Hai dan juga dari perwakilan daripada Kabupaten Kusui Puntianak Puntianak Hai tapi disini berjalan melakukan hai hai yang datangnya bukan pepianat orang dari pepianat jadi kita bersyukur karena mendapatkan bingungan daripada kalau saya orang Al-Uzaz Ali ini saya tidak sebagai abang saya lah dalam hubungan bergulang itu dengan orang-orang tentang kedudukannya seperti itulah. Jadi kita tetap menjaga hubungan kita. Jadi apa pun kita berkegugur kehadiran Allah akan dapat mempertemukan kita pada kali ini atau kita selatuh hari, lebih-lebih lagi setelah peninggalan Al-Quran Al-A'la. Jadi kita mengharapkan mudah-mudahan Allah Ta'ala memberi kekuatan kepada kita semua untuk meneruskan kesinambungan TTIP. Jalur ini berambil dari insya Allah setiap berkembang Jadi untuk saya Pernah tidak membuang masa Apa yang kita nak minta pada kali ini Dari pada Al-Muqarra Ma'aluhi S.H.A.D.A. Supaya menjelaskan Membih kita beberapa kata-kata Kucutnya mengenai perkembangan Perkembangan pada tahun ke-2 yang menjabat niat dan juga hidupnya di Suraya untuk masa sekarang ini.
Jadi kita mohon kepada Al-Muqtadir Sa'adi memberikan kita beberapa pencerahan, pemakluman dan sebagainya. Jadi untuk tidak membuang masa, saya memperkirakan Al-Muqtadir Sa'adi untuk menyampaikan kerja. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa'alaikumussalam, wa Sejak berlaku bahagia, saya jangan selalu berbicara lagi. Alhamdulillah, saya beruang. Tapi saya cintai, saya berusaha berusaha. Jadwalnya berurus-urus untuk menyapa ilmanan Allah yang hadir yang berbahagia ini. Hari ini bukan kebetulan, takdir Allah sudah sampai ke sini.
Menambahkan pertemuan ini, hari ini sudah baik. Yang melihat sudah baik, kenapa? Dari pesawat, jadi itu yang baik. Tapi Rasulullah mengatakan, hari ini harus lebih.
Mudah-mudahan dengan pertemuan ini, kita bisa menambah dan kita dapat tahu, menambah wawasan keilmuan kita, begitu juga khususnya kuat-kuat kita. Dia juga, benar-benar jadi berhubungan. Tuhan dan awat yang diberiakan Allah, ini sudah ditalgin semua berarti. Sudah ditalgin semuanya.
Saya ini sulit kalau sudah ditalgin semua. Ngomong apa? Ngomong kalil, sudah melaksanakannya. Ya, ini kesulitan bicara aja. Ngomong dari diri sendiri, tapi sudah dikasih makan.
Gue mau ngomong apa? Sudah dikasih makan semua. Apa-apa yang telah diamalkan oleh Pusatnya Pondok Pasar Nesulaya, itu saya ngomong apa?
Nanti saya lebih banyak mungkin bertanya, apa yang menjadi uneg-uneg menjadi masalah diantara ini-ini kita belajar yang penting. Kalau saya kandung keseluruhannya, tinggal menambah saja satu kali lagi yang harus ditambah. Nah tutup, selesai tutup.
Apa? Allah berhubungan tak bulan. Barang siapa bersubuh-subuh, kan?
Barang siapa bersubuh-subuh, tidak ada. Misalnya nanti aku sendiri tutup. Jadi sampai Allah menutup.
Dan kemudian, kalau tidak tutup, tidak ada. Lalu, menurut itu, selesai. Nah, maka dari itu, di surat al-Hadid juga dikatakan, berapa?
Hai, orang-orang beriman, kan? Kapan kami serius? Ketik-ketik serius.
Kenapa serius? Kita bisa serius karena kita juga mempunyai akses untuk resimus itu. Nah, orang yang berpikir tadi, berpikir mereka, keping itu yang tak serius sebetulnya.
Tapi akses yang berserius, makanya. Nah, mencari, mencari, mencari, mencari, enggak mudah. Karena kehadirannya itu hanya orang-orang yang diberi petunjuk bisa bertemudara kursi. Kadang-kadang tempatnya enggak tahu.
Maka Alhamdulillah, kita termasuk orang-orang yang diberi. Jadi kapan kami serius itu? Nah, serius itu... Ya, duduknya berdikir, kalau duduknya berdikir, sama tadi duduk berdikir, berdirinya enggak, ya itu enggak serius. Duduknya berdikir, berdirinya berdikir, berdaritnya enggak, enggak serius.
Serius itu, tadi ya syukurlah Allah hati, ya Allah, Allah, Allah, Allah, ya Allah, ya Allah. Jadi Rasulullah sendiri, ya, bahkan juga setiap tahun. Maka tadi tinggal apa yang kita lakukan ini, bagaimana supaya menginstriusinya supaya dengan seriusi dia itu. Bersungguh-sungguh tadi supaya nanti langsung Allah menimbulkan kita.
Ta'iwan an'alat alaqa'l-fa'iyani mura'atana Allah. Nah, itu disebutkan jangan tahu sepenjara dulu. Kita harus tahu kebenaran dalam kita memahami agama itu.
Kita sedikit tak mulai zaman dulu sudah tahu. Tapi di waktu sendang, waktu bintang itu waktu kosong-kosong, akhirnya kita berjaga-jaga. Tidak diisi, tidak diisi, jangan. Ingat kepada Allah. Padahal yang kita menikmati syurga.
Allah memberikan kita dengan syurga semua. Yang sudah tahu persis. kebenaran yang terang-berang dalam buku itu tapi karena waktu yang senggang, tidak diisi dengan jitir kepada Allah hatinya membatu sehingga dia dalam tangan pasir jadi ilmu setinggi apapun Kitab sudah habiskan seribu kitab pun, bahkan dihafalkan pun.
Ini menurut si Abdul Qadir Jani Kota Sebelumnya, hatta atau mahafati itu tidak. Kalau belum ditakdir, ilmu itu masih ada di kitab. Jadi yang pintar masih kitabnya, bukan kita. Kenapa? Mau dimasukkan ke sini gak bisa.
Kenapa? Ibarat sampai punya komputer, mereknya bagus, programnya bagus untuk dimasukkan. Ya kalau ada virusnya, jangan janggut dimasukkan yang di dalam ada rusak.
Makanya tidak berubah, tetap hatinya membantu. Ilmunya, Masya Allah. Tapi saya di Rekhbar, saya berkata, kenapa orang berilmu?
Kenapa? Orang berilmu kenapa? Karena ilmunya tidak bisa, tidak memperoleh, dia dekat kepada Allah.
Ternyata setelah kita kaji, memang tidak bisa ilmu, bisa dekat kepada Allah. Dia bisa dekat kepada Tuhan. Makanya, ini yang kita beragali, semua amal-amal yang kita lakukan, tanpa diri dengan Tuhan.
dia belok kiri tapi kalau dihitung dengan lima dapat apa? iya kan abu-abu hanya kepada Allah iya kan abu-abu Masuklah kalau mudah orang jalan di dinas rokok, jalan orang-orang yang diberi kematian. Jadi kelekatan membantu menyempurnakan serehatnya, memperkuatkan serehatnya. Jadi kalau ada ilmu tarabkat yang mengamalkan ilmu kelekat, kalau tidak mengeluarkan serehatnya itu termasuk.
Banyak sekali korekan menggunakan syariat. Berarti khusus menggunakan syariat. Maka dari itu, panggilan guru kita itu sangat mengutamakan syariat. Jolat-jolatnya aja, jolat-jolatnya itu banyak sekali. Nah disini kita bisa menemukan disoyali.
Beda, beda orang yang berkorekat dengan orang yang tidak berkorekat. Jangan lupa ya. Bukan orang-orang berkorekat itu salah bukan.
Tapi rapuh, lemah gitu. Lemah. Jadi berkuat dengan ilmu hacekat yang diambil dari aksesnya dari korekat.
Mungkin juga hacekatnya itu berkuat. Sariahnya dikaji. Jadi beda. Bedanya gimana?
Ini bermilang ini saya yang mau jawabkan. Buat bagaimana sebenarnya jadinya. Alhamdulillahirrahmanirrahim.
Bismillahirrahmanirrahim. Allah SWT dalam surah Al-Zumarah yang ke-22. Alhamdulillahirrahmanirrahim.
Apakah orang yang telah dibukakan badan untuk menerima Islam, untuk menerima taltim zikir kalimat La ilaha illallah, kemudian kalimat isyabkan di dalam diri, di dalam hati, sama dengan orang yang tidak dibukakan hati Allah SWT, fahuwa alayuhi nurratuh, kemudian orang yang telah dibukakan... bagaimana ada Allah SWT untuk menerima kalimat La ilaha illallah itu maka dia berada di dalam kehayaan Tuhan dia mendapatkan hidayah, dia mendapatkan hukum apakah sama dengan orang yang buka hatinya jadi apakah orang yang telah dibukakan hatinya untuk menerima Islam dengan kalimat La ilaha illallah atau ismusat itu Kemudian dia mendapatkan hidayah dari Allah SWT dengan perbukanya. Sambah dengan orang yang membuka hatinya. Maka sudut celaka.
Makanya ada namanya yang rangka wakil. Tempatnya khusus orang-orang yang celaka. Kenapa celaka? Karena hatinya membakar. Bahkan lebih keras daripada bakar.
maka suci jelangkanlah orang-orang tersebut yang keras hatinya membantu karena mengintang atau karena tinggal bersikir menyebut hidup nama Allah maka orang tersebut akan berada di dalam kesepakatan saking sesatnya bahkan menyesatkan saudaraku Bukan cuma dia yang sesat, tapi mengesatkan saudaranya mengajak melakukan perbuatan maksiat yang tidak dirilis oleh Allah subhanahu wa ta'ala disebabkan hati yang keras membaku karena hatinya buka karena tidak mendapatkan kalimat la ilaha illallah. Jadi baiknya, itu sama-sama disini. Jangan lupa ya, baik.
Jangan lupa ya. Kita sudah mendapatkan itu Berbahagialah orang yang bersyarat itu Ini apa? Dituntut kita Kapan kita bersungguh-sungguh Jadi tambahannya itu Kapan kita bersungguh-sungguh Kapan kita serius Kalau tidak Ilmu yang kita dapatkan Itu digiri tidak sampai ke apa-apa yang mengirim nafsu.
Jadi kalau orang tidak bergitir itu, isi dalamnya ini full nafsu. Apa saja dilakukan ini nafsu. Maka jangan heran, kok ada ulamak suh, kok ada teroris. Padahal kita tahu itu semua turang hati sih. Tidak ada buku lain, kita pilih lain, kita maha parah, itu juga tidak ada.
Semuanya berkata, kenapa kok jadinya? Kok jadi teroris? Kenapa jadinya jadi tidak masuk? Karena ini yang menggiri.
Jadi kalau orang dari Tafik, dia tidak punya secara untuk menentukan nafsunya. Tidak punya alat. Tidak bisa jadi jihad, menakjub itu tidak bisa.
Tidak bisa melanggar. Tidak punya power untuk itu. Makanya menerang.
Kalau kita melihat, kok ada orang alim, kok ada orang hebat itu bisa jadi ulama sukh, ulama jahat. Kenapa ada teroris? Dan dia bertahan atas kebenaran itu yang dikatakan. Padahal terkata masalahnya di mana?
Cuma kurang dekat sama Allah, itu lainnya. Kalau dibahas secara dahiliah, oh dia itu hafal Tuhan, dia juga menggunakan Tuhan. dengan iman Quran itu sedikit pun tidak menambah kebahagiaan dari orang yang jalin jalin itu goblak atau da'awiyah sedih tidak nambah Quran tapi Quran itu jadi obat dari petunjuk kalau di ini nah ini torekat itu membantu itu makanya torekat itu tidak baca kitab tidak baca membahas yang lain-lain Hai membahas Hati yang membantu, karena tipu masalahnya jadi itu.
Maka dari itu kalau guru zaman dulu, termasuk Mambo Jalim, Syahadud Kudus, itu lama belum besar. Dalam keadaan bimbang dan ragu, beliau berguru, ternyata gurunya itu tidak mengajar apa-apa. Cuma di saat ini, seperti kalian-kalian ini, saking besarnya, saking besarnya, power-nya yang dia lakukan itu beliau, sampai bisa berholwat 10 tahun.
Sejauh kemungkinannya 20 tahun di padang kira. Jadi, wah, hebat. dan bisa melakukan kemampuan yang dibiarkan manusia biasa.
Makanya kita katakan, itu yang kita katakan, karomah. Karena beliau-beliau itu, karomahnya itu, yang dibaga sama mungkin dengan orang biasa. Tapi, karena tidak disikomahkan, tidak timbul seribu karomahnya, bagaimana sudah timbul karomah, disimulakan. Nah, kita dikaitkan ini, mau berdiri, mau berdari, terus menerima istri keumatan sehingga dia menunjukkan energi yang luar biasa nah, dengan demikian orang-orang yang ketinggalan, yang gak sempat mau ke pesantren, kurang dapat pendidikan agama orang-orang yang ketinggalan tapi insya Allah Dengan ditarik itu, ia bukan kebisalan lagi, kebisalan lagi. Bahkan bisa melampaui orang-orang yang berjalan lebih dahulu daripada dia.
Nah, seperti ditanyakan Sani Alif, Ya Allah, adakah jalan yang sejauh mudanya, secepat-cepatnya semua ada. Cuma mengistikamakan, mendawamkan. Cuma itu. di dalamnya jadi pak emes emang sama kecuali sama ini belum saya berikan apa-apa tinggal di butir kita sudah punya aksesnya maka sekarang saya mau menceritakan saya ini bukan bukan ulang Nah ini kena banyak saudara-saudara kita ini yang kena masalah ya, gak boleh putus asa. Gak boleh putus asa, karena Allah gak ada hak tak.
Quran itu obat petunjuk. Quran itu obat petunjuk. Oleh orang-orang, oleh Allah. Subhanallah, Quran itu diserahkan kepada orang yang tak berbunyi.
dikelola jadi obat jadi petunjuk, jadi obat jadi petunjuk, jadi kunatut, jadi ekstrak, jadi kecil. Sehingga semua orang walaupun tidak bisa ngaji, tidak pernah mondok, bukan kiai, bagaimana kita bisa yang diri ya. Nah ini menjadi obat-obat penyakit.
Maka dulu, kita-kita yang punya masalah ini tadi, jangan putus asa. Yang beliau, jangan putus asa. Apa, contoh sebesar lagi, kalau kamu datang, datang. Jangan SMS, B2U, itu cipil, datang. Kalau kita berdoa tanpa cipil, tanpa hukum, itu SMS itu.
Surah Azad. Ya, nah. Ya, boleh.
Aku ampuni sebesar itu juga. Tapi, bersekitaran kamu. Jangan sampai jadi azab, kamu gak terlalu long.
Nanti, nanti. Nanti jadi azab. Nanti naik stadionnya 1 sampai 5, ya sudah pun diobati.
Alhamdulillah tempat ini, tempat inaba ini, menampung anak-anak ini. Harga ditampung untuk diobati. Jangan sampai, betul.
Lagi sampaikan kalau tidak segera, maka akan menjadi ajab-ajab yang paling sering kita temui. Habis hubungannya di pejalan, kena penyakit, tempat tipis, kena penyakit, apa namanya, penyakit kelamin itu apa? Aib.
Nah makanya bersegeralah kita. datang ke pedagang, jangan sampai ajak datang kita tidak tertolong tertolong, ya Alhamdulillah anak-anak kita sudah seorang kejahatan hantu kesini ini berarti sudah tertolong nah disinilah Torekat itu membantu mulai yang paling bodoh, mulai yang paling gila, mulai yang paling bermasyarakat bisa diselesaikan, kenapa? menyelesaikannya itu bersama paham ya nah jadi tinggal apa bagaimana caranya dari tadi bareng siapa bersuduh-suduh nah serius insyaallah begini ya Ustaz ya sekarang di seluruh dunia Ini wawasan korekat ini. Sudah banyak orang mulai untuk memasuki dunia korekat ini.
Tapi cuma masalahnya, di dunia korekat ini juga banyak tipu-tipu yang banyak. Banyak juga yang menyesatkan, yang cukup. Sehingga yang benar ini juga ikut juga, nggak dipercaya.
Banyak yang sudah diperlengkap melanda sholat, melemahkan cara adik-adik masyarakat. Makanya Pondok Pesantren Surabaya ini tadi tampil ke depan untuk menunjukkan sebenarnya korekati apa mudah dilaksanakan, ringan dilidapkan, bisa menyelesaikannya. Kenapa? Yang dilidapkan kita, tapi timbangannya itu yang bisa menyelesaikannya.
Jadi amal-amal kita yang sedikit, tapi timbangannya besar, nah itu yang bisa menyelamatkan kita. Kalau kita bisa lihat, pokoknya ada orang kafir, yaudah kafir, balik lagi. Dengan kalimat, nah dia satu kalimat saja, itu langsung nol itu.
Maka kalimat ini yang menjadi keandalan buat orang-orang korektif, yang berkategori dengan apa dia, apa-apa. Sekali lagi, saya hanya bisa beri motivasi, supaya kita lebih serius, lebih yakin, bahwa tanpa lewat di situ, si sasar dia akan pernah berubah. tanpa tembun-tembunan musik dan orang-orang yang mendapat tugas sampai mati itu tidak berubah. Maka Alhamdulillah berbahagialah orang yang sudah mendapatkan itu, berbahagialah orang yang berubah menerima itu, sehingga kita pangkang serius.
Jadi tidak boleh bermalas-malas ya, menjaga ini. Nah saya sendiri, saya berkahin apa? Tahun 70. Tahun 2003, saya datang ke Abang Ano.
Saya ini pemengus. Saya ini keamanan perjudian di Jakarta. Punyanya Edi Tansil yang lari di Bandung. Dia punya perjudian di Bandung, di mana dia ada. Saya...
Sama Allah dikhawatirkan itu ketemu apa. Karena saya dikhawatirkan di madu, bisa ketemu apa. Jadi bukan lihat foto-foto syantra. Ya Allah sudah mulai bertunjuk. Saya datang ke Abdo, ditanya sama Allah, kamu mau apa ke sini?
Mau, mau do, enggak, enggak. Saya ini mau belajar benar, bukan belajar sholat, bukan belajar puasa. Saya sudah lakukan semua itu, tapi kok gak benar-benar gitu.
Begitu banyak saya lihat orang-orang itu, ya sudah sholat puasa. Padahal sudah berikutnya seperti pihak, tapi kok gak benar-benar. Maka saya datang ini minta supaya bagaimana saya benar. Apalagi saya latar belakang saya bukan kiai, oh iya mari kita makan dulu.
Setelah makan, lembak, tidur dulu, istirahat dulu, besok subuh. Di subuh kadang kita jarang sholat, kadang-kadang sholat, kadang-kadang enggak. Jadi saya itu kesianan.
Lalu juga ini mobil burung kok kesianan. Akhirnya saya tidak ingin keluar. Lampu waktu itu tidak ada.
Jadi habis itu, pakai jenset. Itu jam 9 sudah mati. Malam itu sudah gelap. Seperti ini, suaranya. Terlambat banget saya ingin ini.
Sejak hari. Saya terlalu sedang, malam ini juga ya. Nah ini kan saya sholat.
Jika jarang-jarang sholat, waktu setelah sholat itu, langsung dipanggil oleh alat. Mana itu yang dari Sumabaya? Saya dengar itu langsung sempurna, saya tinggal sholat itu.
Mana diantar biasa-biasa, sholat ini, saya tinggal sholat ini. mau berburu dimana, itu dibantu sama orang dibantu di Talkin seperti ada yang di Talkin terus saya ngomong gini kok, gini aja lah lahir-lahir lo kok gini kok di Surabaya juga banyak gitu ya, lihat dong kok jauh-jauh kesini mah, lahir-lahir lo akhirnya apa, saya agak Akhirnya saya dua kali datang lagi ke sana, minta saya dibimbing langsung. Ternyata abang berkasi saya Quran, saya berkasi hadis.
Jadi, sekarang kamu pulang. Kenapa? Saya bisa tak jadi orang benar ini.
Saya bisa tak jadi orang alih. Bisa. Gimana, Pak?
Dikasih tombol dulu, ambil sabun itu. Coba sabukan sabun. Nah, yang panjang-panjang ini tuh nabi.
Yang kerja, para wali. Yang pendek ini kamu, gak ikut kerja. Tapi karena kamu masuk satu ikatan, itu kamu terbawa, terbias.
Jadi, saya ikuti jalan orang-orang kembali. Masuklah ke orang-orang pilihan Allah. Jadi terpapar apa?
Mungkin, apa-apa mungkin bahwa saya ini bodoh, saya ini tidak bisa ngaji, tidak bisa apa-apa. Bisa, ya tadi asal kamu ikut. Ini dulu buat teman-teman yang siang. Iya, iya, motivasi. Gak mungkin saya, apalagi saya rusak.
Ini paling rusak. Akhirnya, besar. Jadi kamu pulang. Dari bikin unggul tanaman, kita bikin apa-apa yang ini.
terus tanam, cari tanam yang cukup cukup nah setelah itu siang nah setelah 3 bulan nanti kamu datang ke sini hasilnya apa? biasa ya kenapa saya gak dikasih hadis Quran? karena saya bukan pihak kalau yang pihak datang lain lagi itu yang guru-guru segalanya buat semuanya, tapi balik-balik Silahkan ingat, setelah 3 bulan saya datang, itu tanaman sudah jadi daun, belum keluar-keluar bunganya, belum keluar-keluar, saya datang.
Bagaimana nih? Alhamdulillah, sekarang tanaman itu keluar kuncinya, sekarang dahannya sudah jadi daun, tapi bunganya itu. Apa enggak, teman-teman?
Siapa yang melakukan jahat daunnya? Siapa yang melakukan jalan-jalan ini? Kamu.
Ya Allah. Jadi begitu, Pak. Kamu itu cuma diberi satu titik saja.
Istri makan. Barang siapa mengamarkan yang dia ketahui. Istri kematan.
Nanti Allah yang menambah dia yang tidak tahu. Yang dia tidak punya. Tapi tidak ditamakan. Itu yang penting.
Ditambah keyakinannya, ditambah kedekatannya, ditambah ribungnya, ditambah kehilangan. Itu yang diberikan. Bukannya ini.
Nah akhirnya saya, jadi bagaimana Pak? Ya istri bawa makanan. Ya ini, akhirnya. Nggak ada dalil-dalil alis nada, gitu aja. Saya tiap kesana, tanya belakang jawab, dikiru, dikiru, dikiru.
Nggak ada jawaban, banyak tambahan. Saya selalu, kok nggak ada tambahan? Jangan saya yang nampak.
Saya sudah kasih barang siapa mengamalkan. Nanti Allah yang menampak. Jadi hasil dikit itu yang menjawab, bukan kitab lagi. Jadi beda cara kita menangkap. Akhirnya pulang, dikit lagi, enggak, enggak, enggak.
Terus, saya datang lagi, bah, kalau enggak ada perubahan, jangan terus susu. Orang baru minta anan, baru minta buah, nyatakan susu. Ada proses nanya, bersabarlah kamu duduk-duduk bersama orang yang mengharapkan hidupnya Allah. Duduk kamu bersama orang-orang yang mengharapkan hidupnya Allah. Maksud guru, jawab pun disini.
Jangan kamu paling kan pandang pada priasan dunia, jangan. Sebab kita ini gak pinter dituntun. Kalau kamu dituntun oleh, tuh kemana ini? Itu ketinggalan nanti.
Kita bukan beri ilmu, dituntun. Nah, ditukup untuk usut kepada Allah. Jangan kamu ikuti orang yang hatinya lala, jangan kamu ikuti orang yang melampaui batas. Fokus kepada Kuh yang menutupkan kita.
Kuh ini. Yang ini dia. Ya tidak.
Nah, seperti mana caranya Pak? Robihto. Fokus.
Alhamdulillah, saya keliling ini mau bagi buahnya. Walaupun samaan belum berbuah, supaya karmatitarium saya yang bukan kiai-kiai bisa berbuah. Buahnya apa? Nah, saya memahami ashab ini, pahamnya nanti saya beritahu.
Dan tidak pernah dijelaskan sama siapa. Nah, jadi ini sesuatu yang jadi. Tetapi, dasarnya cuma cipil.
Tetapi, insya Allah kalau saya jelaskan ini, sampai tidak tanya lagi bagaimana husu. Biasanya kalau dengar cerama, sudah berapa kali tanya lagi, gimana husu ini? Dijawab nanti ketemu lagi, tanya lagi, bagaimana suku. Bagaimana sabar? Bagaimana hidup?
Kan itu sulit sih. Banyak orang itu mengiakkan, tapi bohong. Ibu-ibu, bapak-bapak yang sabar ya.
Harus cinta kepada Allah. Satu lagi yang paling sulit orang menyampaikan cinta kepada Allah. Orang sabar mencintai Allah. Mencari dirinya lebih dari wabid kita, mencari Allah lebih dari wabid kita, mencari istrinya, anak dan sebagainya.
Allah mencari istrinya. Jadi kita harus mencari benar atau tidak dalilnya. Benar. Yang menyampaikan benar, yang mendengar dalilnya benar, yang mendengar, membenarkan.
Tapi sama yang pulang, bisa namanya begitu. Namanya ngaji dalil. Kita bukan ngaji dalil mencari kendaraan aksi segitu sampai kepadanya.
Saya tanya, bisa enggak orang cinta, deket belum, kenal belum? Jangan sama Allah, sama orang aja. Bisa enggak?
Jadi bisa. Nah ini yang masalahnya di sini. Jadi salah asuhan.
Benar dalilnya? tapi mengasihnya salah. Karena bukan akli.
Karena kalau pengasih yang benar sampai tebus ke rohaninya, mas Alu ala jididinya akan kebanyakan. Jadi ya, sekarang saya mulai. Pertama-tama, saya tiap kali ini keramanya ini-ini aja. Karena ini yang jadi masalah.
Nah, karena kita harus selesaikan, itanya sholat. Ada yang sholat 50 tahun, ada yang 30 tahun, ya. Ada yang sampai hitam.
Kita periksa ini terima atau enggak. Kalau diperiksa, diperiksa dulu. Kalau enggak, ya, kita nanti menyesal. Nah, makanya kita mulai dari sholat-sholat ini yang diandalkan nanti di akhirat. Kalau ini baik, semuanya kita periksa.
Ya, saya praktekan ya. Jadi sampai nggak tanya lagi nanti, bagaimana husu, waktu manusia husu, berikut punya, bahannya ke sini kemarin, nggak tanya lagi. Kalau kurang jelas, sampai kurang hujan saya ya.
Maaf, senangan ya. Jadi ini ngaji-ngaji, bisa ngaji kepada orang pengalaman. Bukan pengalaman di bom, pengalaman di jalan. Sampai makmum saya ya, ini sholatnya menjalani sini, saya menghadap ke sini. Allahu Akbar.
Benar apa salah? Benar apa salah? Salah ya. Kalau saya salah tadi, ini negar Allah atau makmum? Kenapa?
Kenapa harus makmumnya negar kalau bukan Allah? Hai karena saya luluskan atau badannya saya bener selesai ada masalah lagi ya kalau hatinya melenceng kemana-mana kemana-mana salah enggak yang menegur-menegur siapa menegur siapa Allah Allah kenapa mustiha Allah Nah, siapa yang tidak tahu? Terus tadi, kalau yang pertama itu kegoraannya bagaimana?
Pakai apa? Pakai apa? Juhan Allah. Jadi sekarang, kalau hatinya menceng, kegoraannya pakai apa? Allah menegur pakai apa?
Ini sudah tahu, ini sudah ingat. Makanya tidak tahu. Untuk apa itu?
Nah, ternyata... Tegurannya Allah itu bahwa ini musyadz dan tadi umran sholat ini Jalat orang yang sholat Apa macam terakannya sahur Menyambung sama alat menyambung di sikrulloh Paling gampang tapi sulit Kenapa jadi sulit? Karena ya Tidak ada yang menuntun. Jadi kita harus jelasan itu. Pasal alat tanya, harus cari orang yang bisa memasukkan kalimban itu ke tempat.
Supaya tadi yang disampaikan, beda. Orang-orang yang terbuka hatinya, langit berhaya. Ya, terbuka lah hatinya. Ya, tentu bisa berhubungan dengan Allah SWT.
Nah, jadi kalau sekarang ini, Kalau orang yang belum menghidupkan hatinya menghadirkan Allah, sholatnya itu perantar. Masa sampai setelah ini sholatnya diantar, malam ini harus selesai dan antar menter jelang. Cuma dengan minta hati 10 menit selesai. Asal diistiklomahkan. Kalau sudah diistiklomahkan hadiahnya, masa Allah luar biasa.
Salah satunya waktu kita mau meninggal, harta dan anak bimbingan semua tidak berlaku dan dalam keadaan ketakutan, dalam keadaan ngeri menghadapi kegiatan. Tapi karena orang ini melaksanakan jidid dengan istiqomah, ya lima, ilah, Allah, dengan istimewanya, maka turun, naikkan, jangan takut, karena kamu sudah mengisi. Jika makan kalimat ini tuh, Tentu sudah bisa.
Nah, supaya Tidak terancam alam-alam yang sudah Dijadikan bahwa kita sudah Ancaman itu sudah diselesai. Nah, sekarang saya tanya, Karena peratak sholatnya bagaimana? Terus, punya sholat berat, Kecuali yang bu.
Nah, Karena orang pada tekstual, punya pada tekstual. Dihusup-husupin. Enggak bisa.
Dihusupin. Bukan ketemu Allah. Ketemu dobatnya hilang. Kucinya ketemu. Bukan ketemu Allah.
Tahu. Nah, karena husup itu, itu tidak bisa diajarkan. justru hasilnya, ibaratnya sampai yang Kepengen manis, bisa kan?
Nggak makan gula keluar manis. Bisa. Kepengen pedas, nggak makan ngopo, bisa.
Kalau ada yang bisa, nggak tahu, aduh aku pedas, makan ngopo nggak? Nggak. Nah ini gila ya. Nah jadi begitu juga. Ya itu sesungguhnya salah satu berarti yang musuh.
Nah untuk mencapai musuh itu pakai apa? Jadi untuk mencapai manusia itu pakai gula. Untuk mencari husuf pakai apa?
Maka saya katakan, bisa husuf gak kalau hatinya orang itu gak tenteram? Jangan jawab. Bisa husuf gak kalau hatinya gak tenteram?
Ya bisa ya. Tapi yang ditarik sekarang husufnya apa tenteramnya? Yang selamanya kita kan cari husufnya.
Gak ketemu, saya katakan ketemu dompet yang hilang, ketemu uang yang hilang. Maka saya tanya, bisa husuf gak kalau hatinya gak tenteram? Berarti gak bisa kalau gak kentram ya. Jadi yang ditarik adalah kentramnya.
Nah untuk mencari kentram itu bisa. Aksesnya untuk mencapai kentram itu apa? Alat kejiratan maju bisa. Jikir mencapai kentram. Kentram itu menjadi piringan khusus.
Kenapa jadi kentram piringan khusus? Karena mencapai kentram itu kita pakai jikir. Ternyata orang tenteram itu kena banyak duit, gak punya hutang, jadi tenteram juga.
Tapi gak bisa dipakai sholat ya, gak tenteram juga. Ini tenteramnya kena duit. Jadi kita tenteramnya dari hasil jiwim. Makanya panggilan sholatnya apa? Wahim, wahim sholat ini.
Kirikan colok untuk citil, bukan untuk husu. Gak ada husu di situ. Wah, bantar. Nah, jadi gak usah dihusu-husu, kan husu dulurnya aja dikasihkan sana, dan terproses sendiri untuk husu itu.
Karena yang mengolah husu itu, kalau juga sistemnya dirikut, dia otomasi kata. Sementara ini kalau kita bertanya, bukan orang Torekan, Pak Jais, Pak Ibu Su, lo harus ngawatinya. Wah sampai ngantar waktunya, saya ini nggak ngaji, kenapa? Karena bisa. Jadi dia, ternyata orang-orang di Arab sana pun bisa ngawatinya, banyak yang tahu itu.
Nah ini kuncinya ternyata cuma diri. Sama yang perlu lagi bantah saya apa perlu? Bisa dibantah nggak? Bisa dibantah nggak? Silahkan.
Dan ini paling mudah karena semua orang pasti itu kalau itu harusnya artinya oke, tapi tidak semua orang bisa. Semua orang yang tahu bahasa Arab, bahkan juga belum tentu banyak orang Arab-Arab. Nah ini yang mudah.
Cepat, sesuai dengan pemerintah Surulullah S.A.W. Jalan sungguh-sungguhnya cepat kita alam. Cepat, cepat. Ya, jalan terus ya.
Iyakana budu, wakiyatana ful'Allah. Lalu dapat dihidinas, sirotahusyati. Itu ya, jadi husu itu tadi ditempuh dengan... ...pikir yang sudah ditangankan.
Selesai masalah. Tuh, sudah. Sampai datangnya lagi.
Tinggal pakai aja. Nah, cuma butuh latihan. Itu kemaskan.
Ya, diistimewakan di mana? Berlatihannya itu selain di majelis hakaman itu harus ada latihan. Karena Rasulullah juga itu untuk latihan ruhani itu ada majelisnya. Di mana? Mesjid supa itu.
Itu kebenarannya di hati-hati latihan istri. ada lakian dong ya, gak asal dibaca, dihafal, dijadiin, gak bisa bukan latihan, makanya hal-hal-hal apa orang pasau itu harus ada kalau gak ada tempat latihan gak bisa karena setiap kesuksesan itu mau ular raja, mau apa itu harus ada latihan ya, kalau gak latihan gak bisa, juara juga mungkin itu latihan coba sampai kalau komensi gak latihan, ya, dipukul Nangkis juga, tapi kan dulu baru nangkis. Nanti selalu ke hujan.
Ini apa? Sebelum hujan gak siap payung. Sebelum hujan baru jadi berikah.
Biar kena musibah, kena ini, baru kita mau dipecahkan. Jadi semuanya harus disiapkan, bagaimana mati langsung, bagaimana sholat musik, ini harus disiapkan. Ini satu ya, sholat ya, selesai ya.
Lagi luar, tadi itu urusan akhirat, sekarang urusan dunia, mencari ngejeki yang tak berubah. Ini jadi orang buka ini ya, bagaimana untuk mengandungi ngejeki seperti ini, supaya mudah bertahun. Nah banyak orang-orang yang iya, pengetahuannya pada umurnya ada yang baca Yazid, Al-Waqi'ah, boleh bener-bener aja, bisa. Tapi yang bisa ngaji, yang gak bisa ngaji, dipake apa?
Jadi kita itu kadang-kadang mencapai kejumlahan hanya orang-orang tertentu. Tapi ini orang yang bisa ini menurut dia apa? Padahal itu hamba Allah juga.
Nah jadi pengetahuan tidak rahmatul alami, hanya orang-orang tertentu aja. Nah sekarang orang ini tadi gak bisa, gak apa-apa gak bisa ngaji, bakti air. Solusinya ya salahmu sendiri, kenapa kamu gak belajar ngaji.
Jadi benar kadang-kadang, tapi tidak benar. Akhirnya orang ini jadinya apa? Ya sulitnya, kalau begitu saya kejumpun aja, gampang. Karena dia gak mau, tapi gak bisa menolong karena sulit.
Nah ini orang ini karena mendesak kepentingannya, ah macam bodoh, ini temen yang penting saya. Dan itu dia, bisa dapat rezeki itu, nah ini efeknya itu ada. Nah terus, maka dari itu, mendapat rezeki itu kan sulit.
Gunung dibagi, lautkan seberang, kalau perlu gimana dijual. Yang awal dipertaruhkan kan gitu bayar, siput gini, siput gini. Apalagi kalau ada pemilu, wah banyak itu dijual. Nah ini makanya, bagaimana caranya?
Ustaz, tahu semua caranya itu. Ibaratnya dia tidak memakai, ini enggak tahu. Kalau enggak tahu, tanya lagi. Bahasa Al-Huqqir, tangan sama orang yang bikin.
Orang yang bikin bukan orang yang bikin-bikin begini. Orang yang dekat, kata Allah, orang yang bersama. Nah, ternyata caranya, lihat dong. Itu enggak mudah, ya di pasar kita jualan, ada saingannya aja, ya rezeki itu jualan hanya ini.
Jualan kalau saingannya, Amerika aja jualan nuklir, Cina jualan nuklir, itu sudah membentuk, saling bersaing, saling kiri, saling dengki. Sama-sama dua orang dong, B dua lombok, sama aja sebetulnya. Ini faktor ini sama, cuma versinya beda.
Nah, ternyata setelah kamu sorak, di surat Al-Qur'an, setelah kamu sorak, berkembanglah di merdeka bumi, cari, ada yang kantor, ada yang pasar, cari ini, ada gangguan, ada sayungan, ada bajinan, ada yang balap, macam-macam. Cara kamu merasakan bagaimana? Ingatlah, Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu terbunuh. Itu sendiri. Jadi semua orang bisa, tidak perlu menghafal Quran, tidak perlu menghapus ayat, tidak perlu mengobrol, cuma jipil.
Supaya kamu beruntung. Selama ini kita salah. Kalau mau keluar rumah itu jualan cuma ingat untungnya, sebanyak dayanya.
Untuk untungnya ini. Mau keluar rumah, ingat itu. Padahal dari ininya tahu. Tapi yang diingat untungnya bukan Allah.
Nah ini karena perintah Allah harus diakini. Kalau orang menanyakan susahnya kamu itu pasti sudah gak bisa enggak. Kalau kamu udah menyakinya, kupur kita. Cuma zikir.
Nah tadi itu adalah sholat zikir. Ini juga di zikir. Enak gak? Tidak ada lagi hambatan sulit.
Tidak ada lagi hambatan susah. Seperti yang tadi ditanyakan oleh Serina Adi lagi. Adakah jalan yang semudah-mudahnya, secepat-cepatnya, sejauh lama? Jalankan jitil. Terus saya kena semua.
Satukan dayu, ini sudah dua bulan dilapori. Tambah lagi pulau, nanti satu lagi. Syukur.
Bagaimana caranya bersyukur? Alhamdulillah, berjil juga bisa. Jangan gitu ya.
Nah, syukur ini. Ya, dan ini kita sudah tahu banyak tuh, ya, cara-cara berhubung ditambah nikmatnya, ya. Nah, anda akan dianggap betul, ingat kepada Allah.
Tapi, barang siapa tidak bersyukur, berarti dia tidak ingat kepada Allah. Tunggu, dia termasuk orang yang tertunggu, tunggu, ya. Nah, jadi itu dasarnya untuk masuk ke itu dari, ya, Bapak, ini dia sempurna.
Allah SWT berfirman dalam hasil dua hadis, Tuhan Allah SWT. Iyadna Adama wahai anak cucu Adam Ila zakaratani zakarat Jika kamu mengingat aku kata Allah Jika kamu banyak bersikir kepada aku kata Allah Maka kamu termasuk orang yang pantai berterima kasih kepada aku Dengan begitu banyak hikmat yang aku berikan kemu Wa ila nasikani fa'atani Dan jika kamu lupa mengingat kepada aku, bersikir kepada aku, kata Allah SWT maka kamu termasuk orang yang tidak atau kukuh terhadap hikmat-hikmatku maka Allah SWT mengatakan inna abadil azadid maka tunjul azabku, azabku sangat kiri azab di dunia yang paling kiri itu adalah hati yang mengeras seperti batu atau lebih keras daripada batu jadi begitu Untuk nama Neman, mungkin. Saya analogi dari zaman kalau minum kopi.
Kalau baik itu dikasih apa? Payan. Kasih apa? Minum kopi baik, untuk manis dikasih apa?
Gula. Kalau masih kurang manis, dikasih apa lagi? Gula lagi.
Kurang manis lagi dikasih apa? Gula juga. Jadi kalau hidup ini kurang sedap, kurang manis, itu kurang citir.
Tapi saya sudah citir, Ustaz. Ya, tapi kok masih baik? Kurang cipir.
Makan seluruh cipir sebanyak-banyaknya. Bahkan cipir setiap kagak. Baru udah manis.
Kita kembali manis, jangan ditambahin pulang. Sampai kenapa? Nggak bisa.
Ternyata sumber daripada nikmat cipir itu tadi yang ditambahin itu dari cipir. Yang tidak bercipir, ambil nikmat itu diganti azab. Nah, jadi ini satu pulau di Mendayung sudah tiga pulau.
Itu-itu ibu, bukan jikirnya. Tapi jikirnya yang mana? Jikir yang diambil oleh hati yang bersih, yang sangat dan sampai kepadanya dulu.
Wa'alaikumsalam. Sekarang sabar. Nah, bagaimana supaya sabar? Kan gitu ya.
Nah, belum. Belum selesai syukurnya. Tambahin lagi satu-duanya.
Misalnya ditambah nikmannya. Nambah itu dari yang kita dapat itu nambahnya dari kecil. Ada orang itu juga dapat nikmat, tapi bukan dari kecil.
Yaitu nikmat-nikmat yang diambil dari materi. Beli mobil, punya rumah mewah, kan itu ya. Kan itu sulit tuh, harus kerja keras, mau dapat ini, enggak kan? Makanya wali-wali itu bisa juhu, karena nikmatnya di sini yang kecil itu penuh ya nikmatnya.
Jadi di luar ini tidak ada, ada-ada, ada masalah, tidak mengambil. Kita kan di luar tidak ada, di sini tidak ada, ya habis, miring juga. Jadi ada-ada di sini, di sini tidak, bisa bingung. Nah, makanya nimatnya menipu. Kan begitu.
Nah, coba sampai tumpahnya kasih istrinya uang, biasa belanja 5 juta, satu bulan, sekali-kali kasih 25 juta. Tapi suami istri saya melakukan, ah anaknya Allah ya. Nah saya ilustrasikan besok ini mau dibelikan makanan, mau dibelikan apa-apa macam sama ibu-ibu ya.
Nah kalau itu sebagian-bagian hilang, dicuri orang. Bisa ngomong Alhamdulillah lah itu enggak? Karena cukup materi itu mudah lupa. Beli mobil saya melakukan, mewah.
Nah, berat. Bisa ngomong-ngomong lagi nggak? Nikmat yang nggak bisa dibawa ke yang kubur, apalagi kalau ini bisa dibawa. Murah, meriah, gampang. Maka dari itu kalau mau menangkap karakter kurang nikmat, pasti kurang cikir.
Pasti kurang cikir juga. Nah, kita sudah punya arsena itu. Makanya jangan hanya, ya. Jangan hanya memilikinya, tapi juga kita memahami, kita tidak melakukannya.
Nah saya datang ini, kebetulan sama sudah diteliti semua, untuk memberikan motivasi supaya yang diberikan ini jangan dikirani main-main, dikirani barang-barang aset aset. Luar biasa, luar biasa. Tapi buktikan orang yang tidak rusuh bisa rusuh.
Orang yang tidak ada rezeki sulit, tidak berdokter bisa dia dapatkan. Orang yang tidak bersyukur bisa bersyukur, ditambah nikmatnya. Semuanya tadi gitu.
Nah sekarang apa? Sabar. Saudara-saudara harus sabar.
Bisa sabar, bisa. Dari inilah, Allah beserta orang yang sah Bersetalah dulu Kalau sampai gak bersalah Allah dulu Gak tenter apa-apa Bersetalah dulu, tenteran dulu Baru tenteran itu Baru menjadi dengan sabar Orang tenteran tenang Sekarang gak jikir bagaimana disuruh sabar Sabar Pak Yalan dan Nisa Makanya orang-orang zaman dahulu Kalau istrinya itu Menegur suaminya kalau lagi marah Ya, tidak seperti sekarang. Kalau orang dulu itu, kalau orang sekarang ini, Pak, jangan beri ya.
Sabar, Pak. Sabar, Pak. Kamu marah, Pak. Apa sabar-sabar gitu? Kalau orang dulu, Pak.
Pak, ini, Pak. Ingat, Pak. Cikil, Pak.
Cikil, Pak. Ya, ya. Kalau sabar, malah, Pak.
Kalau cikil, langsung dia ingat kepada Allah. Allah ingat kepada dia. Langsung dari itu, tenteram hatinya. dan dia bisa melihat kesalahan yang dilakukan istighfar itu proses yang harus tahu ternyata cuma jikin jadi sabar itu dengan dekatnya juga itu nanti sifat Allah yang astagfirullah itu membias bersifat takkan dengan sifat selesai jikin lah sudah berapa pulau ini sudah empat pulau dilakukan satu kali ke dalam Ikhlas. Nah ini gimana caranya ikhlas?
Saya beri onologi. Ada dua orang teman sampean. Yang ini berarti teman. Yang satu itu sama-sama kesulitan minta tolong sama sampean.
Tapi yang satu teman ini baik orangnya suka menolong sampean. Berbaik orangnya tidak pernah menyakiti sampean. Yang satu ini suka menjengkelkan sampean. Bahkan pernah menipu sampai aja.
Sekarang ini malah-malah cuma susah minta-minta ditolong dua-duanya. Mana yang lebih sama yang tolong ini? Apa yang baiknya itu? Yang tidak baik?
Yang mana sangat bertolong? Tolong. Ya mungkin.
Ya mungkin. Kalau kita sudah punya sedikit baru bisa. Pasti ya. pasti sang pria masih menolong yang baik kan dilihat, kenapa?
kenapa kamu tolong? karena dia baik pasti begitu apalagi dia pernah menolong banyak ini bukan selesai sakit hati ini apalagi disini, ayo tolong bukan untuk menyakitkan kamu ada yang munggu, ada yang damai ya kan? nah, jadi yang ditolong itu yang pernah menolong sang pria nah itu bukan menolong, itu bahas nabi namanya Dan gitu ya, nah menolong ini dengan alasannya begini Ustaz, saya ini kan orang menolong penampil ikhlas. Kalau ikhlas, kalau tidak ikhlas kan saya terima. Nah saya menolong dia, saya jadi dengan sama dia, nanti saya kasih sia-sia dong saya tidak ikhlas.
Jadi ukurannya ikhlas. Bukan ikhlas kalau menolong itu. Bukan ikhlas dulu.
Nah ini ya, perhatikan ini, jangan satu-satu. Saya gambarkan dulu, saya sholat malam. Apa sholat ya?
Kadang-kadang saya paksa. Sholat itu saya paksa. Kita-kita kadang-kadang gitu ya. Paksa.
Agar gak inflas itu kan. Kan iya? Agar gak inflas.
Apalagi panggung malam. Kenapa kaya dari situ? Ah, percuma saya.
Paling gak di penyumbang. Karena gak ilhas tidur aja dulu. Sampai ilhas baru bangun. makanya saya apa yang saya pakai saya laksanakan saya tetap melakukan walaupun perasaan saya tidak ikhlas saya lakukan apa? karena itu perintah Allah saya kerjakan karena perintah Allah mau ikhlas atau enggak saya lakukan itu perintah Allah walaupun tidak ikhlas Nah kita ngeles aja tuh, ya gimana, kita kan pertumbuhan, sekaligus melawan ketidakilasan kita.
Bukan karena kita bangun malam itu tadi melakukan itu karena mertua juga bangun malam, bukan. Jadi karena betul-betul kenapa bisa kita lakukan? Karena kita punya pohon. Kalau enggak, biar tahu pahalanya pun enggak bisa. Biar kita ngerti itu salah enggak bisa.
Karena jadinya, Tuhan, sulit kita mencari kesalahan itu. Karena nafsu itu membawa kesesatan. Apalagi kita juga dikomunikasi sama nafsu.
Makanya kalau sudah dikomunikasi itu, biar sampai tahu itu salah, makanya mengikutinya. Biar pahalanya bilang, sampai dapat tinggi kita. Makanya Toreket membantu, nafsu ini tadi bukan dibuat. Kata lo, tujuh lain nafsu yang dirakmati sama jinah, kan dijinah.
Nah, kalau sudah jinah, sampai dipanggil sama nafsu. Wahai Nafsu Bukalima, Yudhjib, Iqbal, Iqbal, Iqbal, Iqbal Nah masuklah kamu dalam warahmudian itu Di situ ada Nabi, ada suhada Kita masuklah ke diri Ini Nafsu Nah menginakan Nafsu itu makanya Dengan tidak deket kepada Allah Akibatnya bukan kita Nafsu yang diramat Nah, jadi Pak keikhlasan itu dari cikgu wakilnya tau? Nah, dikit yang mana kok bisa karena Allah? Karena di dalamnya diselalu tunggu-tunggu. Jadi bukan lagi saya karena Allah, enggak bangun tidur, sambil tidur lagi.
Bukan semuanya kita lakukan karena Allah. Dari hasil. seperti misalnya ada tentara ya makanya siap-siap dipanggil sama pemandangnya siap pemenang, berangkat perang sekarang, siap, tidak ingin nas itu kalau dia berani, jangan kekaren, saya masih repot nanti 3 hari lagi saya mau siap-siap, tidak ngomong, siap, tidak ingin nas tapi tak, tak hati, kita sama Allah juga Alasannya banyak. Rasulullah coba, ada seorang pemuda belum jinabat, belum main jinabat, tapi nurut panggil itu simulan itu untuk perang. Simulan, kamu dipanggil Rasulullah, itu apa?
Perang. Siap, kau pandai. Kalau kita kan, kenapa kita pakai ini, pasal Allah, Rasulullah tidak mengerti. Saya ini baru kalah, baru nanti seminggu-seminggu kayak gitu.
Ya dong, gak harus. Ini baru kalah, sudah-sudah. Nanti kok seminggu-seminggu, dua-tiga hari.
Ini pakai akal. Kalau pakai iman, karena imannya bagus. Samingan. Padahal mati. Ya dong, ternyata dia mati.
Apa kata Allah? Ternyata pangkatnya. Siapa yang mengatakan mati orang yang syahid itu?
Dia hafal, dia tetap menemani perjalanan dari itu, tetap akan berjalan atau matinya. Jadi dia istrinya satu, 30 bidat dari dia memainkan. Sampai dia mengucapkan, kok gak duduk, saya mati.
Dari hikmat jidid. Kata Allah, mau kakut-kakut di dalam sesuatu. yang pahalanya lebih daripada memberanjakan emas yang perah padahal saman gak punya emas yang perah kok bisa dapat?
punya juga belum tentu dibelanjakan, tapi bisa dapat pahala itu soalnya aku mengatakan lagi seperti kamu berperang, biar bisa dihilang kamu menganggap musuh dan kamu terbendal padahal saman gak tahu perang, gak tahu menganggap musuh, saman juga gak pernah dipendal tapi bisa dapat, pokoknya tahu pahala itu apa ya Rasulullah, sikrunya Berapa puluh ayam ini? Lampau juga. Salat rusuk, syukur, sabar, ikhlas, pahala. Mati sampean itu gak ada rahan lagi.
Mati mau pakai apa? Cuma ini. Kalau punya saya, selesai. Sampean sudah punya aksesnya, tinggal itu. Bagaimana?
Semuanya sudah disiapkan. Bagaimana itu? Semuanya ini akan muncul dengan tidurnya. Makanya tadi saya dikatakan sama Abang, tanam itu tadi, kalimat tauhid itu, dia muncul sendiri nanti, sampai ke sini. Makanya cepat sekali.
Seperti anak-anak inapak, masalahnya banyak. Kan, Lidya? Nah, cepat bisa selesai.
Kan, Lidya? Nah, pernah dulu ya, ada tokoh-tokoh intelektual dari Jakarta. Ulama-ulama pihak-pihak itu datang ke Surabaya, masuk, ambota-ambota, ismi yang undurkan itu turkulis majid dan sebagainya, tokoh-tokohnya. Bertanya, ini anak-anak Inaba ini kok kuat? Sobatnya sampai satu hari, tapi kurang lebih, mungkin nanti-nanti seratus lebih.
Kok kuat? Dijawab. Jangan tanya, Inaba itu santan, sehat, wakiat. Ya dong, gagal, gak kena masalah. Kok gak bisa kuat sholat, nambah dua rokade gak kuat.
Kenapa? Itu gak akan gitu, apa yang kurang. Ya dong, padahal tahun sehat ini gila, gendering. Kok bisa pakai apa?
Jadi ditanyakan banyak itu. Sama dengan saya ini, saya gak paham. Kok nambah dua rokade, gak kuat. Kenapa? Kurang deket sama Allah.
Dan gitu ya, makanya sering kita kalau tidak kemas. Hai ayat sholat jawabannya nah Allah kuat-kuat Hai ayat sholat Hai tanpa minta kasih kemenangan dan kekuatan ini ayat sholat nah Allah kuat kamu datang mendekat kepada aku, aku beri kemenangan dan kekuatan nah ini Toreka itu membahasnya nah itu saya sampaikan mudah-mudahan menjadi motivasi bahwa kita bahwa dengan bikin yang kita dapat ini bukan hal yang remeh-remeh orang menjadi waliullah juga itu lewat situ kalau tidak bisa ya tau? nah saya Saya sendiri telah menamalkan janji abad, kalau kamu melakukan bisa, kamu tidak harus mencuri. Sampai saya berdiri di sini, makanya saya tidak menghasilkan tadi, saya berdiri kemana-mana untuk bagian pemasaran.
Lalu pemasaran narkoba, sekarang pemasaran di jambi dia. Nah, coba saya minta tolong yang paham, coba saya minta tolong, apa yang salah. Saya sampaikan, ya benar ini.
Satu, sekarang Pak Ustadz harus dimajibin. Kenapa harus dimajibin? Makanya saya katakan, kita untuk menghilang dari kesulitan.
Karena yang menyampaikan selalu, kita disuruh menghilang prestasi nabi. Iblal hasidah, dhabar, hidup Ini sudah menurut perasaan, gimana bisa? Ya, kalau ngomongin Nabi itu Pertama Nabi itu belajar apa? Ya, kamu ini orang kaya Ya, gak bisa Kita catain dulu pertama itu, dua orang nanti Ya, nah ini kita juga menurut Nabi Pertama Rasulullah itu belajar apa?
Paham ya? Makanya kesini, oh gak mungkin bisa, oh berat. Karena prestasinya ya berat. Makanya kadang-kadang saya beri contoh, contohnya yang gampang aja berat. Di bulan maulud ini sering orang terampak mencontohkan Rasulullah.
Contohnya mencontohkan nunggu bulan maulud yang sering disampaikan contohnya itu. Buku kitab jibah itu contohnya Rasulullah itu komplit. Itu suruh niru, gak bisa. Orang suruh-nuruh dia bikin sebanyak-banyaknya, belum bisa. Apalagi yang harus baik kepada istrinya tetangga dan sebagainya, nggak mampu.
Masih kira dia nggak mampu. Kalau contoh misalnya, dan itu Rasulullah, waktu Rasulullah itu habis bertemu dengan sahabat-sahabat dan satu malam pulang. Ya, tetap tentu tiga kali.
Nggak dibuka. Tidur di depan itu, di depannya pintu. Iya, rasulullah. Ada gak pria sekarang ketuk pintu 3 kali jadi buka tidur di tempat pintu? Ada gak?
Ya. Padahal ceramanya kita harus mengikuti ratuan. Iya.
Untuk ketuk pintu aja gak bisa. Ya. Malah kalau kita saja gimana istrinya ketuk pintu?
Saya ketiduran, muarah-muarah, goblokan orang, piku-piku, tuli, gitu. Karena saya kenapa bisa? Karena di jalan ini penuh gigil.
Bikir itu isinya kasih sayang Allah. Jadi dia selalu mengambil. Nah kita kenapa gak bisa dapat itu?
Karena kita bikin itu tidak dibikirkan tapi dibaca. Nah bismillahirrahmanirrahim. Dibaca. Isinya apa?
Ingatlah Allah dengan pengasih. Lagi banyak. Nah orang membaca dengan ingat beda gak? Nah makanya torekat bukan suruh baca tapi disuruh ingat.
Dan yang inget langsung nyambung kepada Allah. Nah, kalau sudah inget kepada Allah yang pengasihnya, sampai langsung dapat kasih sayang. Nah, makanya jadi kenang. Karena sampai sayangnya dikasih.
Itu akibat daripada baru kita mengingatkan. Asli. Kita alhamdulillahnya itu karena uang, karena beli mobil. Dan itu alhamdulillahnya bukan karena... Makanya jadi mudah orang.
Jadi pertama, namun Rasulullah itu belajar i? Surubaca. Saya untuk menguatkan dalil jikr ini, jadi pertama Rasulullah itu belajar apa?
Surubaca. Bisa baca nggak? Sebelumnya bisa bacanya. Dia mengatakan, saya betabu, saya betabu.
Nah, bayangkan seorang Nabi yang sudah dibezak, sudah dibersih. Coba aja gak bisa. Kenapa?
Dia belum tahu aksesnya, belum punya pin-nya. Jadi dia sama punya HP, kalau gak punya pin-nya, dia laporkan. Dan hampir gak terbuka itu ya. Rasulullah pun belum punya pin-nya itu.
Padahal kitabnya sudah ada, gak bisa dia baca itu. Hanya dirantuk sama mereka di-break. Di-break siapa?
Sebut-sebut nama Allah. Jadi pertama, Raffiqah Ji, Ji-ji. Setelah dia baca, sesuai dengan jalinya, bacalah dengan menyebut nama Allah.
Al-Tin keluar. La bi-lahi n-Nam-Nam. Nabi aja nanti bisa terbuka. Makanya Al-Bahana bilang, kitabnya itu kunci pembuka jalan. Itu kuncinya.
Nah kita setiap hari juga makan. Bismillahirrahmanirrahim. Itu kuncinya, tapi sayangnya dibaca Dapat pahala aja Tapi kasih sayangnya gak dapet Nah untuk dapet kasih sayangnya Ingatlah Allah yang Terima kasih penyayang, langsung Allah ingat juga Dan kamu diberikan Kasih sayang Allah Makanya menyeram Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Terserah yang disampaikan oleh anak-anak.
Ternyata cukup simpel tapi ternyata dengan bahasa yang agak nega, di panggilan-panggilan yang nega, tapi memahamkan itu tidak terlalu. Jadi Alhamdulillah, kita bersyukur karena kita dapat mengatasi ini, dan kita mengharapkan mudah-mudahan untuk akan datang, mudah-mudahan kita mengadakan melalui mati seperti ini lagi. Bagaimana sih, Mak? Baik, maaf-maaf, saya lihat F1 dan F1.
Saya dapat di depan ini ada doa. Ada juga satu F1 di sini, ada doa. Itu agar Allah SWT mengatulkan kejahatuan dan kehantian kepada Muhammad Luqman al-Hakim bin Muhammad Bismillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Al-Fatihah Bismillahirrahmanirrahim Rabbana ya'adina fi jinnahil sana wa fi al-akhirin wa bihajina du'a'ina a'zabina wa salallahu alaihi wa sallam wa alaikum warahmatullahi wabarakatuh wa alhamdulillah wa barakatuh Alhamdulillah, terima kasih untuk para penonton untuk para penonton bagi mereka yang sudah berada di sedangkan mereka di di asal sejarah di negara ini atau seperti penyelesaian di luar kiri layar maaflah izinkan ini yang terdapatnya yang diperbaikan sejak pada zaman almarhum tidak usah lagi karena masih di usaha yang baik sekarang yang telah diperbaikkan oleh Bapak Menteri sekarang untuk mengakses sekarang ini kemudian di MAP ini adalah yang jadi sebelum kita mengikuti nanti disini yang saya ingin mengucapkan terima kasih terima kasih terima kasih terima kasih saya ingin ingin bagi yang belum dengar untuk sedikit sedikit sedikit terima kasih sedikit terima kasih untuk penonton penonton malam saya mempersiapkan pelanggan rumah untuk menyampaikan penontonan pertama sekali kepada anak orang saya Ali untuk menurunkan, untuk menurunkan kegandaan, Jadi, saya berhati-hati untuk perwakilan. Mas Tuhan kembali ke sini, saya wakil dulu. Ini, wakil kemana?
Nah, ini. Saya berhati-hati. Jadi, saya berhati-hati untuk berhati-hati. Eeeh, agak-agak...