jauh lebih besar dari kita. Secara follower jauh lebih besar dari kita Makanya nanti akan cukup terasa gitu ya Secara organik mau tidak mau kita harus akan bertemu dengan mereka Dan kira-kira apa yang kita bisa lakukan gitu ya Ketika kita bertemu dengan raksasa-raksasa follower Dengan follower-followernya yang cukup besar itu Kemudian ROI jadi return on investment Jadi apa yang kita keluarkan itu apakah sesuai dengan target yang kita ini agak susah kalau kita di sosial media Bapak Ibu terutama ketika kita main full organik meski injetment itu bisa dilacak seperti metric likes shares, comment atau save, itu agak sulit menerjemahkannya menjadi keuntungan bisnis yang konkret gitu ya, kalau dengan strategi ads kita bisa ngitung yang namanya rawa on ad spend, kita bisa tahu juga Berapa yang kita habiskan di iklan Berapa yang kita dapatkan di iklan Tapi kalau secara organik Kita agak susah untuk menerjemahkannya Bahkan ketika Kita bekerja sama dengan Influencer, kita agak Bingung juga ini yang Effortnya influencer Yang mana nih? Apakah memang influencer benar-benar berpengaruh? Apakah memang ini faktor alami Dari konten yang kita produksi Di sosial media itu beberapa kesulitannya di sini ya secara organik. Kemudian sumber daya. Nah, saat ini kan sosial media cukup banyak ya pilihannya. Bukan hanya tiga nih. Instagram, Facebook, TikTok. Tapi juga ada Youtube, ada Trits, ada X, ada LinkedIn gitu ya Bapak Ibu. Kira-kira kita mau ambil yang mana nih? Apakah semuanya ingin kita kelola? Tapi kalau kita egois juga dan kita tidak melihat resource sistem yang kita milikin nah ini juga akan berbahaya ya. Justru nanti Pengaruhnya itu terhadap kualitas konten yang kita produksi Nah tahapannya Bapak Ibu di sosial media Mungkin ini umum dan lumrah dan Bapak Ibu sering banget lihat ya Tapi kita coba bahas satu-satu, kita coba refresh, kita coba pelajarin Yang mudah-mudahan di forum ini kita dapat beberapa hal Yang bisa kita maksimalkan untuk lembaga kita Nah kita yang pertama nanti kita akan ngebahas Bagaimana kita menentukan goals di sosial media. Jadi goals yang di sosial media ini kita mau apa nih? Kita akan bahas. Tahapan kedua nanti ada identifikasi target audience. Kemudian ada riset kompetitor atau brand. Gimana cara risetnya? Apa yang harus diukur dan lain sebagainya. Kemudian nanti produksi konten juga kita bahas. Ada benchmarking dan lain sebagainya. Kemudian distribusi konten dan promosi. Injectment sama interaksi. Dan terakhir. Mentok monitoring dan analisa Yang pertama kita lari ke Objektif goals Bapak Ibu Jadi objektif kita Ke sosial media itu apa Bapak Ibu Kita harus coba tanyakan dulu nih Sebelum kita memulai Apa tujuan utama kita Membuka kanal sosial media Apakah targetnya brand awareness Yang mana brand awareness itu Tujuan utamanya biasanya karena Sosial media ini jadi sebagian besar Jadi pintu masuk Atau pintu awal audiens masuk Atau mengenal brand kita Ataupun produk layanan yang kita milikin gitu ya Nah, apakah ini jadi tujuan utama kita Bapak Ibu? Jadi memang tujuan utama kita ya ngenalin aja brand kita, ngenalin produk, ngenalin layanan yang kira-kira kita bisa keep in touch dengan audiens kita. Atau target kedua adalah traffic ke website gitu ya. Media sosial juga bisa digunakan untuk mengarahkan audiens menuju website dengan tujuan untuk ngenal brand lebih dalam. Nah, biasanya kan kalau di sosial media kan informasinya nggak full ya, terbatas gitu ya. Jadinya kita informasi yang menyeluruh atau konten yang kuat atau pembahasan yang lebih detail itu biasanya kita larikan ke website Nah itu bisa juga bahkan kalau kita bisa arahkan audiens kita untuk ke website Nah potensi untuk meningkatkan konversi itu bisa jauh lebih besar Bapak Ibu sekalian Ataukah memang target kita, objektif kita di sosial media itu ya penjualan, ya donasi, ya konversi gitu Nah ini nanti akan bergantung dengan flow di website-nya. Jika alur transaksinya mudah dan cepat, social media itu bisa menjadi sarana audiens untuk melakukan transaksi secara tepat. Jika alurnya cepat dan mudah. Dari website-nya cepat, lag-nya nggak ada masalah, kemudian pilih alur ataupun form yang diisi tidak terlalu banyak. Dan lain sebagainya Experience-nya bagus gitu Bagi donator itu juga akan berpengaruh terhadap tingkat konversi Kemudian apakah kita juga ingin mendapatkan insight ataupun feedback Jadi sosial media kan karena kita bisa berinteraksi dengan market ya Dengan donator, dengan audiens Alhamdulillah senangnya sih kita bisa langsung dapat feedback tuh Apa aja yang menjadi kekurangan kita Apa aja yang menjadi kelebihan kita Hal mana yang kira-kira perlu kita tingkatin, produk mana yang kita perlu fokuskan, dan lain sebagainya. Jadi kita bisa dapat lebih banyak feedback ketika kita menggunakan sosial media. Ataukah kita ingin objektifnya ini keempat-empatnya juga? Nanti kita bisa juga dengan mekanisme konten yang berbeda-beda. Tinggal seperti apa objektif utamanya. Karena nanti akan menentukan bagaimana kita bisa memproduksi suatu konten, Bapak-Ibu sekalian. Jadi... Objektif ini bukan hanya Mungkin kalau objektif semuanya ya kita ingin targetkan Tapi kalau berbicara konten Gak bisa satu konten itu Memiliki semua objektif goals ini Jadi memang kita harus bagi-bagi Konten mana yang memiliki objektif brand awareness Konten mana yang memiliki objektif traffic website Konten mana yang memiliki target konversi penjualan atau donasi Konten mana yang targetnya mendapatkan insight ataupun feedback Nah yang kedua adalah identifikasi dari audience Nah cara untuk Identifikasi audience itu Ada beberapa macam Bapak Ibu Sekalian, yang pertama kita bisa Gunakan analitik Dari platform itu sendiri, platform Sodiak Media, jadi kalau kita Udah Facebook bisnis atau Instagram bisnis atau TikTok ya, atau Kita bisa dapat platform Untuk analisa Bapak Ibu Baik itu platformnya Di desktop ataupun di mobile Jadi Bapak Ibu bisa melakukan analisanya Dimana aja dan kapan saja Gitu ya Kemudian bisa juga kita gak tau nih Audience kita siapa Bisa juga lakukan survei atau polling Baik itu di Instagram Stories mungkin Ataupun kita WA Ataupun kemana Email blast Itu kita bisa lakukan Bapak Ibu sekalian Atau kalau kita masih bingung juga kita bisa lihat kompetitor kita. Kenapa kita lihat kompetitor kita? Karena kompetitor kita rata-rata memiliki audiens yang mirip dengan kita, Bapak Ibu. Mungkin ada perbedaan tapi tidak signifikan. Sehingga untuk awal mula kita mengidentifikasi target audiens, kita bisa miripkan dengan target audiens yang sudah dimiliki sama kompetitor kita. Kemudian... Kalau kita punya budget Juga bisa kita manfaatkan Namanya tool social listening Atau beberapa tool sebenarnya Bisa kita manfaatkan Gratis tapi yang di trialnya Jadi cuma 2 minggu gratisnya Habis itu ganti platform lain Itu bisa juga Bapak Ibu Kemudian kita juga bisa gunakan Iklan berbayar Kalau gunakan iklan berbayar nanti Kita bisa ada tuh report Berapa yang ingat dengan konten kita Berapa yang rich dengan konten kita atau impressed dengan konten kita. Berapa yang beli dan lain sebagainya. Kita juga dapat kayak ibaratnya. audience secara keseluruhan rata-rata yang ingest dengan iklan kita tuh di usia berapa ya gitu itu kita bisa dapatkan walaupun datanya memang nggak personal karena itu datanya report secara keseluruhan nah ini dashboard audience metal untuk Facebook jadi Bapak Ibu kalau Instagram sama Facebooknya udah digabungkan nanti kita bisa langsung analisa di situ ya ini aku ambilnya dari desktop yang dari handphone enggak diambil karena secara detailing lebih detail di dashboard yang di ini ya desktop ya dan Bapak Ibu bisa juga langsung lihat dari sini insidenya apa aja kita bisa lihat ada overview secara keseluruhan ada plan ada result ada audience kita bisa juga bales-bales message di sini ada kita juga bisa benchmarking dengan lembaga lain atau dengan kompetitor kita overview dari konten-konten kita Lihat konten mana yang memiliki injeksemen paling baik Dan ini video earnings nih kita belum tau Nah dari sini kita bisa melihat Kira-kira audiensnya dompet 2 alfa itu ada di titik mana ya Ada di usia 18-24 ada sekian persen Di usia 25-34 ada sekian persen Kemudian di usia 35-44 Nah ini usia-usia milenial gen Z nih biasanya Bapak Ibu sekalian Kemudian dominannya kita bisa lihat oh ternyata dominan laki-laki gitu ya yang ingin atau audiens dari Facebook gitu ya. Kemudian lokasinya tinggal dimana oke di Indonesia. Indonesia nya mana di Jakarta, Bandung, Bogor, Bekasi oh bahkan di Palembang gitu ya. Kemudian dari yang follow itu dari ibaratnya 28 hari terakhir yang follow itu ada berapa gitu oh 685 tapi turun 64% dari bulan lalu gitu. Kemudian returning viewers, ingat follower, messaging kontak, dan sebagainya. Ini pertumbuhan follower dari hari ke hari. Dan dari jam ke jam. Ini most active ya. Jadi followernya ini tuh aktif di jam berapa sih gitu kira-kira. Nah ini tuh hal-hal yang bisa jadi pertimbangan kita untuk mempublish konten kita. Kemudian ini di Instagram. Dari jumlah followersnya tumbuh 24%. Messaging kontaksnya juga tumbuh. Kemudian nih pertumbuhan follower harian. Kemudian most active times. Jadi 28 hari itu orang-orang rata-rata followernya Dede itu aktifnya di jam-jam ini ya. Agak berbeda dengan jam-jamnya Facebook ya. Ini jam-jamnya Facebook. Orang itu aktif di jam-jamnya Instagram. Orang itu sedikit yang aktif gitu ya. Agak berbeda Bapak Ibu sekalian. Kemudian audiensnya. Usianya ini kita bisa lihat Millennial Gen Z masih dominan Walaupun di dominasi Millennial ini Lokasinya masih mirip Yang Jakarta tapi yang ini Bekasi lebih banyak ya Dibandingkan Bandung Tadi kalau udah untuk Instagram Tangerang, Surabaya dan lain sebagainya Nah kemudian yang selanjutnya Kita riset kompetitor Nah caranya gimana sih Apa aja yang kita riset di kompetitor Nah biasanya kalau di kompetitor itu kita riset apa aja Ada produk dan layanan Kita bisa melihat produk maupun layanan apa saja yang mereka atau kompetitor atau mitra kita berikan ke donatur. Pendalaman, kita bisa bahkan kita bisa dalamin unique selling proposition dari produk atau layanan mereka. Kira-kira apa saja yang mungkin nanti turunannya kita bisa terapkan di lembaga kita dan lain sebagainya. Kemudian SEO ataupun traffic web. Nah kita bisa juga melihat tuh Bapak Ibu dari kunjungan atau website kompetitor tuh. tingginya berapa sih per bulannya, perharinya, ataupun pertahunnya. Kemudian traffic atau kunjungan website itu terbesar di konten atau di artikel yang mana, itu kita bisa pelajarin juga. Sehingga kita tahu nih, kita bisa bikin yang lebih baik lah atau yang lebih lengkap minimal dari apa yang kompetitor kita lakukan. Kemudian feedback atau ulasan, kita juga pelajarin bagaimana respond dari market terhadap produk. kompetitor apakah baik atau buruk atau ngasih kritik saran kemudian hal-hal yang kayak gitu mungkin kita bisa namanya belajar dari pengalaman orang lain gitu ya, sehingga kita tidak perlu mengalami kesalahan yang orang lain lakukan, kemudian strategi marketing, nah kita juga pelajarin kira-kira kanal apa aja sih yang digunakan kompetitor untuk memasarkan produknya kanalnya organik atau berbayar kemudian konten di masing-masing kanal tersebut seperti apa Kemudian cara dia berkomunikasi dengan donor di masing-masing kanal itu seperti apa. Nah itu kita juga pelajarin. Dan bahkan semoga kita bisa improve juga dari apa yang kita pelajarin. Kemudian ini mungkin beberapa contoh aja sih Bapak Ibu. Kalau mau dipakai ya boleh. Kalau nggak juga nggak apa-apa. Ketika kita menganalisa kompetitor. Kita mungkin bikin semacam tabel kali ya. Untuk kita juga bisa membandingkan. Nah ini kita ambil satu contoh dari dompet Duafa. Mungkin nanti Bapak Ibu bisa kasih. Apa namanya. Akun-akun yang lain gitu ya. Kemudian dijabarin gitu. Masing-masing akun produk. Followernya berapa. Di IG. Di Instagram. Di Instagram ya, di Facebook, di TikTok, di Youtube dan lain sebagainya itu masing-masing berapa. Kemudian produknya apa aja. Bahkan kalau di Dede misalkan zakat, infak, sedekah, wakaf, kurban. Nah mungkin kita bisa juga bedah produknya Dede sampai programnya apa aja. Programnya dimana aja gitu. Kemudian jumlah penerima manfaatnya berapa dan lain sebagainya gitu. Misalkan kita bedah sampai sedalam-dalamnya. Kemudian layanannya nih. Layanan yang di... Kasih dede ke donatur apa aja sih Konsultasi Zizwaf secara online Jemput zakat dan lain sebagainya Kemudian price Misalkan kita ambil kalau price kita ambil kurban lah ya Yang ada harganya Berapa sih harga kurban dede gitu ya Kemudian spesifikasinya apa aja sih Pasti jantan Kenapa harganya mahal Kenapa laku dan lain sebagainya Itu kita juga dalamin Bapak Ibu sekalian Dengan lembaga-lembaga yang lain Kira-kira dengan Dengan kita memahami Seperti ini kita juga tahu kira-kira komunikasi apa yang mau kita keluarkan gitu. Sebagai unique selling proposition dari produk-produk kita. Kemudian dia placementnya di mana aja. Di Facebook, Instagram, TikTok, X. Bahkan sampai di e-commerce tuh di mana aja. Di mobile banking gitu, di mitra perbankan. Apakah muncul di mana aja. Yang belum muncul di mana. Itu kita dalamin semua gitu ya. Sehingga kita tahu gitu. Kira-kira market. target atau sasaran kita berikutnya tuh mungkin mau menyesuaikan dengan kompetitor kita atau mitra kita kemudian promosi nanday itu promosi dimana aja di es oesio Sorry di metaed di Google at tiktok at ada es lainnya dipakai misalkan di e-commerce itu pakai juga apa enggak kemudian di YouTube pakai juga apa enggak Nah itu kita juga pelajarin atau dalamin semua sehingga ketika kita sudah paham gitu ya apa yang kompetitor lakukan kita bisa amati tiru modifikasi gitu ya dan setidaknya kita bisa jauh lakukan jauh lebih baik apa dari apa yang kompetitor lakukan gitu ya walaupun tidak jauh lebih baik setidaknya kita bisa lakukan yang berbeda gitu ya sehingga ketika audience atau target dari market yang akan kita targetkan konten itu ngelihat oh ini ada positioning berbeda nih dari ini lembaga kita atau dari perusahaan kita seperti itu kemudian next, nah ini dashboard benchmarking nah di meta nih untuk enaknya kita bisa benchmarking jadi misalkan kita bisa bandingkan diri kita dengan lembaga-lembaga yang lain gitu ya, patch like tapi ya sebatas ini ya, gak terlalu dalam gitu ya, kalau ada yang berbayar itu kita mungkin bisa pakai kalau di SEO itu ada beberapa tools berbayar yang kita juga bisa bandingkan kita dengan kompetitor-kompetitor lain-lain ya seperti misalkan dompet 2 apa dengan kompas dengan Republika itu kita bisa bandingkan jumlah traffic kunjungannya laku-laku artikelnya dimana apa yang kita bisa perbaikin dimana itu kita bisa lihat dari beberapa tools yang ibaratnya berbayar kemudian yang paling utama adalah produksi konferi nah produksi konten ini kita berbicara biasanya ya Dari lembaga atau dari perusahaan itu bicara value Tapi setidaknya value ini bukan nanti hanya nempel Di dalam konten kita Tapi harus bisa dikomunikasikan Jadi berbicara value itu Gak hanya sekedar ada lah ibarat katanya Tapi juga ketika kita komunikasikan Orang itu gak berpikir panjang Gak berpikir terlalu lama Tapi dia ngeh Apa sih value yang ingin kita sampaikan di konten kita Gitu ibaratnya Nah dompet luova kita ngebagi produksi konten ini ke beberapa bagian. Ketiga lah yang pertama adalah informatif yang memang jadi produksi konten yang paling banyak di kita gitu ya. Nah konten informatif ini isinya biasanya ada edukasi juga, ada konten yang sensinya humor juga, ada bahkan beberapa kali kita buat giveaway yang tujuannya dari konten informatif ini tujuan utamanya adalah meningkatkan ingatmen. Ke audience Sehingga Apa namanya platform dari social media tersebut bisa menilai bahwa ingestment nih antara audiens dengan si akun ini bagus nih. Gitu ya ingestmentnya ada save, share, share. Gitu ya ada giveaway juga ada interaksi yang cukup bagus dan lain sebagainya. Sehingga ketika interaksinya bagus berarti ada nilai positif. Nah secara algoritma itu juga bisa memberikan lebih banyak visibilitas dari konten kita. Sehingga kita lebih memfokuskan porsi pembagian konten utama di konten yang sifatnya informatif kemudian yang kedua yang adalah branding nah branding ini sebenarnya penyeimbang ya atau jadi jembatan gitu Bapak Ibu sekalian jadi kita juga akhirnya mau munculkan konten aktivitas brand juga gak terlalu hard sell, gak terlalu narsis gitu ya, kita tetap munculkan dengan konsep storytelling biar tidak terkesan promosi kita juga tidak narsis bahwa ini adalah hanya jasa lembaga kita Hanya jasa dompet duafa saja Tapi juga ada peran utama dari beberapa stakeholder Terutama donatur yang pada akhirnya Dari program-program yang sudah kita rilis itu berhasil gitu ibaratnya Baru yang terakhir adalah promosi Kenapa promosi? Karena promosi itu cenderung memiliki injetmen kecil Kalau tidak di-add Bapak Ibu sekalian Sehingga nanti akan berpengaruh terhadap distribusi organiknya Pertama Kedua ads-nya bisa jadi mahal. Karena kenapa? Karena ingestment secara organiknya itu udah kecil gitu ibarat katanya. Nah tahapan produksi konten biasanya kita juga tentukan juga jenis kontennya kita mau produksi apa nih gitu ya. Mau produksi video atau foto. Mau di mana terus mau ukurannya mau fit atau story. Mau di mana placementnya di apa namanya IGS atau IG Fit. Atau Facebook story atau Facebook apa Atau mau di-add aja gitu misalkan Kemudian kita buatkan juga Schedule-nya biar Karena pengalaman kita nih Di DD kadang juga di kita masih kejadian Kita tuh Buat konten hari ini tuh Misalkan ini hari Kamis ya Ya bikinnya hari ini Buat konten hari Jumat ya Kita bikinnya hari Jumat gitu Justru kita sebenarnya jadi dirasa kurang efektif karena terkesan terburu-buru. Pertama, dari tim produksinya, desainer sama tim konten ratingnya. Kedua, justru riset sama berfikirnya justru nggak terlalu dalam ya. Ibaratnya yang kedua nih, risetnya tuh nggak terlalu dalam. Benchmarkingnya, ke kompetitornya. Sehingga pada akhirnya hasilnya nggak begitu maksimal. Jadi memang kalau bisa tuh... konten yang kita merilis di hari Jumat gitu misalkan ya palingnya hari ini udah selesai di review udah dapat masukan-masukan minimal kalau ada ebitesting kita udah ebitesting sehingga ketika kita rilis tuh hasilnya memang sudah oke gitu ya kemudian produksi nah baru ini produksi nih kita juga produksi kalau bisa memang sesuai dengan konsep dan menggunakan tools yang memang udah disiapkan Apakah tulisnya berbayar atau gratis itu Bisa macam-macam ya. Karena sekarang udah banyak tools-tools yang memang kita bisa pakai secara gratis. Nah faktor. Nah biasanya Bapak Ibu sekalian dari sosial media ini. Yang paling sering ditanyain yang namanya adalah ingestment rate. Ingestment ratenya berapa? Antara jumlah follower sama jumlah yang like, comment, share tuh bagus nggak gitu ya. Kalau dibagi rata-ratanya biasanya tuh makin besar followernya tuh injeksemen ratenya makin kecil gitu ya. Nah itu yang biasanya jadi pertanyaan. Bahkan ada beberapa website itu yang mana kita bisa menghitung injeksemen rate secara gratis di website tersebut gitu ya. Saya lupa sociobas atau apa. Nah sehingga kita bisa ngukur injeksemen rate dari social media kita tuh berapa gitu ya. Nah injeksemen rate itu yang menentukan tuh ada beberapa hal. Yang pertama reach atau jangkauan gitu ya. By metric, kuantitas itu reach atau jangkauan dari konten kita itu berapa. Kemudian dari total ingestment, ingestment itu apa? Like, comment, share. Nah ini dibagi sehingga kita bisa tahu gitu ya antara ingestment dengan reach apakah relate, apakah besar atau kecil dan lain sebagainya. Kemudian konten, nah ini kualitatif dan ini nggak masuk hitung-hitungan biasanya. Tergantung konten, kalau konten itu tergantungnya dengan apa? Dengan hook, misalkan seberapa jelek gitu ya bahasanya konten kita. Apakah ngena ke audiens-audiens kita? Kemudian seberapa authority, seberapa original konten kita? Apakah ini sesuatu yang baru? Ataukah... Hanya memodifikasi dari beberapa akun gitu misalkan. Kemudian seberapa niche. Niche itu ibaratnya semakin audience yang memang spesifik. Yang memang kita targetkan gitu. Apakah di komunitas-komunitas tertentu dan lain sebagainya. Seberapa niche nih gitu ya. Konten yang kita target. Eh audience yang kita targetkan dengan konten kita. Kemudian format kontennya. Nah Bapak Ibu. Format konten sekarang ini memang seperti fenomena tadi yang aku sempat share di awal. Itu memang fokus banget ke video. Semua platform itu udah mensupport banget yang namanya video. Mulai dari Youtube, Instagram, Facebook, TikTok gitu ya. Bahkan kalau nggak video, TikTok nggak laku mungkin, Bapak-Ibu sekalian. Makanya konten-konten yang berupa video itu jangan tanya. Untuk reach sama engagement-nya itu pasti tinggi banget gitu secara organik. Kemudian call to action. Nah kira-kira nih. Konten kita tuh tujuannya apa sih? Apakah hanya sekedar lucu-lucu ketawa-tawa atau adakah target tertentu yang kita bisa tuangkan dalam video, dalam konten kita gitu ya dengan call to action atau ajakan berkolaborasi kah? Ajakan berdonasi kah? Ajakan partisipasi apa gitu ya misalkan. Nah itu perlu clear itu call to action jangan sampai konten dari sosial media yang udah kita capek-capek produksi itu ngegantung. Nah itu makanya perlu yang namanya call to action nah ini beberapa konten satu konten kali ya yang jadi contoh dan kita coba riding the wave dan alhamdulillah nih teman-teman Markong bagus banget gitu secara angle kemudian mereka langsung produksi karena beberapa momen sempat rame labubu ya yang sampai viral ngantrinya dari sebelum subuh sampai mallnya tutup itu belum abis-abis antriannya hype gitu FOMO orang-orang juga kesana makanya kita coba reading the web gitu ya agar rame rame nya ini gak cuma di titik-titik tertentu aja tapi reading the web kita juga coba sesuaikan dengan value kita nah tadi value tadi ini kita tanamkan di konten yang dibuat seperti ini Bapak Ibu sekalian jadi gak selalu value yang kita ingin sampaikan itu plek keti plek kita tulis kadang Values secara tersirat itu. Dan kita riletkan dengan aktivitas yang lagi hype sekarang itu. Bisa jauh lebih hook atau lebih jeleb gitu ya. Nah makanya dapet respon yang cukup positif. Dari jangkauannya. Dari reachnya ya. Reachnya 23 ribu. Impresinya 24 ribu. Interaksinya 1500 gitu ya. Likes, comment, share, save-nya cukup tinggi. Dan kita juga melihat audiensnya yang paling tergerak ke yang mana gitu ya. Dan ini... Organik ya Bapak Ibu sekalian. Kalau ads ini nanti kelihatan kita lihat contohnya. Tapi ini organik dan hasilnya bagus banget sih. Alhamdulillah. Nah ini contoh konten plan Bapak Ibu. Kalau memang mau dipelajarin. Kalau mau di copy silahkan. Tapi ini contoh aja Bapak Ibu. Dan ini konten plan satu hari gitu misalkan. Untuk hari-hari besok gitu misalkan ya. Ini contoh. Jadi. Tanggal 25 September besok kita udah ngerencanain ngerilis berapa tuh? 6 konten gitu misalkan. Di beda-beda kanal. Nah ini belum detail. Kalau Bapak Ibu mau detailkan sampai ukuran. Sampai per placement juga nggak apa-apa. Bahkan sampai kontennya apa didetailkan itu jauh lebih baik. Karena ini ada keterbatasan di view presentasinya. Jadi kita ambil segini aja. Misalkan berbicara. Nanti yang pertama konten topiknya zakat penghasilan, formatnya apa image, placementnya mau dimana, feed Instagram, Facebook, dan tweets, IIC-nya siapa, nah kalau bisa ada deadline ya, naiknya nih, deadline-nya nih yang paling penting ya. Kemudian yang kedua, nah kita nggak cuma naikin konten misalkan yang berbau hard sell, tapi juga ada kita konten edukasinya, ada tutorial menghitung zakat, bentuknya video, naiknya dimana aja karena ini video di YouTube. IG Reels dan Facebook juga video Termasuk mungkin TikTok gitu misalkan Ya isinya Youtube team Kemudian nanti tanggal 25 lagi Naik lagi yang konten ketiga Zakat pemberdayaan Nah sama-sama zakat Tapi beda angle dan beda format Tapi ini secara value itu satu Bicara zakat Karena besok adalah momen orang gajian Eh kemarin ya Kemarin adalah momen orang gajian tanggal 25 Nah Image Corrosal naiknya di mana? Di Twitter, Instagram, Facebook, Twitter, dan lain sebagainya. Kemudian ada juga yang kita harus kolaborasi ya. Jadi yang ngomongin zakat di tanggal 25 ini kalau bisa jangan cuma lembaga zakat doang. Kita ajak kolaborasi lain. Bisa juga influencer, bisa juga tokoh. Alternatif mungkin kalau kita mau bikin video panjang lagi, kita bikin podcast gitu misalkan. Nah ini jadi alternatif. Konsepnya apa? Yugi sih user-generated content. Jadi nanti influencer sendirilah yang akan berbicara dan akan menerjemahkan poin-poin yang kita udah sepakatin gitu ya. Sesuai dengan cara dia berbicara dengan followersnya dia gitu. Jadi ibaratnya kita menargetkan followers-followers si influencer. Jadi bukan menargetkan followers-followersnya Dede lagi gitu Karena followersnya Dede kan udah teredukasi nih Followers-followers si influencer nih Kita perlu koraborasi agar Konten kita bisa semakin lebih deep gitu ya Dan bisa lebih luas jangkauannya Misalkan kolaborasinya dimana? Di TikTok, di Instagram kolaborasi dan sebagainya Kemudian kita naikin lagi dari sisi yang berbeda Naikin info grafis Misalkan pemberdayaan zakat Lokasinya dimana Nah Jumlah distribusinya berapa, programnya apa saja, lokasi-lokasinya, penerima manfaatnya, perubahan, dan lain sebagainya. Itu kita masukkan ke infografis. Bentuknya image, naiknya sama, feed, Facebook, ads, reads. Kemudian zakat pemberdayaan, image copywriting, ini kita naikkan juga di email dan WhatsApp marketing. Ini beberapa contoh konten plan yang mungkin jadi gambaran bahwa semua yang kita lakukan itu By design Bapak Ibu sekalian Sehingga pada saat hari H nih tanggal 25 Udah tinggal rilis aja Kita gak perlu mikir dari awal kita mau bikin konten apa Kenapa kontennya ini Kenapa ditaruh sini dan lain sebagainya Kemudian ini kita perlu pelajarin juga Konten-konten yang viral Bapak Ibu Karena kadang tuh konten-konten viral Hampir gak ada rumusnya ya Bahkan kita mikir tuh Kenapa konten kayak gini kok bisa viral Ya kayak gitu Nah mungkin hal-hal sederhana itu kita coba lihat aja dulu di akun-akun kita. Ada nggak sih beberapa konten yang sebenarnya memiliki judgment bagus gitu ya. Jangan-jangan sebenarnya kita punya konten bagus tapi kita nggak tahu gitu Bapak Ibu. Makanya kita perlu dalamin itu. Nah ini dua konten dari TikTok gitu ya. Yang kita coba recreate lagi dan kita tambahkan beberapa message yang relate dengan value-nya Dede gitu ya. Kita coba repost. Tapi kita masukkan logo. Kita berbicara sesuai dengan kapasitas kita gitu ya. Dengan program atau dengan value kita. Ini yang pertama adalah seorang bapak yang menggendong anaknya ketika wisuda gitu ya. Lagi menggambarkan perjuangan seorang ayah yang benar-benar mencintai anaknya gitu ya. Sampai digendong saat wisuda karena anaknya lagi sakit gitu. Dapat video viewsnya Alhamdulillah 200. 195 ribu gitu ya. Walaupun ini memang digabungkan dengan ads. Tapi secara biaya. Pada akhirnya ya. Secara konten yang organik kita naikkan. Ads itu secara biaya pasti akan jauh lebih murah. Kemudian ini berbicara mengenai. Perjuangan seorang guru. Yang harus menempuh perjalanan gitu ya. Cukup. Waktu itu di report. Eh di apa namanya. Diambil kontennya dari detik. Ternyata perjuangan mereka menuju sekolah itu gak main-main ya. Kita hanya berhadapan dengan macet, mereka berhadapan dengan laut atau sungai gitu ya. Dan lain sebagainya. Nah dapat 465 ribu view lebih banyak daripada konten yang sebelumnya. Nah kita juga kadang-kadang memunculkan konten brand kita. Jadi gak semata-mata konten itu awareness aja gitu ya. Konten brand juga kita munculkan gitu ya. Tapi dengan kita relate kan dengan... Isu yang saat ini memang sedang ramai Beberapa momen lalu adalah isu kekeringan Walaupun isu kekeringan kita gak rasain tuh misalkan di Jakarta Tapi ternyata daerah-daerah lain masih kekeringan loh Isu sekarang misalkan di Jakarta hujan Ternyata di daerah Jateng sama Jatim beberapa ada yang masih kekeringan Bahkan Jogja ya Gunung Kidul tuh masih kekeringan Makanya kita coba relate kan isunya Nah kemudian ini beberapa konten di Instagram sama Facebook Yang memang rame Dan bisa Bapak Ibu perhatikan Kalau di Instagram ini memang konten yang Cukup tinggi injetmentnya Itu adalah konten yang berbau video Yang jenis kontennya video 4 dari 5 konten itu Konten video semua Yang memiliki injetment cukup tinggi Berbicara tentang warga Palestina Warga Palestina yang Terus menerus Harus berpindah karena serangan Dari Israel Kemudian tadi berbicara haru perjuangan seorang ayah ya. Kemudian kalau video lagi adalah istri bekerja seorang anak rela gendong anak ayah. Eh, rela gendong anaknya berkilometer saat berjualan. Kemudian krisis air di Gaza. Yang satu-satunya yang naik single post. Ya cuma ini awareness soal berbicara soal sholat ya. Jadi memang konten video itu menjadi memiliki tempat tersendiri sekarang di beberapa platform sosial media. Terutama Instagram, TikTok, sama Youtube. Nah kemudian beda hal di Facebook. Ternyata memang hampir semua kontennya konten image Bapak Ibu sekalian. Karena Facebook memang kalau dilihat secara karakteristik itu masih suka yang namanya storytelling ya. Jadi ketika sesuatu atau konten-konten yang bercerita, itu di Facebook hampir pasti udah jadi makanannya gitu ya dari audiens. Dan secara market kan kalau tadi dilihat-lihat beda ya. Facebook lebih mature gitu ya, lebih milenial ke atas gitu. Karena lebih suka membaca cerita-cerita yang memang narasinya enak gitu ya. Kemudian distribusi konten. Kalau kita sudah produksi konten, jangan lupa untuk didistribusi. Didistribusinya di mana saja? Kita coba pilih, Bapak-Ibu. Apakah dari yang kita bahas hari ini, TikTok, Facebook, Instagram, kita mau mainkan semuanya? Karena dari masing-masing sosial media itu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalkan di TikTok, videonya berformatnya pendek. Tidak perlu panjang-panjang, yang pendek-pendek saja. Kadang viral banget gitu Kemudian kelebihan TikTok yang kedua Kontennya interaktif Adjustmentnya bagus pasti itu Kemudian algoritma search Jadi orang tuh cenderung mencari apapun sekarang di TikTok gitu ya Misalkan review hotel Review restoran Review cafe Kemudian cara kita misalkan Liburan murah Dan lain sebagainya tuh Nyari-nyari informasi Review-review baju Sepatu dan sebagainya itu di TikTok banyak banget gitu Bapak Ibu sekalian Nah bedanya di Facebook dengan TikTok Facebook yang awalnya jauh lebih luas Karena memang secara audiens itu Facebook yang paling tinggi Kemudian ekosistem iklannya kuat Jadi kalau ads meta itu dia tergabung tuh Facebook meta, Instagram Sama ada beberapa audiens network Bahkan nanti mungkin larinya juga ke WhatsApp Untuk call to actionnya itu bisa memungkinkan di Facebook Kemudian yang ini yang paling jarang digarap ya. Yang paling jarang didekatin adalah grup dan komunitas. Nah di Facebook itu grup sama komunitasnya itu kuat dan banyak banget Bapak Ibu. Ada komunitas pecinta mobil Hot Wheels. Ada komunitas mobil motor jadul. Ada komunitas motor Harley. Ada komunitas motor-motor. Ada komunitas sepatu apa gitu. Ada komunitas koleksi. Imani, ada komunitas koleksi Flash Itu banyak banget di Facebook ya dan itu jarang banget Ya itu memang Grup komunitas itu bergerak sesuai dengan Minatnya masing-masing gitu ibaratnya Dan disana Memang interaksinya masih sebatas ya Sharing terkait apa yang mereka Sukain gitu dan disana kuat Satu komunitas itu bisa puluhan ribu Audiensnya Bapak Ibu agak Ibarat kata kayak kita pengen ngejaring komunitas di wilayah kita gitu ya. Yang ngumpulin 50 orang aja kayaknya alhamdulillah tuh komunitas. Tapi kalau di online, di Facebook, di Instagram gitu. Eh di Facebook terutamanya. Di Facebook. Di Instagram belum ada. Di Facebook itu interaksinya cukup bagus dan tinggi. Kayak ibaratnya saya pernah posting 2 hal yang sama nih. Saya posting 2 hal yang sama. Yang satu saya posting di feed Facebook. Yang satu lagi saya posting di feed komunitas gitu ya. Saya waktu itu lagi. baru beli apa namanya ibaratnya barang gitu ya mobil hot wheels saya posting dua-duanya nih di Facebook saya yang like paling cuma 10-20 tapi kalau yang like di komunitas itu bisa 200 200 sampai 300 gitu jadi beda ketika kita memang berada di out di market yang rilep dengan minat kita itu responnya jadi cukup bagus gitu ya bahkan lebih bagus daripada yang fit kita yang biasanya gitu Kemudian di Instagram, formatnya beragam ya. Tapi formatnya Instagram itu masih ngejual banget yang namanya estetika gitu ya. Jadi ibaratnya kayak di Instagram itu wajib bagus lah gitu ya. Wajib cakep gitu tampilannya. Kemudian... Injectment di Instagram juga kuat ya Bapak Ibu, seperti kita tahu. Kadang-kadang beberapa konten di Facebook, di Instagram itu... Facebook sama TikTok atau bahkan YouTube ya. Yang mereka jadi sumber utama itu digeser lagi ke Instagram gitu. Jadi kalau misalkan ada beberapa konten viral di Instagram tuh, eh di TikTok tuh muncul di Instagram. Makanya ada beberapa video Reels itu ada label TikTok gitu misalkan. Nah itu yang kadang terjadi gitu ya dan kita lihat. Makanya Instagram tuh kayak masih menjadi corong, salah satu corong utama gitu ya untuk sosial media. Kemudian kekurangan. Pasti ada juga ada kekurangannya dong Selain kelebihan gitu ya Nah di TikTok itu kekurangannya Pertama durasinya terbatas Aku lupa nih berapa durasinya Segmennya udah pastilah Millennial, Gen Z terutama Ada Baby Boomer Dan ke atas pasti ada tapi jarang banget Kemudian kontennya cepat berlalu Ini cepat viral cepat juga hilangnya Di TikTok gitu Cepat rame cepat juga lupanya orang-orang Makanya kalau gak viral Udah capek-capek buat Tapi di TikTok itu Soal estetika tuh Gak harus bagus banget Bahkan konten-konten yang videonya pecah Gak estetik Desainnya gak bagus tuh kadang bisa viral aja Bisa rame lah ibarat katanya Nah itu kelebihan Dan kekurangannya TikTok ya Facebook usernya menua Bapak Ibu sekalian Jadi kayaknya Facebook bilang nih Usernya ini-ini aja Dan usianya terus bertambah Jangkauan organiknya makin terbatas. Kenapa? Karena memang ads-nya kuat ya di Facebook itu. Makanya jangkauan organiknya pada akhirnya akan kemakan sama ads. Kemudian format kontennya kurang inovatif juga. Kalau kita bandingkan sama Instagram, TikTok, atau YouTube, jauh Facebook. Gitu-gitu saja masih bentuknya. Instagram ketergantungan visual. Visualnya tadi mesti estetik. Bagus, cakep. Kemudian kompetitifnya cukup tinggi. Kalau Instagram karena udah banyak juga pemain lama di sana. Organiknya sama menurun sama kayak Facebook. Karena memang mereka dalam lingkup meta ads. Jadi memang distribusi konten pada akhirnya. Banyak beberapa dari kita mungkin melihat. Nih kok iklan lagi. Nih iklan lagi. Akhirnya organik-organiknya dibatasin. Nah kemudian distribusi konten tipsnya kita coba pilih platform yang pas gitu yang tepat. Apakah harus semua? Enggak. Sesuaikan dengan resources yang kita milikin. Kita mau fokus ke yang mana. Kalau sanggupnya di satu platform aja. Gak masalah. Yang penting setidaknya platform tersebut jadi tujuan kita lah. Mudah-mudahan dari value apa yang mau kita sampaikan tuh bisa tersampaikan di platform tersebut. Sesuaikan konten di setiap platform, itu udah pasti karena beda platform, beda audience. Buat penjatualan, gunakan UGC, User Generated Content Bapak Ibu. Usahakan kita ketika berkolaborasi sama influencer atau sama mitra tuh jangan repost-repost aja. Usahain dan Mitra kita tuh berbicara juga ke audiensnya. Terkait value yang akan disepakatin kita ingin distribusi ke follower atau ke audiens. Gunakan promosi berbayar gitu ya. Kalau memang nanti secara organik memang dirasa tidak begitu optimal. Nah ini contoh Bapak Ibu pengaruh distribusi konten. Saya hanya ambil Facebook dan Instagram. Karena Facebook sama Instagram itu dalam satu lingkup iklan ya. Eh dalam satu lingkup. meta. Kalau ada TikTok itu enak juga bisa dibandingin. Ini kita bisa lihat jangkauan data Facebook sama Instagram agak berbeda ya. Dari Instagram itu cukup tinggi untuk video. Kalau di Facebook itu biasa aja video itu. Reach-nya cuma 714 tapi di Instagram 19 ribu. Itu cukup jauh. Impresinya bahkan 20 ribu. Impresi antara reach-nya sama nih. Facebook cuma 714 interaksinya juga tinggi banget di Instagram. Sama kayak konten yang lain perbedaannya cukup signifikan antara Facebook sama Instagram ini berbicara isu hujan kemarin tanggal 25 September kemudian ini juga mirip, nah ini jauh juga nih antara berbicara awareness ya, menunda-nunda kebaikan di Facebook hanya 1.800 di Instagram 61.000 makanya ini pengaruh Bapak Ibu pasti Antara konten itu mau ditaruh dimana Bentuknya seperti apa Walaupun secara konten sama Mungkin cara berbicara Cara berkomunikasi Maupun desain Dari konten itu kita juga mesti Hati-hati ya Kita mesti pastikan bahwa cara Tiap kanal itu memiliki audiens yang Pasti berbeda Interaksi sama adjustment Nah interaksi sama adjustment ini Bapak Ibu akan berpengalaman terhadap Distribusi konten Biasanya Nah Ini aku mungkin nanti boleh dikasih masukan juga. Biasanya kalau kita baru ngerilis suatu konten di Instagram misalnya. Atau di TikTok misalkan. Nah kecepatan kita untuk merespon tanggapan-tanggapan yang masuk. Nanti akan berpengaruh juga terhadap distribusinya. Jadi kalau kita nggak langsung merespon. Nanti distribusi kontennya juga nggak akan maksimal gitu. Jadi kalau ada dalam satu jam pertama. Atau mungkin enam jam pertama. Orang yang komen terhadap. konten kita itu mesti langsung di respon dan kalau bisa responnya jangan cuma ya oke jempol terima kasih gitu kalau bisa interaktif gitu karena interaksi antara audiens sama apa namanya kita gitu akan dinilai cukup bagus oleh algoritma gitu ya jadi jangan sampai responnya itu ya udah selesai disitu gitu kalau bisa memang responnya itu interaktif gitu ya jadi kalau dulu tuh kita pernah menerapkan strategi Ketika dompet Bulava baru ngerilis konten, buzzernya bergerak tuh, buzzer internal ini. Komen-komen-komen gitu ya. Entah komennya apapun itu komen, entah sekedar komen, like, share gitu ya, ataupun share, itu semuanya harus dilakukan. Tujunya apa? Agar secara organik distribusi kontennya bisa jauh lebih optimal. Kalau secara organik distribusi kontennya jauh lebih optimal, ketika kita iklankan biayanya akan bisa lebih murah. Gitu Bapak Ibu. Jadi ini mungkin gambarannya kalau ada interaksi. Sama ingin jasmin juga pada akhirnya cukup berpengaruh terhadap distribusi konten kita di masing-masing platform. Jadi, libatkan audiens melalui call to action, respon cepat dan interaktif. Jadi, libatkan audiens itu kita mau audiensnya ini ngapain nih? Mau komen? Mau like? Mau donasi? Apa kita masih pastikan di dalam konten kita? Kemudian yang selanjutnya, berkolaborasi atau dengan brand atau dengan influencer lain. Gunakan konsep user generated content Jadi tetap berkolaborasi ya Jadi ibaratnya gak cuma lembaga kita Hanya berbicara satu Value gitu ya misalkan Orang lain juga harus berbicara Hal yang sama walaupun dengan Cara bicaranya berbeda gitu Tapi tetap satu tujuan Live streaming itu sangat dianjurkan banget Di momen-momen tertentu agar kita bisa Ada interaksi langsung antara Kita dengan follower Kita bisa langsung respon Kayak mungkin live streaming-live streaming kan ada pertanyaan langsung dijawab gitu. Nah itu sesuatu yang hal yang bagus untuk akun platform kita ya. Kemudian ada bit testing gitu. Kalau memang kita bisa testing sebelum kita ngerilis konten itu bisa jadi nilai plus gitu. Kita bisa tahu warna konten kita tuh bagusnya di mana. Headline-nya yang bagus pakai tulisan apa. Kalau dalam setiap desain tuh perlu ada image human-nya atau tidak. Itu kita mesti pastiin. Dalam AB testing Pokoknya monitoring dan analisa Nah monitoring dan analisa ini dalam Masing-masing stage Itu ada bagian Ada ukurannya Bapak Ibu Awareness, itu ada reach Ada impression, ada follower growth Jadi jumlah pertumbuhan followernya berapa Kalau reach kan jumlah Berapa orang yang terjangkau dengan konten Iklan kita, impression Berapa kali iklan kita dilihat oleh orang Follower growth, berapa jumlah Pertumbuhan follower Injectment rate, berapa orang yang berinteraksi presentasinya dengan iklan kita atau dengan konten kita. Kemudian, ingjectment, like, comment, share, save, atau ada juga mungkin views, termasuk ingjectment juga. Kemudian, traffic, sumber traffic-nya, referral-nya itu traffic orang yang melihat konten kita itu traffic-nya dari mana sih. Orang yang melihat konten-konten kita tuh sumbernya dari mana. Atau mungkin bisa dibalik orang dari website kita tuh berapa persennya dari sosial media gitu. Nah itu akan kita perlu ukur tuh konten-konten apa yang pada akhirnya mengundang audiens untuk mengklik. Nah itu kita juga perlu ketahuin Bapak Ibu. Bonsret berapa kali orang terlempar gitu ya. Udah mau masuk tapi nggak jadi masuk. Ibarat kata. Kita mau masuk ke suatu website nih, tapi website-nya loadingnya lama banget. Nah, akhirnya nggak jadi masuk tuh karena dinilai websitenya lambat, lelet gitu. Akhirnya dia pergi. Beberapa orang yang nge-click. Nge-click link di Social media kita Kemudian perlu juga di trafficnya Kita bandingin tuh yang mobile Berapa, yang desktop berapa Yang tab berapa, walaupun memang pasti Dominanya di mobile sih Kemudian di konversi kita ukur juga Cost per leadsnya, kalau bapak ibu pakai target leads Kira-kira berapa orang sih yang isi Form ketika kita misalkan Bikin suatu event, pendaftaran Ada gak sih yang isi form ketika kita Ngikla, apa namanya bikin konten, ada gak sih yang pada akhirnya donasi dari konten yang kita produksi, nah itu kita pakai ukuran-ukuran tertentu. Ini kalau kita menggunakan platform internal masih, Bapak Ibu, ketika Facebook sama Instagramnya udah connect, kita dapat dashboard-dashboard yang kita bisa ukur. Maaf, aku belum nyaciin yang via mobile, tapi ini desktop cukup lengkap, jadi kalau di Facebook ini, Kalau secara keseluruhan daily-nya seperti apa gitu ya. Reach-nya, konten interaksinya, follower-nya 377 ribu, link-click-nya berapa, turun 10%. Kita bisa tahu nih result-nya. Misalkan Facebook reach-nya berapa sih? 27 juta. Instagram-nya berapa? Nah secara jangkauan kan Facebook udah masih paling tinggi kan. Padahal Instagram naiknya 160%. Nah ini hal-hal ini yang kita perlu. Perhatiin Bapak Ibu. Kemudian di Facebook sama di Instagram. Profile visitnya berapa masing-masing. Di 30 hari terakhir. Kemudian yang follow. Yang unfollow. Yang follow ternyata 685. Tapi turun 60% dari bulan lalu. Di Instagram naik 24%. 4.000 dari bulan lalu. Dashboard meta untuk Facebook. Ini bisa dilihat. Jadi Facebook apa aja yang bisa diukur, yang bisa dianalisa. Kita bisa juga lihat konten, top konten by reach. Jadi konten yang jangkauannya paling tinggi apa sih? Oh konten ini nih, 99 Asma'ul Husnah gitu. 2,1 juta reach-nya. Konten ini Gen Z, kalau diminta buat sedekah, reach-nya 21,2 juta gitu ya. Nah ini kan sesuatu yang sebenarnya tinggi banget ya. Reach kan kayak ibarat kata kasar kalau kita... Metode marketing konvensional kayak kita ngelihat spanduk di jalan. Kayak kita ngelihat billboard di jalan. Itu kan kita dianggap rich ya. Kalau kita ngelihatnya 100 spanduk kita ngelihat 5 kali. Itu kita bisa hitung sebagai impression. Jadi impressionnya 5 gitu ya. Satu orang ngelihat 5 kali iklan kita. Nah tapi kalau ini bayangin. Satu konten secara organik dilihat 2,1 juta. Ada orang ngelihat spanduk kita. Sampai jumlah orangnya 2,1 juta. Itu kan tinggi banget ya Bapak Ibu. Makanya sosial media ini jadi salah satu platform jari ya. Yang kedua juga bisa sosial media ini sebagai sarana dakwah yang cukup murah. Ibarat kata secara resources. Apalagi kalau secara organik ya. Makanya ini kita perlu manfaatkan dengan baik. Ini ya kita bisa menganalisa konten yang paling tinggi apa. Reach-nya, like, comment, share, dan lain sebagainya. Tapi... Publish content, stories Berapa jumlah konten yang kita publish Berapa Facebook reach Linknya, 13 juta Fotonya, nah ini Yang kita bisa pelajarin Bapak Ibu Berapa orang yang ngeklik Berapa orang yang liat foto Video dan sebagainya, interaksinya Kemudian Ini untuk Instagram Mirip juga sebenarnya Instagram Tapi gak sedetailan Facebook tadi Tadi ada dua layer Instagram ini konten yang paling laris Larisnya apa gitu ya Itu kita bisa lihat Top by reach Kemudian ini analisa konten Kita juga pada akhirnya coba riding the wave Kemarin lagi Ramai terkait Alhamdulillah Prof. Heri ya terpilih jadi Rektor UI Dan Prof. Heri ini salah satu alumni dari penerima manfaat BSI Swa Dompet Dufa di tahun 97, kita pernah ketemu juga dengan beliau di waktu saat beliau dikukukan sebagai guru besar sekarang beliau Alhamdulillah dipercaya menjadi rektor jadi memang berkah zakat ini gak berhenti Bapak Ibu sekalian makanya kita coba publish secara konten dan Alhamdulillah secara organik, responnya positif sekali, dari jangkauan tuh 53 ribu, impresinya 59 ribu Likesnya 3900 ini tinggi banget sih Yang komen 100 share recepnya sekian Nah kemudian kita juga riding the wave Kemarin lagi rame I show speed ya Ternyata beliau itu walaupun begitu-begitulah ibarat katanya kelakuannya Tapi ternyata beliau itu respect untuk memberikan dukungan terhadap Palestina ya Makanya kita riding the wave ini terkait isu ISO speed Tapi kita juga riding the wave-nya itu nggak 100% Kita coba insert secara tersirat value-value yang memang sesuai dengan value lembaga kita Ini kalau ads itu ketahuan Bapak Ibu. Ini kalau ads nih. Prom ads 59 ribu. Organiknya 1.900. Ini juga pakai ads nih. Ini juga pakai ads. Ini kalau ads ini kadang kita fokusnya ke konten brand ya. Atau konten program ya. Secara jangkauan memang nggak tinggi organiknya. Tapi sengaja kita ads. Kenapa? Agar orang tuh bisa tahu lebih banyak terkait awareness program kita. Itu mungkin yang bisa aku sampaikan Bapak-Ibu semua Makasih atas waktunya Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan Mudah-mudahan terbuka ruang diskusi Dan masukan dari Bapak-Ibu Untuk aktivitas-aktivitas yang Memang udah kita lakukan Di dompet dua Makasih dari saya Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Silahkan Mbak MC. Untuk materi hari ini, apakah dari Bapak dan Ibu sekalian ada yang ingin ditanyakan? Boleh untuk di kolom chat ataupun press hand. Ingin bertanya, boleh kepada Pak Damar untuk on-link mungkin, Pak? jadinya untuk produksi konten itu sama satu orang gitu. Dari mulai ngeditnya, dari mulai take video, kemudian dari mulai copywriting, content writing, semuanya sama satu orang. Nah, kan mungkin tidak efektif ya, Kak. Nah, gimana caranya supaya bisa efektif gitu? Karena pesantren ini belum bisa ngelahir orang gitu. Untuk bisa... untuk bisa membayar SDM tersebut gitu kak terima kasih ya makasih oke boleh kepada pak untuk menjawab pak pertanyaannya oke ya makasih pertanyaannya tadi Ya memang isu SDM ini jadi salah satu tantangan ya Kita juga sering ketemu beberapa lembaga Bahkan teman-teman Di lembaga yang sering beberapa kali ketemu lah Ibaratnya Isu di SDM memang Seringnya kekurangan gitu ya Bahkan bukan hanya kurang Beberapa SDM bahkan dinilai baru gitu nih Saya baru terjun nih ke digital Saya baru ke sosmed nih Memang Ada keterbatasan-keterbatasan Yang kita dapat Kita rasain Nah terus yang kita bisa lakukan apa Memang pada akhirnya Yang pertama kita lakukan Kita coba fokus kanalnya sih mbak tadi ya Kanalnya Misalkan dari berbicara Facebook Dari Instagram Sama TikTok gitu ya Kira-kira mana yang relate nih dengan lembaga kita Eh suara ku hilang ya Jelas. Masih ada kan? Jelas. Jadi pertama kita fokusin dulu kanalnya apa. Misalkan kita bicara mau. Paling enak sih sebenarnya kalau mulai ya. Dari semua sosial media. Rekomendasi saya secara pribadi ya. Facebook sama Instagram paling mulai. Karena apalagi dia ada fitur posting satu. Posting di keduanya gitu. Posting di Instagram. Muncul juga di Facebook. Walaupun sebenarnya gak direkomendasikan Tapi karena fitur itu udah ada Kenapa gak kita pakai terlebih dahulu Karena secara resources kan kita terbatas Kedua Facebook sama Instagram itu Apa namanya Platform yang memang kalau kita udah gunakan untuk produksi konten tuh fasilitasnya cukup banyak gitu. Jadi dia menyediakan dashboard untuk analisa yang pertama. Dia menyediakan dashboard untuk beriklan. Kemudian fiturnya juga selalu berkembang dan lain sebagainya. Jadi saran aku yang pertama kalau memang secara resources terbatas dipastiin dulu platformnya gitu ya. Platform Instagram, Facebook. Atau mau fokus ke TikTok aja gitu Karena ada beberapa orang yang terkenal banget di TikTok Tapi di Instagram Gak ada gitu ibaratnya Itu ada juga tinggal kita mau fokus kemana Kedua kita breakdown Kita buat schedule Kita buat rencana Konten yang mau kita naikkan Itu yang jadi fokus kita itu apa aja Gak harus Dari sebulan misalkan Setiap hari kita naikin konten Itu setiap hari kita harus naikin 5 Itu gak harus Kita sesuaikan aja sama kira-kira lot kita. Lot kita tuh mau dimana. Porsinya mau seperti apa. Misalkan sehari satu konten sampai dua konten. Satu hari itu dua konten. Misalkan kita ambil yang satu konten video. Yang satu konten still image. Atau bentuknya carousel. Atau single image. Itu boleh juga. Kadang video itu gak mesti take video. Nah. Yang saya sempat pahamin disini ya. Ambil video kan pasti ke lapangan. Ngambil video sehari. Ngejahit tuh bisa sehari sendiri juga tuh. Pada akhirnya 2 hari. Jadi 1 konten. Itu pun kalau nggak ada revisi-revisi ya. Itu bisa makan beberapa hari. Makanya beberapa kali. Kadang kalau di kita nih. Di dompet 2 apa. Kadang videonya nggak mesti estetik dan bagus. Yang penting tujuannya message-nya dapet. Gitu. Ya pakai chat-chat-chat yang gratisan tuh juga. Alhamdulillah secara awareness juga tinggi juga tuh dari teman-teman gitu. Jadi jangan berharap terlalu sempurna aja di titik awal gitu. Kadang terlalu sempurna pada akhirnya kita nggak mulai. Karena kita persiapannya terlalu matang. Pengennya muncul di semua kanal gitu. Ya kita mulai dengan apa adanya aja dulu. Kalau memang dirasa nanti udah membuahkan hasil. Dengan apa yang kita lakukan Nah kita bisa tuh Ngomong ke manajemen Bahwa apa yang kita lakukan ini udah membuahkan hasil Kalau mau scale up Atau menaikkan dari misalkan Aktifitasnya Atau menaikkan dari jumlah Postingannya atau Interaksinya ya paling gak kita nambah Orang yang spesialis desain dan lain sebagainya Atau bisa juga Kalau kita keterkekurangan Bisa juga pakai freelance Yang Kita hire per design Itu bisa juga Walaupun sebenarnya sekarang kan lumayan banyak Tools-tools yang gratis yang kita bisa pakai Yang tadi kayaknya Cepcat Yang tadi pakai Canva Juga lumayan gratis Dan dia selalu update Kayaknya untuk non-profit Canva gratis deh Jadi kita bisa dapet pronya gitu Bapak Ibu Nah hal-hal gitu tuh Kita perlu dalamin lah Buat alternatif teman-teman Karena saya dengar Sering banget dengar Kasian juga teman-teman di lapangan terbatas Jadi memang secara apa yang kita lakukan Kalau bisa mulai dulu aja Dengan segala keterbatasannya Baru nanti Di kemudian hari baru kita Perbaikin secara kualitas Sama tambahkan SDM nya Dan lain sebagainya Seenggaknya kita udah bisa ngasihkan dulu lah Ngasih bukti Ngemanagement Karena Kalau bicara kurang Dede ini yang udah berapa orang aja Pasti tetep bilang kurang gitu Kayak sekarang di Akoti udah Tim digital tuh ada 4-5 orang gitu Kalau ditanya kurang gak? Kurang Ada di tempat lain misalkan Sekarang tim digitalnya berapa? 8-10 orang Ditanya kurang gak? Kurang masih Nah pasti akan bilang kurang dulu Makanya paling gak kita mulai dulu aja lah Sehingga kita bisa tau kurangnya dimana Nanti ditambahnya dimana Gitu paling Nah ya mudah-mudahan ngebantu Ya, terima kasih ya, Kak. Ya, sama-sama. Oke, baik. Selanjutnya boleh kepada Bapak Taufiko Rahmat, BMM Jawa Tengah untuk bertanya. Ya, terima kasih moderator. Mungkin ada dua pertanyaan, Mas, yang ingin kami sampaikan. Yang pertama, kalau misalnya kami kan akun Instagramnya masih kecil nih. karena memang baru mulai kan ada mungkin pesan gak kayak untuk misalkan kita bisa nyari followers yang on-line atau yang kedua kalau kami ingin menghubungi atau mungkin kolaborasi dengan influencer yang memang mungkin secara akun sudah besar itu ada tips dan trik gak mas? karena memang yang seperti ini kan kadang kalau kita akun kecil kan jarang dilirik ya nah itu yang pertama, yang kedua kalau tadi memang konten itu lebih bagus di video nah tapi kan ketika lembaga seperti kami itu Ketika buat poster pasti ada CTA, rekening, dan lain sebagainya. Sebenarnya kalau kita terlalu sering buat konten yang ada call to action rekening langsung atau hard selling, itu cukup mengganggu nggak sih di pertumbuhan sosial media? Atau mungkin ada pandangan lain terkait itu? Terima kasih sebelumnya. Terima kasih Pak Tevuko Roman pertanyaannya. Ini aku izin jawab yang kedua dulu tadi ya Yang terkait influencer Jadi aku tadi belum menyampaikan secara detail sih Terkait influencer Jadi memang influencer ini kan Ada beberapa kategori Ada yang mikro, ada yang nano Ada yang apa tuh Pokoknya influencer dari yang paling besar Sampai yang kecil-kecil gitu ya Dan kadang memang Kalau influencer yang gede-gede itu Udah punya red card gitu Mau kerja sama sama saya Ini ada biayanya nih Ini yang paling agak susah gitu ya Di kita pun kadang masih terbentur red cardnya Makanya di Dede tuh jarang banget Ngajak influencer yang gede-gede Kolaborasi karena biayanya udah Masya Allah lah ibarat katanya Yaitu rezekinya mereka mungkin dari situ Nah makanya kita lakukan Maka yang kita lakukan pertama adalah Kita coba cari influencer yang memiliki value yang sama dengan Dede Ibarat kata Influencernya gak hitung-hitungan lah Dengan apa yang kita lakukan gitu ya Sehingga Ketika kita mau ajak kolaborasi Ibaratnya Kalaupun dia ngasih red card Red card nih Red cardnya pun harga sosial Kalaupun ngasih red card Bah syukur-syukur bisa gratis Nah Nyari yang begini Susah bener Susah banget gitu ibarat kata Ada yang redcardnya sosial Bahkan gratis pun Kadang gak ngaruh juga di Secara transaksi di kita Tapi alhamdulillah awarenessnya juga tumbuh Tumbuh lah bagus gitu Nah maka yang kita lakukan Rekomendasi juga dari saya secara Pribadi nih pak disini Mungkin cari mikro-mikro influencer Biasanya pak mikro-mikro influencer Itu ibaratnya Influencer yang Followernya tuh 1000-5000 lah. Maksimal 10.000 deh pak. Nah itu kan lumayan banyak. Dan biasanya tuh dia gak hitung-hitungan. Biasanya. Yang dari 1000-5000 itu gak hitung-hitungan. Itu pertama. Dia belum profesional dan lain sebagainya. Tapi kelebihannya dia pak. Personality sama adjustment ratenya bagus. Yang mikro-mikro itu. Jadi misalkan nih gambaran kasarnya. Saya punya followernya seribu Terus saya nge-review suatu barang gitu Misalkan saya beli tumbler nih Tumbler keliatan gak sih? Gak keliatan lagi Tumbler nih saya beli tumbler Misalkan Nah tumblernya ini Gak keliatan lagi Tumblernya ini saya beli Saya komentar Tumblernya bagus Tumblernya awet Bisa 8 jam Muat banyak Gak baret-baret dan lain sebagainya gitu saya ngerasa Dan bisa memenuhi kebutuhan saya gitu ya. Saya ngomong di Instagram. Teman-teman saya pada nanya. Beli di mana? Meraknya apa? Dan lain sebagainya gitu. Kirimin dong linknya dan lain sebagainya. Kadang-kadang teman-teman saya yang juga followernya cuma 500. Lagi pakai baju apa. Terus nge-spill di Instagram gitu. Pada nanya. Spill dong link beli bajunya di mana dan lain sebagainya. Nah karena personal mereka yang terlihat. Natural gitu ya Nge-review barang tuh gak kayak Disuruh nge-review Ibarat kata template gitu ya Jadi dianggap tuh Review jujur gitu Review-nya jujur dan natural gitu Bedahal kayak follower yang mungkin 3 juta gitu ya Follower 3 juta nih Kalau nge-review barang di Instagram Sorry isinya titik-titik tuh Saking banyak yang di-review Dan itu terkesan template aja Dan terkesan ya ini kan dibayar jadinya dia nge-review. Kalau saya kan mungkin mana ada yang mikir saya follower seribu kok dibayar gitu. Nah itu kayak gitu-gitu tuh mungkin jadi lebih. Bagus gitu secara in-judgment pak. Dan bahkan menumbuhkan. Apa namanya. Menumbuhkan kepercayaannya tuh jauh lebih baik lah. Ibarat katanya. Jadi. Kalau followernya dikit tuh justru. Itu pak interaksi ke followernya tuh jauh lebih bagus. Lebih natural. Dan mungkin yang follow itu semuanya temennya gitu. Semuanya kenal dia. Semuanya pernah interaksi sama dia. Sehingga ketika kita kolaborasi. Ketika kita cross follower gitu. bisa lebih bagus dan lain sebagainya nah kayak gitu-gitu coba dibanyakin aja biasanya tuh mereka gak hitung-hitungan kalau diajak kolaborasi biasanya kita kasih produk-produk pemberdayaan aja gitu biasanya itu yang jadi salah satu alternatif di kita terus pertanyaan ketiga tadi apa lupa saya? terkait konten mas yang tadi video atau mungkin poster yang ada rekeningnya langsung oh iya Nah kalau secara pribadi sih poster video yang ada rekeningnya itu nggak direkomendasikan. Saya pribadi ya Pak mau bentuknya desain, mau bentuknya di video itu nggak direkomendasikan. Karena secara teknis itu nggak bisa dikopas pertama. Kalaupun dia mau transfer ya saya ngeliat deh gitu misalkan video atau foto. desain gitu ya saya mau kopas nih rekeningnya saya mau kopas di saya mau bayar nggak bisa Pak ribet kan pada akhirnya akan akhirnya dia masih ngelihat dari apa namanya laptop gitu misalkan atau harus punya dua HP biar enggak ribet bolak-balik itu secara teknis agak ribet deh Pak kalau di kita makanya kalau memang mau nampilkan rekening gitu ya misalkan masih mau menampilkan rekening untuk di sosial media Cari beberapa platform yang memang masih memudahkan kita untuk itu. Contohnya Facebook. Facebook itu kalau di caption dia masih bisa kopas. Tapi kalau di Instagram di captionnya nggak bisa kopas pak. Caption di Instagram nggak bisa dikopas ya setahu saya. Nggak tahu nih kalau sekarang udah bisa. Kalau mau ke Instagram bapak arahin aja ke link di bio atau di IGS. Itu paling memungkinkan. Jadi di IGS pun lariinnya ke link. Ketika kita punya konten di feed pun. Arahinya klik link di bio. Jangan arahin ke rekening. Karena ketika kita diarahkan rekening pun. Dia ribet mau copy pastenya. Apalagi kalau rekening mandiri tuh. Udah gaya panjang gak ada titiknya lagi. Kalau beberapa rekening kan masih ada titik-titiknya tuh. Masih berjeda gitu. Apalagi kalau rekeningnya angkanya sama. Wah ribet banget ya. Nah hal-hal kayak gitu tuh. Walaupun sebenarnya simpel sih, perlu diperhatiin tuh, Pak. Makanya memang call to action-nya di-clearkan aja. Misalkan kalau bicara di video, entah call to action-nya sekedar like, comment, share, itu menurut saya sih nggak masalah ya, like, comment, share. Nanti kalau misalkan mau call to action untuk donasi berupa link atau rekening di caption YouTube atau di caption Facebook, itu bisa dikopas. Kalau di caption B. Instagram itu Gak bisa dikopas Makanya itu jadi Hampir percuma lah ibaratnya Kalau kita lampirin di Instagram Kalau yang pertama tadi apa Pak? Pertanyaannya Mungkin itu Pak Taufik Semoga bisa menjawab ya Terima kasih Oke baik, selanjutnya boleh kepada Pak Suhendri dari LAZ Ops CZ untuk bertanya Pak. Bisa untuk on mic ya. Bagaimana untuk Pak Suhendri, apakah jadi untuk bertanya? Assalamualaikum. Hai ya wabarakatuh baik-baik bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah bisa hadir dalam rezum kali ini Masya Allah ini luar biasa sekali temanya untuk bagaimana bisa mengambil ataupun menjadi bagian daripada untuk bejiz sosial ini sebagai itu ya saat pas macam hal-hal ladang atau lahan untuk kita bisa mengeruk atau menjadikan apa Lapa ini, kalau bagian ini ya, kalau seller itu, bagian marketing itu ya Pak, baik pertanyaannya nih, ada tidak ini semacam, apa namanya, satu, bukan modul ya, pembelajaran khusus, sebenarnya kami ingin kalau bisa, apa namanya itu, masih kesulitan untuk bisa memasang iklan di Facebook, satu lagi kemudian satu lagi di Instagram, bagaimana caranya bisa jangkauan kita ini, walaupun mungkin, apa, istilahnya follower kita masih sedikit, gitu kan tapi, bagaimana bisa menjangkau lebih luas setiap yang kita share itu, ataupun player atau ajakan untuk berdonasi itu bisa menjangkau lebih luas dan diketahui nah ini salah satu juga sebagai trik barangkali untuk bisa bagaimana apa yang kita lakukan untuk salah satu trik marketing ini melalui sosmed ini bisa lebih maksimal mohon petunjuknya demikian Terutama Facebook Kalau di Facebook sama Instagram kan Dia udah punya platform yang jadi satu tuh Ini artinya kalau pertama Instagram kita udah bisnis Facebook udah Facebook Fanpage Ketika dikolaborasikan Kita udah punya dashboard meta ads Nah dalam dashboard meta ads itu kita bisa iklan tuh Nah kadang ada beberapa juga teman-teman Yang kalau mau iklan tuh langsung lewat platformnya Langsung lewat aplikasinya Instagram atau langsung lewat aplikasinya Facebook. Biasanya di tiap postingan nanti ada muncul tuh boost post gitu aja. Atau promosikan postingan, kita klik tuh bisa langsung iklan. Nah, biasanya kalau di situ memang secara audiens terbatas. Terbatas dalam arti audiensnya audiens yang memang gak bisa spesifik kayak yang kita mau targetin lah. Audiens-audiens yang gak bisa kita custom, audiens-audiens yang kita gak bisa remarketing tuh, orang yang pernah kunjung ke website kita, orang yang gak pernah nonton video atau konten kita, itu agak susah, agak sayang aja sih dengan biaya yang semahal, biaya yang akan kita keluarkan, ibarat kata. Nah, kalau kita ingin menjangkau audiens lebih luas dengan Facebook Ads, atau dengan Instagram Ads, atau dengan Meta Ads, Rekomendasinya yang pertama Kita tetap harus bikin yang namanya Konten-konten produksi konten Baik itu konten awareness Ataupun konten hard sell Tapi kita fokus ke konten-konten yang memiliki Injectment rate bagus Sebelum kita iklankan Kayak yang tadi saya sempat bilang Kalau konten yang secara organik udah bagus Injectment ratenya Ketika diiklankan biayanya akan murah Banget pak Kalau bicara awareness Injectment atau reach impression Biayanya bisa di bawah 100 rupiah gitu Sehingga ketika kita Beriklan kita bisa lebih efisien Kan kalau kita iklan Tiba-tiba hard sell kan Biayanya bisa di atas 10 ribu Bisa di atas 20 ribu gitu Tapi ketika kita udah ada awareness Yang terlebih dahulu Terus kita remarketing iklannya itu Bisa jauh lebih efisien. Dulu di awal-awal dompet dual fung iklan, Pak, langsung hard sell, emang biayanya ada yang nyampe Rp40.000-Rp50.000. Itu kita masih tolerir. Tapi sekarang Alhamdulillah, karena pakai strategi remarketing, biaya iklannya udah di bawah Rp10.000. Jadi memang, yang pertama tetap, Pak Soeendri, kita produksi konten dulu secara organik, baru konten-konten yang secara organik itu. yang dinilai bagus sama audiens baru kita iklankan nah enaknya iklan pak tergantung budget sih kalau hari ini iklan kalau organikan Di sosial media terutama. Itu satu hari seminggu paling lama itu udah turun. Tapi kalau iklan kalau kita masih ada budget tuh sebulan bahkan bisa naik terus gitu. Nah itu bedanya pak dengan iklan sama apa namanya. Organik. Jadi tetap organiknya tetap dijalanin pak. Jangan sampai organik ini gak kita kejar gitu ya. Karena bahkan kita dari orang metanya sama orang google. Bahkan merekomendasi kita. Kalau iklan jangan 100% hard sell mas Yang awareness juga dinaikin Karena awareness itu kadang Nyari target Audience-audience baru Kejawab gak ya? Iya-iya terima kasih banyak Sama-sama Pak Henry Oke baik selanjutnya boleh untuk Pak Aris Julianto Anda sekalian DSM untuk bertanya mengamati media sosial khususnya di tiktoknya konten-konten lembaga itu sepertinya kurang terima kasih Jadi kalau saya perhatikan malah konten-konten dari perorangan seperti Selegram, seperti polisi, kurmama polisi baik, atau Pak Budi, yang mereka konten, sekalian nyarukan bantuan untuk banyak yang berdonasi. Apakah memang trennya seperti itu? Saya sendiri, kalau saya konten pakai akun lembaga itu, Jangkuannya tidak begitu luas, yang organik nih. Tapi kalau saya buat konten sendiri, saya upload di akun media sosial saya sendiri dengan blog, itu banyak jangkuannya dan banyak yang tanya nomor rekening gitu. Yang berdonasi pun tidak banyak. Begitu apakah juga dialami oleh Doba Doba Ava? Mungkin ada personiknya Doba Doba Ava atau bagian programnya yang konten sendiri yang membutuhkan donasi. Begitu. Ya Pak Ustadz Aris Makasih Pak Ustadz Apa sharingnya ya Kalau mau saya share sedikit Memang hal itu dialami sih Pak Ustadz Hal itu kita alamiin di Dompet Duafa Bukan hanya di TikTok ya Di Instagram juga gitu ya Ada beberapa akun personal Yang Berbicara mungkin lebih spesifik gitu ya Memiliki needs Misalkan satu akun hanya berbicara kopi Biji kopi Mesin kopi Jenis-jenis kopi Tok cafe-cafe kopi dan lain sebagainya itu Memiliki audiens yang jauh lebih besar dibandingkan akun kita itu ada Nah kalau saya lihat sih Pak perbedaannya Karena memang Pak Ustadz ya Perbedaannya Karena memang secara konten itu di kita tuh mungkin terlalu luas ya Pak kalau di dompet duafa jadi hari ini bicara pendidikan besok bicara ekonomi selanjutnya berbicara pemberdayaan selanjutnya lagi berbicara ada event yang harus kita promosiin besoknya lagi bicara Palestina beda dengan satu akun yang dikelola personal Nah itu pengelolaan kontennya yaudah dibebaskan ke si akun tersebut. Dan secara niche itu bisa jauh lebih konsisten gitu. Bedanya antara perusahaan sama personal gitu sih. Kalau personal yaudah dia berbicara hanya berbicara bantuan, ngomongin bantuan. Terus ada juga beberapa akun driver Gojek yang berbicara aktivitasnya di Gojek tapi ya tinggi gitu. Nah bedanya, ini kalau bandingin ke akun Dede ya Pak, ini aku pendapat secara pribadi, karena terlalu banyak konten di kita. Jadi dianggap, mungkin dilihatnya dari si platform atau di Instagram, fokusnya tuh nggak kelihatan gitu. Mau ngomongin apa sih ini zakat, infak, sedekah, wakaf, diomongin semua, kurban, dimom-nomon ini, ngomongin ini, besoknya ngomongin itu. Nah beda kan satu akun khusus aja ngomongin itu gitu. Mungkin hal itu yang cukup berpengaruh terhadap niche-nya gitu ya. Jadi mungkin kayak hari ini Pak Aris tadi... Ustadz Aris gitu dapat konten dompet duafa Tapi karena Karena Pak Aris gak melakukan Injectment gitu terhadap konten kita Akhirnya ketika dompet duafa Merilis suatu konten Pak Aris gak dapat kontennya Jadi injectmentnya Gak begitu bagus Bedahal ketika Pak Aris berbicara Tadi soal bantuan aja terus Injectmentnya bagus Next followernya Pak Aris ngeliat Dia akan dikasih gitu ya Jadi memang kefokusan atau needs Dari suatu waktu akun tuh cukup berpengaruh terhadap nanti reach atau jangkauan dari kontennya. Kalau ini kalau yang saya lihat ya, mungkin yang perlu diperbaikiin di kita dari sisi itunya sih Pak. Memang sisi kefokusan. Jadi kita perlu lebih fokus ngebahas atau lebih fokus juga ke bagaimana kita mengemasnya. Jadi nggak terkesan kayak lompat-lompat gitu Pak Ustadz Aris gitu. Mungkin ya. Ini pendapat pribadi nih Tapi saya kita ngerasain banget sih Pak Haris Terus sama berarti Betul Saat mengenal sekali penjelasan Berarti sama rata-ratanya Iya iya Pak Haris betul Terima kasih Selamat sama Pak Haris Oke baik selanjutnya boleh buat Yang resen lagi ada Bapak Tauhid dari Bandung. Boleh Pak untuk on-mic? Terima kasih saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya. Ustadz, to the point saja, saya ini memimpin KL, kantor layanan Laj di Kepala Tiong Bandung. Cuman yang menjadi masalah saya adalah saya tidak punya, atau bukan tidak punya ya, belum punya resource atau... tenaga untuk mengelola CTE yang tadi Ustaz jelaskan. Saya tertarik dengan apa yang Ustaz sampaikan, tapi justru saya kembali bingung apa yang harus saya lakukan. Nah, improve apa yang harus saya lakukan untuk tim yang, apa namanya, boleh dikatakan kurang paham untuk CTE tersebut. Nah, sehingga paling tidak saya bisa melangkah dalam waktu yang dekat untuk mendorong atau mendriven tim saya untuk... bisa melakukan hal itu, terutama di fundraising-nya. Itu saja Ustadz yang saya tanyakan. Terima kasih. Terima kasih banyak Ustadz pertanyaannya. Kalau tadi pertanyaan itu ya. Jadi memang gini Pak Ustadz, digital marketing, sosial media, kan sebenarnya memang sesuatu yang baru banget hype itu di momen COVID ya. 2020 gitu, itu orang lumayan banget berbondong-bondong berpindah dari konvensional ke digital, karena memang kita dihadapkan pada kondisi yang terpaksa lah ibarat kata, kita tidak bisa berinteraksi langsung dengan audiens kita, donator kita, pelanggan kita, customer kita dan memang saat 2020 itu banyak banget tuh Pak, saat bootcamp, kelas Training-training gitu ya Baik itu secara online Yang pada akhirnya kita bisa akses Dan itu dibuka dari mulai ruang guru Skill Academy Kupotos-putos ya Ustadz ya Iya lah putos-putos Ustadz Bisa diulangi lagi Ustadz Oh iya bentar Ini saya ambil tutup aja ya Kalau gini aman gak? Cek-cek satu dua Aman Karena di momen covid itu pada akhirnya kan orang berbonong-bonong ke digital ya Nah karena berbonong-bonong ke digital itu juga pasar merespon Banyak banget bootcamp, banyak banget training yang arahnya ke digital Revoyu, Purwadika, Skill Academy, Ruangguru Udah semua ngasih pelatihan digital marketing gitu Nah Kita di dompet duafa juga pada saat itu mau gak mau bergerak cepat gitu pak Nah yang pengen saya garis bawahin disini Pak Ustadz memang dunia bisa berubah begitu cepat Setidaknya paling gak dari kita tuh belum coba beradaptasi sih Nah paling dari tim-timnya coba bareng-bareng diajak untuk ngasah skillnya yang baru Kita Coba arahkan sesuai dengan visi sama misinya lembaga Ini strateginya mau ke arah mana Kalau mau ke arah digital Kemudian secara komunikasi mau main ke digital ke sosial media Berarti kita arahkan tipnya apa untuk Belajar Karena jujur aja Kalau kita nge-hire orang baru Itu pasti mereka udah punya Rate sendiri lah ya Untuk orang-orang yang spesialis Sorry, masih putus-putus ya? Udah jelas Udah jelas ya Jadi kita di dompet Dua Fah juga Pak berusaha banget Karena digital ini terus berkembang Dan Alhamdulillah Informasi yang kita dapet ini Banyak, mudah, terus asah belajar gitu Pak. Jadi memang pertama target lembaganya kita sesuaikan Pak. Target lembaganya mau ke arah mana? Mau ke digitalisasi, dari mulai komunikasi, fundraising, program, dan lain sebagainya. Maka apa yang kita lakukan? SDM-nya dilatih, diarahkan untuk belajar digital. Karena nggak mungkin kan kita pecat-pecatin, kita ganti. Mau nggak mau kita arahkan untuk... Pelatihan Nah banyak juga sih pelatihan-pelatihan itu Kayak seminggu Kayak dua bulan Yang memang secara biaya gak cukup besar Kemudian materi-materi Di Youtube itu banyak banget Bahkan kalau ada beberapa platform Yang nyediain pelatihan online Yang bisa diakses kapan aja Dan dimana aja Jadi memang kita coba arahkan sih Pak Untuk belajar Sosial media dulu Apalagi kalau sosial media itu Mungkin bisa lebih cepat Pak Karena kan hampir semua orang sosial media punya Jadi ibarat kata tinggal diarahin aja gitu kan Nah proses untuk mendalamannya nanti sambil berjalan gak masalah gitu Tinggal nanti dari pimpinannya nih Pak Kira-kira yuk kita bareng-bareng gitu ya Belajar ke arah sana Gitu kira-kira Pak Ustadz Ya syukur Ustadz Alhamdulillah ada pencerahan Ya makasih banyak Ustadz Mohon maaf jika kurang berkenan. Oke baik, ini dulu lagi yang Raisen. Pak, ada dari Ibu Nurul Afni. Boleh untuk amin, Pak. Ya, terdengar suaranya ya. Kang Adi. Ya, masak. Sama nih, Bu. Izin off-cam karena sinyalnya kurang bagus. Mungkin pertanyaan pertama. bagaimana ya memperbaiki ingestment Instagram khususnya yang secara follower itu misalnya sempat kejadian itu kita sempat beli follower gitu kan, jadi nggak organik gitu, apakah itu merusak algoritmanya gitu kan, dan apakah bisa diperbaiki gitu ingestment Instagramnya itu yang pertama, yang kedua kalau lembaga ini punya banyak program gitu ya, kan tadi ada zakat, infak, sedekah, wakaf, kurban gitu. Apakah di kontennya ini, di akun Instagramnya ini tuh, baiknya satu program aja, atau bisa banyak program gitu. Apakah ketika bisa banyak program ini, ada di satu winning program yang bisa meraih adjustment yang banyak, atau memang baiknya itu satu program aja gitu. Apakah... Dede juga pernah gitu mengalami itu Dan mungkin bisa sharing Baiknya bagaimana gitu Itu aja sih Kang, terima kasih Terima kasih Mbak Nurul Avni Jadi kalau beli follower Kita dulu juga pernah pengen sih Beli follower Tapi Emang follower itu kan Waktu itu kita Bahkan aku juga pernah nyaranin Siapa gitu beli follower gitu Kalau kita mau ngejar fitur Biasanya kan Nah fitur Kayak kita bisa Klik link di Instagram Di Instagram story ya Story ya Itu kan minimal followernya Kalau gak salah 10 ribu ya Makanya dulu aku pernah saranin Ya kalau emang mau ngejar fitur Klik link di Instagram story Pake Beli follower aja Tapi memang resikonya adalah Enjutsment ratenya rendah Gitu ya Enjutsment ratenya Jadi gak Sehat gitu ibarat kata Karena ada follower-follower Entah mungkin robot Entah mungkin manusia beneran Tapi diarahkan untuk nge-follow Yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap Keseluruhan dari akun Instagram itu Nah kalau mau memperbaikin gimana? Kalau mau memperbaikin sih Kalau saran aku tetap Konsisten di konten yang sekarang aja Kalau memang secara Kalau dari Mbak Nurul gitu ya Sama teman-teman di lembaga Udah ngerasa Kita sudah konsisten bikin konten, kemudian responnya bagus gitu ya, nggak ada yang negatif, dinilai positif lah ibarat kata. Alhamdulillah gitu Kita tetap fokus di situ aja Jangan hiraukan yang terkait ingestment rate Ingestment rate nanti ngikutin lah Kalau memang kontennya bagus kan Secara nggak langsung followernya juga akan tumbuh Secara organik gitu Jangan sampai justru ketika khawatir ingestment rate bagus Kita nggak ngapa-ngapain gitu Yaudah tetap fokus ke konten yang kita produksi aja Konten plannya seperti apa Minggu ini ngomongin apa Minggu depan ngomongin apa Bulan ini ngomongin apa dan lain sebagainya Tetap fokus di sana Terus perbanyak mungkin edukasi ya Tujuannya edukasi atau informatif ini Agar ingestment ratenya bisa jauh lebih Bagus lagi Untuk meningkatin ingestment rate juga Secara organik gitu Jadi konten-konten yang berbau awareness gitu ya Edukasi, informasi Ehm Kemudian giveaway bahkan kalau bisa Nah itu juga dilakukan gitu ya Intinya lakukan hal-hal yang memperbaiki ingestment rate dah Tapi itu lebih dominan Jangan diperbanyak promosinya Karena khawatirnya kalau promosinya lebih banyak nanti ingestment ratenya turun Nah itu kalau terkait tadi beli follower Jadi memang sebenarnya beberapa hal lumrah sih Tapi kalau tujuannya untuk sebagai gimmick dianggap komersil gitu ya itu Nanti jadi nilai yang gak bagus lah Nah yang kedua Tadi soal Program kan Program Programnya banyak ya Ibaratnya Zakat infak sedekah wakaf Nanti Kita gimana ngaturnya di sosial media Apalagi kalau sosial media Terlalu banyak posting Nanti dianggap spam atau gimana Gitu Kalau di saran saya sih Kalau mau ngatur itu Dibuat timeline pertama Per bulan gitu ya Dan sesuaikan dengan momentumnya gitu ya Biasanya kita di dompet 2 fast tuh Sebenarnya udah punya content plan selama setahun Jadi misalkan nih Di tahun depan dari bulan Januari sampai Desember Coba cari di masing-masing bulan Januari sampai Desember itu Kita mau ngomongin apa Misalkan di bulan Kita ambil salah satu bulan lah Bulan Maret atau bulan April Itu kan Ramadan Yaudah kita ngomongin Ramadan Dengan program-program Ramadannya Kemudian di bulan Mei Udah masuk hari pendidikan nih Yaudah kita ngomongin program-program pendidikan Walaupun call to actionnya berbicara mengenai Zakat atau mengenai infak atau sedekah Kemudian Di bulan Juni misalkan atau di bulan Mei juga Itu udah masuk kurban Yaudah kita bicara kurban gitu ya Jadi selama setahun kita udah tau tuh apa yang mau kita bahas Dan gak perlu semua-mua yang kita lakukan tuh kita keluarin Nah itu kita udah bisa mulai selektif nih Karena kalau semua-muanya kita keluarin Terus gak ada momentumnya Terus kita ngomong sendiri gitu ya Ngomong sendiri, balat kata Yaudah, akhirnya yang menerima omongan itu Kita sendiri juga, follower-follower kita Mungkin skip-skip-skip juga Pada akhirnya Makanya kalau bisa Kita punya konten plan Sebulan bagus, setahun lebih bagus lagi Terus Kalau bisa kita relate-in juga Dengan isu-isu terkini Kadang-kadang memang ada isu Yang gak bisa diprediksi Pertama, isu bencana. Itu kita kan nggak bisa prediksi, tapi kita tetap muncul di isu bencana itu. Karena kita tahu ini akan mendapatkan respon dari audiens kita. Misalkan ada gempa, yaudah kita tiba-tiba informasiin gempa aja di kondisi itu. Dengan doa, ibarat kata. Kemudian di momen-momen tertentu lain, yang kira-kira momentumnya relate dengan value lembaga kita. Biasanya nih yang lagi rame ngomongin timnas, itu pasti rame. Timnas menang yaudah kita posting, timnas menang gitu kita doain negara kita bla bla bla gitu. Itu bisa juga Kak Mbak. Jadi kita riding the wave tapi riding the wave-nya nggak 100% gitu misalkan. Sesuaikan juga dengan value lembaga kita, apa yang kita bisa kira-kira riletin benang merahnya gitu Mbak Nurul kira-kira. Jadi kita udah mulai spesifikin. apa yang harus kita sampaikan apa yang nggak perlu apa yang bisa di sosial media yang ini di website aja gitu kira-kira Oke Kak Adi Terima kasih sangat membantu sama-sama Oke Bapak Ibu sekalian karena Azan ya di bagian Timur mungkin kita cukupkan Pertanyaan pada sesi sore kali ini Mungkin boleh kepada Pak Adi Nanti kalau misalkan ada yang pengen ditanya Menghubungi Bapak kemana ya Pak Boleh Mungkin ke sosial medianya Pak Adi kali ya Bapak Ibu semuanya kalau ingin Baik terima kasih banyak kepada Pak Adi Atas penghaparan mata adik pada Kelas sore hari ini Semoga apa yang dipaparkan tadi Bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Sekalian disini Bapak dan Ibu, apabila ada agenda Kebaikan lainnya, dipersilakan Untuk meninggalkan ruang Zoom ini Terima kasih banyak Pak Adi Sebelumnya Terima kasih Pak Adi Terima kasih Pak Adi Salam Oke, Bapak-Ibu sekalian, selanjutnya kita akan ada sesuai dokumentasi. Boleh untuk Bapak-Ibu semuanya untuk bisa on camera terlebih dahulu ya, untuk diambil dokumentasinya. Kepada teman-teman operator, boleh di-screen juga. Baik-baik. Oke, saya hitung ya. Satu, dua, tiga. Oke, lagi. Satu, dua, tiga. Oke, baik. Terima kasih. Sebelumnya kepadanya Bapak-Ibu sekalian pada sesi...